Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN

TAHUN 2023
Nama : Nadia Farah Diba
NIM : S532008025
Instansi/Fakultas : Universitas Sebelas Maret
Peminatan/Prodi : Pascasarjana Ilmu Gizi/Human Nutrition
S2 : Mahasiswa S2
Judul : Pengaruh Konseling Gizi Pemberian Makanan Anak Terhadap
Pengetahuan, Sikap lbu, Pola Makan, Dan Status Gizi Baduta Stunting
Di Kota Malang

No. EC / ID Protokol : 100/UN27.06.11/KEP/EC/2023


Sumber Pendanaan : Mandiri

Lokasi Penelitian : Puskesmas Arjuno, Ciptomulyo, Dinoyo, Polowijen, dan Kedungkandang


Kota Malang

i
JUDUL
LAPORAN KEMAJUAN

PENGARUH KONSELING GIZI PEMBERIAN MAKANAN ANAK


TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP IBU, POLA MAKAN,
DAN STATUS GIZI BADUTA STUNTING
DI KOTA MALANG

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Ilmu Gizi Minat Utama Human Nutrition

Disusun Oleh :
NADIA FARAH DIBA
S532008025

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

iv
RINGKASAN
Masalah gizi stunting (sangat pendek) pada baduta terjadi karena anak
mengalami kekurangan asupan makanan sejak berada di kandungan sampai anak
usia berusia dua tahun. Masalah stunting perlu ditangani sejak dini karena
memberikan dampak negatif saat anak tumbuh dewasa yaitu pertumbuhan otak
terganggu sehingga kemampuan belajar anak menurun dan fungsi kekebalan tubuh
terganggu yang menyebabkan anak mudah sakit serta berisiko kematian yang
tinggi. Kota Malang merupakan salah satu kota prioritas dalam program 1000 HPK
di Provinsi Jawa Timur untuk menangani masalah gizi stunting, berdasarkan
laporan dinkes Kota Malang tahun 2021 persentase baduta stunting sebesar 9,6%.
Kejadian stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu asupan makan
anak yang kurang dan tidak seimbang dan perilaku ibu dalam memberikan makanan
kepada anak yang tidak tepat yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh
pengetahuan gizi ibu. Hasil studi pendahuluan menunjukkan pengetahuan gizi ibu
balita di Kota Malang dalam kategori kurang sebesar 63% dan sikap ibu terhadap
gizi dalam kategori negatif sebesar 66%.
Oleh karena itu perlunya upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap
gizi ibu berupa edukasi gizi seperti konseling gizi mengenai MP-ASI baduta agar
terjadi perubahan perilaku ibu dalam pemberian makanan anak yang berdampak
pada status gizi anak.

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... 4
RINGKASAN .......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iv
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Penelitian Relevan................................................................................................. 4
C. Kebaruan Penelitian .............................................................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................................. 8
E. Tujuan ................................................................................................................... 8
F. Manfaat ................................................................................................................. 8
BAB II METODE PENELITIAN............................................................................................. 9
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 9
B. Jenis dan Metode Penelitian .................................................................................. 9
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 9
D. Besar Sampel dan Teknik Sampling ................................................................... 10
E. Variabel Penelitian .............................................................................................. 11
F. Definisi Operasional............................................................................................ 12
G. Instrumen Penelitian............................................................................................ 13
H. Uji Validitas Dan Realibilitas ............................................................................. 14
I. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................... 15
J. Analisis Data ....................................................................................................... 18
BAB III ................................................................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 19
A. Hasil Penelitian ................................................................................................... 19
1. Gambaran Umum ................................................................................................ 19
2. Studi Pendahuluan............................................................................................... 19

iv
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ............................................ 19
4. Karakteristik Responden ..................................................................................... 22
5. Pengetahuan Gizi Responden .............................................................................. 24
6. Sikap Terhadap Gizi Responden ......................................................................... 25
7. Pola Makan Baduta Stunting Responden ............................................................ 26
8. Tingkat Konsumsi Baduta Stunting Responden ................................................. 27
9. Status Gizi Baduta Stunting Responden ............................................................. 30
B. Pembahasan ......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 38

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting adalah salah satu dari masalah gizi kronis akibat defisiensi zat
gizi selama seribu hari pertama kehidupan yang memiliki ciri-ciri tinggi badan
anak berada di bawah standar usianya. Masalah gizi stunting di kategorikan
berdasarkan nilai z-score PB/U antara -3SD sampai <-2SD (Kemenkes RI,
2018). Dampak masalah gizi stunting bersifat irreversible sehingga stunting
perlu diberikan intervensi sejak dini agar tidak berkelanjutan hingga dewasa,
karena pada anak stunting proses pematangan otaknya terganggu yang
menyebabkan kemampuan kognitif serta prestasi belajar pada anak turun.
Selain itu, fungsi kekebalan tubuh terganggu yang menyebabkan anak mudah
sakit serta berisiko kematian yang tinggi (Trihono et al., 2015; Yadika et al.,
2019).
Laporan Riskesdas tahun 2018 persentase bayi usia dibawah dua tahun
(baduta) stunting di Indonesia sebesar 29,9% yang belum memenuhi target
RPJMN tahun 2019 (28%). Terdapat 18 provinsi di Indonesia menjadi prioritas
intervensi masalah gizi stunting yang salah satunya adalah Provinsi Jawa Timur
(Kemenkes RI, 2018). Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2020
diketahui proporsi baduta stunting di Kota Malang (13,8%) lebih tinggi dari
Provinsi Jawa Timur (12,12%). Berdasarkan laporan data Dinas Kesehatan
Kota Malang tahun 2022 diketahui proporsi baduta stunting di Kota Malang
(9,6%) dengan persentase baduta stunting tertinggi di Kecamatan Lowokwaru
(15,3%) sebanyak 115 baduta yang melebihi target Dinas Kesehatan Kota
Malang (10%). Adapun upaya yang dilakukan untuk menangani masalah gizi
stunting di Kota Malang antara lain mengoptimalisasi pelaksanaan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) kesehatan ibu dan anak, program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), dan melaksanakan
pendampingan oleh kader kesehatan dan puskesmas, serta Tim Pendamping
Keluarga (Dinkes Kota Malang, 2022).

1
Kejadian stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian
sebelumnya menunjukkan kejadian stunting secara secara langsung
dipengaruhi oleh rendahnya asupan zat gizi seperti energi, protein, dan seng
serta adanya riwayat berat badan lahir rendah. Selain itu, terdapat faktor
penyebab lain stunting pada baduta yaitu pengetahuan ibu mengenai malnutrisi,
dan keluarga yang tinggal bersama keluarga besar atau hanya dengan orang tua.
Asupan zat gizi yang tidak adekuat pada baduta dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua terutama perilaku ibu dalam pemberian makanan pada baduta yang
tidak tepat. Sedangkan, perilaku pemberian makanan secara tidak langsung
dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu (Wellina et al., 2016; Mardani et al.,
2015).
Kota Malang merupakan salah satu kota prioritas dalam program 1000
HPK di Provinsi Jawa Timur. Adapun gambaran masalah gizi baduta di Kota
Malang berdasarkan hasil penelitian terdahulu antara lain tingkat pengetahuan
gizi ibu kurang, pemberian makanan prelakteal dan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dini, dan pemberian ASI eksklusif rendah (W. Rahmawati,
Wirawan, et al., 2016). Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui
pengetahuan gizi ibu dalam kategori kurang sebesar 63% dan sikap ibu
terhadap gizi dalam kategori negatif sebesar 66%. Selain itu, ibu balita jarang
terpapar informasi gizi mengenai stunting, beberapa ibu balita mendapatkan
informasi stunting melalui kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan di
puskesmas dan posyandu balita. Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang
mengenai gizi akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI
yang kurang tepat kepada baduta. Perlunya upaya dalam meningkatkan
pengetahuan dan sikap gizi ibu berupa edukasi gizi mengenai MP-ASI baduta
agar terjadi perubahan perilaku ibu dalam pemberian makanan anak
(Rahmawati et al., 2016). Asupan makan balita malang?
Edukasi gizi seperti konseling pada ibu dapat merubah perilaku gizi
yang lebih baik. Penelitian Rahmawati et al., (2019) menunjukkan konseling
gizi oleh kader posyandu kepada ibu baduta meningkatkan perilaku ibu baduta
dalam praktik pemberian makan bayi dan anak yang signifikan. Penelitian
pendukung lainnya menunjukkan terjadi peningkatan yang

2
signifikan pengetahuan gizi dan sikap ibu setelah diberikan konseling gizi pada
ibu baduta stunting selama 6 kali pertemuan yang berdampak pada perubahan
perilaku ibu seperti kesiapan ibu dalam memberikan makan pada anak yang
tepat sehingga kebutuhan gizi anak dalam sehari dapat terpenuhi
(Hestuningtyas & Noer, 2014).
Oleh karena itu, pemberian konseling gizi mengenai pemberian
makanan anak dapat dilakukan sebagai salah satu upaya perbaikan masalah gizi
stunting pada baduta karena meningkatan pengetahuan gizi ibu sehingga
perilaku ibu dalam pemberian makanan pada baduta tepat serta asupan makan
anak terpenuhi sesuai kebutuhan. Dari uraian di atas maka peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak terhadap
pengetahuan, sikap ibu, pola makan, dan status gizi baduta stunting di Kota
Malang.

