PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan
2023.”
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hilda Hidayat, SKM, M.Kes selaku
pembimbing I dan Ibu Erni Maywita, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang
proposal ini.
1. Ibu dr. Rinita Amelia, M.Biomed, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu
3. Ibu Ns. Zufrias Riyati, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas
4. Ibu Sri Mindayani, SKM, M.Kes selaku Wakil Dekan III Fakultas
i
ii
penelitian.
masukan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri
Peneliti
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9
2.1 Status Gizi....................................................................................................9
2.2 Remaja…………………............................................................................14
2.3 Kerangka Teori...........................................................................................32
2.4 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................37
2.5 Hipotesa Penelitian.....................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................39
3.1 Desain Penelitian........................................................................................39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................39
3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................40
3.4 Instrumen dan Alat Penelitian....................................................................42
3.5 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................44
3.6 Teknik Pengolahan Data............................................................................47
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................................49
3.8 Definisi Operasional...................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
v
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi yang baik
sejalan dengan prestasi akademik yang baik pula, kekurangan zat gizi secara
Dampak kurangnya status gizi remaja disebabkan karena kurang asupan zat gizi,
dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan. Dampak gizi lebih
pada status gizi remaja yaitu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada remaja
yang mengalami gizi lebih seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus (DM tipe
penduduk yang menderita kekurangan gizi di dunia mencapai 800 juta orang
kurus remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 10% (6% sangat kurus dan 4% kurus).
Sedangkan prevalensi gemuk remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 15% (10%
1
2
prevalensi status gizi sangat kurus dan sangat gemuk tertinggi di Indonesia.
Prevalensi status gizi remaja di Provinsi Sumatera Barat tahun 2022 didapatkan
gizi kurang remaja umur 16-18 tahun sekitar 2,5% sangat kurus dan 13% kurus,
sedangkan status gizi lebih sekitar 7% gemuk dan 2% obesitas (Dinas Kesehatan
Kesehatan dengan seluruh jumlah siswa 3613 dan dari hasil penjaringan
ditemukannya 349 siswa dengan status gizi kurus, 8 siswa dengan status gizi
sangat kurus, dan 2704 siswa dengan prevelensi gizi normal (Dinas Kesehatan
kejadian gizi kurang pada remaja mecapai 160 kasus di wilayah kerja Puskesmas
dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja , masalah gizi
remaja di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi. Sedangkan
faktor tidak langsung yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
RI, 2020). Penyakit infeksi adalah penyakit yang dapat timbul karena beberapa hal
yang tidak lepas dari makanan, perilaku keamanan pangan yang buruk juga akan
dikarenakan, jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk memiliki gizi
lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa Jenis
kelamin menetukan kebutuhan gizi seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan
overweight) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki –laki. Pria lebih
banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria
penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Utami, yaitu menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih
Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki
tingkatan aktivitas fisik ringan hingga sedang karena sebagian besar waktunya
kelebihan berat badan. Hal ini dapat diatasi dengan memperhatikan pola asupan
energi yang masuk kedalam tubuh. Sehingga keseimbangan energi yang masuk
dengan aktivitas fisik yang dilakukan seimbang (Indrasari and Sutikno, 2020).
4
makanan yang sehat dan mengerti bahwa makan berhubungan erat dengan gizi
dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya
bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran
tentang kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering
dihadapi oleh remaja adalah masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi
menunjukkan nilai Pvalue 0,002 yang berarti bahwa faktor aktivitas fisik
mempengaruhi status gizi remaja di SMA Negeri 2 Kota Palangka Raya. Untuk
nilai OR (odds ratio) diperoleh 3,71 dengan CI 1,63 – 8,48. Ini bermakna bahwa
dengan memiliki aktivitas fisik yang kurang baik berisiko 3,71 kali mengalami
status gizi yang tidak normal dibandingkan memiliki aktivitas fisik yang baik. Hal
ini sejalan dengan penelitian (Isnaini dkk., 2020) bahawa didapatkan ada
hubungan antara pola makan (p=0,000), ada hubungan antara penyakit infeksi
gizi remaja, salah satunya melalui pengecekan status gizi dan juga pemberian
edukasi tentang peran gizi bagi remaja di tingkat sekolah yaitu Sekolah Menengah
Atas Negeri SMAN 1 Sungai Rumbai dan SMAN 2 Sungai Rumbai. Namun
masih ditemukan remaja yang status gizinya kurus yaitu pada tahun 2019 di
SMAN 1 Sungai Rumbai sebesar 3,94% mengalami gizi kurus, kemudian tahun
2020 meningkat menjadi 23,33% dan tahun 2021 menjadi 7,2%, sedangkan di
5
SMAN 2 Sungai Rumbai tahun 2019 sebesar 7,89%, menurun pada tahun 2020
menjadi 1,15% dan meningkat pada tahun 2021 menjadi 2,81%. Sedangkan di
tingkat Puskesmas prevalensi gizi kurus tahun 2019 sebanyak 5,92%, kemudian
meningkat menjadi 10,2% pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 menjadi 5,35%.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa prevalensi gizi kurus di
Rumbai. (Puskesmas Sungai Rumbai, 2022). Menurut Richard Oliver (2021) kelas
kelanjutan dari pemantauan status gizi selanjutnya dan kelas X merupakan masa
peralihan awal dari SMP ke SMA yang dapat mempengaruhi status gizi. Menurut
Kemenkes RI (2021), Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi.
