Ta Revisi Bu Faizah
Ta Revisi Bu Faizah
Tugas Akhir
Oleh
SITI FAIZAH
NIM: P1337431117079
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING
iv
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGUJI I
iv
iii
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING ANAK BALITA
DI PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI
Siti Faizah
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang,
Jl. Wolter Monginsidi No. 115, Pedurungan Tengah, Kec. Pedurungan, Kota
Semarang, Jawa Tengah 50192
Email : sitifaizahseribu@yahoo.com
ABSTRAK
Stunting merupakan suatu terminologi untuk tinggi badan di bawah persentil -3 atau
-2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Faktor penyebab
langsung terjadinya stunting adalah ketidakseimbangan gizi/ faktor gizi dalam
makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Berdasarkan hasil
pemantauan status gizi di Puskesmas Boyolali I Kabupaten Boyolali tahun 2018
didapatkan hasil bahwa anak balita yang mengalami stunting sebesar 4,6%.
Mengetahui faktor-faktor determinan dengan kejadian stunting anak usia 6-59 bulan
di Puskesmas Boyolali I Kabupaten Boyolali.
Metode penelitian menggunakan rancangan cross sectional sampel penelitian adalah
balita stunting umur 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Boyolali Kabupaten
Boyolali sebanyak 41 sampel. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel,
pemberian ASI Eksklusif, usia diberikan MPASI, pendidikan ibu dan pendapatan
keluarga. Hasil penelitian didapatkan riwayat pemberian ASI Eksklusif 65,9%,
riwayat tidak diberikan ASI Eksklusif 34,1%, riayat pemberian MP ASI usia 6 bulan
keatas 65,9%, riwayat pemberian MP ASI < dari 6 bulan 34,1%, pendidikan ibu
tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) 68,3%, pendidikan ibu sedang (SD dan SMP)
31,7%, pendapatan keluarga ≥ UMR (≥ Rp 1.600.000,-) 78,1%, pendapatan keluarga
< UMR (< Rp 1.600.000,-) 21,9%.
iv
KATA PENGANTAR
SITI FAIZAH
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................ iii
ABSTRAK.................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................ 4
1. Umum ............................................................. 4
2. Khusus.......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................... 4
vi
H. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 21
I. Analisis Data................................................................. 21
J. Definisi Operasional ..................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi ............................................. 24
1. Lokasi Penelitian .................................................. 24
2. Sarana Kesehatan.................................................. 25
B. Karakteristik Subjek Penelitian .................................... 26
C. Faktor-Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada
Balita ............................................................................ 28
1. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif..................... 28
2. Riwayat Pemberian MP ASI .................................. 29
3. Tingkat Pendidikan Ibu ........................................ 30
4. Pendapatan Keluarga ........................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 33
B. Saran .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 35
LAMPIRAN .................................................................................... 37
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
pertumbuhan secara maksimal dan dapat menjadi remaja dan dewasa yang
stunting (Ricci & Becker 1996). Dampaknya pada masa dewasa diantaranya
adalah terbatasnya kapasitas kerja karena terjadi pengurangan aktivitas tubuh
dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya risiko komplikasi kandungan
karena memiliki ukuran panggul yang kecil serta berisiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (Shrimpton 2006). Sementara Nurmiati
(2006) yang melakukan penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan
pada anak balita yang mengalami stunting menyatakan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan kelompok anak normal lebih baik daripada kelompok
anak stunting.
Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan
anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak
Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan
overweight dan obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit
degeneratif (Trihono et al, 2015). Kasus stunting pada anak dapat dijadikan
prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keadaan
stunting menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya
produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan kerugian
jangka panjang bagi ekonomi Indonesia (Bappenas, 2007).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stunting sangat banyak
diantaranya yaitu tingkat pendidikan, anak-anak yang lahir dari orang tua
yang berpendidikan cenderung tidak mengalami stunting dibandingkan
dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat pendidikannya rendah
(Akombi et al, 2017). Penelitian yang dilakukan di Nepal juga menyatakan
bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang berpendidikan berpotensi lebih
rendah menderita stunting dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang
tidak berpendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Haile yang menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang
memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih mudah dalam menerima edukasi
kesehatan selama kehamilan, misalnya dalam pentingnya memenuhi
3
kebutuhan nutrisi saat hamil dan pemberian ASI eksklusif selam 6 bulan
(Haile et al, 2016).