3
B. Penelitian Relevan
No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan
1. Hestuningtyas Pengaruh Konseling Gizi Menganalisis Quasi Konseling gizi selama Variabel: Praktik ibu
& Noer (2014) Terhadap Pengetahuan, pengaruh konseling experiment enam kali dapat dalam pemberian
Sikap, Praktik Ibu Dalam gizi terhadap nonequivalen meningkatkan makan anak, dan status
Pemberian Makan Anak, pengetahuan, sikap, t control pengetahuan, sikap, gizi
Dan Asupan Zat Gizi praktik ibu dalam group design praktik ibu dalam
Anak Stunting Usia 1-2 pemberian makan pemberian makan
Tahun Di Kecamatan anak, dan asupan zat anak, dan asupan zat
Semarang Timur gizi anak stunting gizi anak secara
usia 1-2 tahun signifikan
2. Dewi & Pengaruh Edukasi Gizi Mempelajari Quasi Terdapat perbedaan Variabel: Praktik
Aminah (2016) Terhadap Feeding pengaruh experiment rerata yang bermakna pemberian makan
Practice Ibu Balita penyuluhan gizi dengan pre- pada skor (feeding practice) dan
Stunting Usia 6-24 Bulan terhadap perbaikan post test two pengetahuan sebelum tidak meneliti sikap,
pengetahuan dan group design dan setelah intervensi dan status gizi
praktik pemberian pada kedua kelompok Metode: Penyuluhan
makan (feeding (p=0,006; p=0,003),
practice) ibu yang terdapat perbedaan
memiliki balita rerata yang bermakna
stunting pada skor feeding
practice sebelum dan
setelah intervensi pada
kedua kelompok
(p=0,002; p=0,05)

4
No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan
3. Margawati & Pengetahuan ibu, pola Menganalisis Cross Hasil penelitian Metode penelitian:
Astuti (2018) makan dan status gizi pengetahuan ibu dan sectional menunjukkan ibu observasi
pada anak stunting usia hubungan pola balita stunting
1-5 tahun di Kelurahan makan dengan status memiliki pengetahuan
Bangetayu, Kecamatan gizi pada anak yang kurang tentang
Genuk, Semarang stunting usia 1-5 stunting
tahun
4. Rosmalina et Upaya Pencegahan Dan Mendapatkan Randomized Penanggulanagn Metode penelitian:
al. (2018) Penanggulangan Batita informasi tentang Control Trial stunting pada batita sitematik review
Stunting cara pencegahan berupa intervensi
stunting pada anak di multi-zat-gizi-mikro
bawah tiga tahun dan zat gizi mikro
(batita) yang dapat tunggal tidak dapat
dipertanggungjawab mencegah anak batita
kan secara ilimiah menjadi stunting
dan diaplikasikan
sebagai kebijakan
secara nasional
5. Ekayanthi, N. Edukasi Gizi pada Ibu Mengetahui Pre- Terdapat pengaruh Variabel: Tidak
W. D., & Hamil Mencegah pengaruh kelas ibu experimental yang bermakna kelas meneliti pola makan
Suryani, Stunting pada Kelas Ibu hamil terhadap design (one ibu hamil terhadap baduta
P.(2019) Hamil peningkatan group peningkatan
pengetahuan dan pre-test post- pengetahuan dan sikap
sikap tentang test) ibu hamil tentang
pencegahan stunting pencegahan stunting
(p-value <0,05).

5
No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan
6. Hati, F. S., & The Effect of Education Mengetahui Quasy- Terdapat pengaruh Variabel: Stimulasi
Pratiwi, A. M. Giving on The Parent’s pengaruh edukasi experimental pemberian edukasi tumbuh kembang anak
(2019) Behavior About Growth kepada orang tua pre-post test terhadap pemberian
Stimulation in Children tentang stimulasi with control stimulasi tumbuh
with Stunting tumbuh kembang group design kembang anak orang
pada balita stunting tua anak dengan
stunting dengan nilai
signifikansi p = 0,002
(p <0,05).
7. Wahyurin, I. Pengaruh Edukasi Mengetahui Quasy- Terdapat perbedaan Variabel: Tidak
S., et al.(2019) Stunting Menggunakan pengaruh pemberian experimental pengetahuan ibu yang mengukur sikap dan
Metode Brainstorming edukasi dengan with time signifikan mengenai pola makan baduta
Dan Audiovisual metode series design stunting pada waktu Metode: Brainstorming
Terhadap Pengetahuan brainstorming dan dengan satu sebelum dan sesudah
Ibu Dengan Anak audiovisual terhadap kelompok pemberian edukasi
Stunting pengetahuan ibu gizi dengan metode
tentang stunting brainstorming dan
audiovisual
8. Rahmawati et Konseling Oleh Kader Mengetahui Kuasi Ada perbedaan nilai Variabel: Praktik
al., (2019) Posyandu Meningkatkan pengaruh konseling eksperimen pre dan post konseling pemberian makan bayi
Praktik Ibu Dalam oleh kader Posyandu dengan one (p=0.003) dan ada dan anak oleh ibu dan
Pemberian Makan Bayi terhadap perubahan group pre- pengaruh konseling status gizi
Dan Anak Usia 6-24 praktik pemberian post test terhadap peningkatan Metode: Kader
Bulan Di Desa makan bayi dan anak design praktik pemberian posyandu yang
Pagelaran, Kecamatan (PMBA) ibu bayi makan bayi dan anak melakukan konseling
Ciomas, Bogor, dan anak usia 6-24 oleh ibu (p<0,01)
Indonesia bulan.
6
No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan
9. Angraini et al., Edukasi Kesehatan Mengedukasi Quasy Rerata pengetahuan Variabel: Tidak
(2020) Stunting Di Kabupaten kesehatan stunting experiment dan sikap meningkat mengukur pola makan
Bengkulu Utara terhadap dengan pre tentang stunting balita dan status gizi
pengetahuan dan and post test setelah edukasi
sikap ibu one group pendidikan kesehatan
dalam bentuk flipchart
(lembar balik) di
Puskesmas Arga
Makmur Kabupaten
Bengkulu Utara
10. Paramashanti Early Introduction Of Menganalisis Cross- Faktor yang Metode penelitian:
and Benita Complementary Food pengaruh pengenalan sectional mempengaruhi observasi
(2020) And Childhood Stunting MP-ASI dini kejadian stunting Variabel: Tidak
Were Linked Among terhadap kejadian adalah waktu pertama mengukur pengetahuan,
Children Aged 6-23 stunting pada baduta pemberian MP-ASI, sikap ibu dan pola
Months jenis kelamin baduta, makan baduta
dan usia baduta.

7
C. Kebaruan Penelitian
Kebaruan dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan seperti tempat
penelitian, dan metode penelitian yaitu memberikan konseling gizi kepada ibu
baduta usia 6-24 bulan dalam kurun waktu dua bulan.
D. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap pengetahuan, sikap ibu, pola makan, dan status gizi baduta stunting
di Kota Malang?
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap pengetahuan, sikap ibu, pola makan, dan status gizi baduta
stunting di Kota Malang.

2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap pengetahuan ibu baduta stunting di Kota Malang.
b. Menganalisis pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap sikap ibu baduta stunting di Kota Malang.
c. Menganalisis pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap pola makan baduta stunting di Kota Malang.
d. Menganalisis pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak
terhadap status gizi baduta stunting di Kota Malang.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bukti empiris
adanya pengaruh konseling gizi pemberian makanan anak terhadap
pengetahuan, sikap ibu dan pola makan baduta stunting di Kota Malang.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan
dalam menanggulangi masalah baduta stunting di Kota Malang.

8
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di lima puskesmas di setiap kecamatan Kota
Malang yaitu Puskesmas Arjuno, Ciptomulyo, Dinoyo, Polowijen, dan
Kedungkandang. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei-
September 2023.
B. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini berjenis randomised control trial dengan parallel design
yaitu partisipan dikelompokkan dalam dua kelompok secara random yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian kemudian diakhiri
dengan sebuah tes akhir (post-test) yang diberikan kepada kedua kelompok
(Probandari et al., 2020). Subjek penelitian terbagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok ibu baduta stunting mendapat konseling gizi 4x/bulan dengan
rentang waktu 1 minggu sekali sebagai kelompok perlakuan dan satu
kelompok sebagai kontrol.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu baduta pendek yang
berada di Kota Malang. Sampel penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi, sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi meliputi:
a. Baduta usia 6-24 bulan yang diasuh langsung.
b. Status gizi baduta TB/U <-2SD sampai -3SD.
c. Keluarga bertempat tinggal dan menetap di Kota Malang.
d. Baduta memilki KMS.
e. Bersedia menjadi responden penelitian.
2. Kriteria eksklusi meliputi:
a. Ibu yang memiliki baduta dengan penyakit kronis.
b. Subjek tidak mengikuti seluruh rangkaian penelitian.

9
D. Besar Sampel dan Teknik Sampling
Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Dahlan, 2016):
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 )𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑥1 − 𝑥2
Keterangan:
n1 = jumlah sampel kelompok 1
n2 = jumlah sampel kelompok 2
za = nilai standar α yaitu 0,05 (1,96)
zβ = nilai standar β yaitu 20% (0,84)
S = simpang selisih, bersumber dari kepustakaan yaitu 8,010
x1-x2 = selisih minimal yang dianggap bermakna yaitu 3,54 (Febriyatna et al.,
2015)
2
(1.96 + 0.84)8.010
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
3.54
22.428 2
𝑛1 = 𝑛2 = ( ) = 6.32 = 39.69
3.54

Hasil perhitungan menunjukkan jumlah besar sampel penelitian adalah


39,69 yang dibulatkan menjadi 40 responden setiap kelompok, untuk
mengantisipasi drop out maka ditambah 10% maka jumlah sampel adalah 44
responden setiap kelompok.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional
random sampling dengan cara pengambilan sampel dengan memperhatikan
proporsi dari populasi (Probandari et al., 2020).