Hal ini disebabkan karena pada usia remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi.
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi suatu asupan
Survei awal yang peneliti lakukan pada Bulan Desember 2022 dengan
yang mengalami gizi buruk baik laki-laki maupun perempuan. Survei juga
kurang tentang gizi remaja, sebanyak 60% siswa memiliki pola makan yang tidak
baik, aktivitas fisik yang kurang pada siswa sebanyak 80% dan sebanyak 50%
ini adalah “Apa saja faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja
6. Melihat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja
2023.
tahun 2023.
tahun 2023.
tahun 2023.
gizi pada remaja dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.
Kesehatan (AKK).
berhubungan dengan status gizi pada remaja kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai
tahun 2023, dengan variabel dependen adalah Status Gizi dan variabel
independenya adalah pengetahuan, jenis kelamin, pola makan dan aktivitas fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
zat gizi sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Menurut hasil laporan Global Health Observatory (GHO), paling sedikit 2.8 juta
orang di dunia meninggal setiap tahun akibat memiliki status gizi overweight
tahun 2016 dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada remaja
umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 7.4% dan 8.6%,
sedangkan di Sumatera Utara, persentase kurus pada remaja umur 13-15 tahundan
16-18 tahun berturut-turut adalah 3.8% dan 1.5%. Berdasarkan hasil Pemantauan
Status Gizi tahun 2017dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada
remaja umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 6,7% dan 3,0%
(Gulo, 2020)
Status gizi merupakan suatu kondisi hasil dari adanya keseimbangan antara
asupan zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
zat gizi yang berbeda, hal tersebut berkaitan dengan umur, gender, aktivitas
9
10
makanan dan penggunaan zat gizi merupakan pengertian status gizi. Pemeriksaan
status gizi dapat dilakukan dengan melihat data riwayat kesehatan yang diperoleh
dari berbagai sumber. Untuk memeriksa ketidak seimbangan zat gizi dapat
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium. Pemeriksaan status gizi yang maksimal
seimbangan yang telah terjadi atau akan terjadi. Selain itu, status gizi juga
diartikan sebagai hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi
dalam tubuh (nutrien input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi
Masalah gizi yang sering dialami remaja antara lain kelebihan berat badan dan
kekurangan zat gizi. Masalah gizi lebih dapat berkaitan dengan sringnya
banyak kalori yang dapat memicu obesitas pada usia remaja. Status gizi remaja
dapat dinilai secara individu berdasarkan data yang diambil dari pemeriksaan
antopometri berupa data berat. badan dan tinggi badan yang kemudian
penilaian status gizi remaja dengan cara membandingkan IMT dengan standar
Klasifikasi Status Gizi Menurut (Brown, 2005), status gizi pada remaja
dapat ditentukan beberapa cara, salah satunya dengan menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT). Pengukuran dengan IMT Pengukuran obesitas yang paling banyak
dilakukan saat ini adalah penilaian berat badan dengan menggunakan indeks
massa tubuh (IMT). Hal ini disebabkan penilaian menggunakan IMT telah
memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena itu IMT cocok diterapkan bagi
orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi
BBkg
𝐼𝑀𝑇 = 2
TBm
Untuk penjelasan mengenai batas indeks masa tubuh (IMT) dapat terlihat pada
Tabel 2.1
Batas indeks masa tubuh (IMT)
Kategori IMT
lebih
Adapun dampak dari status gizi kurang maupun berlebih pada remaja
produktivitasnya menurun.
c. Lebih rentan terkena penyakit infeksi, baik status gizi kurang dan
lambat.
