Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU


TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA MASA COVID19
DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR 2021

RAHMA
318.153

YAYASAN WAHANA BAKTI KARYA HUSADA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM XIV/HSN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT, karena

hanya rahmat dan ridhoNya sehingga proposal ini yang berjudul

“Pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian stuntig pada masa covid

19 diPuskesmas Kassi-Kassi Makassar” ini dapat selesai tepat pada

waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini tidak lepas

dari bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini sepatutnyalah penulis untuk menghaturkan rasa terima

kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua yang telah mendukung

penyusunan proposal ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat amal berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis sangat menyadari

bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaaan, untuk itu

segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Makassar, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................4

C. Tujuan Penelitian...................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Stunting..........................................................6

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting............................................7

C. Kerangka Teori ......................................................................................13

D. Kerangka Konsep...................................................................................14

E. Definisi operasional.................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................................18

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................18

C. Populasi dan Sampel.............................................................................18

D. Cara Pengumpulan Data..........................................................................1

E. Analisis Data............................................................................................37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Hasil Pembahasa...................................................................................22
B. Gambaran ..............................................................................................24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan.............................................................................................35

b. Saran .....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
B PEN
A DAH
B ULU
AN

Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi


kurang yang ditandai dengan nilai Z-score tinggi badan menurut
umur (TB/U) kurang dari – 2 Standart Deviasi (SD) berdasarkan
World Health Organization (WHO, 2010). Stunting pada anak
sekolah merupakan manifestasi dari stunting pada masa balita
yang mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch up
growth), defisiensi zat gizi dalam jangka waktu yang lama, serta
adanya penyakit infeksi (Saniarto, 2014).
Hasil Riskesdas 2010 prevalensi stunting di Indonesia
masih tinggi, yaitu 36,5%. Lima provinsi dengan prevalensi
stunting tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur
(58,4%), Papua Barat (49,2%), Nusa Tenggara Barat (48,2%),
Sumatera Utara (42,3%), dan Sulawesi Barat (41,6%). Diprovinsi
Aceh, juga ditemukan prevalensi yang cukup tinggi yaitu 39%.
Sedangkan pada hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi anak
stunting secara nasional pada anak usia sekolah adalah sebesar
30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Terjadi
penurunan prevalensi jika dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 36,5%. Sementara itu, Zahraini (2011) melaporkan
bahwa lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di
Indonesia tergolong pendek yang merupakan indikator adanya
kurang gizi kronis dan terjadinya penyakit infeksi berulang.
Prevalensi stunting usia sekolah di Sumatera Utara
menurut Riskesdas tahun 2010 sebesar 43,2% (sangat pendek
sebesar 20,6% dan pendek sebesar 22,6%). Sedangkan
menurut profil Sumatera Utara (2013) di kabupaten Deli serdang,
prevalensi stunting mencapai 18,7% pada kategori sangat
pendek, dan 19,0% pendek (stunting).
Menurut Bloem (2013) penyebab terjadinya stunting
adalah malnutrisi yang menyangkut berbagai aspek yaitu asupan
gizi tidak adekuat, kesulitas akses terhadap pangan yang sehat,
kurangnya perhatian dan fasilitas kesehatan bagi ibu dan anak,
kurangnya pengetahuan, sampai pada aspek social, ekonomi
dan politik sebagai aspek-aspek mendasar. Selai itu
kegagalan pertumbuhan
disebabkan oleh tidak memadainya asupan dari salah satu atau lebih zat gizi
termasuk energi, protein atau makronutrien seperti besi (Fe), seng (Zn), fosfor
(P), vitamin D, vitamin A, vitamin C. Kekurangan zat gizi makro (E, P) dan gizi
mikro (Fe, Zn) terutama pada masa pertumbuhan akan mengganggu proses
pertumbuhan seorang anak yang berdampak pada stunting (Mikhail et al. 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan protein dan Fe dapat dilihat dari
konsumsi makanannya sehari-hari dan kebiasaan makan (Arisman, 2007).
Masalah kekurangan asupan zat gizi banyak terdapat didaerah terpencil yang
disebabkan oleh pengetahuan gizi kurang dimengerti makan banyak jenis-jenis
bahan makanan yang ada di daerah tersebut tidak dimanfaatkan untuk
dikonsumsi oleh anak ( Suhardjo, 2003).
Protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu
terjadi didalam tubuh, pada masa pertumbuhan (Winarno, 2002). Protein
mempunyai fungsi khas dan tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (ALmatsier, 2009).
Hasil penelitian Hidayati dkk (2010) menunjukkan bahwa anak dengan asupan
protein yang kurang mempunyai resiko 3,46 kali lebih besar akan menjadi
stunting dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup.
Asupan besi yang kurang pada masa anak menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan pada anak sehingga jika berlangsung dalam waktu lama dapat
menyebabkan stunting. Berdasarkan penelitian di Kenya (Lawless, S.W.,Latham,
M.C et al, 1994) menunjukkan bahwa skor Z TB/U meningkat pada anak yang
diberi supplemen besi. Selain itu yang dilakukan pada bayi usia enam bulan
dengan pemberian suplemen besi dapat meningkatkan pertumbuhan (Lind
T,Lonnerdal B et al, 2014).
Untuk menuntaskan masalah gizi kurang khususnya pada anak usia
sekolah, diperlukan pendidikan gizi ibu . Pendidikan gizi ibu adalah pendekatan
edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan
dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi (Claire, 2010: Shweta,
2011 kegiatan pendidikan sangat efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap
anak terhadap makanan, tetapi kurang untuk merubah praktek makan
(Februhartanty, 2005).
Hasil penelitian Lytle, et al., (2000); Levinger (2005) menyimpulkan bahwa
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap
pengetahuan, keterampilan dan sikap anak, sehingga sangat dibutuhkan dalam
rangka mempromosikan pola makan dan pemberian makanan yang sehat.
Selain pendidikan gizi ibu, Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah
(PMT-AS) dilakukan sebagai upaya perbaikan gizi dan kesehatan yang sasaran
nya merupakan seluruh siswa sekolah dasar berdasarkan screening yang telah
dilakukan (Dinkes, 2012). Kegiatan dari PMT-AS adalah pemberian makanan
kepada peserta didik sekolah dasar dalam bentuk kudapan yang aman dan
bergizi, dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan (BPMPDKP,
2012). Makanan PMT AS yang akan diberikan harus mengandung kurang lebih
300 kalori (Ire, 2016).
Program PMT-AS telah terbukti memiliki dampak positif terhadap status
gizi yang berkaitan dengan ketahanan dan pertumbuhan fisik sehingga dapat
mendorong kemampuan siswa untuk meningkatkan prestasi (Depkes RI, 2005).
Salah satu jenis PMT-AS yang akan diberikan adalah pengembangan
makanan tambahan berbahan ikan tamban yang memiliki nilai biologis, harga
dan proses pengolahannya terjangkau. Berdasarkan hasil observasi daerah
Pantai Labu merupakan salah satu penghasil ikan tamban. Diketahui ikan
tamban relative murah dan mudah diperoleh masyarakat, akan tetapi di daerah
tersebut ikan tamban belum dikembangkan menjadi bahan bahan pembuatan
produk makanan yang aman dan bergizi melainkan hanya dijual dalam bentuk
segar dan dikelola dalam skala rumah tangga hanya dijadikan sebagai lauk
pauk.
Hasil survei pendahuluan pada bulan Oktober 2017 dengan melakukan
pengukuran tinggi badan pada ana SD kelas 1 di SD Negeri 104258 Pematang
Biara Kecamatan Pantai Labu, berjumlah 68 orang, ditemukan siswa stunting
sebanyak 19 siswa (27,94%), dan di SD Negeri 105336 Rantau Panjang
Kecamatan Pantai Labu dengan jumlah 44 orang siswa, ditemukan sebanyak 13
orang yang mengalami stunting (29,54%). Hasil ini meunjukkan bahwa angka
stunting pada anak kelas 1 di kedua SD tersebut cukup tinggi, terkhusus di SD
Negeri 105336 Rantau Panjang prevalensinya melebihi prevalensi stunting
Kabupaten Deli Serdang.
Dalam survei pendahuluan ini juga dilakukan food recall 24 jam (1 hari)
untuk mendapat gambaran asupan zat gizi dari anak SD tersebut, diketahui
asupan energi rata-rata 613,36 kcal (33,15 % AKG), asupan protein sebesar
23,3 gr ( 47,55% AKG), Fe (zat besi) sebesar 2,316 mg (21,96% AKG). Hasil
survei pendahuluan ini menunjukkan rendahnya persentase asupan zat gizi pada
anak SD tersebut.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan intervensi gizi dalam bentuk
pendidikan gizi ibu dan pemberian makanan tambahan dengan memanfaatkan
ikan sebagai makanan tambahan dan diolah dengan berbagai macam olahan
yang di gemari anak-anak, sehingga dapat diperoleh peningkatan asupan
protein dam fe pada anak SD kelas 1 di Kecamatan Pantai Labu.

A. Perumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Pendidikan gizi ibu dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan terhadap Asupan Protein, dan Fe pada Siswa Kelas 1
Sekolah Dasar yang mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu Tahun
2017?

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah mengetahui Pengaruh Pendidikan gizi Ibu
dan Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan terhadap Asupan
Protein, dan Fe pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar yang mengalami stunting
di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Menilai asupan protein sebelum dan sesudah pendidikan gizi ibu dan
pemberian makanan tambahan berbahan ikan pada siswa kelas 1 yang
stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336
Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
b. Menilai asupan Fe sebelum dan sesudah pendidikan gizi ibu dan
pemberian makanan tambahan berbahan ikan pada siswa kelas 1 yang
stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336
Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
c. Menganalisis perbedaan asupan protein sebelum dan sesudah pendidikan
gizi ibu dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan pada siswa
kelas 1 yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD
Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang
d. Menganalisis perbedaan asupan Fe sebelum dan sesudah pendidikan gizi
ibu dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan pada siswa kelas 1
yang stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri
105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan wawasan serta
keterampilan dalam penyusunan skripsi.
2. Bagi Anak Sekolah Dasar
Masing-masing siswa dapat memperoleh Pendidikan gizi ibu dan mengetahui
supan protein, fe dengan perbedaan sebelum dan sesudah pemberian
makanan tambahan berbahan ikan.
3. Bagi Intansi Terkait (Pemda Deli Serdang, Dinas Kesehatan Deli Serdang.
Sebagai bahan masukan tentang prevalensi stunting anak sekolah dasar
serta sebagai bahan merencanakan program penanggulangan tingkat
stunting pada anak sekolah dasar.
4. Bagi Instansi Pendidikan (Sekolah Dasar)
Sebagai bahan referensi dan wadah pengetahuan untuk lingkungan sendiri
dan institusi.
BAB II
A. Stunting
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Stunting

Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang
ditandai dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -
2 Standar Deviasi (SD) berdasarkan World Health Organizatian (WHO,
2010).
Menurut Bloem (2013) penyebab terjadinya stunting adalah malnutrisi
yang menyangkut berbagai aspek yaitu asupan gizi tidak adekuat, kesulitan
akses terhadap pangan yang sehat, kurangnya pengetahuan, sampai pada
aspek social, ekonomi dan politik sebagai aspek-aspek mendasar.
Stunting dapat menyebabkan gangguan kognitif dalam jangka panjang
yang akan mempengaruhi potensi ekonomi mereka (Prendergast, 2014).
Kondisi stunting pada masa anak usia sekolah pada umumnya berlanjut
sampai dewasa dan akan mempengaruhi kapasitas kerja dan produktifitas
mereka (Prendergast, 2014 the Lancet’s series, 2008).
Klasifikasi dan ambang batas status gizi stunting berdasarkan Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) :
Tabel 1. Ambang batas status gizi stunting berdasarkan Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U).
Indeks Status Gizi Simpangan Baku (Z-score)

Tinggi Badan Sangat pendek ≤ - 3 SD Z-TB/U


Menurut Umur
(TB/U)
Pendek
-3 sampai dengan < - 2 SD Z-TB/U

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Z-TB/U

Tinggi > 2 SD Z-TB/U

(Sumber : SK. Menkes 2010)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stunting


Menurut UNICEF (1998), pertumbuhan dipengaruhi oleh sebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab langsung diantaranya adalah asupan
makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan penyebab tidak langsung
meliputi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola pengasuh anak,
sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor
tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, ekonomi dan organisasi
melalui faktor pendidikan. Penyebab paling mendasar dari tumbuh kembang
adalah masalah struktur politik, ideology, dan social ekonomi yang dilandasi
oleh potensi sumber daya yang ada (Supariasa et al., 2012).

3. Stunting Pada Anak Sekolah


Stunting adalah salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan
fisik yang diukur berdasarkan tunggi badan menurut umur. Batasan stunting
yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z-score ≤ - 2 dibawah rata-rata
standar (WHO,2013). Stunting digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik
yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama
sehingga kejadian ini menunjukkan bagaimana keadaan gizi sebelumnya
(Kartikawati,2012).
Seorang anak yang mengalami stunting sering terlihat seperti anak
dengan kondisi tinggi badan yang normal namun sebenarnya mereka lebih
pendek berdasarkan ukuran tinggi badan menurut usianya. Hal ini
disebabkan akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai
dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Hoffman et al, 2000 dalam Bloem et al,
2013).
Pertumbuhan anak pada usia sekolah, mulai memasuki fase pertumbuhan
yang semakin lambat. Pada usia tiga tahun pertumbuhan anak berlangsung
sangat cepat dan berangsur-angsur menurun sampai pada periode
prasekolah dan masa sekolah. Selanjutnya pada masa remaja akan terjadi
percepatan pertumbuhan kedua hingga akhirnya sama seklai Andriani dan
Wirjadmi (2012).
Masalah stunting pada anak sekolah perlu menjadi perhatian, karena bagi
anak yang mengalami stunting akan memiliki potensi tumbuh kembang yang
tidak sempurna, kemampuan motoric dan produktifitas rendah, serta memiliki
resiko leih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular, sehingga
berdampak sangat signifikan terhadap prestasi belajar anak (Picauly dan
Magdalena, 2013).

B. Pendidikan Gizi
Pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, dengan adanya
peningkatan pengetahuan seseorang maka diharapkan akan terjadi perubahan
perilaku yang lebih baik terhadap gizi dan kesehatan. Program pendidikan
kesehatan adalah salah satu cara untuk menerapkan intervensi kesehatan global
secara sederhana dan efektif untuk memperoleh pendidikan yang lebih luas.
Salah satu parameter untuk menentukan sosial ekonomi keluarga adalah
tingkat pendidikan, terutama tingkat pendidikan pengasuh anak. Peranan ibu
sebagai pengasuh utama anaknya sangat diperlukanmulai dari pembelian
hingga
penyajian makanan. Jika pendidikan dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia
tidak mampu untuk (UNICEF, 1998 dalam Atikah & Laily, 2014). Hal ini senada
dengan hasil penelitian di Meksiko bahwa pendidikan ibu sangat penting dalam
hubungannya dengan pengetahuan gizi dan pemenuhan gizi keluarga
khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah anatara lain akan sulitn
me nyerap informasi gizi sehingga anak dapat beresiko mengalami stunting
(Hizni dkk, 2010 dalam Atikah & Laily, 2014).
Pendidikan gizi ibu akan meningkatkan pengetahuan gizi anak dan akan
membantu sikap anak yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam memilih
makanan dan snack yang menyehatkan. Pengaruh pendidikan gizi ibuterhadap
kesehatan akan lebih efektif jika tergetnya adalah langsung pada anak usia
sekolah.

C. Pemberian Makanan Tambahan (PMT-AS)


Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah merupakan kegiatan
pemberian makanan kepada peserta didik sekolah dasar dalam bentuk kudapan
yang aman dan bergizi. Sasaran kegiatan PMT-AS yaitu siswa SD. Kegiatan
PMT-AS bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan fisik
sebagai upaya perbaikan gizi dan kesehatan sehingga mendorong minat dan
kemampuan belajar siswa (Dinkes, 2012).
Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) sejak tahun
1996/1997 yang dilaksanakan secara lintas sektoral yang terkait dalam forum
koordinasi PMT-AS dan mempunyai dasar hukum INPRES NO.1 tahun 1997
tentang Program Makanan Tambahan Anak Sekolah. Tujuan program ini
meningkatkan ketahanan fisik siswa Sekolah Dasar selama kegiatan belajar,
mendidik siswa untuk menyukai jajanan makanan lokal yang aman dan sehat.
Tujuan jangka panjang dari program ini adalah upaya peningkatan pendapatan
masyarakat melalui peningkatan produksi perikanan setempat.
Saat ini salah satu produk yang digemari masyarakat untuk dikonsumsi
yaitu hasil olahan dari daging, misalnya dalam bentuk nugget dan sosis. Dari
hasil survei independen 2010 yang dilakukan oleh perusahaan swasta di
Indonesia, diperoleh tingkat konsumsi daging olahan seperti nugget dan sosis
dikalangan masyarakat terus tumbuh dengan baik. Konsumsi sosis oleh
masyrakat Indonesia tumbuh rata-rata 4,46% per tahun (Anggraeni, et al., 2014).
Ikan tamban ialah ikan lemuru (Sardinella longiceps) seperti jenis ikan
kecil lainnya yang mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (17,8-20%).
Harga ikan lemuru yang murah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang
bernilai gizi tinggi, terutama dalam mengatasi masalah gizi ganda (Burhanuddin
dalam Arifan, 2011).
Menurut Tabel komposisi Pangan Indonesia, komposisi zat gizi ikan
tamban selengkapnya seperti tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Ikan Tamban Per 100 Gram BDD

Nama Bahan Energi Protein Kalsium Fosfor Zn Fe

Ikan Tamban 112 20 20 100 - 1


(Lemuru)

( Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI, 2009)

D. Asupan Protein
Asupan makanan yang tidak seimbang, berkaitan degan kandungan zat
gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air
merupakan salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadi stunting (UNICEF,
2007). Tingginya angka kejadian stunting dan rendahnya konsumsi protein
seperti yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan fenomena yang akan
diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan mengingat protein adalah zat gizi
yang erat hubungannya dengan proses pertumbuhan seseorang dan diduga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami stunting.
Protein mempunyai banyak fungsi, diantaranya membentuk jaringan tubuh
yang baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memperbaiki
serta mengganti jaringan rusak atau mati, menyediakan asam amino yang
diperlukan oleh tubuh untuk membentuk enzim pencernaan, metabolism dll
(Anindita, 2012). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik,
dalam jumlah maupun mutu seperti : telur, susu, daging ungags, ikan, dan
kerang selai itu juga sumber protein berasal dari nabati seperti : kacang kedelai
dan hasil olahannya seperti tempe, tahu serta kacang-kacangan (Almatsier S,
2009).
Hasil penelitian Hidayati dkk (2010) menunjukkan bahwa anak dengan
asupan protein yang kurang mempunyai resiko 3,46 kali lebih besar akan
menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup.