𝑛1
𝑁= 𝑥𝑛2
𝑆
Keterangan:
N = Total responden tiap wilayah
n1 = Total populasi tiap wilayah
n2 = jumlah responden yang dibutuhkan
S = Total populasi semua wilayah

10
1) Puskesmas Kedungkandang
115
𝑁 = 140 𝑥88

= 72,3
2) Puskesmas Arjuno
25
𝑁 = 140 𝑥88

= 12,6
3) Puskesmas Ciptomulyo
50
𝑁 = 140 𝑥88

= 31,4
4) Puskesmas Dinoyo
97
𝑁 = 140 𝑥88

= 60,9
5) Puskesmas Polowijen
63
𝑁= 𝑥88
140

= 39,6
E. Variabel Penelitian
Variabel bebas: konseling gizi
Variabel terikat: pengetahuan gizi ibu , sikap ibu, pola makan baduta dan
status gizi baduta stunting.

11
F. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skala Data
Konseling Gizi Proses komunikasi dua arah antara Diberi dan Diberi konseling gizi stunting Nominal
konselor dan klien untuk membantu tidak diberi Tidak diberi konseling gizi stunting
klien dalam mengenali, mendorong,
dan mengatasi masalah gizi yang
dihadapi.
Pengetahuan Pengetahuan ibu dalam memahami Tes Total skor pengetahuan gizi ibu baduta Rasio
Gizi Ibu tentang masalah gizi stunting, pola Pengetahuan stunting
makan baduta, pemilihan makanan, Gizi
dan pengolahan bahan makanan
baduta.
Sikap Ibu Suatu pandangan ibu terhadap gizi Kuesioner Total skor sikap terhadap gizi ibu baduta Rasio
terhadap suatu masalah gizi Sikap stunting
stunting, pola makan baduta,
pemilihan makanan, dan pengolahan
bahan makanan baduta.
Pola Makan Pola kebiasaan makan baduta Food Recall Total skor pola makan dan tingkat Rasio
Baduta sehari-hari yang meliputi jumlah 24 jam konsumsi baduta stunting
asupan, jenis bahan makanan dan
frekuensi makan.
Status Gizi Status kesehatan baduta untuk Infant ruler Nilai z-score TB/U baduta stunting Interval
Baduta mengukur pemenuhan kebutuhan
asupan zat gizi yang berasal dari
makanan.

12
G. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner penelitian untuk mengumpulkan data karakteristik umum
subjek penelitian, meliputi:
a. Karakteristik ibu baduta: nama, umur, pendapatan keluarga,
pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.
b. Karakteristik baduta: umur, jenis kelamin, dan panjang badan.
2. Kuesioner penelitian untuk mengukur pengetahuan gizi ibu dan sikap ibu
terhadap gizi. Data pengetahuan gizi dan sikap ibu terhadap gizi mengenai
stunting dan pemberian makan anak diukur dengan kuesioner yang
dikembangkan oleh peneliti, masing-masing terdiri dari 15 item
pertanyaan dan pernyataan.
a. Data pengetahuan gizi: subjek penelitian menjawab pertanyaan yang
terdapat di kuesioner sesuai pemahamannya. Adapun kisi-kisi
kuesioner pengetahuan gizi terdapat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Gizi
Variabel Komponen-Komponen Nomor
Pertanyaan
Pengetahuan - Stunting 1
Gizi - Usia pemberian ASI 4
- Usia pemberian MP-ASI 2
- Frekuensi pemberian MP-ASI 9
- Jenis MP-ASI 6
- Tekstur MP-ASI 3,10
- Jumlah pemberian MP-ASI 5
- Contoh MP-ASI seimbang 7
- Tujuan MP-ASI 8

13
b. Data sikap terhadap gizi: subjek penelitian menjawab pernyataan
yang terdapat di kuesioner sesuai pilihan yang ada. Adapun kisi-kisi
kuesioner sikap terhadap gizi terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap Terhadap Gizi

Variabel Komponen-Komponen Nomor


Pertanyaan
Sikap - Sikap ibu tentang stunting 1,2
Terhadap - Sikap ibu tentang MP-ASI 7
Gizi - Sikap ibu tentang ASI 5
- Sikap ibu tentang pengenalan MP- 3,4
ASI
- Sikap ibu tentang tahapan 8
pemberian MP-ASI
- Sikap ibu dalam penerapan 6,9,10
pemberian MP-ASI

3. Formulir FFsQ dan food recall 24 jam untuk mengetahui jumlah, jenis
dan frekuensi makanan selama 1 bulan terakhir.
4. Alat ukur panjang bayi (infant ruler) mengukur panjang badan baduta
dengan jarak 1 bulan setelah pengukuran awal.Berdasarkan kurva
pertumbuhan WHO panjang badan anak usia 6-24 bulan bertambah 1 cm
setiap bulannya.
5. Alat ukur dacin untuk menimbang berat badan baduta dengan jarak 1
bulan setelah penimbangan awal.

H. Uji Validitas Dan Realibilitas


1. Uji Validitas
Penggunaan kuesioner sebagai alat ukur penelitian perlu di uji
validitas terlebih dahulu agar kuesioner yang digunakan sesuai untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas kuesioner yang sering
digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah uji validitas konstruk
karena uji tersebut dapat menggambarkan pertanyaan/pernyataan yang
diajukan dalam kuesioner sesuai dengan konsep variabel yang diukur
meliputi landasan teori dan definisi operasional. Uji statistik yang
digunakan pada validitas konstruk adalah uji korelasi Pearson Product
Moment, apabila hasil uji sama atau di atas nilai kritis (p≤0,05) maka item
pertanyaan/pernyataan tersebut valid (Probandari et al., 2020).

14
2. Uji Realibilitas

𝑡
Alat ukur kuesioner juga perlu di uji realibilitas agar kuesioner
yang digunakan menunjukkan hasil yang selalu sama apabila digunakan
berkali-kali. Uji realibilitas kuesioner dapat menggunakan Cronbach
Alpha yang bertujuan untuk menguji konsistensi internal jawaban
responden pada kuesioner. Hasil uji Cronbach Alpha kemudian di
interpretasikan untuk mengetahui tingkat keandalan, sebagai berikut
(Probandari et al., 2020):
a. Kurang andal : 0,0 – 0,20
b. Agak andal : >0,20 – 0,40
c. Cukup andal : >0,40 – 0,60
d. Andal : >0,60 – 0,80
e. Sangat andal : >0,80 – 0,100
Setiap item pertanyaan/pernyataan yang sudah di uji validitas dan
realibilitas apabila hasilnya tidak layak maka pertanyaan/pernyataan
tersebut dihapus dan digantikan dengan yang baru jika
pertanyaan/pernyataan tersebut tidak ada yang mewakili komponen-
komponen variabel yang kemudian di uji kembali.

I. Prosedur Pengumpulan Data


Terdapat tahapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Tahap Awal
a. Melakukan studi pendahuluan tentang prevalensi baduta stunting di
Kota Malang dan uji validitas dan reabilitas kuesioner penelitian
minimal 30 responden yaitu ibu baduta usia 25-35 tahun (Probandari
et al., 2020).

b. Mengurus ethical clearance di Komite Etik Penelitian Kesehatan


(KEPK) FK UNS.
c. Mengurus ijin penelitian di Dinkes Kota Malang.

d. Mengurus ijin penelitian dan pelaksanaan di 5 Puskesmas Kota


Malang.
e. Pengumpulan data awal, yaitu mengumpulkan data panjang badan dan
umur baduta untuk menentukan status gizi subjek yang berkategori
15
stunting.
f. Subjek dikelompokkan berdasarkan kategori inklusi dan eksklusi yang
kemudian diberikan informed consent sebagai kesediaan menjadi
subjek penelitian.
g. Melakukan simple random sampling sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
pertama/perlakuan diberikan konseling gizi 4x/bulan dan kelompok
kedua/kontrol tidak diberikan konseling gizi.
b. Dilakukan pre-test terhadap semua subjek penelitian seperti
pengukuran panjang badan, penimbangan berat badan, pengukuran
pengetahuan gizi dan sikap ibu baduta dengan mengisi kuesioner
penelitian, dan pengukuran pola makan baduta selama 1 bulan
menggunakan formulir FFsQ dan food recall 24 jam.
c. Kelompok pertama/perlakuan diberikan konseling gizi.
d. Kelompok pertama (P1) dilakukan konseling setiap 4x/bulan dengan
jarak 1x/minggu selama 2 bulan. Konseling gizi berupa masalah gizi
stunting, gizi seimbang baduta serta pemberian makan baduta,
berdurasi 30-45 menit.
3. Tahap Akhir
Penelitian yang berlangsung selama 2 bulan akan dilakukan observasi
setiap bulan untuk mengukur pengetahuan, sikap ibu, dan panjang badan
baduta. Observasi data pola makan baduta berupa jenis dan frekuensi
bahan makanan baduta dilakukan setiap bulan, sedangkan pengambilan
data tingkat konsumsi energi baduta dilakukan 2x/minggu dengan hari
berbeda.

