Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KEJADIAN STUNTING DI POSYANDU MELATI DI DESA


KOTO RANAH KECAMATAN KABUN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan

DI SUSUN OLEH
SITI RAHMA
2339232

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS


PASIR PENGARAIAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-NYA sehingga Proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Kejadian Stunting di Posyandu Melati di Desa Koto Ranah
Kecamatan Kabun” ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari
adanya kekurangan dalam Proposal penelitian ini, oleh sebab itu peneliti mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Proposal ini.
Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program
Studi Sarjana Kebidanan Universitas Pasir Pengaraian. Dalam penyusunan Proposal
penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak oleh sebab itu
peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr.Hardianto, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Pasir Pengaraian.
2. Bapak Zulkifli, MH, CLA selaku wakil Rektor I Universitas Pasir Pengaraian .
3. Bapak Hidayat, MM selaku Rektor II Universitas Pasir Pengaraian.
4. Ibu Rika Herawati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pasir Pengaraian.
5. Ibu Andriana, M.Keb selaku Ka. Prodi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Pasir Pengaraian.
6. Ibu Siti Nurkhasanah, M.Keb selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk selama
pembuatan proposal.
7. Ibu Sri Wulandari, M.PH Selaku Penguji I Telah Meluangkan Waktu Untuk
Memberikan Bimbingan, Pengarahan dan Petunjuk Selama Menyelesaikan
Proposal ini.
8. Ibu Elvira Junita, M.Kes Selaku Penguji II Telah Meluangkan Waktu Untuk
Memberikan Bimbingan, Pengarahan dan Petunjuk Selama Menyelesaikan
Proposal ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pasir Pengaraian
yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.
10. Orang Tua tercinta, yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan proposal ini.
11. Rekan – rekan mahasiswi Universitas Pasir Pengaraian Prodi Studi Sarjana
Kebidanan yang telah banyak memberikan dorongan moril terhadap penulis
dalam menyelesaikan proposal ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis mohon maaf atas segala

kekurangan yang telah penulis perbuat, semoga dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan masyarakat kiranya kesejahteraan dilimpahkan Tuhan Yang Maha

Esa kepada kita semua.

Pasir Pengaraian, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 8


2.1 Stunting ............................................................................... 8
2.2 Pola Asuh ............................................................................ 13
2.3 Penelitian Terkait ................................................................. 16
2.4 Kerangka Teori .................................................................... 17
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 18


3.1 Desain Penelitian ................................................................. 18
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 18
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 18
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 20
3.5 Sumber dan Jenis Data ......................................................... 21
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................ 21
3.7 Teknis Pengumpulan Data ................................................... 23
3.8 Definisi Operasional ............................................................ 24
3.9 Uji validitas dan Reliabilitas ................................................ 24
3.10 Teknik Pengolahan Data .................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah status gizi merupakan masalah penting yang dihadapi oleh dunia

dan beberapa negara termasuk Indonesia. Status gizi memerlukan perhatian

khusus karena untuk membentuk bangsa yang maju harus memiliki tingkat

kesehatan dan kecerdasan dan produktivitas yang tinggi. Status gizi yang baik

akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, jika status gizi balita

buruk akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit (Suharto et al.,

2022). Salah satu yang menggambarkan status kesehatan dan gizi yang tidak

optimal atau kurang pada balita, sehingga tidak tercapainya potensi

pertumbuhan ialah stunting.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan

yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi dimulai janin

masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020 angka

kejadian stunting secara global mencapai 22% atau sebanyak 149,2 juta anak

di bawah 5 tahun mengalami stunting. Hal ini menunjukkan bahwa stunting

didunia mengalami penurunan sebesar 4,2 % dari 26,2% pada tahun 2012

menjadi 22% pada tahun 2020, target penurunan stunting secara global pada

tahun 2025 yaitu sebesar 15,4% (FAO et al., 2021).


3

Berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi

stunting di Indonesia juga mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021

menjadi 21,6% di tahun 2022, meskipun prevalensi stunting mengalami

penurunan, angka penurunan tersebut belum mencapai target rata-rata

penurunan per tahun yaitu sebesar 3,8%, sedangkan penurunan stunting dari

tahun 2021-2022 hanya sebesar 2,8%. Pemerintah Indonesia menegaskan

bahwa target penurunan stunting di Indonesia harus mencapai 14% di tahun

2024 (Kemenkes RI, 2022).

