PROPOSAL
DISUSUN OLEH :
ESRA
213001070185
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga atas ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang berjudul “Analisis Penyebab
Terjadinya Pernikahan Dini Di Desa Sumber Angung Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022”.
Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program
Studi S1 Kebidanan. Dalam proses penyusunan Proposal ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada selaku pembimbing I dan selaku pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti dalam
penyusunan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini banyak terdapat kekurangan namun berkat
bimbingan dan bingtuan serta semangat dari berbagai pihak akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan proposal ini dengan maksimal, pada kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Seno Aji, S.Pd, M.Eng, Prac selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas pengajaran sehingga dapat
memperlancar proses belajar mengajar di kampus fakultas kesehatan dan
farmasi Universiatas Adiwangsa Jambi
2. Ibu Subang Aini Nasution, SKM,M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan
dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi yang telah menyediakan
fasilitas-fasilitas pengajaran sehingga dapat memperlancar proses belajar
mengajar di kampus fakultas kesehatan dan farmasi Universiatas
Adiwangsa Jambi
3. Ibu Diane Marlin, SST,M.Keb selaku ketua Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Kesehatan dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi yang telah
membantu selama masa perkuliahan
4. Ibu Gustien Siahaan, SST.M.Kes selaku pembimbing Proposal yang telah
membantu dan membimbing saya dalam penyelesaian proposal ini
5. Semua Bapak/Ibu doesn Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kesehatan
dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi yang telah membanyak
memberi ilmu dan bimbingannya selama peneliti mengikuti pendidikan
6. Kepala Desa Sumber Agung Kecamatan Margo Tabir Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian
7. Teristimewa kepada orang tua saya Ayahanda dan ibunda terimakasih tak
terhingga atas doa, motivasi, kasih syang, pengorbana, ketulusan dan
kesabaran telah membesarkan dan mendidik saya hingga dapat menempuh
pendidikan yang layak
8. Teman-teman seperjuangan dalam suka maupun duka atas semua
dukungan dan kebersamaan selama ini.
i
penyajiannya. Untuk itu peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan proposal ini.
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................4
1. Tujuan Umum...........................................................................4
2. Tujuan Khusus..........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR BAGAN
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (2) bahwa batas minimal
usia menikah bagi laki-laki dan perempuan yaitu pada usia 19 tahun. Jika masih
terdapat kemungkinan adanya ketidaksesuaian terhadap ketentuan usia tersebut,
orangtua baik dari pihak pria dan atau wanita meminta dispensasi kepada
pengadilan dengan memiliki bukti-bukti pendukung yang cukup serta alasan yang
mendesak. (Kemenag, 2019).
Pembaharuan usia perkawinan di Indonesia bermula tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam pasal 1
ayat (1) yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Nasution, H,
2019).
Hukum mengalami perubahan oleh pemerintah melalui Undang-Undang No.
16 tahun 2019 yang merupakan peralihan dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974
tentang perkawinan menjadi 19 tahun baik laki-laki maupun perempuan (Karyati,
S.dkk, 2019).
Selama pandemic covid-19 jumlah pernikahan dini terus mengalami
peningkatan, pada tahun 2020, BPS Mencatat sebanyak 30,57% perempuan yang
menikah di usia dini. Sedangkan, pada remaja laki-laki yang melakukan
pernikahan dini sebesar 6,40% (Ridhoi, 2020).
Kejadian pernikahan dini memiliki efek buruk bagi kesehatan yang dapat
menimbulkan penyakit bagi ibu dan bayi, contohnya yaitu, keguguran, kanker
serviks rentan terjadi infeksi saat hamil, perdarahan, partus lama dan resiko pre-
eklampsia. Sedangkan pada bayi contohnya BBLR, kematian serta premature. Hal
ini terjadi karena organ reproduksi yang belum mengalami kematangan. Sehingga
dapat mengakibatkan terjadi nya penyakit tersebut pada perempuan yang
melakukan pernikahan dini (Karlina, 2016).
Penelitian yang dilakukan Febriawati, dkk (2020) menunjukkan pernikahan
usia anak terjadi disebabkan oleh Pendidikan, status sosial ekonomi, teman sebaya
dan peran orantua. Fenomena pernikahan anak sering terjadi di kalangan
masyarakat kelas bawah, karena akses pendidikan dan kurangnya pemahaman
pentingnya pendidikan (Sinaga, 2016).