16
4. Jadwal Konseling
MINGGU KEGIATAN WAKTU
Minggu -Perkenalan diri, maksud dan tujuan konseling 45-60 menit
Ke-1 -Pre-test dan pengambilan data pola makan
-Pemberian materi tentang
stunting(pengertian, penyebab,
penanggulangan)
-Pemberian materi tentang pemberian
makanan pada anak baduta (MP-ASI)
-Feedback dan review
Minggu -Wawancara food recall 24 hours 30-45 menit
Ke-2 -Pemberian materi tentang bahan makanan
MP- ASI
- Pemberian materi tentang cara pemberian
MP- ASI
-Feedback dan review
Minggu -Wawancara food recall 24 hours 30-45 menit
Ke-3 -Pemberian materi tentang pola makan baduta
stunting
-Feedback dan review
Minggu -Wawancara pola makan 30-45 menit
Ke-4 -Pemberian materi tentang menu MP-ASI
bahan lokal
-Feedback dan review
-Post-test pengetahuan dna sikap ibu
Minggu -Wawancara food recall 24 hours 30-45 menit
Ke-5 -Diskusi mengenai menu MP-ASI baduta
-Feedback dan review

Minggu -Wawancara food recall 24 hours 30-45 menit


Ke-6 -Diskusi mengenai menu MP-ASI baduta
dan permasalahan yang mempengaruhi
dalam pemberian MP-ASI
-Feedback dan review
Minggu -Wawancara food recall 24 hours 30-45 menit
Ke-7 -Diskusi mengenai menu MP-ASI baduta
dan permasalahan yang mempengaruhi
dalam pemberian MP-ASI
-Feedback dan review
Minggu - Wawancara pola makan 30-45 menit
Ke-8 - Diskusi mengenai menu MP-ASI baduta
dan permasalahan yang mempengaruhi
dalam pemberian MP-ASI
- Post-test pengetahuan dan sikap ibu

17
J. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS for windows. Data yang
sudah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis antara lain pembersihan
data, code, tabulasi data
1. Analisis Univariat
Variabel yang dilakukan analisis meliputi data umum subjek
penelitian, yaitu:
a. Karakterisitik ibu baduta yang terdiri tinggi badan, umur, pengetahuan
ibu, pendapatan keluarga, dan pendidikan ibu.
b. Karakteristik baduta yang terdiri umur, jenis kelamin, berat badan dan
panjang badan.
Data umur ibu dan baduta dianalisis menggunakan tendensi sentral
berupa nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Data
karakteristik ibu dan baduta seperti tinggi badan ibu, pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, jenis kelamin baduta,
berat badan baduta dan panjang badan baduta dikategorikan terlebih
dahulu lalu dianalisis secara deskriptif dalam tabel distribusi frekeunsi dan
persentase.
2. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan pada variabel bebas dengan variabel terikat
untuk mengetahui hubungan antara variabel. Uji statistik yang digunakan
untuk mengetahui adanya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan
antara variabel bebas (konseling gizi) dengan variabel terikat
(pengetahuan gizi, sikap, pola makan baduta, tingkat konsumsi baduta, dan
status gizi baduta) dengan skala data interval atau rasio yaitu
menggunakan Paired Sample T-test untuk data berdistribusi normal atau
Wilcoxon Test untuk data tidak berdistribusi normal. Sedangkan, uji
statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan yaitu menggunakan Independent Sample
T-test untuk data berdistribusi normal atau Mann Whitney U-test untuk
data tidak berdistribusi normal.

18
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan izin Dinas Kesehatan Kota
Malang pada bulan Juni 2023. Tempat pengambilan data penelitian dilakukan di
lima puskesmas wilayah Kota Malang yang mewakili setiap kecamatan antara
lain Puskesmas Kedungkandang, Arjuno, Ciptomulyo, Dinoyo, dan Polowijen.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner penelitian, formulir FFsQ
dan food recall 24 jam, media leaflet dan flipchart, alat ukur infant ruler dan
dacin. Kegiatan konseling dilakukan oleh peneliti sendiri sedangkan untuk
pengambilan data pola makan, panjang badan, dan berat badan baduta stunting
dibantu oleh 2 enumerator yang sudah dilatih dan dibimbing oleh peneliti.
Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara langsung pada
responden. Informasi yang didapatkan pada responden antara lain umur tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengetahuan
gizi, dan sikap terhadap gizi. Sedangkan informasi baduta stunting responden
antara lain umur, berat badan, panjang badan, dan pola makan.
2. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat
pengetahuan gizi dan sikap ibu balita stunting di Kota Malang. Pengambilan data
dilakukan di 3 puskesmas wilayah kerja Kota Malang yaitu Puskesmas Dinoyo,
Mojolangu, dan Polowijen. Total responden yang diambil sebanyak 30 orang ibu
balita, instrumen yang digunakan berupa kuesioner penelitian mengenai masalah
stunting dan pola makan baduta. Adapun hasil pengukuran pengetahuan gizi ibu
balita dalam kategori kurang sebesar 63% dan sikap terhadap gizi dalam kategori
negatif sebesar 66%.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Kuesioner penelitian yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi
terdiri 10 pertanyaan dengan jawaban benar atau salah dan kuesioner sikap
terhadap gizi terdiri 10 pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju, atau sangat setuju. Uji validitas kuesioner penelitian
menggunakan aplikasi SPSS yaitu uji korelasi Pearson Product Moment dengan

19
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Gizi

No Komponen-Komponen p Keputusan
Pertanyaan

1 Masalah Stunting 0,028 Valid

2 Usia pemberian MP-ASI 0,028 Valid

3 Tekstur MP-ASI 0,001 Valid

4 Usia pemberian ASI 0,001 Valid

5 Jumlah pemberian MP-ASI 0,012 Valid

6 Jenis MP-ASI 0,019 Valid

7 Contoh MP-ASI seimbang 0,001 Valid

8 Tujuan MP-ASI 0,001 Valid

9 Frekuensi pemberian MP- 0,000 Valid


ASI

10 Tekstur MP-ASI 0,001 Valid

Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan


pengetahuan gizi bahwa secara keseluruhan pertanyaan memiliki nilai p<0,05
yang menyatakan butir-butir pertanyaan valid dan dapat digunakan untuk
mengukur pengetahuan gizi.

20
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap Terhadap Gizi

No Komponen-Komponen p Keputusan
Pernyataan

1 Sikap ibu tentang stunting 0,000 Valid

2 Sikap ibu tentang stunting 0,000 Valid

3 Sikap ibu tentang 0,000 Valid


pengenalan MP- ASI

4 Sikap ibu tentang 0,000 Valid


pengenalan MP- ASI

5 Sikap ibu tentang ASI 0,000 Valid

6 Sikap ibu dalam 0,000 Valid


penerapan pemberian
MP-ASI

7 Sikap ibu tentang MP-ASI 0,000 Valid

8 Sikap ibu tentang 0,000 Valid


tahapan pemberian
MP-ASI

9 Sikap ibu dalam 0,000 Valid


penerapan pemberian
MP-ASI

10 Sikap ibu dalam 0,000 Valid


penerapan pemberian
MP-ASI

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap butir-butir pernyataan sikap


terhadap gizi pada Tabel 4.2 bahwa keseluruhan pernyataan menunjukkan nilai
p<0,05 yang menyatakan butir-butir pernyataan valid dan dapat digunakan untuk
mengukur sikap terhadap gizi.
Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan uji Cronbach
Alpha yang diketahui hasil reliabilitas kuesioner penelitian untuk pengukuran
pengetahuan gizi sebesar 0,718 yang termasuk dalam kategori andal (>0,60-
0,80), sedangkan hasil realibilitas untuk pengukuran sikap terhadap gizi sebesar
0,852 yang termasuk dalam kategori sangat andal (>0,80-0,100). Berdasarkan
hasil uji validitas dan realibitas tersebut dapat disimpulkan kuesioner penelitian
layak digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi.

21
4. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang dilaksanakan di 5 Puskesmas Kota Malang, terdapat
88 ibu baduta stunting yang memenuhi kriteria inklusi sebagai responden yang
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 44 orang sebagai kelompok kontrol
dan 44 orang sebagai kelompok perlakuan. Gambaran distribusi frekuensi
karakteristik responden ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Perlakuan Kontrol
Karakteristik Subjek
n % n %
Umur
20-35 Tahun 31 70,5 34 77,3
36-45 Tahun 13 29,5 10 22,7
Tingkat Pendidikan
SD Sederajat 2 4,5 5 11,4
SMP Sederajat 10 22,7 16 36,4
SMA Sederajat 27 61,4 20 45,5
Diploma/Sarjana 5 11,4 5 11,4
Pekerjaan Ibu
IRT 36 81,8 37 84,1
Wiraswasta 2 4,5 3 6,8
Wirausaha 6 13,7 4 9,1
Pekerjaan Ayah
Swasta 22 50 28 63,6
Wiraswasta 8 18,2 14 36,4
Lainnya 14 31,8 0 0
Pendapatan
<UMR (2.900.000) 23 52,3 23 52,3
≥UMR (2.900.000) 21 47,7 21 47,7
Jumlah Anggota Keluarga
≤5 orang 30 68,2 31 70,5
>5 orang 14 31,8 13 29,5
Jenis Kelamin Baduta
Laki-Laki 23 52,3 27 61,4
Perempuan 21 47,7 17 38,6
Umur Baduta
6-11 Bulan 11 25 15 34,1
12-24 Bulan 33 75 29 65,9
Pantangan Makanan Baduta
Ya
Tidak 0 0 0 0
Alergi Makanan Baduta 44 100 44 100
Ya
Tidak 5 11,4 6 13,6
37 88,6 38 86,4
Sumber: Data Primer (2023)

22
Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik umum responden pada kedua
kelompok yaitu sebagian besar memiliki rentang umur 20-35 tahun, bertingkat
pendidikan terakhir SMA/Sederajat , responden tidak bekerja/ibu rumah tangga,
jenis pekerjaan ayah adalah swasta, pendapatan keluarga dibawah UMR, dan
memiliki jumlah anggota keluarga ≤5 orang dalam satu rumah. Ibu yang bekerja
memiliki pekerjaan seperti pedagang, penjahit, dan guru privat. Sedangkan
karakteristik baduta stunting responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki,
berumur 12-24 bulan, tidak memiliki pantangan makanan, dan tidak memiliki
alergi makanan. Beberapa baduta diketahui memiliki alergi makanan pada bahan
makanan sumber protein seperti telur, daging ayam, ikan, susu dan olahannya.
Selain itu, terdapat informasi mengenai data paparan informasi gizi pada
responden yang terdapat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Informasi Gizi
Perlakuan Kontrol
Karakteristik Subjek
n % n %
Informasi Gizi & Stunting
Ya 40 90,9 34 70,6
Tidak 4 9,1 10 29,4
Sumber Informasi
Yankes 5 12,5 10 29,4
Posyandu 31 77,5 20 58,8
Sosial Media 12 30 11 32,4
Terakhir Kali Mendapat
Informasi
Sebulan Terakhir 13 32,5 4 11,8
≤6 bulan lalu 8 20 6 17,6
>6 bulan lalu 4 10 6 17,6
≥1 tahun lalu 9 22,5 18 52,9
Informasi Pola Makan Baduta
Ya 39 88,6 36 81,8
Tidak 5 11,4 8 18,2
Sumber Informasi
Yankes 10 25,6 11 30,5
Posyandu 29 74,4 19 52,7
Sosial Media 8 20,5 8 22,2
Terakhir Kali Mendapat
Informasi
Sebulan Terakhir 8 20,5 3 8,3
≤6 bulan lalu 7 17,9 8 22,2
>6 bulan lalu 3 7,7 5 13,8
≥1 tahun lalu 11 28,2 20 55,5
Sumber: Data Primer (2023)