Prevalensi stunting di Propinsi Riau pada tahun 2021 berdasarkan hasil

analisa data E-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis

Masyarakat) adalah 22,3%, angka ini menunjukkan penurunan dari tahun

2018 yaitu sebesar 27,4%. Kabupaten Kampar merupakan kabupaten dengan

angka stunting tertinggi ke enam di Propinsi Riau yaitu sebesar 4,7% (Dinkes

Provinsi Riau, 2021).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kapubaten Rokan Hulu Tahun

2022 menunjukkan bahwa desa Koto Ranah merupakan desa yang termasuk

ke dalam Lokus Stunting Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2020-2024.

Dari data posyandu yang ada di koto ranah data balita stunting di desa Koto

Ranah pada tahun 2024 yaitu sebanyak 10 orang dengan jumlah balita 100

orang.
4

Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah

dengan cara penilaian antropometri. Secara umum antropometri

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energy (Kemenkes, 2017)

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat

badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar

deviasi unit z (Z score) (Kemenkes, 2017)

Untuk mengetahui balita stunting atau tidak indeks yang digunakan

adalah indeks panjang badan/tinggi badan menurut umur. Tinggi badan

merupakan parameter antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan tulang. Tinggi badan menurut umur adalah ukuran dari

pertumbuhan liniear yang dicapai, dapat digunakan sebagai indeks status

gizi atau kesehatan masa lampau (Kemenkes, 2011)

Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi

badan per umur (TB/U) (Kemenkes, 2017).

I. Sangat pendek : Zscore < -3, 0 SD

II. Pendek : Zscore -3,0 SD s/d < -2,0 SD

III. Normal : Zscore >_ -2,0 SD

Penelitian yang dilakukan oleh Meliasari (2019) hubungan pola asuh

orang tua dengan kejadian pada balita di Paud Al-Fitrah Di Kecamatan

Sei Rempah Kabupaten Serdang pada 32 anak balita, jenis penelitian

yang digunakan yaitu analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional,

sampel diambil dengan cara accidental sampling, analisa data menggunakan uji

chi square, hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antra pola asuh orang tua
5

dengan kejadian stunting pada balita dengan hasiluji p 0,000 <0,05.

Penelitian yang dilakukan oleh putri (2019) dengan judul hubungna

pola asuh orang tua dengan status gizi pada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulang Kota Batam. Sampel dalam penelitian ini sebanyak

100 anak , diambil dengan teknik ystematic sampling ( pengambilan

sampel secara acak sistematis)penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Dari hasil

penelitian terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan status gizi pada

balita

Dalam Rahayu et al., (2018) Kejadian stunting muncul sebagai akibat

dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh

yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang karena

hygiene maupun sanitasi yang kurang baik. Pola asuh orang tua terkait

nutrisi, pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, ketersediaan sandang

pangan, pendidikan orang tua, sosial budaya, ekonomi, perilaku terkait pola

asuh yang kurang atau buruk juga dapat menyebabkan stunting secara

spesifik dijelaskan seperti, pengetahuan ibu yang kurang dalam memenuhi

nutrisinya saat masa kehamilan, bahkan persiapan nutrisi yang harus

dipenuhi saat mempersiapkan kehamilan serta paska melahirkan untuk

meningkatkan produksi ASI yang baik (Ariyanti,2015).


6

Anak-anak yang masih membutuhkan orang tua sebagai pengasuh atau

yang merawat tentunya sangat menentukan asupan nutrisi yang diberikan pada

anak. jika gizi anak mengalami kekurangan maka akan berdampak pada

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak, penurunan imunitas serta

rendahnya imunitas melawan infeksi rentan terjadi pada stunting

(Rahmayana,2015).

Menurut UNICEF, 2013 dalam jurnal Aryastami & Tarigan, 2017

menyatakan bahwa Stunting mempunyai dampak buruk bagi anak. Dampak

buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh Stunting adalah

terganggunya perkembangan otak, penurunan kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam tubuh. Sementara itu, dalam jangka

panjang Stunting akan mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif,

penurunan prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh, beresiko mengalami

kegemukan (Obesitas), sangat rentan terhadap penyakit tidak menular dan

penyakit degenaratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh

darah, kanker, stroke, dan disabilitas, serta penurunan produktivitas pada usia

dewasa.(Wardita et al., 2021).