Tabel 3. Daftar Kecukupan Gizi Protein Menurut Golongan Umur

Umur Kebutuhan Protein

(tahun) (gr)

1-2 26

4-6 35

7-9 49

(Sumber: Angka Kecukupan Gizi 2013)

E. Asupan Fe
Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat didalam
tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Besi
mempunyai beberapa fungsi esensial didala tubuh yaitu sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, alat angkut elektron didalam sel dan
bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuh (Almatsier S,
2003).
Kekurangan zat besi dapat ditemukan di Negara maju maupun Negara
berkembang terutama menyerang golongan yang rentan seperti anak-anak.
Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan besi pada masa
pertumbuhan, berkurangnya cadangan besi dan akibat makanan yang diasup
anak tidak cukup mengandung besi 12 (Narendra MB dkk, 2002).
Asupan besi yang kurang pada masa anak menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan sehingga jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan
stunting. Makanan sumber besi (fe) yang baik diantaranya daging ayam, ikan
telur, sereaia tumbuk, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan beberapa jenis
buah. Makanan yang berasaldari hewani mempunyai kualitas besi yang lebih
baik dibandingkan nabati. (Almatsier, 2009).
Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 2012 menetapkan angka kecukupan
besi untuk anak Indonesia sebagai berkut :

Tabel 4. Angka Kecukupan Gizi Besi Di Indonesia

Golongan Umur Angka Kecukupan Gizi/AKG (mg)

0-6 bulan 0,25

7-11 bulan 10

1-3 tahun 7

4-6 tahun 8

7-9 tahun 10

(Sumber: Angka Kecukupan Gizi 2013)


F. Kerangka Teori

STUNTING

Asupan Zat Gizi Infeksi Penyakit Penyebab


langsung

Ketersediaan Pelayanan Kesehatan


Pola Asuh Ibu
Pangan Penyebab

ditingkat Rumah tidak


langsung
tangga
Penyebab
utama

Kemiskinan Pendidikan

Akar

Krisis Ekonomi Dan Politik masalah

Gambar 1. Dimodifikasi dari Kerangka Teori Unicef (1998)


disesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
G. Kerangka Konsep

PENDIDIKAN GIZI

Asupan

Protein dan

PMT – AS Fe

Berbahan Ikan

Gambar 2. Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka konsep diatas dilihat bahwa tingkat asupan protein dan fe
mempengaruhi pertumbuhan pada anak SD yang mengalami stunting. Untuk
menanggulangi masalah tersebut maka diberikan pendidikan gizi ibu dan PMT AS
berbahan ikan yang memanfaatkan pangan lokal pada anak.
H. Defenisi Operasional
Skala
No Variabel Defenisi Pengukuran

1 Pendidikan Gizi Pendidikan Gizi Ibu meliputi tentang Ordinal


pola makan dan asupan zat gizi bagi
anak sekolah usia 7-8 tahun.
pendidikan gizi ibudilakukan kepada ibu
yang memiliki anak SD kelas 1 dengan
status stunting. Pendidikan gizi ibu
dilakukan di SD 104258 Pematang
Biara dan SD 105336 Rantau Panjang
Kecamatan Pantai Labu, dilakukan 1 x
seminggu selama 1 bulan dengan
waktu 20-30 menit setiap kali kegiatan.
2 Pemberian Pemberian makanan tambahan Ordinal
PMT-AS berbentuk makanan selingan dengan
bahan ikan tamban. Jumlah kandungan
daging ikan dalam satu kali pemberian
sebesar 60 gr (disesuaikan hasil food
recall yang dibandingkan dengan AKG).
Ikan diolah menjadi bentuk snack yang
diolah dilaboratorium ITP Jurusan Gizi.
Diberikan satu kali sehari setiap jam
10.00 WIB (kecuali hari minggu) selama
30 hari.
3 Asupan Protein Jumlah asupan protein pada anak SD Ordinal
sebelum dan sesudah kegiatan
pendidikan gizi ibu dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan.
Data dikumpulkan dengan metode food
recall 24 jam, dengan frekuensi 2 x 24
jam dan tidak secara berurutan.
4 Asupan Fe Jumlah asupan fe pada anak SD Ordinal
sebelum dan sesudah kegiatan
pendidikan gizi ibu dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan.
Data dikumpulkan dengan metode food
recall 24 jam, dengan frekuensi 2 x 24
jam dan tidak seara berurutan.
5 Stunting Keadaan tinggi badan siswa yang tidak Rasio
sesuai dengan umur dengan indicator
TB/U dengan mengacu standart WHO
2007. Tinggi badan siswa diukur
dengan menggunakan microtoise
ketelitian 0,1 cm dan umur siswa
diperoleh dari data Identitas sampel.
Setelah TB dan umur siswa diketahui
kemudian diolah menggunakan
program WHO Antroplus dan di
kategorikan berdasarkan standart WHO
2007:
a) Sangat pendek (Serve Stunting)
dengan Z-score <-3 SD
b) Pendek (Stunting) dengan Z-score
-3 SD s/d <-2 SD
c) Normal dengan Z-score -2 SD s/d
+2 SD
I. Hipotesis
Ha1 : Ada pengaruh pendidikan gizi ibu dan pemberian makanan tambahan
berbahan ikan terhadap asupan protein pada siswa kelas 1 sekolah dasar
yang mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu.
Ha2 : Ada pengaruh pendidikan gizi ibu dan pemberian makanan tambahan
berbahan ikan terhadap asupan Fe pada siswa kelas 1 sekolah dasar yang
mengalami stunting di Kecamatan Pantai Labu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada anak SD kelas I yang mengalami stunting di
SD Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu. Survei
pendahuluan telah dilakukan pada bulan oktober 2017, sedangkan
pengumpulan data penelitian akan dilakukan pada bulan November-
Desember 2017.

B. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan pre and
post design.