23
Tabel 4.4 menujukkan sebagian besar responden mengetahui informasi
tentang stunting dan pola makan baduta. Informasi gizi tersebut paling sering
didapatkan di posyandu. Perkiraan waktu terakhir kali mendapatakan informasi
mengenai stunting untuk kelompok perlakuan yaitu sebulan terakhir sedangkan
kelompok kontrol yaitu ≥1 tahun terakhir. Selain itu, perkiraan waktu terakhir kali
mendapatakan informasi mengenai pola makan baduta pada kedua kelompok
didapatkan ≥1 tahun terakhir.
5. Pengetahuan Gizi Responden
Pengetahuan gizi responden diukur dengan cara menilai jawaban
responden yang terdapat di kuesioner penelitian. Pengolahan nilai responden
adalah total skor pengetahuan responden dibagi skor maksimal yang kemudian
dikalikan seratus, hasil nilai yang didapat kemudian diinterpretasikan ke dalam 3
kategori antara lain kurang, cukup, dan sedang yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi
Perlakuan Kontrol
Tingkatan n=44 n=44
Pengetahuan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
Kurang 37 84,1 0 0 42 95 30 68,2
Cukup 5 11,4 13 29,5 2 5 13 29,5
Baik 2 4,5 31 70,5 0 0 1 2,3
Sumber: Data Primer (2023)
Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar hasil pre-test pengetahuan
responden berada dalam kategori kurang pada kedua kelompok (95%, 84,1%).
Sedangkan pada hasil post-test responden pada kelompok perlakuan sebagian
besar dalam kategori baik (70,5%) dan kelompok kontrol sebagian besar dalam
kategori kurang (68,2%). Hasil pre-test dan post-test pada kedua kelompok
kemudian dianalisis menggunakan uji statistik untuk melihat pengaruh intervensi
konseling gizi terhadap pengetahuan gizi ibu.
Tabel 4.6. Hasil Uji Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Konseling Gizi
Sebelum Sesudah
Kelompok Median Median Z p
(Min-Max) (Min-Max)
Perlakuan 40,5 82 -5,787 0,000*
(n=44) (0-82) (64-100)
Kontrol 36 55 -5,189 0,000*
(n=44) (0-64) (27-82)
* = Wilcoxon Test

24
Tabel 4.6 menunjukkan nilai median skor pengetahuan post-test ibu baduta
stunting pada kedua kelompok penelitian lebih tinggi dibandingkan nilai median
pre-test. Perbedaan nilai median pada kedua kelompok tersebut secara statistik
signifikan (p<0,05). Maka pengetahuan gizi ibu baduta stunting dapat meningkat
setelah diberikan konseling gizi maupun tidak diberikan konseling gizi.
Tabel 4.7. Hasil Uji Perbedaan Pengetahuan Kedua Kelompok
Kelompok Median (Min-Max) U p
Perlakuan (n=44) 82 (64-100) 71 0,000**
Kontrol (n=44) 55 (27-82)
**= Mann Whitney U Test
Tabel 4.7 menunjukkan nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan pengetahuan
gizi yang signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan
memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik dibandingkan kelompol kontrol.
6. Sikap Terhadap Gizi Responden
Sikap terhadap gizi responden diukur dengan cara menilai jawaban
responden yang terdapat di kuesioner penelitian. Pengolahan nilai responden
adalah total skor sikap responden dibagi skor maksimal yang kemudian dikalikan
seratus, hasil nilai yang didapat kemudian diinterpretasikan ke dalam 3 kategori
antara lain negatif, netral, dan positif yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Gizi
Perlakuan Kontrol
Tingkatan n=44 n=44
Sikap Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
Negatif 20 45,5 0 0 21 47,7 8 18,2
Netral 24 54,5 34 77,3 23 52,3 36 81,8
Positif 0 0 10 22,7 0 0 0 0
Sumber: Data Primer (2023)
Tabel 4.8 menunjukkan sebagian besar hasil sikap responden sebelum dan
sesudah berada dalam kategori netral pada kedua kelompok. Hasil sebelum dan
sesudah pada kedua kelompok kemudian dianalisis menggunakan uji statistik
untuk melihat pengaruh intervensi konseling gizi terhadap sikap terhadap gizi ibu.

25
Tabel 4.9. Hasil Uji Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Konseling Gizi
Sebelum Sesudah
Kelompok Median Median Z p
(Min-Max) (Min-Max)
Perlakuan 62 76 -5,580 0,000*
(n=44) (38-73) (62-92)
Kontrol 60 66 -5,525 0,000*
(n=44) (37-72) (40-75)
* = Wilcoxon Test
Tabel 4.9 menunjukkan nilai median skor sikap sesudah ibu baduta
stunting pada kedua kelompok penelitian lebih tinggi dibandingkan nilai median
sebelum. Perbedaan nilai median pada kedua kelompok tersebut secara statistik
signifikan (p<0,05). Maka sikap terhadap gizi ibu baduta stunting dapat meningkat
setelah diberikan konseling gizi maupun tidak diberikan konseling gizi.
Tabel 4.10. Hasil Uji Perbedaan Sikap Kedua Kelompok
Kelompok Median (Min-Max) U p
Perlakuan (n=44) 45,5 (37-55) 204,5 0,000**
Kontrol (n=44) 39,5 (24-45)
**= Mann Whitney U Test
Tabel 4.10 menunjukkan nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan sikap
terhadap gizi yang signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok
perlakuan memiliki sikap terhadap gizi yang lebih baik dibandingkan kelompol
kontrol.
7. Pola Makan Baduta Stunting Responden
Pola makan baduta stunting responden diukur dengan cara
menjumlahkan total skor konsumsi pangan baduta yang terdapat di Food
Frequency Questionnaires (FFQ) yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan
nilai rerata skor konsumsi pangan kelompok, apabila nilai kurang dari nilai rerata
maka masuk kategori kurang, hasil interpretasi pola makan kedua kelompok
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pola Makan Baduta Stunting
Perlakuan Kontrol
Tingkatan n=44 n=44
Pola Makan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
Kurang 20 45,5 19 43,2 30 68,2 32 72,7
Baik 24 54,5 25 56,8 14 31,8 12 27,3
Sumber: Data Primer (2023)

26
Tabel 4.11 menunjukkan pola makan baduta stunting kelompok
perlakuan sebelum (54,5%) dan sesudah (56,8%) tetap dalam kategori baik.
Sedangkan, pola makan kelompok kontrol sebelum (68,2%) dan sesudah (72,7%)
tetap dalam kategori kurang. Hasil sebelum dan sesudah pada kedua kelompok
kemudian dianalisis menggunakan uji statistik untuk melihat pengaruh intervensi
konseling gizi terhadap pola makan baduta stunting.
Tabel 4.12. Hasil Uji Pola Makan Baduta Stunting Responden Sebelum dan
Sesudah
Sebelum Sesudah
Kelompok Median Median Z p
(Min-Max) (Min-Max)
Perlakuan 450 463 -2,616 0,090*
(n=44) (395-570) (405-585)
Kontrol 412,5 412,5 -1,918 0,055*
(n=44) (310-565) (310-548)
* = uji Wilcoxon Test
Tabel 4.12 menunjukkan nilai median pola makan sebelum baduta
stunting pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan nilai median
sesudah. Akan tetapi, perbedaan nilai median pada kelompok perlakuan secara
statistik tidak signifikan (p>0,05). Maka pemberian konseling gizi tidak dapat
meningkatkan pola makan baduta stunting.
Tabel 4.13. Hasil Uji Perbedaan Pola Makan Kedua Kelompok
Kelompok Median (Min-Max) U P
Perlakuan (n=44) 463 (405-585) 428 0,000**
Kontrol (n=44) 412,5 (310-548)
**= Mann Whitney U Test
Tabel 4.13 menunjukkan nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan pola
makan baduta stunting yang signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan.
Kelompok perlakuan memiliki pola makan yang lebih baik dibandingkan
kelompok kontrol.
8. Tingkat Konsumsi Baduta Stunting Responden
Tingkat konsumsi makan baduta stunting responden diukur dengan cara
menjumlahkan rerata total konsumsi baduta sehari yang terdapat di Food Recall
24 Hours yang kemudian dibagi dengan AKG individu dikali 100% untuk
mengetahui tingkat konsumsi individu baduta lalu diinterpretasikan ke dalam 4
kategori antara lain lebih, cukup, defisit, dan defisit berat yang dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
27
Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Konsumsi Baduta Stunting
Perlakuan Kontrol
Tingkat n=44 n=44
Konsumsi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
Energi
Sangat Kurang 8 18,2 0 0 1 2,3 9 20,5
Kurang 36 81,8 44 100 43 97,7 35 79,5
Protein
Sangat Kurang 42 95,5 31 70,5 39 88,6 41 93,2
Kurang 2 4,5 13 29,5 5 11,4 3 6,8
Lemak
Sangat Kurang 31 70,5 9 20,5 11 25 15 34,1
Kurang 13 29,5 35 79,5 33 74 29 65,9
Karbohidrat
Sangat Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Kurang 44 100 43 97,7 44 100 44 100
Cukup 0 0 1 2,3 0 0 0 0
Sumber: Data Primer (2023)
Tabel 4.14 menunujukkan tingkat konsumsi energi baduta stunting
kelompok perlakuan sebelum (81,8%) sebagian besar berada dalam kategori
kurang dan sesudah (100%) seluruhnya dalam kategori kurang. Sedangkan, pada
kelompok kontrol hasil tingkat konsumsi energi baduta stunting sebelum
(97,7%) dan sesudah (79,5%) tetap dalam kategori kurang. Tingkat konsumsi
protein sebelum dan sesudah pada kedua kelompok baduta stunting sebagian
besar tetap dalam kategori sangat kurang. Hasil tingkat konsumsi lemak baduta
stunting kelompok perlakuan sebelum (70,5%) sebagian besar berada dalam
kategori sangat kurang dan sesudah (79,5%) seagian besar dalam kategori
kurang. Sedangkan, pada kelompok kontrol hasil tingkat konsumsi lemak baduta
stunting sebelum (79,5%) dan sesudah (74,5%) tetap dalam kategori kurang.
Tingkat konsumsi karbohidrat baduta stunting sebelum dan sesudah pada kedua
kelompok baduta stunting sebagian besar tetap dalam kategori kurang.
Hasil sebelum dan sesudah pada kedua kelompok kemudian dianalisis
menggunakan uji statistik untuk melihat pengaruh intervensi konseling gizi
terhadap tingkat konsumsi baduta stunting.