Banyak faktor yang menyebabkan stunting yaitu masalah sosial ekonomi

yang rendah, kerawanan pangan (food insecurity), status gizi ibu ketika hamil,

bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), pola asuh anak, status gizi, sanitasi dan

ketersediaan air (Permatasari & Suprayitno, 2020). Pola asuh balita yang masih

menjadi target RPJMN dan target indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi

masyarakat tahun 2020-2025 yaitu IMD, Pemberian ASI eksklusif, dan

imunisasi dasar. Arahan presiden Republik Indonesia terhadap percepatan

penurunan stunting di Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Presiden

Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting (Kemenkes,

2020). Berdasarkan penelitian (Salsabila, et all 2022) menunjukkan adanya


7
hubungan polah asuh orang tua terhadap status gizi anak, balita dengan pola

asuh yang baik memiliki status gizi yang baik, sedangkan balita dengan pola

asuh yang buruk cenderung mengalami status gizi buruk.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pola Asuh Orang

Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Posyandu Melati Desa

Koto Ranah Kecamatan Kabun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian

stunting pada balita di Posyandu Melati Desa Koto Ranah Kecamatan

Kabun?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan

kejadian stunting pada balita di Posyandu Melati Desa Koto Ranah

Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden pola asuh pada balita di

Posyandu Melati Desa Koto Ranah Kecamatan Kabun Kabupaten

Rokan Hulu

b. Untuk mengetahui kontribuksi,frekuensi kejadian stunting pada balita

di Posyandu Melati Desa Koto Ranah Kecamatan Kabun Kabupaten

Rokan Hulu
8

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.3. Bagi Universitas Pasir Pengaraian

Dapat dijadikan bahan bacaan tambahan perpustakaan di universitas

Pasir Pengaraian tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan

kejadian stunting pada balita di Posyandu Melati di Desa Koto Ranah

Kecamatan Kabun.

1.3.4. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi kepada semua petugas dan ibu

– ibu terkait Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian

stunting pada balita di Posyandu Melati di Desa Koto Ranah

Kecamatan Kabun

1.3.5. Bagi responden

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi

responden agar lebih mengetahui bagaimana memberikan pola asuh

yang baik untuk anak stunting.

1.3.6. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dalam ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting

2.1.1 Definisi Stunting

Stunting didefinisikan anak balita dengan nilai z-skor kurang dari

-2 standar deviasi/SD (stunted) dan kurang dari –3 SD (severely stunted).

Pengukuran antropometri berdasarkan panjang badan (PB/U) atau tinggi

badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku

World Health Organization/WHO (World Health Organization, 2018).

Stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gangguan

pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya

sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi

dalam waktu yang lama. Kasus stunting di Indonesia masih menjadi

permasalahan besar yang memerlukan penanganan serius seluruh pihak,

sehingga saat ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan program

penanganan stunting sebagai program prioritas nasional yang

memerlukan penanganan secara terintegrasi guna menekan peningkatan

jumlah kasus.(Rahman, Rahmah, dan Saribulan 2023).

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor langsung

seperti asupan makanan bergizi yang tidak memadai dan penyakit

infeksi, maupun faktor tidak langsung seperti pola asuh ibu, kerawanan
10

pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan lingkungan (Ruaida, 2018).

Akar masalah dari stunting meliputi akses terbatas terhadap pelayanan

kesehatan yang memadai, kondisi ekonomi keluarga yang buruk,

serta faktorfaktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang

mempengaruhi lingkungan sekitar. Semua faktor ini saling berinteraksi

dan berkontribusi dalam menyebabkan stunting pada balita (Mashar et

al., 2021)

2.2.2.Diagnosis dan Klasifikasi

Diagnosa stunting pada balita yang dirancang menggunakan metode

forward chaining dan metode waterfall berhasil diimplementasikan

dengan baik. Melalui pengujian blackbox dan lighthouse, sistem ini

terbukti beroperasi dengan baik dalam berbagai skenario pengujian dan

mendapatkan penilaian yang tinggi terkait performa dan aksesibilitas.

Pengujian akurasi dengan menggunakan confusion matrix menghasilkan

tingkat akurasi yang tinggi, mencapai 98,96% untuk diagnosa stunting

dan 98,10% untuk diagnosa status gizi. Keseluruhan, sistem pakar ini

mampu memberikan diagnosa yang akurat dan dapat diandalkan untuk

deteksi dini stunting pada balita, berpotensi mendukung intervensi yang

lebih tepat guna mengatasi permasalahan stunting pada balita.

2.1.3 Dampak Stunting

Dalam beberapa penelitian mengenai stunting dan efeknya pada

kondisi psikologis, yang mencuat paling banyak adalah anak dengan


11

stunting memiliki risiko perkembangan kognitif, motorik, dan verbal

yang kurang optimal. Perkembangan yang kurang optimal tersebut

berdampak pada kapasitas belajar dan prestasi belajar di sekolah pun

menjadi kurang optimal.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting :

1. Jangka pendek adalah tergantungnya perkembangan otak ,

kecerdasan, gangguan perkembangan fisik dan gangguan

metabolisme dalam tubuh .