O1 X O2

Keterangan :
O1 : Asupan Protein dan Fe sebelum intervensi
O2 : Asupan Protein dan Fe sesudah intervensi
Xa : Dengan Intervensi Pendidikan Gizi Ibu dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu anak sekolah dasar kelas 1 SD
sebanyak 112 orang siswa-siswi di SD Negeri 104258 Pematang Biara
dan SD 105356 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu.
2. Sampel
Pada screening awal yang dilakukan pada bulan november 2017
didapat sampel sebanyak 32 siswa. Tetapi pada bulan April 2018
dilakukan screening ulang ada satu siswa yang z-score TB/U sudah
menjadi -1,76, sehingga siswa tersebut dikeluarkan dari sampel. Maka
total sampel pada penelitian ini adalah 31 siswa. Hasil screening
dilakukan di SD Rantau Panjang sebanyak 13 orang dan SD Pematang
Biara sebanyak 18 orang.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
1) Data Identitas sampel (Identitas sampel meliputi nama, umur, jenis
kelamin dan alamat diperoleh melalui wawancara dengan mengisi
kuesioner)
2) Data asupan Protein, Fe sebelum dan sesudah pemberian
intervensi dengan menggunakan metode food recall.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini mencakup gambaran sekolah
dasar dan jumlah siswa-siswi dan alamat yang diperoleh dari sekolah.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Pra penelitian
1) Mencari jurnal yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.
2) Mencari lokasi dengan populasi anak stunting didaerah Kecamatan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
3) Melakukan tinjauan pendahuluan dengan melihat lokasi penelitian.
4) Melakukan pertemuan untuk meminta izin kepada kepala sekolah
SD Negeri 104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau
Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
5) Penentuan sampel dengan melakukan screening untuk
menyesuaikan dengan kriteria inklusi yang ditetapkan.
6) Penjelasan melakukan pendidikan gizi ibu1 x seminggu sebelum
pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban, dengan
menjelaskan kepada responden pengolahan ikan untuk disukai
anak.
7) Melakukan recall 2x24 jam sebelum pemberian makanan
tambahan berbahan ikan tamban.
b. Penelitian
1) Pemberian Pendidikan Gizi
Pemberian pendidikan gizi ibu dilakukan di SD Negeri
104258 Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau Panjang
dengan mengundang orang tua siswa-siswi untuk datang
kesekolah. Dalam kegiatan ini diberikan himbauan untuk membuka
wawasan, serta memberikan informasi baru tentang pentingnya
menjaga asupan gizi pada anak melalui perilaku pemberian
makanan yang sehat dan bergizi. Pendidikan gizi ibu dilakukan
sebanyak 1 x seminggu dengan menggunakan metode
penyuluhan, diskusi tentang pembuatan PMT berbahan ikan.
2) Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan
Pengolahan makanan tambahan berbahan ikan dimulai
setelah peneliti selesai mengikuti ujian seminar proposal, kemudian
telah diurus surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh jurusan.
Pengolahannya dilakukan pada sore hari di Laboratorium Pangan.
Pemberian makanan tambahan pada anak SD yang stunting
dilakukan selama 30 hari. Pembagian ikan dilakukan oleh
mahasiswa D-IV semester VII sebanyak 4 orang. Setiap hari
peneliti atau enumerator mengontrol sampel untuk menghabiskan
makanan tambahan berbahan ikan tamban tersebut dengan
mencatat habis tidaknya olahan makanan tambahan berbahan ikan
tamban yang diberikan.
3) Data Asupan Protein dan Fe
Data ini diperoleh dengan cara melakukan recall 2x24 jam
terhadap sampel dan responden (ibu dari sampel) sebelum dan
sesudah dilaksanakan pemberian makanan tambahan berbahan
ikan tamban. Data recall sebelum pemberian makanan tambahan
dilakukan seminggu sebelum pelaksanaan intervensi.

E. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
a. Pengolahan data secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan
tahapan-tahapan proses yang dimulai secara Editing, Coding, Data
Entri, Cleaning Data, Tabulasi Data. Kemudian dianalisis dengan alat
bantu komputer untuk data asupan protein dan fe.
b. Hasil dari food recall diperiksa kelengkapan datanya, lalu dikonversi
kedalam bahan makanan mentah, kemudian dengan alat bantu nutri
survey digunakan untuk mengetahui asupan protein dan fe.
2. Analisa Data
Data yang sudah diolah menggunakan alat bantu komputer kemudian
dianalisis berdasarkan variabel :
a. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel
(protein dan fe) disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis
berdasarkan presentase.
b. Analisis bivariate dilakukan untuk melihat perbedaan asupan,
pendidikan gizi ibu dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan.
Perbedaan asupan (protein dan fe) pada pemberian dianalisa
menggunakan uji beda dengan mengambil kesimpulan jika p < 0,05
maka Ha diterima artinya ada pengaruh pendidikan gizi ibu dan
Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan terhadap Asupan
Protein, dan Fe pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar yang Mengalami
Stunting di Kecamatan Pantai Labu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran
Umum
a. SD N 104258 Pematang Biara.
SD N 104258 Pematang Biara terletak di Jalan besar Pematang Biara
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara
dengan Nomor Statistik Sekolah 100070116049 yang memiliki luas tanah 2.230
M2. Data ruang kelas SD N 104258 Pematang Biara berjumlah 6 ruang kelas
dengan jumlah siswa 438 orang dan rombongan belajar sebanyal 12 rombongan
belajar. SD N 104258 Pematang Biara memiliki tenaga pendidik sebanyak 20
orang.

b. SD N 105336 Rantau Panjang.


SD N 105336 Rantau Panjang terletak di Janlan Rantau Panjang Desa
Kelambir Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara yang memiliki luas tanah 2,973 M2. Data ruang kelas SD N 105336 Rantau
Panjang berjumlah 6 ruang kelas dengan jumlah siswa sebanyak 219 otang dan
rombongan belajar sebanyak 9 rombongan belajar. SD N 105336 Rantau
Panjang memiliki tenaga pendidik sebanyak 17 orang.

2. Gambaran Pelaksanaan Intervensi


1) Pada tanggal 15 April dan 17 April dilakukan recall ulang di SD Pematang
Biara dan SD Rantau Panjang .
2) Penyuluhan pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2018 , bertempat di
Balai Pertemuan Pematang Biara yang di laksanakan pada pukul 10.00 WIB.
Materi yang disampaikan tentang perngertian dan sampak stunting, alat
bantu yang digunakan adalah leaflet dan LCD. Pada tanggal 18 April 2018
juga pertama dilakukan intervensi pemberian nugget ikan tamban.
Pemberian dilakukan pukul 08.00 WIB dimasing-masing sekolah.
3) Penyuluhan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2018. pukul 10.00 WIB,
dilakukan kembali di Balai Pertemuan Pematang Biara. Materi yang
disampaikan
tentang pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS), alat bantu
yang digunakan berupa leaflet dan LCD.
4) Penyuluhan ketiga dilaksanakan pada tanggal 9 mei 2018, pada pukul 10.30
WIB, dilakukan di Balai Pertemuan Pematang Biara. Materi yang
disampaikan tentang gizi seimbang, alat bantu yang digunakan berupa
proyektor laptop dan leaflet.
5) Penyuluhan keempat dilaksanakan pada tanggal 17 mei 2018, pada pukul
10.00 WIB. Penyuluhan dillaksanakan di Balai Pertemuan Pematang Biara,
alat bantu yang digunakan berupa leaflet dan proyektor laptop.
6) Pemberian nugget ika tamban pertama kali dilakukan pada tanggal 18 April
2018, diberikan setiap hari pada pukul 08.00 WIB di masing-masing sekolah
yakni SD Pematang Biara dan SD Rantau Panjang dan pemberian PMT
nugget ikan tamban terakhir dilakukan pada tanggal 4 juni 2018
7) Recall kembali setelah intervensi dilakukan pada tanggal 5 juni dan 7 juni
2018.
3. Gambaran Karakteristik Sampel
a. Umur
Umur adalah jumlah tahun yang telah dilewati seseorang sejak
dilahirkan, umur diukur dari tanggal kelahiran hingga tanggal kini sebagai
identifikasi level sosial atas (Santika, 2015). Distribusi sampel berdasarkan
umur dapat dilihat pada gambar 3.

Umur
6,5%
(2 Org)

38,7%
(12 Org)
54,5% tahun
(17 Org) tahun
> 8 tahun

Gambar 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Gambar 3 menjelaskan bahwa kategori umur pada sampel yang diteliti


lebih banyak yang berusia 7 tahun yaitu sebanyak 17 orang (54,8%), 8 tahun
sebanyak 12 orang (38,7%) dan >8 tahun sebanyak 2 orang (6,5%).

b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah atribut-atribut fisiologis dan anatomis yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Distribusi sampel menurut
jenis kelamin dapat disajikan pada gambar 4.

Jenis Kelamin

38,7%
(12 Org) 61,3%
(19 Org)
Laki-laki
Perempuan
Gambar 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4 menjelaskan bahwa kategori jenis kelamin pada sampel yang


diteliti lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang
(61,3%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (38,7%).

c. Status Stunting (Z Score TB/U)


Status gizi menurut tinggi badan diukur dengan cara
menggunakan microtoise yang ditempel didinding. Distribusi sampel
menurut tinggi badan disajikan pada gambar 5.

Status Stunting (Z Score TB/U)

83,9%
(26 Org)
16,1%
(5 Org)

Pendek Sangat Pendek

Gambar 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Tinggi Badan


(TB/U)

Gambar 5 menjelaskan bahwa tinggi badan sebelum intervensi


pada sampel yang diteliti lebih banyak yang pendek yaitu 26 orang
(83,9%) dan sangat pendek 5 orang (16,1 %).
4. Gambaran Karakteristik Responden
a. Umur
Waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (dimulai sejak lahir)
hingga sekarang yang diukur dengan patokan skala disebut umur.
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar 6.

Umur
4,1%
18,4% (1 Org) 30,6%
(7 Org) (9 Org)
20-29 tahun
30-39 taun
40-49 tahun
>49 tahun

46,9%
(14 Org)
Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Gambar 6 menjelaskan bahwa kategori umur pada responden yang


paling banyak adalah umur 30-39 tahun sebanyak 14 orang (46,9%),
umur 20-29 tahun sebanyak 9 orang (30,6%), umur 40-49 tahun sebanyak
7 orang (18,4%) dan umur >49 tahun sebanyak 1 orang (4,1%).

b. Pendidikan
Proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Distribusi responden
berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar 7.
Pendidikan
32,3% 35,5%
(10 Org) (11 Org)
SD
SMP SMA

32,3%
(10 Org)
Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Gambar 7 menjelaskan bahwa kategori pendidikan pada responden


yang banyak adalah pendidikan SD yaitu sebanyak 11 orang (35,5%).
pendidikan SMP sebanyak 10 orang (32,3%) dan pendidikan SMA
sebanyak 10 orang (32,3%).

c. Pekerjaan
Aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia digunakan untuk
suatu tugas atau kerja untuk menghasilkan uang. Distribusi responden
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar 8.