28
Tabel 4.15. Hasil Uji Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi Baduta Stunting
Sebelum dan Sesudah Konseling Gizi
Mean±SD Mean±SD
Tingkat
Perlakuan p Kontrol p
Konsumsi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Energi 727,7± 785,4± 0,000* 695,2± 90,2 654,1± 0,000*
111,7 123,3 96,4±10,14 64,2
Karbohidrat 99,9± 102,9± 0,002* 11,41±2,04 96,6± 0,734*
16,1 16,4 21,79±2,42 6,6
Protein 11,17± 2,16 12,43± 0,000** 10,83± 1,42 0,025**
22,66± 3,52 2,36 21,28± 1,83
Lemak 22,88± 0,806** 0,176**
3,03
* = Paired-Sample T Test
**= Wilcoxon Test
Tabel 4.15 menunjukkan rerata konsumsi energi dan protein baduta
stunting sebelum dan sesudah selama 2 bulan pada kedua kelompok terdapat
perbedaaan yang secara statistik signifikan dengan nilai p<0,05. Hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan konsumsi energi dan protein baduta stunting
sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan yang diberikan konseling gizi
dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan konseling gizi.
Rerata konsumsi karbohidrat baduta stunting sebelum dan sesudah
selama 2 bulan pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang secara
statistik pada kelompok perlakuan yaitu signifikan dengan nilai p<0,05. Hal
tersebut menunjukkan adanya peningkatan konsumsi karbohidrat baduta stunting
sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi.
Rerata konsumsi lemak baduta stunting sebelum dan sesudah konseling
gizi selama 2 bulan pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan nilai p>0,05. Hal tersebut menunjukkan pemberian konseling
gizi tidak dapat meningkatkan konsumsi lemak baduta stunting.
Tabel 4.16. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi dan Karbohidrat
Baduta Stunting Kedua Kelompok
Mean±SD
Tingkat
Perlakuan Kontrol p
Konsumsi
(n=44) (n=44)
Energi 785,4±123,3 654,13±64,18 0,000*
Karbohidrat 102,9±16,4 96,64±6,63 0,021**
Protein 12,43± 2,36 10,83±1,42 0,000*
Lemak 22,88± 3,03 21,28±1,83 0,041*
* = Mann Whitney U Test
**= Independent Samples T Test
29
Tabel 4.16 menunjukkan rerata konsumsi energi, karbohidrat, protein,
dan lemak baduta stunting kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan rerata
kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statsitik nilai p<0,05 yang menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat konsumsi dan zat gizi baduta stunting
antara kedua kelompok.
9. Status Gizi Baduta Stunting Responden
Status gizi baduta stunting responden diukur langsung dengan alat infant
ruler untuk tinggi badan dan alat timbang dacin untuk mengukur berat badan.
Penilaian status gizi baduta menggunakan indeks antropometri PB/U dan BB/PB
untuk usia 0-24 bulan yang kemudian diklasifikasi menggunakan Z-score yang
menunjukkan suatu angka berdasarkan standar deviasi usia dan jenis kelamin.
Hasil Klasifikasi status gizi kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Distribusi Status Gizi Baduta Stunting
Perlakuan Kontrol
Tingkatan n=44 n=44
Status Gizi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
PB/U
Sangat Pendek 4 9,1 7 15,9 3 16,8 15 34,1
Pendek 40 90,9 37 84,1 41 93,2 29 65,9
BB/PB
Gizi Buruk 9 20,5 5 11,4 7 15,9 7 15,9
Gizi Kurang 29 65,9 33 75,0 37 84,1 33 75,0
Gizi Baik 6 13,6 6 13,6 0 0 4 9,1
Sumber: Data Primer (2023)
Tabel 4.17 diketahui sebagian besar hasil status gizi PB/U baduta stunting
sebelum dan sesudah pada kedua kelompok tetap dalam kategori pendek. Selain
itu, status gizi BB/PB baduta stunting sebelum dan sesudah pada kedua
kelompok sebagian besar tetap dalam kategori gizi kurang. Hasil sebelum dan
sesudah pada kedua kelompok kemudian dianalisis menggunakan uji statistik
untuk melihat pengaruh intervensi konseling gizi terhadap status gizi baduta
stunting.

30
Tabel 4.18. Hasil Uji Status Gizi Baduta Stunting Sebelum dan Sesudah
Konseling Gizi
Sebelum Sesudah
Kelompok Median Median Z p
(Min-Max) (Min-Max)
Perlakuan (n=44)
PB/U -2,50 -2,90 -4,087 0,026*
(-4,0-(-2,1)) (-4,2-(-1,9))
BB/PB -2,70 -2,60 -1,301 0,193*
(-4,3-1,7) (-3,4-(-1,2))
Kontrol (n=44)
PB/U -2,70 -3,00 -2,613 0,009*
(-4,7-(-0,4)) (-4,3-(-1,2))
BB/PB -2,70 -2,75 -2,221 0,021*
(-3,9-(-2,2)) (-3,6-(-1,5))
* = Wilcoxon Test
Tabel 4.18 menunjukkan nilai median status gizi PB/U sebelum baduta
stunting pada kedua kelompok lebih tinggi dibandingkan nilai median sesudah.
Perbedaan nilai median pada kedua kelompok secara statistik signifikan
(p<0,05).
Nilai median status gizi BB/PB sesudah baduta stunting pada kedua
kelompok lebih tinggi dibandingkan nilai median sebelum. Perbedaan nilai
median pada kedua kelompok secara statistik signifikan (p<0,05).
Tabel 4.19. Hasil Uji Perbedaan Status Gizi Baduta Stunting Kedua Kelompok
Median (Min-Max)
Status Gizi Kontrol Perlakuan U p
(n=44) (n=44)
PB/U -2,90(-4,2-(-1,9)) -3,00(-4,3-(-1,2)) 805,587 0,173**
BB/PB -2,60 (-3,4-(-1,2)) -2,75 (-3,6-(-1,5)) 2,5 0,424**
**= Mann Whitney U Test
Tabel 4.19 menujukkan status gizi PB/U dan BB/PB baduta stunting pada
kedua kelompok terdapat perbedaan, tetapi berdasarkan uji statistik diketahui
nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
kelompok kontrol dan perlakuan.