Dampak gizi kurang pada kognitif remaja yaitu Pada individu dengan
status gizi TB/U stunting yang lebih berat dan kronis, pertumbuhan badan akan
terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Selain
jumlah sel dalam batang otak berkurang, dapat terjadi ketidakmatangan dan
kurus dapat berdampak pada hubungan neuron mungkin tidak sebanyak yang
gangguan belajar. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berkonstribusi
status gizi, akan semakin kesulitan belajar akan menurun. peningkatan status gizi
(Rahmaningrum, 2020)
Dampak emosional terhadap gizi kurang maupun lebih adalah Anak yang
kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat menganggu
proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga
14
dalam proses belajar berupa kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini sangat erat
dengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas sehari-hari karena anak akan
terhadap kesulitan belajar. status gizi yang baik maka kesulitan belajar akan
menurun. Oleh sebab itu, upaya untuk meningkatkan status gizi merupakan hal
penting untuk menurunkan kesulitan belajaroleh karena itu perlu dilakukan upaya
untuk menurunkan kesulitan belajar pada siswa belajar melalui peningkatan status
2.2 Remaja
Defenisi Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
15
Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Asrori dan Ali (2016), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama , atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung
banyak aspek afektif , lebih atau kurang dari usia pubertas. Masa remaja adalah
masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan
usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir.
Menurut hukum di Amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa
apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan
sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
baru.
status, individu tidak jelas dan keraguan akan peran yang harus
dilakukan, pada masa remaja ini bukan lagi seorang anak dan bukan
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik
selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat
perubahan sikap dan perilaku juga turut. Ada juga perubahan yang
karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama awal masa.
dengan perubahan minat dan pola prilaku maka nilai-nilai juga akan
berubah.
penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-
diri dan tidak puas dan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala
hal.
sterotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi yang
remaja sebagai usia mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang
sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis.
itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang
mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
lain.
(privateself).
Pada masa remaja, kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian khusus. Hal
energi dan zat gizi yang lebih baik dan lebih banyak, perubahan gaya hidup dan
kebiasaan pangan menurut penyesuaian masukan energi dan zat gizi, serta
semakin beragamnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kelompok umur ini. Atas
dasar berbagai faktor tersebut, kebutuhan zat gizi perlu diutamakan. Bagi remaja,
didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal. Agar seseorang dapat melakukan
diperlukan energi. Secara umum, kebutuhan energi pada masa remaja tergantung
20
kecepatan dan tingkat aktivitas individu. Selama masa remaja, kebutuhan protein
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis menurut Hamdani (2019) yaitu :
a. Penilaian Langsung
1) Antropometri
yang spesifik.
dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut,
salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis
Menurut teori yang dilakukan oleh Andayani and Afnuhazi (2022) yang di
modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja ,
masalah gizi remaja di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan
22
tidak langsung. Faktor langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi.
Sedangkan faktor tidak langsung yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial
a. Faktor Lansung
1) Pola Makan
pada waktu tertentu. Pola konsumsi makan remaja yang sering tidak
teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak
Asupan makanan pokok yang bisa berikan untuk memenuhi pola makan
nasi,
23
kentang,
singkong,
ubi,
mie,
talas,
sagu, dan
sukun.
Sementara itu, lauk pauk sebagai makanan sehat untuk anak remaja
yaitu:
telur,
daging,
ayam,
ikan,
udang,
tahu, dan
tempe.
Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan juga oleh diet
kerja fisik dan prestasi belajar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
dengan kandungan natrium dan lemak yang tinggi tetapi rendah vitamin
dan mineral. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara
pengontrolan berat badan yang salah pada remaja putri. Hal tersebut
1) Jenis Kelamin
(Esza, 2020).
Anak perempuan yang mempunyai status gizi baik lebih besar dari
terjadi lebih cepat pada anak perempuan dan lebih lambat pada anak
daripada anak laki - laki. Hal tersebut diatas akan mempengaruhi berat
badan dan tinggi badan pada anak perempuan dan anak laki-laki
Nurrizka, 2020).
26
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Handari
and Loka (2022) Jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk
memiliki gizi lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang
Status gizi gemuk (obesitas dan overweight) lebih sering terjadi pada
dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria lebih banyak
2) Aktivitas Fisik
sebagai kalori (Dwi Markuri dan Ashan, 2021). Jenis aktivitas fisik
remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki tingkatan aktivitas fisik
berat badan, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, serta bentuk tubuh
kurang dari 600 menit per minggu, contoh aktivitas fisik rendah yaitu
jogging,berenang,dan
c) Aktivitas berat, yang dapat dilakukan lebih dari 3000 menit per
pada orang berat badan normal, tetapi menjadi sangat penting pada
3) Pengetahuan
29
timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan pola makan, serta pola
seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi
(Pantaleon, 2020).
erat dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan
pada saat dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui
gaya hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering dihadapi oleh remaja
adalah masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi kurang dan gizi
Pengaturan makanan adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara lain
menambah berat badan dan meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah pengaturan
a. Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan,
zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak
Selain itu untuk mengatasi gizi kurang dan berlebih, menurut Anisa dkk (2017)
adalah :
gizi masyarakat.