2. akibat buruk jangka panjang yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kongnitif dan presentasi belajar,

menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko

tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit

jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan distabilitas pada usia

tua(Riswanto, Setiawan, dan Sahputro 2023)

2.1.3 Penyebab Stunting Menurut Wawan (2013), ada beberapa hal yang

menyebabkan terjadi stunting apada balita, yaitu : Praktek pengasuhan

yang kurang baik.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi

sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.

Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60%

dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan


12

atau mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain

berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI

juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi

dapat disokong oleh ASI. Serta membentuk daya tahan tubuh dan

perkembangan system imunologis anak terhadap makanan maupun

minuman

1. Masih terbatasnya pelayanan kesehatan

Layanan kesehatan yang terbatas termasuk layanan ANC-Ante

Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa

kehamilan ), Post Natal Care dan pembelajaran dini yang

berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi

Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat

kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di

tahun 2007 menjadi 64% di tahun 2013 dan anak belum

mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain

adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat

besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan

pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6

tahun belum terdaftardi layanan PAUD (Pendidikan Usia Dini).

2. Masih kurangnya akses rumah tangga ke makanan bergizi

Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih

tergolong mahal, menurut beberapa sumber (RISKESDAS

2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta


13

94% lebih mahal dibandingkan dengan di New Delhi, India.

Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di

Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia

juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang

mengalami anemia

3. Kurangnya akses air bersih

Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat

meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat

enrgi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh

menghadapi infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan

terhambatnya pertumbuhan

2.1.4 Cara Ukur Stunting

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kejadian

stunting adalah aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis

Masyarakat atau yang disebut e- PPGBM merupakan bagian dari Sigizi

Terpadu yang dapat digunakan untuk mencatat data sasaran individu

dan penimbangan atau pengukurannya yang dapat memberikan

feedback secara langsung status gizi sasaran tersebut. Aplikasi PPGBM

versi Offline merupakan aplikasi berbasis web yang dapat dijalankan

secara offline (tanpa koneksi internet). Untuk menjalankan aplikasi,

Anda harus menggunakan komputer/notebook dengan sistem operasi

Microsoft Windows, dengan rincian sebagai berikut:

1. Sistem Operasi : Microsoft Windows 7, 8, 9, 10


14

2. Memory/RAM : Minimal 1 GB

3. Hard Disk : Minimal 128 GB

4. Browser : Google Chrome / Mozilla Firefox

Adapun kriteria penilaian stunting sebagai berikut :

1. Sangat pendek : Zscore < -3,0 SD

2. Pendek : Zscore -3,0 SD s/d < -2,0 SD

3. Normal : Zscore ≥ -2,0 SD s/d +3 SD

4. Tinggi Z score > +3 SD

2.1.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting

Dalam (Aridiyah, Rohmawati, & Ririanty, 2015). Multi faktor

yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling

menentukan yaitu pada 1000 HPK ( 1000 hari pertama kehidupan ).

Faktor Penyebab stunting juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi

badan ayah, tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah

tangga, pola asuh, dan pemberian ASI eksklusif (Wahdah, Juffrie, &

Huriyati, 2015), selain itu stunting juga disebabkan oleh beberapa

faktor lain seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu mengenai gizi,

pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan

zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik.

2.2 Pola Asuh

2.2.1 Pengertian Pola asuh

Dalam (Rahmad Rosyadi, 2013). Pola asuh adalah cara-cara

orangtua dalam mengasuh anaknya untuk menolong dan membimbing


15

supaya anak hidup mandiri Pola asuh dapat didefinisikan sebagai bentuk

interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan

kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan

psikologi (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi

norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras

dengan lingkungannya(Darmawanti 2023)

2.2.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua

1. Pola asuh otoriter adalah jenis pola asuh yang cenderung membatasi

kebebasan anak dengan aturan yang ketat dan tegas. Orang tua yang

menggunakan pola asuh otoriter biasanya menetapkan standar tinggi

dan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak-anak mereka.