31
B. Pembahasan
Karakteristik responden meliputi umur dan tingkat pendidikan responden
yang dapat mempengaruhi dalam penerimaan informasi gizi dan pemahaman ibu
mengenai gizi (Suryani, 2017). Diketahui tingkat pendidikan responden sebagian
besar berada di tingkat SMA/sederajat dan sebelum penelitian memiliki pengetahuan
dan sikap gizi yang cukup baik akan tetapi dalam praktik pemberian makan anak
masih kurang. Sebagian besar responden tidak berkerja sehingga hasil pendapatan
selama sebulan didapatkan dari ayah, sedangkan pendapatan ayah sebagian besar
kurang dari UMR Kota Malang sebesar Rp. 2.900.000. Pendapatan rumah tangga dan
jumlah anggota keluarga dapat menentukan kemampuan daya beli bahan makan
sehari-hari yang secara langsung dapat mempengaruhi kecukupan konsumsi
gizi anggota keluarga, hal tersebut secara langsung mempengaruhi kecukupan
asupan makan baduta stunting. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya bahwa stunting terjadi pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah dan
memiliki anggota keluarga yang banyak dalam satu rumah (Rustiyani & Susilo,
2020). Paparan informasi gizi tentang stunting dan pola makan anak juga memiliki
dampak yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan gizi responden, serta
membentuk pandangan dan kepercayaan individu terhadap isu-isu gizi (Aini,
Nugraheni, & Pradigdo, 2018).
Kegiatan konseling gizi dapat merubah perilaku makan klien apabila
konseling diberikan secara berulang dan rutin, beberapa penelitian menunjukkan
pemberian konseling gizi sebanyak empat kali dapat merubah perilaku klien dalam
pemilihan makanan (Iriantika & Margawati, 2017; Rahmawati et al., 2019;
Kusumaningrum & Pudjirahadju, 2018). Selama kegiatan konseling berlangsung
penggunaan alat bantu leaflet dapat mempermudah responden menerima informasi
gizi, akan tetapi selesai sesi konseling seringkali responden jarang membaca ulang.
Hasil uji statistik menunjukkan konseling gizi tentang pemberian makan anak
pada ibu baduta dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden, memperbaiki
pola makan dan tingkat konsusmi baduta stunting dengan signifikan. Sedangkan
status gizi baduta stunting berdasarkan uji statistik tidak signifikan walaupun terdapat
perbedaan.
Pengetahuan dan sikap responden pada kelompok perlakuan terjadi
peningkatan yang signifikan, karena responden mendapatkan konseling gizi selama
dua bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
32
sebelumnya yang menunjukkan bahwa konseling gizi efektif meningkatkan
pengetahuan dan sikap terhadap gizi (Azzahra, & Muniroh, 2015; Imansari,
Madanijah, & Kustiyah, 2021).
Pengetahuan gizi responden pada kedua kelompok selama dua bulan secara
statistik meningkat. Akan tetapi, rerata median pengetahuan gizi responden pada
kelompok perlakuan lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang menunjukkan
kelompok perlakuan memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik. Sehingga pemberian
konseling gizi dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu baduta stunting. Selain itu
terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi seseorang dalam menerima dan
memahami informasi gizi yaitu adanya paparan informasi gizi, usia, dan
tingkat pendidikan (Notoatmodjo, 2014; Ariani, 2014; Nurvembrianti, Purnamasari,
& Sundari, 2021). Pada penelitian ini diketahui sebagian besar responden berusia 20-
35 tahun dan tingkat pendidikan terakhir yaitu lulusan SMA Sederajat, dan paparan
informasi gizi responden melalui berbagai sumber seperti tempat pelayanan
kesehatan, posyandu, dan media sosial tidak dapat dikontrol peneliti yang
berkontribusi pada peningkatan pemahaman gizi pada kedua kelompok.
Sikap terhadap gizi mencerminkan bagaimana individu memandang dan
merespons isu-isu gizi dalam hidup mereka. Hasil sikap responden pada kedua
kelompok selama dua bulan secara statistik meningkat. Akan tetapi, rerata pada
kelompok perlakuan lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang menunjukkan
kelompok perlakuan memiliki sikap yang lebih baik. Sehingga pemberian konseling
gizi dapat meningkatkan sikap terhadap gizi ibu baduta stunting. Konseling gizi yang
diterima membuat responden sering terpapar informasi gizi secara berulang-ulang
(repeated exposure) yang meningkatkan pengetahuan gizi serta mempengaruhi
kecenderungan individu dalam bertindak sesuai dengan prinsip gizi yang diyakini.
Selain konseling gizi, terdapat faktor yang mempengaruhi sikap individu terhadap
gizi yaitu paparan informasi gizi melalui sosial media, pengalaman pribadi, dan
pengaruh orang lain yang dianggap penting seperti orang tua, keluarga dan kerabat
(Kholid, 2015). Selama penelitian berlangsung peneliti tidak dapat mengontrol faktor
tersebut yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan sikap gizi pada kedua
kelompok.
Karakteristik baduta stunting di Kota Malang pada kedua kelompok sebagian
besar adalah laki-laki dengan rentang usia 12-24 bulan, tidak memiliki pantangan
makanan dan alergi makanan. Terdapat 11 baduta (12,5%) yang memiliki alergi
33
makanan seperti telur, ayam, daging sapi, ikan, susu dan produk olahannya.
Gambaran pola pemberian makan baduta usia 6-24 bulan yaitu melihat perilaku
konsumsi makan dalam pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari dari segi kuantitas
(jumlah pangan) dan kualitas (jenis pangan). Pemenuhan kebutuhan gizi pada baduta
yaitu melalui ASI dan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI). Pemberian MP-ASI
selain untuk memenuhi kebutuhan anak juga untuk memperkenalkan beraneka ragam
bentuk dan jenis makanan agar bayi terbiasa untuk makan makanan yang bervariasi
(Istiany & Rusilanti, 2013).
Pola makan pada kelompok perlakuan menunjukkan terdapat perbedaaan
yang signifikan sebelum dan sesudah penelitian. Hal tersebut menunjukkan konseling
gizi dapat memperbaiki pola makan baduta stunting menjadi lebih bervariasi.
Terjadinya perubahan pola makan baduta stunting pada kelompok perlakuan
dikarenakan meningkatnya pengetahuan gizi responden mengenai masalah gizi
stunting dan pola makan seimbang anak. Pengetahuan gizi yang baik menyadarkan
responden mengenai masalah gizi yang dialami anak dan mulai bertindak sesuai
dengan informasi yang diterima selama konseling gizi (Zogara, Loaloka, &
Pantaleon, 2021). Selain faktor pengetahuan gizi responden terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pola makan baduta stunting seperti tingkat ekonomi
keluarga, jumlah anggota keluarga, dan adanya alergi makanan (Septikasari &
Septiyaningsih, 2016; Rustiyani & Susilo, 2020). Pada penelitian ini diketahui
sebagian besar pendapatan keluarga sebulan berada dibawah UMR, jumlah anggota
keluarga dalam satu rumah yaitu ≤5 orang, dan adanya alergi makanan pada anak.
Jenis bahan makanan yang dikonsumsi anak baduta stunting berdasarkan hasil
pengumpulan data sebelum penelitian yaitu beras, mie, kentang, roti, dan jagung
sebagai sumber karbohidrat. Ayam, telur, ikan lele, ikan mujair, pentol, sosis, susu,
tahu, dan tempe sebagai sumber protein. Penggunaan santan dan minyak kelapa sawit
sebagai sumber lemak. Wortel, bayam, kangkung, sawi hijau, kubis putih, labu siam,
pisang, pepaya, semangka, jeruk, dan melon sebagai sumber serat, vitamin dan
mineral. Adapun makanan ringan yang sering dikonsumsi yaitu biskuit, wafer,
permen, coklat, dan kripik. Minuman yang sering dikonsumsi yaitu susu, air putih,
teh manis, dan minuman kemasan. Diketahui sesudah penelitian pada kelompok
kontrol mengkonsumsi jenis bahan makanan yang sama sedangkan pada kelompok
perlakuan terjadi pertambahan jenis bahan makanan yang dikonsumsi yaitu hati
ayam, ikan tongkol, udang, susu kedelai sebagai sumber protein, sayur daun kelor
34
dan labu kuning sebagai sumber serat, vitamin dan mineral.
Berdasarkan hasil pengumpulan data sebelum penelitian diketahui frekuensi
makan anak baduta dalam sehari yaitu 2-3 kali makanan utama dan 3-4 kali makanan
ringan. Sesudah penelitian pada kelompok perlakuan terjadi perubahan frekuensi
makan dalam sehari menjadi 3-4 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan ringan.
Pemberian MP-ASI baduta stunting diketahui seluruh baduta mendapatkan MP-ASI,
tetapi hanya 25 baduta (28,4%) usia 6-12 bulan yang mendapatkan ASI. Selain itu,
ketepatan tekstur makanan yang diberikan hampir keseluruhan tepat karena masih
terdapat 3 baduta (3,4%) usia 12-15 bulan yang masih mengkonsumsi makanan
bertekstur lembik yang seharusnya mulai bisa mengkonsumsi makanan padat. Hal
tersebut terjadi karena responden terlambat mengenalkan bentuk makanan padat yang
menyebabkan baduta enggan mengunyah makanan karena tidak selera dengan menu
makanan yang disajikan. Menurut Kemenkes RI (2020) anak yang terlambat
diperkenalkan MP-ASI akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
anak cenderung menolak MP-ASI karena tidak familiar dengan tekstur makanan yang
diberikan, dan anak tidak mendapatkan MP-ASI yang sesuai dengan kebutuhan.
Tingkat konsumsi anak baduta stunting pada kelompok perlakuan selama dua
bulan terjadi peningkatan rerata energi, karbohidrat, protein dan lemak yang
signifikan. Walaupun adanya peningkatan konsumi pada baduta stunting akan tetapi
sebagian besar tingkat konsumsi masih berada di kategori kurang yaitu sekitar 70-
99% dari kebutuhan gizi sehari. Penyebab tingkat konsumsi makan pada anak baduta
stunting tidak memenuhi kebutuhan makan sehari dipengaruhi beberapa faktor seperti
pengetahuan gizi ibu, tingkat ekonomi keluarga, pola asuh yang salah, dan anak sulit
makan (Hardinsyah & Supariasa, 2017; Rahayu et al., 2018; Juherman, et al., 2022).
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui pengetahuan gizi responden
sesudah penelitian pada kelompok perlakuan sebesar 70,5% berada dalam kategori
baik dan responden mempunyai kesiapan untuk berperilaku sesuai dengan informasi
gizi yang didapat, namun dalam pelaksanaan pemberian makan ke anak mengalami
beberapa kendala seperti pemilihan bahan makanan, membuat menu makanan yang
seimbang, dan cara menangani anak yang sulit makan. Pola asuh responden yang
dilakukan saat pemberian makan ke anak yaitu anak tidak memiliki jadwal makan
yang teratur, durasi makan yang terlalu lama, anak tidak duduk diam saat makan, dan
waktu memberikan makan responden tidak aktif dan responsif karena responden
seringkali mengalihkan perhatian anak dengan memberikan mainan atau menyalakan
35
TV atau memutar video di handphone. Selain itu, anak baduta responden sulit makan
karena tidak nafsu makan, terlalu banyak konsumsi susu, memberikan makanan
ringan manis 30-60 menit sebelum makanan utama, anak kurang tidur, adanya
penolakan saat pengenalan bahan makanan baru, hanya mengkonsumsi bahan
makanan tertentu, dan menu makanan yang kurang menarik.
Status gizi anak menjadi salah satu tolak ukur untuk menilai pemenuhan
kebutuhan asupan gizi dan melihat tumbuh kembang anak. Indeks antropometri PB/U
usia 0-24 bulan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan panjang badan baduta
apakah sudah sesuai dengan umur, pertumbuhan panjang badan dapat
menggambarkan kondisi gizi anak di masa lampau seperti riwayat berat badan lahir
rendah. Sedangkan indeks BB/PB digunakan untuk melihat berat badan baduta
apakah sesuai dengan panjang badannya. Indeks antropometri ini lebih sensitif dan
spesifik dalam menggambarkan kondisi gizi anak saat ini. Baduta dengan kondisi gizi
kurang disebabkan langsung oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru
saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis) (Septikasari, 2018;
Kemenkes, 2020).
Status gizi PB/U baduta baduta stunting pada kedua kelompok tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai z-score median
PB/U sesudah lebih tinggi dibandingkan sebelum yang terjadi karena selama dua
bulan panjang badan baduta banyak yang tetap dengan bulan sebelumnya, meskipun
beberapa baduta mengalami pertambahan panjang badan akan tetapi masih berada
dibawah kurva normal. Hal tersebut,
Status gizi BB/PB baduta stunting pada kedua kelompok tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, terjadi perubahan status gizi baduta stunting
pada kelompok perlakuan dikarenakan adanya peningkatan berat badan dan
perubahan tingkat konsumsi makan pada baduta stunting. Hasil penelitian ini
menunjukkan baduta stunting memiliki nilai median status gizi pada kedua kelompok
<-2,0 yang berada dalam kategori gizi kurang. Adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhi status gizi selain asupan makan yaitu penyakit infeksi, pola asuh,
ketersediaan pangan, pengetahuan gizi ibu, dan sanitasi lingkungan (Nurapriyanti,
2015; Uliyanti, Tamtomo, & Anantayu, 2017).
Status gizi baduta stunting dapat berubah dengan memperbaiki faktor yang
mempengaruhi secara langsung seperti asupan makan dan adanya penyakit infeksi.
Selain itu, perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung
36
seperti pola asuh, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi ibu dan sanitasi lingkungan.
Pada penelitian ini diketahui asupan makan anak berada dalam kategori kurang,
pengetahuan gizi ibu dalam kategori baik akan tetapi belum diterapkan secara
maksimal, dan ketahanan pangan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga yang
diketahui pendapatan keluarga sebagian besar dibawah UMR. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi stunting seperti
pola asuh, ketersediaan pangan, dan sanitasi lingkungan.