Besi.
(2022) yaitu melakukan sosialisasi mengenai status gizi pada remaja dan
memberikan makanan tambahan pada remaja. Selain itu dari pihak sekolah
juga sudah kerja sama dengan petugas kesehatan dengan adanya ruang
UKS untuk memantau status gizi pada remaja di SMAN 1 Sungai Rumbai.
32
Andayani and Afnuhazi (2022) yang di modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun
2019 tentang status gizi remaja tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten
Dhamsraya tahun 2023. Hubungan antara variabel independen (pola makan, jenis
kelamin, aktivitas fisik dan pengetahua) dan variabel dependen (Status Gizi)
diuraikan ke dalam 2 faktor yaitu : Faktor langsung dan Faktor tidak langsung.
Faktor Langsung
1. Pola makan
2. Penyakit Infeksi
Status Gizi
Faktor tidak langsung
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Sosial Ekonomi
4. Aktivitas fisik
5. Pengetahuan
9
33
berhubungan dengan status gizi pada remaja di uraikan dalam dua faktor, yaitu:
Pola Makan
lemak, serta rendah konsumsi sayur dan air putih. Sehingga, dinilai
gizi.
Penyakit Infeksi
34
cukup tetapi sering diserang diare atau ISPA dan demam akhirnya
Umur
obesitas pada saat remaja dan dewasa serta dapat lanjut ke masa
Jenis Kelamin
gizi lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang
35
dibandingkan wanita
Sosial Ekonomi
secara tidak langsung status gizi siswa juga akan menjadi baik,
Aktivitas Fisik
36
terbakar sebagai kalori. Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah
Pengetahuan
sebelumnya, maka yang menjadi kerangka konsep pada penelitian ini adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1
Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023. Pada penelitian ini variabel
yang diteliti adalah pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan.
peningkatan kasus status gizi pada remaja mulai dari gizi kurang dan gizi berlebih,
peralihan dari anak-anak. Dampak apabila status gizi remaja ini dibiarkan apabila
status gizi kurang dan berlebih pada remaja dapat mengakibatkan dampak kognitif
seperti kesulitan dalam belajar dan dampak emosional seperti sering merasa
insecure dan mengucilkan diri dari ruang lingkup pertemanan. Variabel yang akan
Pengetahuan
Jenis kelamin
Aktivitas fisik
38
1. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi pada remaja
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja
9
39
BAB III
METODE PENELITIAN
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang
antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek
dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach)
(Masturoh, 2018).
kesehatan terkait status gizi pada remaja, dimana apabila tidak ditangani, maka
belum mengetahui tentang status gizi dan perilaku pencegahan status gizi kurang
dan berlebih.
39
40
dilakukan awal bulan Juli 2023 sampai bulan Agustus dan diharapkan bulan
2.3
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
perhitungan sederhana.
N
n=
1+ N ( d )2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
39
41
Jawab :
N
n=
1+ N ( d )2
185
2
1+ 185 ( 0,1 )
185
n=
1+1.85
185
n=
2.85
n=64.9122
n=65 responden.
Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak,
dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel. Simple Random Sampling merupakan teknik yang
mudah diterapkan dikarenakan teknik ini memiliki prosedur yang mudah dan bisa
39
42
berikut:
a. Kriteria inklusi:
b. Kriteria ekslusi:
hipertensi dll
a. Kuesioner Demografi
secara umum pada responden. Ada 3 pertanyaan yang terdiri dari, umur
remaja, tinggi badan dan berat badan. Pengukuran antropometri status gizi
remaja yang paling sering digunakan adalah pengukuran IMT (Indeks Massa
Tubuh) dengan melakukan perhitungan antara tinggi badan dan berat badan.