2
Penelitian yang dilakukan oleh Lovia,dkk (2020) dengan judul penelitian
Analisis penyebab pernikahan usia anak di Desa Karang Anyar 2 Kabupaten
Bengkulu Utara tahun 2020 menunjukkan bahwa pernikahan anak terjadi karena
faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor atas
kemauan sendiri, Pendidikan, pengetahuan, dan perilaku seks. Sedangkan faktor
eksternal terdiri dari faktor budaya dan faktor Ekonomi.(Loviza, 2020).
Pernikahan usia anak pada perempuan akan beresiko mengalami gangguan
dalam segala aspek kehidupann. Seperti hubungan seksual yang dipaksakan,
terjadinya kehamilan pada usia dini, peningkatan resiko terjangkitnya penyakit
HIV, penyakit menular seksual lainnya dan kanker leher rahim (Fadlyana dan
Larasaty, 2016).
Berdasarkan data KUA Kabupaten Merangin pada tahun 2021 terdapat 4
orang laki-laki yang menikah usia >19 tahun dan 8 orang Wanita yang menikah
usia >19 tahun. Pada tahun 2022 terdapat 11 orang perempuan usia > 19 tahun
kebawah yang melakukan pernikahan dan terdapat 3 orang laki-laki yang
melakukan pernikahan pada usia >19 tahun kebawah. Berdasarkan wawancara
dengan kepala KUA Merangin salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini
karena hamil di luar nikah, faktor sosial dan Faktor keluarga.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Analisis penyebab terjadinya pernikahan dini di Desa Sumber Angung
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh informasi mendalam Analisis penyebab terjadinya
pernikahan dini di Desa Sumber Angung Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh informasi mendalam Analisis penyebab terjadinya
pernikahan dini di Desa Sumber Angung Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022?
b. Diperoleh informasi mendalam Analisis proses terjadinya pernikahan
dini di Desa Sumber Angung Kecamatan Margo Tabir Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022?
c. Diperoleh informasi mendalam Analisis apa saja dampak yang timbul
dari pernikahan dini di Desa Sumber Angung Kecamatan Margo
Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2022?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pernikahan Dini
2.1.1 Pengertian Pernikahan Dini
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan
yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan masih
dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia dibawah usia 19
tahun. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang
dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang dilakukan sebelum
usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1
menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka dinamakan
pernikahan dini (Sarwono,2015)
Pernikahan usia dini merupakan pernikahan pada remaja dibawah
usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan
pernikahan (Rahmah, M dan Anwar, Z, 2015).
Rata-rata usia pernikahan adalah 25 tahun untuk wanita dan 27
tahun untuk pria. Usia ideal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya perceraian pada pasangan menikah. BKKBN mewanti-wanti
agar anak Indonesia tidak menikah di usia muda. Usia muda artinya,
usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia menikah
ideal untuk perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria.
Pada umur 20 tahun keatas, organ reproduksi perempuan sudah siap
mengandung dan melahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun sudah
mulai terjadi proses regeneratif . Secara psikologis, umur 20 tahun juga
sudah matang, bisa mempertimbangkan secara emosional dan nalar.
Sudah tahu menikah bertujuan untuk apa. Kalau menikah diusia 12
tahun, pasti tidak tahu menikah itu bagaimana. (Khaparistia, E dan
Edward, 2015)
5
Menurut Wikipedia Pernikahan adalah upacara pengikatan janji
nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan
maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma
hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam
dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya maupun kelas
sosial (Salmah, S, 2016). Sedangkan Pernikahan menurut Undang-
Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir dan batin
antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
KeTuhanan yang Maha Esa (UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, dalam
Marmi, 2013).
Menurut Sarwono dalam Desiyanti (2015) pernikahan usia dini
yaitu suatu ikatan yang dilakukan oleh seseorang yang masih dalam
usia muda atau pubertas. Pernikahan usia dini (Early Mariage)
merupakan suatu pernikahan formal atau tidak formal yang dilakukan
dibawah usia 18 tahun (UNICEF,2014).