Pemberian ASI eksklusif kurang dari enam bulan juga merupakan
salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya stunting. Sebuah penelitian
yang dilakukan di Nepal menyatakan bahwa anak yang berusia 0-23 bulan
secara signifikan memiliki risiko yang rendah terhadap stunting,
dibandingkan dengan anak berusia > 23 bulan. Hal ini dikarenakan oleh
perlindungan ASI yang didapat (Tiwari et al, 2014).
Status ekonomi juga berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
stunting pada anak usia 0-59 bulan, anak dengan keluarga yang memiliki
status ekonomi yang rendah cenderung mendapatkan aupan gizi kurang11.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan anak bergantung pada status
sosial ekonomi rumah tangga (Akombi et al, 2017).
Menurut WHO upaya pencegahan pada stunting dapat dimulai sejak
remaja. Remaja putri dapat mulai diberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi saat remaja. Pemenuhan nutrisi saat
remaja dapat mencegah terjadinya gizi yang kurang saat masa kehamilan.
Nutrisi yang adekuat saat kehamilan dapat mencegah terjadinya pertumbuhan
yang terhambat pada janin yang dikandung (WHO, 2013).
Pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan
memperbaiki gizi ibu hamil. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan saat
kehamilan yaitu dengan memberikan tablet tambah daragh minimal 90 tablet
saat kehamilan. Selain itu pada ibu yang mengalami Kurang Energi Kronis
(KEK) perlu mendapatkan makanan tambahan untuk meningkatkan gizi ibu
hamil tersebut (Kemenkes RI, 2013).
Meningkatkan praktik menyusui juga merupakan salah satu tindakan
untuk mencegah terjadinya stunting. Inisiasi menyusui dini dan pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan dapat memberikan perlindungan terhadap
infeksi gastrointestinal1. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan bahwa anak yang diberi ASI
4
B. Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran factor-faktor determinan kejadian stunting anak
balita di wilayah Puskesmas Boyolali 1.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi ibu selama kehamilan (LILA dan
kadar HB), usia pemberian MP ASI pertama terhadap kejadian stunting
pada balita di wilayah Puskesmas Boyolali 1.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran stunting di wilayah Puskesmas Boyolali 1.
b. Mengetahui hubungan antara status gizi ibu selama kehamilan (LILA
dan kadar Hb) terhadap kejadian stunting di wilayaj Puskesmas
Boyolali 1.
c. Mengetahui hubungan usia pemberian MP ASI terhadap kejadian
stunting di wilayah Puskesmas Boyolali 1.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya untuk
mengetahui factor-faktor penyebab yang berhubungan dengan kejadian
stunting.
2. Manfaat Praktis
5
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan oleh pembuat kebijakan dalam
membuat prioritas masalah penyebab stunting, sehingga kebijakan
dan penanganan yang diambil tepat sasaran
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
penyebab kejadian stunting dan diharapkan dapat menimbulkan
keinginan pada masyarakat dalam berperan aktif dalam pencegahan
maupun penanganan stunting
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan dalam menganalisis situasi yang terjadi di masyarakat
melalui data dan literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris,
2006). Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia.
Pertumbuhan dan perkembangan dimasa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutmya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut Golden Age atau masa keemasan. Anak balita merupakan
kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga
memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf
perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang
tuanya (Sediaoetama 2008).
Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru
merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita salah
satunya yaitu anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan
baik, dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang
diperlukannya untuk makanannya dan walaupun tidak mencukupi, sering
tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri
tambahannya. Di Indonesia anak kelompok balita menunjukkan
prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang energi protein (KEP) dan
defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini sulit
dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan
lainnya, karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang
6
7
pangan, pola asuh yang tidak tepat, sanitasi yang buruk dan kurangnya
pelayanan kesehatan.