Pekerjaan
3,2%
3,2% (1 Org)
3,2% (1 Org)
(1 Org)
IRT
Wiraswasta
Pedagang Guru

90,3%
(28 Org)

Gambar 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 8 menjelaskan bahwa kategori pekerjaan pada responden


yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 28 orang
(90,3%), wiraswasta sebanyak 1 orang (3,2%), pedagang sebanyak 1
orang (3,2%) dan guru sebanyak 1 orang (3,2%).

5. Rata-rata Pengaruh Intervensi terhadap Asupan Protein pada


Sampel
Protein merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
pertumbuhan, membangun struktur tubuh (otot, kulit dan tulang) serta
sebagai pengganti jaringan yang sudah usang. Pada keadaan yang lebih
buruk kekurangan protein dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan (Andarini,
Ventiyaningsih, &Samosir, 2013)
Gambaran asupan protein pada sampel sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi pendidikan gizi ibu dan dan pemberian PMT-AS
berbahan ikan tamban dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 6. Distribusi Asupan Protein Sebelum dan Sesudah Intervensi


n Minimum Maximum Mean SD P
value
Sebelum 31 27,00 50,80 36,62 5,97
Sesudah 31 37,15 64,35 51,16 5,62 0,0001
Selisih 10,15 13,55 14,54

Pada tabel 6 menunjukkan rata-rata asupan protein sebelum


dilakukan intervensi 36,62 mg dan sesudah dilakukan intervensi 51,16
mg sehingga tampak perbedaan mempunyai selisih rata-rata sebesar
14,52. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi dapat
meningkatkan asupan protein pada pada sampel.

6. Rata-rata Pengaruh Intervensi terhadap Asupan Fe pada Sampel


Menurut (Badriah, 2011) zat Besi (Fe) merupakan bagian dari
mikronutrien yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, dengan menghambat pertumbuhan linier.
Gambaran asupan Fe pada sampel sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pendidikan gizi ibu dan dan pemberian PMT-AS berbahan ikan
tamban dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7. Distribusi Asupan Fe Sebelum dan Sesudah Intervensi


n Minimum Maximum Mean SD P
value
Sebelum 31 2,10 10,50 4,21 1,65
Sesudah 31 4,05 9,00 6,30 1,29 0,0001
Selisih 1,95 1,5 2,09

Pada tabel 7 menunjukkan rata-rata asupan Fe sebelum dilakukan


intervensi 4,21 mg dan sesudah dilakukan intervensi 6,30 mg sehingga
tampak perbedaan mempunyai selisih rata-rata sebesar 2,09.

7. Pengaruh Pemberian PMT-AS Berbahan Ikan Tamban Terhadap


Asupan Protein
Tabel 8. Analisis Pengaruh Analisis Pengaruh Pemberian Nugget
Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Protein Sebelum dan
Sesudah
Asupan Protein N P
Value
Sebelum 31 0,0001
Sesudah

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji statistik


menggunakan uji Paired T Test diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05 terlihat
adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi,
artinya adanya pengaruh PMT-AS berbahan ikan tamban terhadap
asupan protein. Maka dengan pemberian intervensi dapat meningkatkan
asupan protein, selama 30 hari dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan asupan protein siswa stunting.
8. Pengaruh Pemberian PMT-AS Berbahan Ikan Tamban Terhadap
Asupan Fe
Tabel 9. Analisis Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Tamban
Terhadap Peningkatan Asupan Fe Sebelum dan Sesudah
Asupan Fe N P
value
Sebelum 31 0,0001
Sesudah

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji statistik


menggunakan uji Paired T Test diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05 terlihat
adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi, artinya
adanya pengaruh PMT-AS berbahan ikan tamban terhadap asupan Fe.
Maka dengan pemberian intervensi dapat meningkatkan asupan Fe selama
30 hari tidak dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan asupan Fe
siswa stunting.

B. Pembahasan
1. Karakterisitik Sampel
Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang
ditandai dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari
– 2 Standart Deviasi (SD) berdasarkan World Health Organization (WHO,
2010). Stunting pada anak sekolah merupakan manifestasi dari stunting
pada masa balita yang mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch up
growth), defisiensi zat gizi dalam jangka waktu yang lama, serta adanya
penyakit infeksi (Saniarto, 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita stunting adalah laki-laki (61,3%) hal ini perkuat
oleh penelitian Nadiyah, dkk tahun 2014 .
Penelitian ini juga mendapatkan rentang umur tersebar diusia 7-12
tahun, dimana hal ini juga didapatkan pada penelitian Dhias Fajar tahun
2012 di daerah Kabupaten Demak yang menyatakan bahwa anak-anak
stunting (mengalami gangguan pertumbuhan dan keseimbangan
perkembangan) yang menjadi sampelnya didapatkan dari Sekolah Dasar
yang berumur 7-12 tahun.

2. Karakteristik Responden
Pendidikan yang dimiliki ibu anak stunting yang memiliki kategori cukup
banyak yaitu SMA yang diharapkan mampu menangani masalah stunting
lebih baik setelah menerima pendidikan gizi, menurut Yudesti (2012) dan
Ernawati (2006). Semakin tinggi tingkat pendidikan formal orang tua maka
semakin tinggi kemampuan mereka untuk menyerap informasi dengan
wawasan yang lebih luas.
Ibu merupakan orang yang paling berperan dalam tumbuh kembang
seorang anak, dengan banyaknya ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga
sehingga. Diharapkan lebih untuk memperhatikan dan mengasuh anak
secara maksimal sehingga anak selalu berada di bawah pengawasan ibu
sehingga diharapkan kualitas pengasuhan yang baik, dapat mempercepat
perkembangan anak ke arah yang lebih baik.

3. Asupan Protein
Protein merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
pertumbuhan, membangun struktur tubuh (otot, kulit dan tulang) serta
sebagai pengganti jaringan yang sudah usang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein
sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi memiliki
selisih rata-rata 14,54 . Bila dilihat dari rata-rata maka terjadi peningkatan
asupan protein yang dimiliki oleh siswa stunting yang diketahui dari hasil
food recall 2 x 24 jam dengan melakukan wawancara terhadap responden
yang merupakan ibu dari sampel secara langsung. Berdasarkan hasil data
food recall 2 x 24 jam yang diperoleh dari responden diketahui terjadi
peningkatan asupan protein pada sampel.
Pada keadaan yang lebih buruk kekurangan protein dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan
(Andarini, Ventiyaningsih, &Samosir, 2013). Mengkonsumsi protein yang
cukup membuat pertumbuhan dan perbaikan sel-sel untuk melaksanakan
fungsinya dalam proses pertumbuhan (Almatsier, 2010)

4. Asupan Fe
Menurut (Badriah, 2011) zat Besi (Fe) merupakan bagian dari
mikronutrien yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, dengan menghambat pertumbuhan linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan Fe sebelum
diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi memiliki selisih rata-
rata 2,09. Bila dilihat dari rata-rata terjadi peningkatan asupan Fe yang
dimiliki oleh siswa stunting yang diketahui dari hasil food recall 2 x 24 jam
dengan melakukan wawancara terhadap responden yang merupakan ibu
dari sampel secara langsung.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan defisiensi tingkat kecukupan zat
besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan stunting. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Damayanti, dkk tahun 2016 yang menyebutkan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat besi dengan
stunting.

5. Pengaruh Pemberian PMT-AS Berbahan Ikan Tamban Terhadap


Asupan Protein
Pemberian makanan tambahan nugget ikan tamban merupakan
makanan selingan atau kudapan yang terbuat dari beberapa bahan tertentu,
ikan tamban digunakan sebagai bahan utama. Berdasarkan hasil analisis
pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan
tamban di SD Pematang Biara dan SD Rantau Panjang Kecamatan Pantai
Labu didapat nilai p=0,0001 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ha,
diterima yang artinya ada pengaruh pendidikan gizi ibu dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan tamban terhadap peningkatan asupan
protein pada siswa yang mengalami stunting di SD Pematang Biara dan SD
Rantau Panjang.
Hasil uji proximat dalam 100 gram nugget ikan tamban
menyumbangkan E= 115 kkal, P= 9,33 gr, dan L= 3,88 gr. Pada pemberian
makanan tambahan berbahan ikan tamban sebesar 60 g memberikan
sumbangan E= 69,024 kkal, L=2,33 gr, P= 5,60 g, KH= 6,42 gr. Sehingga
makanan yang diberikan dalam bentuk nugget (snack) selama 30 hari dapat
mreningkatkan asupan protein.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Susilowati (2012) yang
menyatakan bahwa ada perbedaan terhadap asupan dan status gizi sebelum
dan sesudah mendapatkan makanan tambahan.