6
2.1.3 Batasan Usia Ideal Untuk Menikah
Batasan usia yang diizinkan dalam pernikahan menurut UU
Perkawinan dalam pasal 7 ayat (1) yaitu, jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun, dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Jika ada penyimpangan
terhadap pasal 7 ayat (1) ini, dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak
pria maupun wanita (pasal 7 ayat 2). (UU No.16 tahun 2019).
Menurut Departemen Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluaraga Berencna (DPPPAKB) usia ideal untuk menikah
adalah usia 21 (dua puluh satu) tahun pada perempuan dan 25 (dua
puluh lima) tahun pada laki-laki. (DPPPAKB,2019).
Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan usia yang paling
baik dalam melangsungkan pernikahan, namun untuk menentukan usia
yang ideal dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai
bahan pertimbanagan (Purba, 2013) yaitu:
1. Kematangan Fisiologis atau Kejasmanian
Keadaan kejasmanian yang cukup matang dan sehat
diperlukan dalam melakukan tugas sebagai akibat pernikahan.
2. Kematangan Psikologis
Banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang
membutuhkan pemecahan masalahnya dari segi kematangan
psikologisya. Adanya kebijaksanaan dalam keluarga menuntut
kematangan psikologis dan segi-segi atau masalah-masalah yang
lain. Menurut Walgito (1984), dalam pernikahan dituntut adanya
kematangan emosi agar seseorang dapat menjalankan pernikahan
dengan baik. Beberapa tanda kematangan emosi adalah
mempunyai tanggung jawab, memiliki toleransi yang baik, dan
dapat menerima keadaan dirinya maupun keadaan orang lain
seperti apa adanya kematangan ini pada umumnya dapat dicapai
setelah umur 21 tahun.
7
3. Kematangan Sosial, Khususnya Sosial–Ekonomi
Kematangan sosial, khususnya sosial-ekonomi diperlukan
dalam pernikahan karena hal ini merupakan penyangga dalam
memutar roda keluarga akibat pernikahan. Umur yang masih muda,
pada umumnya belum mempunyai pegangan dalam hal
sosialpsikologi, padahal kalau seseorang telah memasuki
pernikahan, maka keluarga tersebut harus dapat berdiri sendiri
untuk kelangsungan keluarga bergantung itu, tidak bergantung
kepada pihak lain termasuk orang lain.
4. Tinjauan Masa Depan atau Jangka ke Depan
Umumnya keluarga menghendaki adanya keturunan, yang
dapat melangsungkan keturunan keluarga, disamping itu umur
manusia terbatas, pada suatu waktu akan mengalami kematian.
Sejauh mungkin diusahakan bila orang tua telah lanjut usia,
anakanaknya telah dapat berdiri sendiri, tidak lagi menjadi beban
orang tuanya, oleh karena itu pandangan kedepan perlu
dipertimbangkan dalam pernikahan.
5. Perbedaan Antara Perkembangan Pria dan Wanita
Perkembangan antara pria dan wanita tidaklah sama, artinya
kematangan pada wanita tidak akan sama jatuhnya dengan pria,
seorang wanita yang umumnya sama dengan seorang pria, tidak
berarti kematangan segi psikologisnya juga sama. Sesuai dengan
segi perkembangan, pada umumnya wanita lebih dahulu mencapai
kematangan dari pada pria. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut dan mengingat bahwa peranan suami dalam
memberikan pengarahan lebih menonjol pada umur yang
sebaiknya untuk melangsungkan pernikahan pada wanita umur 23-
24 tahun, sedangkan untuk pria umur 26-27 tahun, pada rentan
umur tersebut pada umumnya telah mencapai kematangan
kejasmanian, psikologis, dan dalam keadaaan normal pria umur
sekitar 26-27 tahun telah mempunyai sumber penghasilan untuk
8
menghidupi keluarga sebagai akibat pernikahan tersebut (Walgito,
2012).
9
Kebiasaan nikah dini pada keluarga dikarena kan agar tidak
dikatakan perawan tua. Pada beberapa keluarga tertentu, dapat
dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan menikahkan
anaknya pada usia muda. Dan hal ini berlangsung terus menerus,
sehingga anak-anak yang ada pada keluarga tersebut secara
otomatis akan mengikuti tradisi tersebut. Pada keluarga yang
menganut kebiasaan ini, biasanya didasarkan pada pengetahuan dan
informasi yang diperoleh bahwa dalam Islam tidak ada batasan usia
untuk menikah yang penting adalah mumayyiz (baligh dan
berakal), sehingga sudah selayaknya di nikahkan.