Mereka juga cenderung menggunakan hukuman fisik atau verbal

untuk mengontrol perilaku anak. Pola asuh otoriter biasanya tidak

memberikan kesempatan bagi anak untuk berkembang dan belajar

secara mandiri

2. pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua yang dicirikan dengan

tidak membimbing anak dan menyetujui segala tingkah laku anak

termasuk keinginankeinginan yang sifatnya segera dan tidak

menggunakan hukuman. Pola asuh ini ditandai dengan adanya

kebebasan tanpa batas pada anaknya untuk berperilaku sesuai dengan

keinginannya sendiri dan orang tua tidak pernah memberi aturan dan

pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak

tanpa pertimbangan dari orang tua.


16

3. Orang tua juga mengajarkan pada anak untuk membantu orang tua

secara sederhana yaitu menyiram tanaman. Dengan begitu selain

orang tua mengajarkan kemandirian pada anak juga sekaligus

menerapkan pola asuh demokratis pada anak-anaknya, dikarenakan

dalam pengasuhan ini orang tua menjalin komunikasi terbuka serta

memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan rambu-rambu yang dapat dikerjakan oleh anak, akan tetapi

dalam memberikan kebebasan orang tua wajib memantau sehingga

anak masih dalam pengawasan dan dengan harapan besar anak

terbiasa menjadi mandiri serta dapat mengambil keputusan yang

dilakukan oleh anak

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Hurlock (dalam Adawiyah, 2017) ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu Kepribadian orang

tua, Keyakinan, dan Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang

tua. Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yang diberikan

kepada anak seperti faktor pendidikan oaring tua, faktor pengalaman

orang tua, faktor usia orang tua, faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi

orang tua. Dari berbagai macam faktor yang ada dengan alasan yang

rasional faktor tersebut mempengaruhi pola asuh yang akan diterapkan

kepada anak, slah satunya pola asuh orang tua terhadap kecerdasan

emosional anak. (Fatmawati, Ismaya, dan Setiawan 2021).


17

2.2.4 Hasil Ukur Pola Asuh

Pola asuh orangtua dapat diukur dengan menggunakan kuesioner,

dengan model pertanyaan menggunakan skala likert, dengan skor 1-4,

yang mana selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor 3,

kadang-kadang (KK) dengan skor 2, tidak pernah (TAPI) dengan skor

1, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban selalu (SL) dengan

skor 1, sering (SR) dengan skor 2, kadang-kadang (KK) dengan skor

3, tidak pernah (TAPI) dengan skor 4. Skala yang digunakan untuk

menentukan jumlah nilai skor yaitu skala nominal.

Aspuah (2013) cara untuk menentukan skor yaitu :

𝑆𝑝
𝑠= 𝑥 100%
𝑆𝑚

Keterangan

S : skor
18
Sp : jumlah skor yang dipilih

Sm : jumlah skor maksimal

Setelah mendapatkan nilai skor, maka hasil pengukuran dapat dibagi

menjadi 2 kategori (Sugiyono,2017) :

a) Baik : 76-100%

b) cukup : 56-75%

2.3 Kerangka Teori


Kerangka teori adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai

landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain

untuk mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan (Aziz, 2013).

0. Stunting : Zscore < -3


SD s/d <-2 SD
Klasifikasi 1. Tidak stunting :
Stunting Zscore -2SD s/d < +3
SD

1. Praktek pengasuhan
yang kurang baik,
Stunting Faktor 2. Masih terbatasnya
Penyebab pelayanan kesehatan,
3. Masih kurangnya akses
rumah tangga ke
makanan bergizi,
4. Kurangnya akses air
Pola Asuh bersih.

1. Jangka pendek
(terganggunya
Otoriter perkembangan otak,
Demokratis gangguan pertumbuhan
Permisif Dampak
fisik),
Lalai 2. Jangka panjang
(menurunya kekebalan
tubuh, dan kemampuan
prestasi belajar).

Bagan 2.1 Kerangka Teori


19

2.4 Kerangka konsep


Variabel independen Variabel Dependen

Pola asuh orang


tua Kejadian Stunting

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.5 hipotesis penelitian

hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Soekidjo Notoadmodjo,2010)

beradarkan kajian teori dan penelitian yang relevan maka dapat disimpulkan

hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesi nol (H0), maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah

Ha : ada hubungan antara pola asuh terhadap kejadian stunting pada balita
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik

kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu study penelitian

dimana variabel independen dan variabel dependen diteliti sekaligus` pada

waktu yang sama (Notoatmodjo, 2019).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Posyandu Melati Desa Koto

Ranah Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2024

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh orang tua dan keluarga yang merawat balita usia 24 -59 bulan

yang berada di Desa Koto Ranah wilayah kerja Puskesmas Kabun

sebanyak 100 balita.