6. Pengaruh Pemberian PMT-AS Berbahan Ikan Tamban Terhadap


Asupan Fe
Asupan makanan yang tidak seimbang berkaitan dengan kandungan
zat gizi dlam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
dan air merupakan salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadinya
stunting (UNICEF, 2007). Asupan makanan yang perlu diperhatikan pada
kejadian stunting ini adalah salah satunya zat Fe.
Hasil uji statistik menggunakan uji Paired T Test diperoleh nilai
p=0,0001 < 0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh pendidikan gizi ibu
dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban terhadap
peningkatan asupan protein pada siswa yang mengalami stunting di SD
Pematang Biara dan SD Rantau Panjang. Pada pemberian makanan
tambahan berbahan ikan tamban sebesar 60 g memberikan sumbangan E=
69,024 kkal, L=2,33 gr, P= 5,60 g, KH= 6,42 gr, Fe= 1,31 mg. Sehingga
makanan yang diberikan dalam bentuk nugget (snack) selama 30 hari dapat
meningkatkan asupan protein. Hal ini sesuai dengan penarikan kesimpulan
uji statistik dengan syarat p<0,05 maka Ha diterima. Sehingga makanan
yang diberikan dalam bentuk nugget (snack) selama 30 hari dapat
meningkatkan asupan Fe.
Hal ini diperkuat oleh Syarifah 2010 yang mengatakan penanganan
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki asupan dan status gizi yaitu
dengan pemberian makanan tambahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Nilai rata-rata asupan protein anak SD kelas I yang mengalami stunting
sebelum pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban sebesar 36,62 meningkat
sebesar 51,16 setelah pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban.
2. Nilai rata-rata asupan Fe anak SD kelas I yang mengalami stunting sebelum
pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban sebesar 4,21 meningkat sebesar
6,30 setelah pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban.
3. Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh pendidikan gizi ibu dan
pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban dengan nilai (p= 0,0001 < 0,05)
terhadap asupan protein.
4. Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh pendidikan gizi ibu dan
pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban dengan nilai (p= 0,0001 < 0,05)
terhadap asupan Fe.

B. SARAN
1. Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut mengenai manfaat pemberian PMT-AS
berbahan ikan tamban sebagai upaya dalam meningkatkan asupan protein dan
Fe terhadap anak sekolah dasar yang mengalami stunting.
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi terutama kepada
keluarga yang memiliki anak stunting dan masyarakat tentang pentingnya
pemberian PMT-AS berbahan ikan tamban terhadap anak stunting
3. Peran orang tua yang memiliki anak stunting hendaknya lebih terbuka dan
menerima wawasan tentang pentingnya pendidikan gizi ibu dan pemberian
PMT-AS berbahan ikan tamban terhadap asupan protein dan fe.
DAFTAR PUSTAKA

AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Anindita, Puteri. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,


Kecukupan Protein, Dan Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita
Usia 6-35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman
617-626. Semarang

Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa. 2012. Petunjuk


Pelaksanaan Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (Pmt-
As). Pacitan

Dinkes. 2012. Petunjuk Teknis Dan Prosedur Tetap Kegiatan Pemberian


Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah (Pmt-As). Surakarta

Hidayati, Lystiani, Dkk. 2010. Kekurangan Energi Dan Zat Gizi Merupakan Faktor
Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal Di
Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan, Issn : 1979-
7621, Vol. 3, Juni 2010: 89-104. Yogyakarta

Lawless, S.W., Latham, M.C., Stephen, L.S., Kinoti, S.N. and Pertet, M.A. 1994.
Iron Suplementation Improves Appetite and Growth in Anemic, Kenyan
Primary School Children. J.of.Nutr. 124:645-654.

Lind T, Lonnerdal B, Stenlund H, Gamayanti IL, Ismail D, Seswandhana R,


Persson LA. 2004. A community-based randomized controlled trial of
iron and zinc supplementation in Indonesia infants: effects on growth
and development. Am J Clin Nutr. 80: 729-36. Truswell S. 2004. ABC
of Nutrition Fourth
Mikhail et al. 2013. Effect of Nutritional Status On Growth Patern Of Stunded
Preschool Children In Egyp. Academic Journal Of Nutrition 2 (1):01-09

Naredra MB dkk, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Buku Ajar I.
Jakarta CV Sagung Seto

Picauly I, Magdalena S, 2013. Analisis determinan dan pengaruh stunting


terhadap prestasi belajar anak sekolah di Kupang dan Sumba Timur,
NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, 8 (1): 55-62

Prendergast AJ, Humphrey JH, 2014. The Stunting Syndrom in Developing


Countries. Pediatrics and International Child Health 2014 Vol. 000 No.
000:1-16.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI

Riskesdas. (2013). Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar


2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar RI.
http://www.litbangkes.depkes.go.id diakses pada 28 Oktober 2017.

Saniarto, Febrian, dan Binar Panunggal. 2014. Pola Makan dan Status Sosial
Ekonomi Keluarga dan Prestasi Belajar Pada Anak Stunting Usia 9-12
Tahun di Kemijen Semarang Timur. Journal Of Nutrition College,
Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Hal 163-171. Semarang

Shweta, 2011. Media Accesbility, Utilization and Preference for Nutritional By


Rular Woman of India. J Communication, 2 (1): 33-34

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Unicef. 2007. Progres for Children : A World Fit For Children, New York: UNICEF

WHO, 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) country profile


indicators : interpretation guide. Geneva : WHO Press Division Of
Comunication
Widajanti L, Suryawati C, Sugihanto A 2009 Pengaruh Komik Makanan Jajanan
Sehat dan Bergizi Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
Anak Sekolah Dasar. Air Langga University Press. The Indonesian
Journal of Publich Health, UNAIR, Surabaya. Page 19-23
Lampiran 1
Lampiran 2

Distribusi Frekuensi

1. Frekuensi Umur Sampel


Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid 7 tahun 17 54.8 54.8 54.8
8 tahun 12 38.7 38.7 93.5
>8 2 6.5 6.5 100.0
tahun
Total 31 100.0 100.0

2. Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 19 61.3 61.3 61.3
Perempua
12 38.7 38.7 100.0
n
Total 31 100.0 100.0

3. Frekuensi Pendidikan Responden


Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid SD 11 35.5 35.5 35.5
SMP 10 32.3 32.3 67.7
SMA 10 32.3 32.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
4. Frekuensi Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid IRT 28 90.3 90.3 90.3
WIRASWASTA 1 3.2 3.2 93.5
PEDAGANG 1 3.2 3.2 96.8
GURU 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0
Lampiran 3

Hasil Uji Statistik

1. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


prot_sebelum fe_sebelum prot_sesudah fe_sesudah
N 31 31 31 31
Normal Parametersa Mean 36.6216 4.2110 51.1677 6.3019
Std. Deviation 5.97415 1.65777 5.62985 1.29595
Most Absolute .104 .155 .085 .144
Extreme Positive .104 .155 .085 .144
Differences
Negative -.061 -.101 -.073 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .581 .863 .471 .803
Asymp. Sig. (2- .889 .445 .980 .540
tailed)
a. Test distribution is Normal.

2. Analisis Pengaruh Intervensi terhadap Asupan Protein

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Std. Confidence
Deviati Std. Interval of the
Sig. (2-
Mean on Error Difference
t df tailed)
Mean Lower Upper
Pair 1 prot_sebelu -
m 1.45461 4.7935 . - - - 3 .000
E1 1 86094 16.30440 12.78785 16.896 0
prot_sesuda
h
3. Analisis Pengaruh Intervensi Terhadap Asupan Fe

Paired Samples Test


Paired Differences

Sig
.
t df (2-
tailed)
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Mean Deviation Error Lower Upper
Mean
Pair 1 fe_sebelum
- 2.3960 . - - - 3 .000
- 2.09097 8 43035 2.96986 1.21208 4.859 0
fe_sesudah
Lampiran 4
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBYEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama :
Tempat, Tgl Lahir :
Alamat :

Bersedia dan mau menjadi Responden Penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan
Gizi Ibu Terhadap Asupan Protein Dan Fe Pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Yang
Mengalami Stunting Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017”
Yang dilakukan oleh :

Nama : Alfian Duha


NIM : P01031214062
Prodi : D-IV Gizi
Alamat : Jln. Negara Simpang Tanjung Garbus, Lubuk Pakam
Instansi : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Program D-IV
No. Hp 081269280187

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya tanpa ada
paksaan dari siapapun.
Lubuk Pakam,..............2017
Peneliti Responden

( Alfian Duha ) (..........................................)


Lampiran 5
Data Identitas Sampel dan Responsen
Nomor Responden :.................................................
Tanggal Wawancara :.................................................
Nama Pewawancara :.................................................