6. Karena Adat Istiadat dan Kebiasan Setempat
Adat istiadat yang diyakini masyarakat tertentu semakin menambah
prosentase pernikahan dini di indonesia. Misalnya keyakinan
bahwa tidak boleh menolak pinangan seseorang terhadapan
putrinya walaupun masih berusia 16 tahun. Hal ini terkadang
dianggap menyepelekan dan menghina orang tua.
7. Rendahnya Pengetahuan
Rendahnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan adalah salah
satu pendorong terjadikan pernikahan dini. Para orang tua yang
hanya bersekolah tamatan SD merasa senang jika anaknya sudah
ada yang menyukai, dan orang tua tidak mengetahui adanya akibat
dari pernikahan dini ini. Disamping perekonomian yang kurang
serta pendidikan orang tua yang rendah, akan membuat pola pikir
yang sempit.
10
Salah satu alasan paling kuat untuk menikah pada usia yang
sangat dini adalah untuk menghindarkan dua insan dari resiko
melakukan pergaulan bebas yang melanggar ajaran agama dan
norma sosial. Maka pernikahan sudah tentu menjadi pilihan
yang terbaik.
b. Menghalalkan Hubungan
Pacaran merupakan hal yang diharamkan dalam agama Islam
karena mengarahkan kepada pergaulan bebas dan mendekati
maksiat. Oleh karena itu memilih jalan menikah agar terhindar
dari dosa dan perbuatan maksiat sehingga bisa berdekatan secara
halal sebagai suami istri.
c. Lebih Bertanggung Jawab
Berumah tangga tentunya memiliki berbagai tuntutannya
sendiri. Baik suami maupun istri hal ini tentu dapat memupuk
rasa tanggung jawab yang lebih tinggi sejak awal pernikahan
dan membuat orang berusia muda dapat lebih merasakan
tanggung jawab dan cara menguatkan mental
2. Dampak negatif
Menurut Setyaningrum (2015), Dampak negatif dari
pernikahan dini adalah :
a. Kematangan psikologi belum tercapai sehingga berpengaruh
terhadap pola asuh anak
b. Ditinjau dari segi sosial dengan perkawinan mengurangi
kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta
menjadi aib bagi keluarga di lingkungan setempat.
c. Ditinjau dari segi kesehatan pernikahan dini meningkatkan
angka kematian ibu dan bayi, resiko komplikasi persalinan dan
nifas.
d. Tingkat perceraian tinggi kegagalan keluarga dalam melewati
berbagai macam masalah
11
2.2 Kebijakan tentang Pernikahan Dini
Pernikahan dini yang terjadi ditengah masyarakat ini telah menimbulkan
banyak dampak, pernikahan dini ini telah merugikan kepentingan anak dan akan
sangat membahayakan kesehatan anak. Ada pun dampak dari pernikahan dini
dapat dinilai dari berbagai pendekatan sudut pandang. Pertama, dampak hukum
yang apabila pernikahan dini dilakukan berarti telah mengabaikan beberapa
hukum yang telah ditetapkan, antara lain:
8. UndangUndang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan “Perkawinan
hanya diijinkan jika pi hak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak wanita
sudah berusia 16 tahun” (Pasal 7 ayat 1). “Untuk melangsungkan
perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat ijin kedua orang tuanya” (Pasal 6 ayat 2),
9. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Pasal 26
ayat 1) “orantua bertanggung jawab untuk
mengasuh,memelihara,mendidik,dan melindungi anak”.
10. Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Amanat undang-undang tersebut bertu juan untuk
melindungi anak agar tetap mem peroleh haknya untuk hidup, tumbuh, ber
kembang serta terlindungi dari perbuatan ke kerasan, eksploitasi dan
diskriminasi.
11. Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan ditetapkan Presiden Soeharto
pada tanggal 1 April 1975 di Jakarta dan dalam kompilasi hukum islam
dengan peraturan pemerintah juga membahas batasan umur bagi calon
pengantin. Persoalan pernikahan dini memang tidak dijelaskan secara
eksplisit mengenai pernikahan dini akan tetapi pada Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer) pasal 29 menyebutkan bahwa usia minimal
laki-laki adalah 18 tahun dan perempuan minimal 15 tahun dapat
melaksanakan perkawinan, sedangkan batas kedewasaan seseorang dalam
buku KUHPerdata pasal 330 dalam pada saat berusia 21 tahun dan belum
12
pernah melakukan perkawinan.
12. Arti perkawinan tidak terlepas dari tujuan berkeluarga yang terikat antara
pria dan wanita (UU RI 1974). Indonesia sebagai negara hukum telah
mengatur tentang perkawinan dalam undang-undang No 1 tahun 1974
tentang perkawinan, Perarturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
ditetapkan Presiden Soeharto pada tanggal 1 April 1975 di Jakarta dan
dalam kompilasi hukum islam dengan peraturan pemerintah juga
membahas batasan umur bagi calon pengantin. Persoalan pernikahan dini
memang tidak dijelaskan secara eksplisit mengenai pernikahan dini akan
tetapi pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 29
menyebutkan bahwa usia minimal laki-laki adalah 18 tahun dan
perempuan minimal 15 tahun dapat melaksanakan perkawinan, sedangkan
batas kedewasaan seseorang dalam buku KUHPerdata pasal 330 dalam
pada saat berusia 21 tahun dan belum pernah melakukan perkawinan.
13. Pada pasal 7 ayat 1 menjelaskan tentang batasan umur minimal seseorang
dapat menikah yaitu laki-laki minimal berusia 19 tahun sedangkan
perempuan berusia minimal 16 tahun. Dengan berdasar eturan pemerintah
Indonesia tentang pernikahan maka mempelai harus mendapat persetujuan
orang tuanya (UU RI 1974). Merujuk pasal 2 menjelaskan bila terjadi
penyimpangan terhadap ayat 1 seseorang bisa meminta dispen kepada
pengadilan atau pejabat lain. Pejabat dan pengadilan merupakan yang
ditentukan oleh kedua orang tua pihak calon mempali laki- laki dan
perempuan. Kelonggaran peraturan diberikan oleh pemerintah kepada
pasangan yang akan melakukan proses pernikahan. Kelonggaran tersebut
diberikan kepada mempelai yang belum cukup umur di salah satu
mempelai tetapi ingin melaksanakan pernikahan (UU RI 1974). Orang tua
harus melindungi anaknya dari pernikahan dini merupakan isi dari pasal 26
UU R.I No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU RI 1974) hal
ini menunjukkan peran penting orang tua dalam mendampingi dan
menyiapkan anak- anak mereka sehingga benar- benar siap secara umur
13
dan mental ketika memutuskan untuk berumah tangga.
14. Undang-undang perkawinan di indonesia menjelaskan tentang perubahan
ketentuan batasan minimal usia seseorang diperbolehkan untuk menikah
yang sebelumnya batasan usia laki- laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun
berubah menjadi usia kedua calon mempelai masing-masing sudah harus
mencapai 19 tahun, pada usia ini baik calon pengantin laki-laki ataupun
perempuan dianggap cakap untuk melangsungkan perkawinan dengan
segala konsekuensinya (UU RI 1974). Perkawinan itu juga
mempertimbangkan kemaslahatan keluarga dan rumah tannga dengan
tercapainya usia berdasar pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974. Hal tersebut
sudah dijelaskan dalam kompilasi hukum islam pasal 15.
UMPAN BALIK
Sumber :
Sumber : Heriyana,A (2019) Buku ajar metodopenelitian pada kesehatan
masyarakat
14
2.4 Penelitian Terkait
Tabel. 2.1
Penelitian Terkait Analisis penyebab pernikahan dini
No Tahu Penulis Judul Metode Hasil
n Penelitian Penelitian
1. 2020 Lovia Analisis jenis penelitian Menunjukkan bahwa
Instrumen
penelitian
adalah peneliti
sendiri.