37
DAFTAR PUSTAKA
Amelinda, C. (2022). Cemong Book – MPASI 101 Panduan Praktis dan Lengkap
Nutrisi Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Ariani, A. . (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Citerawati, Y. W., & Sukati, N. D. (2017). Asesmen Gizi. Yogyakarta:
Transmedika.
Dahlan, M. S. (2016). Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Dewi, M., & Aminah, M. (2016). Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding Practice
Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan. Indonesian Journal of Human Nutrition,
3(1), 1–8.
Dieny, F. F., Fitranti, D. Y., & Marfuah, D. (2020). Buku panduan praktikum
konseling gizi. Semarang: FK UNDIP.
Donsu, J. (2017). Psikologi Keperawatan. In Bitkom Research (Vol. 63).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Febriyatna, A., Suparyatmo, J. ., & Hanim, D. (2015). Pengaruh Konseling Gizi di
Puskesmas pada Ibu Hamil Trimester III Penderita KEK terhadap Berat Badan
Bayi Lahir di Kabupaten Jember. Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 2(1).
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok:
PT. Raja Grafindo Persada.

Florence, A. grace. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Pada
Mahasiswa TPB Sekolah Bisnis Dan Manajemen Institut Teknologi Bandung.
Bisnis Dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, 1–12.
Hardinsyah, & Supariasa, I. D. . (2017). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.
Hestuningtyas, T. R., & Noer, E. R. (2014). Pengaruh Konseling Gizi Terhadap
Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Dalam Pemberian Makan Anak, Dan Asupan
Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 Tahun Di Kecamatan Semarang Timur. In
Journal of Nutrition College (Vol. 3, Issue 1).
IDAI. (2015). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi
dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. UKK Nutrisi Dan
Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Iriantika, K. A., & Margawati, A. (2017). Studi kualitatif pengaruh pemberian


konseling gizi terhadap perubahan sikap dan pemilihan makan pada remaja

38
putri overweight. Journal of Nutrition College, 6(1), 19.
https://doi.org/10.14710/jnc.v6i1.16887

Istiany, A., & Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. 139.
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–
1178.
Kholid, A. (2015). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,
da Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Khomsan, A. (2021). Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: IPB Press.
Mardani, R. A. D., Wetasin, K., & Suwanwaiphatthana, W. (2015). the Predicting
Factors Affecting the Occurrence of Stunting in Children Under Five Years
of Age. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 1.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3927
Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan ibu, pola makan dan status
gizi pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan
Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), 6(2), 82–89. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.82-89
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nugroho, B., Endah, S., & Ernawati, Y. (2014). KARAKTERISTIK PERILAKU
PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI
POSYANDU KUNCUP MELATI PUSKESMAS. UNIMUS Prosiding, 297–
304.

Paramashanti, B. A., & Benita, S. (2020). Early introduction of complementary


food and childhood stunting were linked among children aged 6-23 months.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 17(1), 1. https://doi.org/10.22146/ijcn.53788
Probandari, A. N., Pamungkasari, E. P., Febrinasari, R. P., Sumardiyono, &
Widyaningsih, V. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Strategi Menulis
Proposal Penelitian Kesehatan. Solo: UNS Press.
Puspita, Y. (2015). Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2(2), 1–15.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study guide -
Stunting dan upaya pencegahannya. In Buku stunting dan upaya
pencegahannya.
Rahmawati, S. M., Madanijah, S., Anwar, F., & Kolopaking, R. (2019). Konseling
Oleh Kader Posyandu Meningkatkan Praktik Ibu Dalam Pemberian Makan
Bayi Dan Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas,

39
Bogor, Indonesia. Gizi Indonesia, 42(1), 11.
Rahmawati, W., Novita Wirawan, N., Saptaning Wilujeng, C., Fadhilah, E., Ari
Nugroho, F., Yusuf Habibie, I., Fahmi, I., Ventyaningsih, D. I., & Agustiana.
(2016). Gambaran masalah gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten
Malang. Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(1), 20–31.

Rahmawati, W., Wirawan, N. N., Wilujeng, C. S., Nugroho, F. A., Habibie, I. Y.,
Fahmi, I., & Ventyaningsih, D. I. (2016). Gambaran Masalah Gizi pada 1000
HPK di Kota dan Kab Malang, Indonesia. 3(1), 20–31.
Ramayulis, R., Kresnawan, T., Iwaningsih, S., & Rochani, N. (2018). Stop Stunting
dengan Konseling Gizi. Jakarta: Penebarplus.
Rosmalina, Y., Luciasari, E., Aditianti, A., & Ernawati, F. (2018). Upaya
Pencegahan Dan Penanggulangan Batita Stunting: Systematic Review. Gizi
Indonesia, 41(1), 1. https://doi.org/10.36457/gizindo.v41i1.221
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Sihadi, & Djaiman, S. (2011). Faktor risiko untuk mencegah stunting berdasarkan
perubahan status panjang/tinggi badan anak usia 6-11 bulan ke usia 3-4 tahun.
Buletin Penelitian Kesehatan, 309–320.
Sirajuddin, Surmita, & Astuti, T. (2018). Survey Konsumsi Pangan (1st ed.) Jakarta:
EGC.
Sizer, F. S., & Whitney, E. (2014). Nutrition Concept & Controversies. In
Wadsworth Cengage Learning.
Sukraniti, D. P., Taufiqurrahman, & Iwan, S. (2018). Konseling Gizi (Vol. 1).
Jakarta: KEMENKES RI.

Supariasa, I. D. ., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penialian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supariasa, I. D. ., & Purwaningsih, H. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Malang. Karta Rahardja, Jurnal
Pembangunan Dan Inovasi, 1(2), 55–64.
Syahroni, M. H. A., Astuti, N., Indrawati, V., & Ismawati, R. (2021). Faktor- faktor
yang mempengaruhi kebiasaan makan. Jurnal Tata Boga, 10(1), 12– 22.
TN2PK. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil
(Stunting) (Vol. 1).
TNP2K RI. (2018). Panduan Konvergensi Program/Kegiatan Percepatan
Pencegahan stunting. TNP2K Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia,
96. http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Panduan Konvergensi
Program Kegiatan Percepatan Pencegahan Stunting.pdf

40
Trihono, Atmarita, Tjandrarini, D., Utami, N., Tejayanti, T., & Nurlinawati, L.
(2015). PENDEK (STUNTING) DI INDONESIA, MASALAH DAN
SOLUSINYA. KEMENKES RI.
Wellina, W. F., Kartasurya, M. I., & Rahfilludin, M. Z. (2016). Faktor risiko
stunting pada anak usia 6 - 12 bulan. Jurnal Gizi Indonesia, 5(1), 55–61.

Widianingsih, D., & Suharyanta, D. (2020). Promosi dan Advokasi Kesehatan.


Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting
terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 8(2),
273–282.
Yosephin, B. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.

Zaki, I., & Sari, H. P. (2019). Edukasi Gizi Berbasis Media Sosial Meningkatkan
Pengetahuan Dan Asupan Energi- Protein Remaja Putri Dengan Kurang
Energi Kronik (Kek). Gizi Indonesia, 42(2), 111.

41
LAMPIRAN

42
Lampiran 1. Hasil Cek Turnitin

43
Lampiran 2. Surat Izin Studi Pendahuluan

44
Lampiran 3. Layak Etik

45
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

46
47
Lampiran 5. Prosiding Jurnal Penelitian

48
Rencana Selanjutnya
Rencana selanjutnya akan dilaksanakan sesuai dengan timeline dalam tabel berikut ini:
2023 2024
No Kegiatan
Nov Des Jan Feb
1 Penyelesaian Tesis
2 Submit Jurnal
3 Laporan Akhir

Surakarta, 30 November 2023


Mengetahui,
Pembimbing I Peneliti

Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, Nadia Farah Diba


PAK, MM, M.Kes NIM S532008025
NIP. 194803131976101001

49
50

Anda mungkin juga menyukai