2. Definisi Stunting
Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status
gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-
2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek /
severely stunted). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat
terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun. Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan
catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan,
masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan
hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Stunting
dibentuk oleh growth faltering dan catcth up growth yang tidak memadai
9
e. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola
konsumsi pangan dan status gizi (Rahmawati 2006). Pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Tingkat pendidikan orang tua marupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola
konsumsi pangan dan status gizi anak (Madanijah 2003). Dalam
pengasuhan anak, pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu penting
diperhatikan karena turut menentukan dalam kualitas pengasuhan anak.
Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin tinggi pula
kemampuannya untuk berbagi otoritas dalam keluarga juga dalam
mengasuh anak. Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir yang
ditempuh seseorang dimana tingkat pendidikan merupakan suatu wahana
untuk mendasari seseorang berperilaku secara ilmiah. Pendidikan
merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi karena berhubungan dengan kemampuan seseorang menerima dan
memahami sesuatu, karena tingkat pendidikan seorang ibu dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara pemilihan makanan
pada balita.
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, pemberian makanan, higyne,
serta kesadaran terhadap kesehatan anak-anaknya (Ebrahi, 1996 dalam
Ramadhan, 2011). Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan tahu
bagaimana mengolah makanan dengan baik. Semakin tinggi pendidikan
ibu semakin cenderung memiliki anak dengan keadaan gizi baik dan
sebaliknya. Menurut Rahmawati (2006) bahwa, tingkat pendidikan
terakhir ibu merupakan contoh salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pola asuh anak termasuk status gizi. Oleh karena itu, mendidik
15
Status Gizi
Stunting Genetika
C. Kerangka Konsep
• Riwayat pemberian
ASI eksklusif dan
pemberian MP ASI. Stunting
•Tingkat pendidikan ibu
•Pendapatan keluarga
N Z (1-α/2)² P (1-P)
n=
N d² + Z (1- α/2)² P(1-P)
19
20
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah riwayat pemberian ASI
eksklusif, riwayat pemberian MP ASI, tingkat pendidikan ibu dan
pendapatan keluarga
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian stunting
F. Jenis Data
1. Data Primer
Wawancara dilakukan kepada responden dengan menggunakan instrumen
berupa kuesioner yang bertujuan untuk memperoleh informasi terkait
karakteristik responden dan variabel-variabel yang akan diteliti seperti
tinggi badan (TB), berat badan (BB).
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi profil atau gambaran umum wilayah Puskesmas
Boyolali I, data kasus stunting serta data lain diperlukan untuk mendukung
penelitian.
G. Instrumen Penelitian
21
24
25
Penduduk Kepadatan
Luas
Desa/Kel. Laki- Perempu Penduduk
(Km²) Jumlah
laki an (Jiwa/Km²)
2. Sarana Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit : 2 unit
Poskesdes : 2unit
Pusling : 1 unit
Laboratorium : 2 unit
Apotek : 13 buah
Balita
(n) (%)
Balita
(n) (%)
P(
Balita
(n) (%)
BBerat badan balita saat lahir sebagian besar Normal (92,7%). Berat badan
saat lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan balita dikemudian hari. Berat
badan saat lahir dipengaruhi oleh gizi ibu selama kehamilan13.
Balita
(n) (%)
Panjang badan lahir sebagian besar normal (>48 cm) yaitu 70,8%. Panjang
badan saat lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan balita dikemudian
hari. Panjang saat lahir dipengaruhi oleh gizi ibu selama kehamilan13.
Jumlah Persentase
Riwayat Pemberian ASI (n) (%)
Eksklusif (≥ 6 bulan)
27 65,9
Tidak Eksklusif (< 6 bln) 14 34,1
Jumlah 41 100,0
Jumlah Persentase
Riwayat Pemberian MP ASI (n) (%)
< 6 bulan
14 34,1
≥6 bulan 27 65,9
Jumlah 41 100,0
A. Kesimpulan
1. Prevalensi stunting di Puskesmas Boyolali I sebesar 4,6%
sedangkan standar pelayanan minimal (SPM) stunting di
Kabupaten Boyolali adalah 17%.