A. Identitas Sampel
1. Nama anak :………………………………….
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (coret salah satu)
3. Tanggal lahir anak :………………………………….
4. Umur :…………
5. Anak ke............................dari bersaudara
6. Alamat :…………
7. TB :…………
8. BB :…………
B. Identitas Responden
1. Nama Responden :…………………………………
2. Umur :…………………………………
3. Pekerjaan :…………………………………
4. Pendidikan :…………………………………
Lampiran 6
Daftar Hadir Responden
No. Nama Responden Nama Anak TTD Responden

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.
19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

Lampiran 7

FORMULIR RECALL 24 JAM


Nama :
Tanggal Wawancara :
BB :
TB :
Bahan Makanan

Waktu Nama Banyaknya


Makan Masakan URT Gr
Jenis
Pagi

Snack

Siang

Snack
Malam

Snack
Lampiran 8
CONTOH SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi Penyuluhan : 1. Stunting


2. PMT-AS
3. Gizi Seimbang
4. Pembuatan PMT Berbahan Ikan
Sasaran : Orang Tua (Ibu) anak stunting
Hari/Tanggal : 1. 07 November 2017
2. 14 November 2017
3. 21 November 2017
4. 28 November 2017
Waktu : 30 menit
Tempat : SD Rantau Panjang dan Pematang Biara Kecamatan Pantai
Labu
Penyuluh : Alfian Duha
1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (pendek). Stunting adalah keadaan tubuh yang
sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi refrensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan teerlambantnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting dapat
didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indeks kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari kekurangan gizi atau
kesehatan.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting karena kurang gizi. Data
Riskesdas 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2%.
Angka ini meningkat dari tahun 2010 sebesar 35,6%. Oleh karena itu diperlukan
upaya pencegahan stunting salah satnya dengan penyuluhan bagaimana cara
mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui
dan memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu-ibu mengetahui tentang:
1. Defenisi stunting
2. Penyebab stunting
3. Dampak stunting
4. Cara pencegahan stunting
5. Dan cara mengolah makanan tambahan berbahan ikan

3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Slide (LCD)
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : SD Rantau Panjang dan Pematang Biara
Desa Pantai Labu
b. Hari/Tanggal : 07 November 2017, 14 November 2017,
21 November 2017, 28 November 2017.
MATERI PERTEMUAN I
TOPIK : STUNTING
A. Definisi Stunting

Stunting merupakan istilah penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai


dengan tinggi yang semestinya (pendek). Stunting adalah keadaan tubuh yang
sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populsi yang menjadi frekuensi internasional. Stunting adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD) , ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan
anak yangmengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang
tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang
gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk
dan penyakit.
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari -2 SD dibawah rata-rata standar atau keadaan diamana tubuh anak
lebih pendek dibandingka dengan anak seusianya. Ini adlaah indikator kesehatan
anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu
dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan
suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
sepanjang siklus kehamilan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting
pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama
kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang sehingga bayi mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.

C. Dampak Stunting
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor resiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kongnitif, dan perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang. Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panajang, yaitu kurang energi, protein,
juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting Anak Sekolah


1. Pemantauan tinggi badan melalui UKS
Lembaga pendidikan sangat berperan dalam upaya pencegahan dan
peningkatan melalui pendidikan gizi, dan pemantauan yang telah dilaksanakan
melalui kegiatan UKS.Untuk keperluan kegiatan UKS maka yang lazim digunakan
adalah penilaian status gizi individu murid. Pada penilaian status gizi murid
sekolah, dapat dilakukan pengukuran-pengukuran tolak ukur yang sudah lazim
digunakan dalam langkah-langkah penilaian status gizi. Penilaian status gizi
dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada
kegiatan UKS penilaian status gizi dapat atau mungkin digunakan dan
dilaksanakan penilaian status gizi anak sekolah secara langsung antara lain :
a. antropometri,
b. gejala klinis,
c. pemeriksaan laboratoris. maka beberapa metode antropometri gizi
dapat dilakukan secara rutin di UKS.
2. Pendayagunaan KMS-AS
Menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah meningkatnya kasus
stunted yang terjadi pada anak usia sekolah. Kelainan-kelainan pertumbuhan
pada anak usia sekolah. Dengan pemantauan KMS setiap bulannya dapat
diatasi dan dicegah sedini mungkin.
3. Asupan Makan
Pola konsumsi anak merupakan salah satu indikator dalam mencegah
terjadinya stunting. Dengan asupan yang baik anak dapt bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Pemilihan jenis makanan yang bervariasi serta
mengandung zat pertumuhan dan pembangun akan meningkatkan pertumbuhan
anak.

MATERI PERTEMUAN II
TOPIK : PMT-AS
A. Pengertian PMT-AS

Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) ialah kegiatan


pemberian makanan tambahan kepada peserta didik sekolah dasar dalam bentuk
kudapan yang aman dan bergizi, dengan memperhatikan aspek mutu dan
keamanan pangan. Makanan anak sekolah perlu mendapat perhatian mengingat
mengingat masih dalam tumbuh kembang, maka keseimbangan gizinya harus
dipertahankan agar tetap sehat.
Anak diusia sekolah akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang
sangat pesat dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan
meningkat, sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini,
anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih
makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan
dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan
makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia
sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting
diperhatikan.
Pola konsumsi atau pola makan pada usia sekolah juga akan
mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa berikutnya. Perkembangan
fisik yang tidak normal, dapat digunakan sebagai gambaran mengenai riwayat
status gizi dan perkembangan berikutnya. Perkembangan fisik dapat diukur melalui
parameter antropometri seperti tinggi badan dan berat badan menurut umur.
Untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi pada kelompok usia sekolah
perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT bagi anak usia
sekolah dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan
utama sehari-hari. PMT dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Mulai pada tahun 2011
pemerintah mengeluarkan peraturan menteri dalam negeri tentang pedoman
penyediaan makanan tambahan anak sekolah. Sesuai dengan ketentuan umum
pada pasal 1 tahun 2011 yaitu : Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah
yang selanjutnya disingkat PMT-AS adalah kegiatan pemberian makanan kepada
peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap yang aman dan
bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya, dengan memperhatikan aspek mutu
dan keamanan pangan.

B. Tujuan PMT-AS
Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui makanan tambahan.
2. Meningkatkan ketahanan fisik dan kehadiran peserta didik dalam mengikuti
kegiatan belajar.
3. Meningkatkan kesehatan anak khususnya dalam penanggulangan penyakit
kecacingan.
4. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta didik untuk menyukai makanan
lokal bergizi, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS).
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan dan pengadaan pangan
lokal.
6. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan gizi
peserta didik, produksi pertanian, pendapatan masyarakat dan kesejahteraan
keluarga.

C. Prinsip Makanan Tambahan Anak Sekolah


1. Bentuk Makanan Tambahan tidak berupa makanan lengkap seperti nasi dan
lauk tetapi berupa makanan kudapan, dengan memperhatikan aspek mutu dan
keamanan pangan.
2. Bahan Pangan sebaiknya menggunakan bahan pangan lokal yang diolah
menjadi kudapan yang diberikan kepada siswa. Pengolahan kudapan yang
dilakukan sendiri diharapkan dapat memenuhi syarat mutu, nilai gizi,
kebersihan dan harga. Dalam hal ini jenis bahan makanan lokal yang
digunakan dalam pemeberian makanan tambahan untuk anak sekolah yaitu
dengan memanfaatkan ikan tamban sebagai snack atau makanan kudapan.
3. Susunan Menu. Dalam pemberian makanan tambahan berbahan ikan diberikan
setiap hari kepada siswa kelas 1 SD pada jam istrahat setiap hari, dalam
bentuk nugget, sosis, dan bakso.
Dalam pembuatan makanan tambahan tidak hanya menggunakan ikan
saja sebagai makanan tambahan dan diolah dalam bentuk nugget, sosis, dan
bakso. Tetapi ada banyak lagi jenis pangan lokal yang bisa dijadikan sebagai
makanan tambahan untuk anak sekolah yaitu antara lain :
Protein Protein Karbohidrat Sayuran Buah-
Nabati Hewani Buahan

–Kacang Daging sapi Nasi Sayuran –Avokad


hijau –Daging –Nasi tim –Daun –Apel
–Kacang ayam –Bubur bawang
–Anggur
kedelai –Hati sapi beras –Daun
–Kacang –Didih sapi –Nasi kacang –Belimbing
merah –Babat jagung panjang –Jambu biji
–Kacang –Usus sapi –Kentang –Jamur
–Jambu air
tanah –Telur –Singkong segar
terkupas ayam –Talas –Bangun- –Duku
–Kacang tolo –Telur –Ubi bangun
–Oncom bebek –Biskuit –Tomat –Durian
–Keju –Ikan segar –Krakers –Buncis –Jeruk
kacang tanah –Ikan asin –Maizena –Daun kelor
–Tahu manis
–Ikan teri –Tepung –Pepaya
– Tempe –Udang beras muda –
basah –Tepung –Rebung Kedondong
–Keju singkong –Sawi
–Mangga
–Bakso –epung –Selada
daging sagu –Seledri –Nenas
–Tepung –Tauge –Nangka
terigu –Terong
masak
–Tepung –Katuk
hunkwe –Bayam –Pepaya
–Mi kering –Buncis –Pir
–Mi basah –Daun –Pisang
–Makaroni singkong
– Bihun –Daun ambon
pepaya –Rambutan
–Jagung –Salak
muda
–Sawo
–Jantung
pisang –Sirsak
–Nangka – Semangka
muda
–Pare
–Wortel
– Ketimun