18
20

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk bisa

memenuhi atau mewakili populasi. Sampel adalah bagian dari populasi

terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2013).

a. Besaran sampel

Cara menentukan besaran sampenya yaitu menggunakan rumus Nurslam

(2015).

𝑁. 𝑧2. 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑧2. 𝑝. 𝑞

Keterangan

n : perkiraan besaran sampel

N : perkiraan besaran populasi

Z : nilai standar normal untuk α : 0.05 ( 1,96)

P : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q : 1-p (100%-p)

d : tingkat kesalahan yang dipilih


21

b. Kriteria sampel

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu

1) Balita yang berusia 24-59 bulan yang berada di Desa Koto Ranah

Wilayah Kerja Puskesmas Kabun

2) Orang tua dan keluarga yang merawat balita

3) Orang tua dan keluarga balita yang bersedia menjadi responden

yang berada di desa Koto Ranah Wilayah Kerja Puskesmas

Kabun.

Kriteria ekslusi

1) Orang tua dan keluarga yang tidak bisa ditemui salam penelitian

dilakukan.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teknik random sampling. Simple random sampling adalah metode yang paling

umum dan sederhana yaitu setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk

terpilih sebagai subjek penelitian (Swarjana,2015).

Pada penelitian ini teknik simple random sampling menggunkan bantuan

aplikasi microsoft excel yaitu responden dari setiap desa akan dipilih dengan

cara rand pada excel, kemudian nama yang keluar akan terpilih sebagai

respondendalam peneltian ini.

3.5 Sumber dan jenis Data

3.5.1 Data Primer dan Sekunder

1. Data primer diperoleh dari lembar kuesioner yang berisi tentang pola

asuh dan kejadian stunting.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai

catatan atau informasi yang telah ada. Data sekunder dapat berasal dari

catatan medis responden, buku registrasi dan informasi-informasi


22
yang relevan. Dalam hal ini peneliti mendapat informasi langsung dari

responden penelitian ini diperoleh dari tempat penelitian tentang

jumlah kejadian stunting pada balita.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mengumpulkan data. Ini berarti, dengan menggunakan alat-alat tersebut

data dikumpulkan. Ada perbedaan antara alat-alat penelitian dalam metode

kualitatif dengan yang dalam metode penelitian kuantitatif (Muhammad, 2019).

Ada beberapa instrument penelitian yang digunakan sesuai dengan variabel

penelitian:
23

3.6.1 Pengukuran Stunting

Pada penelitian ini alat ukur/instrument untuk memperoleh

informasi stunting pada balita menggunakan Aplikasi e-PPGBM versi

Offline merupakan aplikasi berbasis web yang dapat dijalankan secara

offline (tanpa koneksi internet). Adapun kriteria penilaian stunting

sebagai berikut :

1. Sangat pendek : Zscore < -3,0 SD

2. Pendek : Zscore -3,0 SD s/d < -2,0 SD

3. Normal zscore z-score -2 SD sampai dengan +3 SD

4. Tinggi zscore > +3 SD

3.6.2 Kuesioner

1. Kuesioner pola asuh

Kuesioner ini menggunakan angket yang diberikan ketika posyandu

balita dan secara door to door apabila balita tidak mengikuti

posyandu, kuesioner pola asuh orang tua terdiri dari 23 item

pertanyaan. Sembilan item pertanyaan tentang pola asuh demokratis,

delapan item pertanyaan tentang pola asuh otoriter dan enam

pertanyaan tentang pola asuh permisif. Peneliti belum memiliki

kuesioner baku, oleh karena itu penulis membuat beberapa pertanyaan

dari materi pola asuh orang tua. Kuesioner ini menggunakan skala

likert, dengan skor 1-4, yang mana selalu (SL) dengan skor 4, sering

(SR) dengan skor 3, kadang-kadang (KK) dengan skor 2, tidak pernah

(TAPI) dengan skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban


24

selalu (SL) dengan skor 1, sering (SR) dengan skor 2, kadang-kadang

(KK) dengan skor 3, tidak pernah (TAPI) dengan skor 4. Skala yang

digunakan untuk menentukan jumlah nilai skor yaitu skala nominal.