15
Fitri Pernikahan dalam penelitian dengan kepala desa
sosial, pendidikan,
16
psikis, dan hukum.
di bawah usia di
lokasi penelitian
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan (field
research) atau penelitian lapangan yang mencoba melihat dan memahami suatu
fenomena secara langsung dan peneliti ikut terlibat dalam lingkungan yang diteliti
(Sugiyono, 2018). Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
tujuan ingin mendapatkan data yang mendalam dan sumber informan mengenai
pelaksanaan Analisis penyebab terjadinya pernikahan dini di desa Sumber Agung.
18
masyarakat secara garis besar, juga memahami informasi tentang Informan utama
(Martha, E., & Kresno, 2016).
Dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai Informan
sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2013).
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlihat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan Peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
19
3.3.2 Informasi dari Informan
Menurut Buku Pengantar Administrasi Kesehatan, Azrul Azwar,
( 2010 ) dalam Noer ( 2017 ) Pengantar Administrasi Kesehatan dan Teori
Henry Fayol dikemukakan, segera terlihat bahwa dalam batasan tersebut
ditemukan beberapa unsur yang peranannya amat penting dalam
pelaksanaan administrasi kesehatan. Ketiga unsur pokok yang dimaksud
ialah masukan (input), Proses (process), keluaran (output). Dimana input
adalah terjadinya pernikahan dini, proses adalah faktor terjadinya
pernikahan dini dan output dampak pernikahan dini pada anak.
Bagan 3.4
Kerangka Pikir
Penyebab terjadinya Dampak pernikahan
pernikahan dini dini pada anak
20
2. Penyebab pernikahan Terjadinya pernikahan Penyebab sehingga
dini dini dikalangan dilakukan
masyarakat pernikahan dini
disebabkan oleh
adanya faktor
(Kumalasari,2014)
3. Dampak pernikahan Adalah suatu Hasil akhir yang
dini perubahan yang terjadi setelah
terjadi akibat suatu dilakukannya
aktifitas yang bersifat pernikahan dini
alamiah, baik kimia, terhadap pasangan
fisik maupun biologi yang melakukan
(Irwan,2018) pernikahan
21
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2016). Dalam
Penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah laporan
kegiatan di Puskesmas, literatur, artikel, jurnal serta situs di
internet yang berkenaan dengan Penelitian yang dilakukan.
3.6.2 Teknik pengumpulan data
1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
a. Teknik Pengumpulan data dengan Observasi Observasi
merupakan pencatatan yang sistematis dan perekaman
peristiwa, perilaku, dan benda-benda di lingkungan sosial
tempat studi berlangsung (Martha & Kresno, 2016).
b. Teknik Pengumpulan data dengan Wawancara Wawancara
adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik
(Gunawan, 2016).
c. Teknik Pengumpulan data dengan Dokumen Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari
seseorang (Gunawan, 2016).
2. Metode Pengumpulan Data Kualitatif
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu
wawancara mendalam dan observasi. Wawancara menadalam
atau indepth interview adalah satu jenis wawancara yang
dilakukan oleh seorang pewawancara untuk menggali informasi,
memahami pandangan, kepercayaan, pengalaman, pengetahuan
Informan mengenai sesuatu hal secara utuh. Dalam wawancara
mendalam, Peneliti mengajukan pertanyaan terbuka kepada
Informan, dan berupaya menggali informasi jika diperlukan
22
untuk memperoleh informasi mendalam (Martha dan Kresno,
2016).
Wawancara mendalam dilakukan di Desa Sumber Agung.
Wawancara dilakukan langsung kepada Informan kunci yakni
Pemegang pasangan yang melakukan pernikahan dini 4orang dan
Informan lainnya yaitu Kepala KUA, Kepala Desa , dan 4 orang
tua pasangan yang melakukan pernikahan dini.
23
g. Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin
dan KUA Merangin.
h. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
i. Menyusun skripsi yang berjudul “Analisis penyebab
terjadinya pernikahan dini di desa Sumber agung
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi Tahun 2022”.
2. Tahap pelaksanaan Penelitian Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini antara lain :
a. Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada
Informan (sumber data primer) yang telah ditentukan.
b. Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada
setiap langkah yang dilakukan.
3. Tahap pasca Penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain :
a. Perangkuman semua data wawancara yang telah
dikumpulkan, membuat catatan yang rapi untuk kemudian
diserahkan kepada Pembimbing sebagai data mentah.
b. Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder
yang terkait dengan analisis penyebab pernikan dini.
c. Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis
penyebab pernikahan dini
d. Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk
laporan skripsi.