39
43
Pernyataan yang diajukkan berjumlah 19 soal. Jenis makanan dari soal nomor
(1, 2, 3, 4, 5), jumlah porsi makanan dari soal nomor (6, 7, 8, 9, 10, 11, 12),
frekuensi makan dari soal nomor (13, 14, 15, 16, 17, 18, 19).
d. Kuesioner Pengetahuan
Makan, Aktifitas Fisik dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi pada Remaja
39
44
langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah status gizi
remaja, pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan remaja
a. Uji Validitas
ukur yang kita gunakan dalam suatu penelitian. Pengujian validitas yang
penelitian ini diadopsi dari penelitian orang lain yang dilakukan pada 25
(Corrected Item Total Correlation) > r-tabel sebesar (0,396), maka item
Pada variabel pola makan total seluruhnya soal sebanyak 19. Hasil
yang didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Variabel Pola Makan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,791 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,662 0,396 Valid
39
45
Pada variabel aktivitas fisik total seluruhnya soal sebanyak 13. Hasil
yang didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Variabel Aktivitas Fisik
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,455 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,654 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,789 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,812 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,876 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,453 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 8 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 9 0,564 0,396 Valid
Pertanyaan 10 0,765 0,396 Valid
Pertanyaan 11 0,887 0,396 Valid
Pertanyaan 12 0,881 0,396 Valid
39
46
yang didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,555 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,567 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,776 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,898 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,587 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,459 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,897 0,396 Valid
Pengetahuan
tabel, maka pertanyaan pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini
39
47
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Pengetahuan
No Variabel R-alpha R-tabel Kriteria
Cronbach’s
1 Pengetahuan 0,977 0,396 Reliabel
2 Pola Makan 0,886 0,396 Reliabel
3 Aktivitas Fisik 0,589 0,396 Reliabel
Meliputi data yang diperoleh melalui dokumen atau catatan dari tata usaha
SMAN 1 Sungai Rumbai data siswa yang kelas X yang bersekolah di SMAN 1
Sungai Rumbai yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti nama siswa dan jumlah
Memberikan kode atau angka pada setiap data untuk masing- masing
datanya yaitu :
1. Status gizi
0 = Kurang
1 = Normal
39
48
2 = Berlebih
2. Pola Makan
0 = Kurang
1 = Baik
3. Jenis Kelamin
0 = Laki-laki
1 = Perempuan
4. Aktivitas Fisik
0 = Kurang
1 = Baik
master tabel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Proses ini
39
49
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
variabel. Adapun variabel tersebut adalah status gizi remaja, pola makan, jenis
statistik Chi Square. Dalam pengolahan data dari hasil penelitian ini, peneliti
digunakan batasan kepercayaan yaitu 0,05 sehingga jika nilai p value ≤ 0,05,
sedangkan jika nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan dinilai tidak memiliki
39
50
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Status Gizi Suatu keadaan kesehatan Timbangan Wawancara 0 = Kurang, Ordinal
remaja berdasarkan konsumsi injak dan Dan jika angka
makanan, yang mana dapat microtoise Menimbang IMT < 17
diperiksa dengan berat badan.
1 = Normal,
menggunakan IMT/U.
jika angkat
IMT 18,5 –
25,0
2 = Berlebih,
jika angka
IMT > 27,0
2 Pola makan Cara siswa terhadap pemilihan Kuesioner Wawancara 0 = Kurang Ordinal
makanan baik dari jenis jika skor total
39
51
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
makanan maupun waktu < nilai tengah
makan.
1 = Baik, jika
skor total ≥
nilai tengah
39
52
DAFTAR PUSTAKA
Abeng, A. T. Et Al. (2020) ‘Faktor Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Siswa Di
Sma Negeri 2 Kota Palangka Raya’, 12(1).
Andayani, R. P. And Afnuhazi, R. (2022) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Remaja’, Jurnal Kesehatan Mercusuar, 5(2), Pp. 41–
48. Doi: 10.36984/Jkm.V5i2.309.
Anisa, A. F. Et Al. (2017) ‘Permasalahan Gizi Masyarakat Dan Upaya
Perbaikannya’, Gizi Masyarakat, 40, Pp. 1–22.
Ariana, R. (2021) ‘Pola Makan Remaja’, Pp. 1–23.
Arif Wicaksana, D. And Hida Nurrizka, R. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Bedahan
02 Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2018’, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat, 11, Pp. 35–47.
Brown (2005) ‘Status Gizi Pada Remaja’.
Christi (2021) Penyakit Infeksi.
Depkes RI (2020) Defenisi Pola Makan.
Dewi Indriawati (2020) ‘Hubungan Antara Status Gizi Dan Kecerdasan Emosi
Terhadap Kesulitan Belajar Anak Usia Dini’, 7, Pp. 133–154.
Dinas Kesehatan Kab Dhamasraya (2022) Data Status Gizi Remaja Kabupaten
Dharmasraya. Kabupaten Dhamasraya.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2022) ‘Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP)’, Journal Of Chemical Information And
39
53
39
54
39