Aspuah (2013) cara untuk menentukan skor yaitu :

𝑆𝑝
𝑠= 𝑥 100%
𝑆𝑚

Keterangan

S : skor
25
Sp : jumlah skor yang dipilih

Sm : jumlah skor maksimal

Setelah mendapatkan nilai skor, maka hasil pengukuran dapat dibagi

menjadi 2 kategori (Sugiyono,2017) :

c) Baik : 76-100%

d) cukup : 56-75%

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Tahapan persiapan

1. Peneliti mengkaji Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap kejadian stunting di

Posyandu Melati Desa Koto Ranah Kecamatan Kabun

2. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat prosedur penelitian kepada calon

responden menandatangani surat persetujuan menjadi calon responden (Informed

Concent) setelah mengerti dan setuju terlibat dalam penelitian.

3.7.2 Tahap pelaksanaan

1. Peneliti datang keposyandu Melati dan mengumpulkan responden

sesuai dengan kriteria sampel

2. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti

memperkenalkan diri dan memberitahu pada responden tentang

maksud dan tujuan dari penelitian ini

3. Sebelum peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner,

terlebih dahulu peneliti memberikan inform consent kepada

responden, untuk dimintai persetujuannya, jika responden bersedia,

maka responden dapat langsung mengisi kuesioner mengenai factor

yang berhubungan dengan pola asuh

4. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data

dengan sistem komputerisasi yaitu SPSS.


26
3.8 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang telah digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Hidayat, 2013).

Untuk lebih jelasnya definisi operasional dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Devenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Variabel Balita dengan status Aplikasi e- Nominal 0. Stunting jika


dependen : gizi yang berdasarkan PPGBM nilai z-score <-3
Kejadian panjang atau tinggi s/d <-2 SD
Stunting badan menurut umurnya 1. Tidak stunting
bila dibandingkan jika nilai z-score
dengan standar baku -2 SD s/d
WHO- MGRS nilai z > +3 SD
scorenya <-2SD. (Permenkes,
2020)
Variabel Cara mengasuh anak Kuesioner Nominal 0. Cukup jika 56-75%
independen : yang dilakukan orang tua 1. Baik jika 76-100%
Pola Asuh dengan menentukan (Sugiyono,2017)
orang Tua sendiri aturan-aturan dan
batasan-batasan yang
mutlak harus ditaati oleh
anak tanpa kompromi dan
memperhitungkan
keadaan anak.

3.9 Teknik Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi dengan cara sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan dengan mengecek kembali hasil tindakan

2. Coding

Coding adalah kegiatan pengelompokkan data dengan pemberian lambang

atau kode tertentu.

3. Entry
27

Entry adalah proses memasukkan seluruh data yang telah dikumpulkan

kedalam program komputerisasi berupa data.

4. Cleaning

Data yang sudah ada diperiksa lagi mengenai data maupun hasil tindakan

sebelum dan sesudah tindakan.

5. Processing

Data diproses dengan mengelompokkan data ke dalam variabel yang

sesuai. Data tindakan sebelum dan sesudah diberikan pelakukan.

3.10 Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis univariat, dimana

dilakukan pada tiap–tiap variabel hasil penelitian, menghitung persentase

hasil penelitian untuk mengetahui hasil yang nantinya akan digunakan

sebagai tolak ukur pembahasan dan kesimpulan (Sabri, 2018).

b. Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan pada dua variable untuk

mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi antara dua variabel tersebut

yaitu hubungan antara variable independent dan dependen. Analisa ini

menggunakan uji statistik chi-square, untuk melihat kemaknaan

perhitungan statistik maka digunakan batasan kemaknaan α (0,05). Jika

kemaknaan tersebut menunjukkan ada hubungan antara dua variabel dengan

p value < (0,05) dan apabila kemaknaan diantara kedua variabel

menunjukkan tidak adanya hubungan maka nilai p value ≥ (0,05)


28
3.11. Etika Penelitian

1. Informed Concent (persetujuan)

Bertujuan memberitahu responden mengenai maksud dan tujuan

dilakukan penelitian selama dalam pengumpulan data. Jika responden

bersedia untuk di teliti maka harus bersedia menandatangi lembar

persetujuan yang diberikan peneliti. Apabila responden menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai dan

menghormati keputusan atau hak responden.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden. Data

akan disajikan dalam kelompok tertentu yang berhubungan dengan

penelitian, sehingga rahasia responden benar – benar terjamin.

3. Anonimity (Tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan dan

kuesionar, tetapi hanya mencantumkan inisial.