2. Sebagian besar balita dengan riwayat pemberian ASI Eksklusif
pada balita adalah : 65,9 % atau sebanyak 27 responden
3. Segaian besar balita mendapat MP ASI ≥ 6 bulan sebanyak 65,9%
atau 27 responden
4. Sebagian besar Tingkat pendidikan ibu kategori tinggi dengan
tamat SMA dan Perguruan Tinggi sebanyak 68,3% atau 28
responden.
5. Sebagian besar pendapatan keluarga yang lebih atau sama dengan
UMR Kabupaten Boyolali (≥ Rp 1.600.000) sebanyak 78,9% atau
32 responden.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Perlunya penguatan materi 1000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan) dikelas Ibu Hamil oleh Ahli Gizi Puskesmas
setiap tahun 2 kali pelaksanaannya
b. Perlunya penyuluhan tentang Pemberian Makanan bagi Bayi
dan Anak (PMBA) kepada ibu balita di kegiatan posyandu
c. Perlunya memberikan Pelatihan Pemberian Makan bagi Bayi
dan Anak (PMBA) bagi kader kesehatan yang dilaksanakan
sekali dalam setahun
34
35
DAFTAR PUSTAKA
12. Kusuma, K, E. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3
Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Skripsi : UNDIP Fakultas
Ilmu Gizi.
13. Wulandari, Indah Budiastutik, Dedi Alamsyah. 2016. Hubungan
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Pemberian Makan Terhadap
Kejadian Stunting Pada Balita (Studi di Puskesmas Ulak Muid Kab
Melawi). Skripsi: UM Pontianak Fakultas Ilmu Kesehatan.
14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Riset kesehatan dasar (riskesdas). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI;
2013.
15. Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et
al. Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan solusinya. Jakarta:
Lembaga Penerbit Balitbangkes; 2015.
16. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangungan Nasional. Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-
2010. Jakarta, 2007.
17. Haile, Demwoz, Azage Muluken, Mola Tegegn, and Rainey Rochelle.
2016. Exploring spatial variations and factors associated with childhood
stunting in Ethiopia: spatial and multilevel analysis. Eithopia: BMC
Pediatrics.
38
LAMPIRAN
39
NO IDENTITAS RESPONDEN
Nama Balita
1 Umur (bulan)
Tanggal Lahir
Antropometri Balita
2 Tinngi Badan :
Berat Badan :
1. Laki-laki
3 Jenis Kelamin
2. Permpuan
Pendidikan Ibu Pendidikan Ayah
a. Tidak Sekolah a. Tidak Sekolah
4 b. Tamat SD b. Tamat SD
c. Tamat SMP c. Tamat SMP
d. Tamat SMA d. Tamat SMA
e. PT e. PT
5 Berat Saat Lahir Gram
6 Panjang Badan saat Lahir cm
Lampiran 2
40
Dengan hormat,
Saya Siti Faizah, mahasiswa DIII Jurusan Gizi Poli Teknik Kesehatan
Semarang, akan melakukan penelitian dengan judul “ FAKTOR-FAKTOR
DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI
PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP ASI,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga berpengaruh pada kejadian Stunting anak
balita.
Berdasarkan pemilihan balita di wilayah kerja Puskesmas Boyolali I
Kabupaten Boyolali, ibu terpilih untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Oleh sebab itu, dengan hormat saya meminta ijin kepada ibu serta memohon
kerjasaman ibu untuk menjadi responden
Adapun beberapa prosedur yang akan dilaksanakan
1. Responden akan diwawancarai oleh peneliti mengenai meliputi nama,
umur, alamat, pendidikann pekerjaan, pendapatan, nama sampel,
tanggal lahir sampel, berat lahir dan panjang lahir.
2. Responden akan diwawancarai mengenai riwayat pemberian ASI
Eksklusif dan riwayat pemberian MP ASI pada sampel
Oleh karena itu, sangat diharapkan agar ibu bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini dan dapat memberikan informasi sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Atas kerja sama Ibu dan Putra/Putri
Ibu, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
Siti Faizah
Lampiran 3. Formulir Inform Concern
41
Nama Ibu :
Nama Balita :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul “ FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING ANAK
BALITA DI PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI”. Saya
tidak akan menuntut terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi dalam
pengambilan data ini.
Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar
dan tanpa ada paksaan dari siapapun.
Boyolali, 2018
Peneliti Responden
( ) ( )