24
3. Kebergantungan
4. Kepastian
25
KUA, Kepla Desa dan orang tua pasangan yang melakukan pernikahan
dini dengan teknik observasi partisifatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi.
c. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik, berarti Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama (Sugiyono, 2016).
26
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan dengan langkah
mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang tidak perlu. Reduksi
data digunakan untuk menghasilkan hipotesis mengenai komposisi
dari hasil lapangan. Sehingga memberikan gambaran data yang
lebih jelas dan mempermudah Peneliti untuk melakukan
pengambilan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan
(Sugiyono, 2019).
2. Penyajian Data Penyajian data yang digunakan adalah dengan teks
yang bersifat naratif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan
sejenisnya. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan Langkah analisis yang terakhir yaitu dengan
menarik kesimpulan atau verifikasi yang disertai bukti valid dan
konsisten sehingga kesimpulan tersebut bersifat kredibel.
27
DAFTAR PUSTAKA
Angraini, L., Widiyanti, D., & Savitri, W. (2021). Analisis penyebab pernikahan
usia anak di Desa Karang Anyar 2 Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2020.
Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, 5(2), 154–162.
https://doi.org/10.32536/jrki.v5i2.192
Eleanora, F. N., & Sari, A. (2020). Pernikahan anak usia dini ditinjau dari
perspektif perlindungan anak. PROGRESIF: Jurnal Hukum, 14(1), 50–63.
https://doi.org/10.33019/progresif.v14i1.1485
Nurhayati, S. F., & Kurniasasri, I. (2020). Analisis Pernikahan Usia Dini Ditinjau
Dari Sudut Pandang Ekonomi, Sosial Dan Religi : Studi Pada Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan. Profetika: Jurnal Studi Islam, 21(1), 17–
26. https://doi.org/10.23917/profetika.v21i1.11645
Suryani, E., Rahman, A., & Wanto, D. (2018). Faktor Penyebab Pernikahan Usia
Dini dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Keluarga di Desa Tik-Kuto
Kecamatan Rimbo Pengadang. http://e-theses.iaincurup.ac.id/17/
LAMPIRAN I
Dengan hormat,
Nama : ESRA
NIM : 213001070185
menjadi informan dalam penelitian ini. Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk
informan. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
Apabila ibu/bapak menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
saya ajukan. Atas perhatian ibu sebagai informan, saya ucapkan terimakasih.
Jambi”. Untuk itu saya meminta kesediaannya untuk menjadi Informan dalam
penelitian ini. Demikian secara ikhlas dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
Jambi, November
2022
Penulis
( ESRA )
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA
1. Pemahaman pernikahan dini
a. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pernikahan dini?
b. Menurut bapak/ibu usia berapa seseorang dikatakan siap untuk
menikah?
c. Menurut bapak/ibu hal-hal apa saja yang perlu disiapkan agar
seseorang dikatakan siap untuk menikah?
d. Sebelum memutuskan untuk menikah, adahal yang bapak/ibu ketahui
tentang keuntungan dan kerugian pernikahan dini?
2. Faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
a. Dapatkah bapak/ibu ungkapkan apa yang menjadi alasan bagi
bapak/ibu dalam memutuskan menikah usia dini?
b. Dapatkah bapak/ibu ungkapkan bagaimana keterlibatan keluarga
terhadap keputusan bapak/ibu dalam melakukan pernikahan dini?
c. Sebelum menikah apakah bapa/ibu sudah memiliki penghasilan?
d. Pada saat menikah apakah bapak/ibu masih sekolah?
e. Apakah pernikahan dini merupakan suatu tradisi dalam keluarga
bapak/ibu?
3. Dampak pernikahan dini
a. Setelah menikah apakah yang bapak/ibu rasakan?
b. Setelah memiliki anak apakah yang bapak/ibu rasakan?
c. Dapatkah bapak/ibu ungkapkan bagaimana keharmonisan dalam
rumah tangga bapak/ibu selama pernikahan?
d. Adakah perubahan lingkungan sosial bapak/ibu setelah menikah?
e. Setelah menikah apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam
membina rumah tangga?