29

DAFTAR PUSTAKA

Agung Suharto., Budi Joko Santosa., & Indonesia, M. S. (2022). Monograf Status
Gizi Balita Berbasis Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).
Media Sains Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=emtiEAAAQBAJ.
Darmawanti, Retno Risti. 2023. “Pola asuh dapat diartikan sebagai sistem, cara
kerja, atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik, dan
membimbing anak kecil supaya dapat berdiri sendiri.” IJAGAED: Indonesia
Jurnal Of Islamic Golden Age Education 3(2):64–78.
Fatmawati, Erna, Erik Aditia Ismaya, dan Deka Setiawan. 2021. “Pola Asuh Orang
Tua Dalam Memotivasi Belajar Anak Pada Pembelajaran Daring.” Jurnal
Educatio FKIP UNMA 7(1):104–10. doi: 10.31949/educatio.v7i1.871.
Meliasari, Dwi. 2022. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di PAUD Al-Fitrah Di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten
Serdang Berdagai.” Jurnal Ilmiah PANNMED 14(01):234–39.
Nirmalasari, Nur Oktia. 2020. “Stunting Pada Anak : Penyebab dan Faktor Risiko
Stunting di Indonesia.” Qawwam: Journal For Gender Mainstreming
14(1):19–28. doi: 10.20414/Qawwam.v14i1.2372.
PERMENKES RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Putri. M. R. (2019) Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Pada Balita
Diwilayah Kerja Puskesmas Bulang Kota Batam. Jurnal Bidan Komunitas, 2
(2) , 96-106
Rahman, Hardiyanto, Mutia Rahmah, dan Nur Saribulan. 2023. “UPAYA
PENANGANAN STUNTING DI INDONESIA Analisis Bibliometrik dan
Analisis Konten.” Jurnal Ilmu Pemerintahan Suara Khatulistiwa (JIPSK)
VIII(01):44–59.
Riswanto, Beny, Willy Setiawan, dan Slamet Cahyo Edy Sahputro. 2023. “Sistem
Pakar Diagnosa Stunting Pada Balita Menggunakan Metode Forward
Chaining dan Metode Waterfall.” Digital Transofrmation Technology
3(2):468–77.
Salsabila, Shafira, Retno Dewi Noviyanti, dan Dewi Pertiwi. 2022. “Hubungan
Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Puskesmas Sangkrah.” PROFESI
19(2):143.
Sugiyono. 2017 Metodologi Penelitian, Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D Bandung
;ALFABETA
Wardita, Yulia, Emdat Suprayitno, dan Eka Meiri Kurniyati. 2021. “Determinan
Kejadian Stunting pada Balita.” Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu
Kesehatan) 6(1):7–12. doi: 10.24929/jik.v6i1.1347.
32

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA
BALITA DI POSYANDU MELATI KECAMATAN KABUN

LEMBAR KUESIONER

Tanggal :

No. Responden :

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Nama Balita :

Umur Balita :

B. DAFTAR PERTANYAAN

Petunjuk: beri tanda √ pada jawaban yang di pilih

Keterangan

SL : selalu

SR : sering

KK : kadang-kadang

TP : tidak pernah
33

No. Pertanyaan SL SR KK TP

POLA ASUH DEMOKRATIS

1 Memberikan makanan utama pada balita 3x

sehari secara teratur

2 Memberikan makanan sesuai jadwal makan

yang sudah ditentukan orang tua sendiri

3 Mengawasi anak saat bermain dan jajan diluar

4 Membiasakan anak untuk makan pagi

5 Mendampingi anak saat mendapatkan vitamin A

6 Menyiapkan menu makanan yang bervariasi


setiap hari

7 Menyiapkan makanan anak setiap hari dengan


menambahkan garam beryodium

8 Orang tua tidak membatasi makanan apa saja


yang dikonsumsi anak

9 Memberikan penghargaan berupa pujiansaat


anak mau makan dengan lahap

POLA ASUH OTORITER

10 Melarang anak jajan diluar

11 Memaksa anak jika tidak mau makan

12 Menghukum anak jika makanan tidak habis


34

13 Mengajarkan anak makan tepat pada waktunya

14 Memaksa anak untuk makan sayur-sayuran

15 Memarahi anak jika mengkonsumsi snack yang


banyak mengandung penyedap secara terus
menerus

16 Menghukum anak jika tidak makan tepat pada


waktunya

17 Memarahi anak jika makan sambil bermain

POLA ASUH PERMISIF

18 Membebaskan anak untuk jajan diluar

19 Membiasakan anak untuk makan makanan yang

sehat

20 Membiarkan anak jika tidak mau makan

21 Membebaskan waktu makan sesuai keinginan

anak

22 Tidak melarang anak untuk makan makanan

yang tidak sehat

23 Tidak membatasi anak meminum minuman

yang kurang sehat


35
36

Anda mungkin juga menyukai