D. Kelebihan PMT-AS Lokal


a. Ibu dapat mengontrol bahan apa saja yang dipakai untuk membuat makanan
tambahan dan tentunya lebih aman karena tanpa zat tambahan apapun.
b. Ibu dapat mengatur makanan bayi dan kandungan yang terdapat didalamnya.
Resiko alergi akan lebih diperkecil dengan membuat makanan tambahan sendiri.
c. Ibu dapat memilih sendiri bahan makanan yang berkualitas tinggi yang dapat
dikonsumsi anak.
d. Makanan tambahan buatan sendiri terjamin higenisnya, termasuk kebersihan
peralatan masak.
e. Anak akan terbiasa dengan berbagai macam rasa dan tekstur makanan
sehingga akan lebih mudah baginya nanti untuk mulai makan menu keluarga.
f. Kebiasaan mengkonsumsi makanan sehatt sudah mulai ditanamkan sejak dini.

E. Masalah Dalam Pemberian Makanan Tambahan


a. Anak Melakukan Gerakan Tutup Mulut
Anak menolak makan sama sekali, tidak mau membuka mulut bisa
disebabkan karena traumamakan, bosan, tidak menyukai makanan tersebut atau
sebagainya. Tips untuk hal tersebut yaitu antara lain :
a. Variasikan menu makanan, temukan apa yang ia sukai.
b. Buat suasana makan yang ceria dan tidak membosankan.
c. Ajak makan bersama seluruh keluarga.
d. Hargai selera makan anak, jangan memaksa anak menghabiskan porsi tertentu,
biarkan ia mengenali rasa lapar dan kenyang.
e. Fleksibel dalam mengatur jadwal makan anak.
f. Batasi waktu makan maksimal 30 menit, jika ia hanya makan sendiri, tawari lagi
beberapa menit kemudian.
g. Pangku anak jika ia merasa nyaman.
b. Anak Si Pemilih
Hanya menyukai jenis makanan tertentu dan tidak mau mencoba makanan
baru. Tips untuk mengatasi hal tersebut yaitu :

a. Variasikan menu
b. Campurkan makanan yang tidak disukainya kedalam makanan yang ia sukai.
c. Jangan menawarkan hadiah berupa makanan lain agar ia mau makan makanan
yang tidak ia sukai, karena hadiah tersebut menggiurkan dibandingkan maknan
yang tidak ia sukai.
d. Ajak anak ikut menyiapkan makanan.
MATERI III
TOPIK : GIZI SEIMBANG
A. Pengertian Gizi Seimbang
Secara sederhana, pengertian gizi seimbang adalah nutrisi dan zat gizi yang
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan juga tidak
kekurangan.Sedangkan pengertian makanan gizi seimbang adalah mengkonsumsi
makanan yang mengandung nutrisi dan gizi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
dengan tetap memperhatikan berbagai prinsip seperti keberagaman jenis makanan,
aktifitas tubuh, berat badan ideal serta faktor usia.
B. Susunan Gizi Seimbang
Susunan gizi seimbang pada makanan digambarkan Yayasan Institut
Danone Indonesia pada sebuah piramida makanan berbentuk kerucut dengan
bagian utama yang disebut dengan Tri Guna Makanan atau tiga jenis makanan
dengan tiga kegunaan yang berbeda.

- Zat Tenaga
Pada gambar terletak pada bagian bawah karena porsinya yang paling besar.
Berguna sebagai sumber tenaga yang akan memberikan tenaga pada tubuh
agar kuat dalam melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. Zat tenaga paling
utama adalah karbohidrat. Karbohidrat banyak terdapat pada makanan pokok
seperti padi, jagung, kentang, singkong, sagu, gandum serta semua makanan
yang terbuat dari bahan – bahan tersebut seperti roti, nasi, mie, kue dan
sebagainya.
- Zat Pengatur
Pada gambar terletak di tengah, porsinya lebih sedikit dari pada zat tenaga. Zat
pengatur berguna untuk mengatur organ tubuh agar dapat bekerja dengan baik.
Zat pengatur terdiri dari vitamin dan mineral. Kedua zat ini banyak terdapat pada
sayur – sayuran dan buah – buahan.

- Zat Pembangun

Pada gambar terletak di bagian atas karena porsinya paling sedikit dibanding
yang lain. Zat pembangun berguna untuk pembentukan, pertumbuhan serta
pemeliharaan sel – sel dalam semua organ tubuh. Zat pembangun yang utama
adalah protein, baik itu protein nabati seperti kedelai, kacang hijau, kacang
tanah dan semua makanan yang dihasilkan dari bahan – bahan tersebut,
maupun protein hewani seperti daging, telur, ikan serta susu.

Di bagian paling ujung piramida makanan gizi seimbang atau Tri Guna Makanan,
terdapat satu bagian atau potongan paling kecil untuk menggambarkan makanan
yang juga harus dipenuhi namun dalam porsi sangat kecil atau seperlunya yaitu
minyak, gula, dan garam.

Sedangkan pada bagian bawah diberikan alas berupa gambar air dalam porsi
paling besar. Artinya bahwa kebutuhan air untuk tubuh adalah kebutuhan yang
paling besar yang harus dipenuhi. Baik itu dengan minum air putih murni maupun
dari kandungan air yang terdapat pada buah – buahan.

Untuk mendapatkan hasil maksimal dari menerapkan pola gizi seimbang, harus
pula diimbangi dengan penerapan hidup sehat seperti olah raga yang teratur,
istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta selalu
memantau perkembangan berat badan tubuh.
MATERI IV
TOPIK : Pembutan PMT Berbahan Ikan

Resep Modifikasi Ikan Untuk PMT


1. Resep Modifikasi nugget

Bahan pembuatan nugget ikan tamban dalam 60 gr


No Bahan Jumlah
1 Ikan tamban 60 gr
2 Tepung terigu 8 gr
3 Tepung roti 2 gr
5 Garam Secukupnya
6 Telur ayam 10 gr
7 Wortel 3 gr
8 Daun bawang 2 gr
9 Minyak sayur 7 gr
Prosedur resep modifikasi nuget berbahan ikan tamban memiliki tahapan
sebagai berikut:

Campur worter yang sudah diparut, daun bawang, bawang


putih,dan
garam
Masukkan tepung terigu, serta mentega cair

Siapkan kukusan, masukkan adonan nugget kedalam cetakan loyang


yang dilumuri minyak sayur, kemudian kukus sebentar ± 1- 20 menit

Setelah itu angkat dan potong-potong sesuai


selera
Kemudian gulingkan kedalam tepung roti/panir

Setelah itu siap untuk digoreng, untuk memperpanjang daya awet


nugget, simpan dilmeari es

Berikut komposisi zat gizi nugget ikan tamban dalam 60 gram:


Komposisi kandungan zat gizi nugget ikan tamban
No Jenis Zat Gizi Kandungan

1 Energi (kcal) 115,04

2 Protein (gr) 9,33

3 Lemak (gr) 3,88

4 Karbohidrat (gr) 10,07

5 Kalsium (mg) 121,76

7 Zic (mg) 2,09

8 Iron (mg) 1,31

(Sumber: Program Komput


LAMPIRAN 9
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Alfian Duha


NIM : P0 1031214062

Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di skripsi saya adalah


benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian utama
saya dibatalkan).

Yang membuat pernyataan,

( Alfian Duha )
Lampiran 10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Alfian Duha


Tempat/tgl Lahir : Telukdalam, 02 Februari 1996
Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
Alamat Rumah :Jl. Golkar Kec. Teluk Dalam Kab. Nias Selatan Prov.
Sumatera Utara
No. HP/Telp 082167774401
Riwayat Pendidikan : SD Swasta Bintang Laut
SMP Swasta Bintang
Laut SMA Swasta
Bintang Laut
Hobby : Badminton
Motto :Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri
mereka melakukan hal yang harus dikerjakan, entah
mereka menyukainya atau tidak.
Lampiran 11

Bukti Bimbingan Proposal Skripsi


Nama : Alfian Duha
NIM : P01031214062
Judul : Pengaruh Pendidikan Gizi Ibu Dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan Terhadap Asupan Protein dan Fe
Pada Siswa Kelas 1 SD yang Stunting di SD Kecamatan Pantai
Labu Tahun 2017.
Dosen Pembimbing : Dini Lestrina, DCN, M.Kes

No. Tanggal Topik Bimbingan TTD Mahasiswa TTD Dosen


Bimbingan Pembimbing
1. 15 Juni 2017 Menulis
Penelusuran Topik

2. 9 Oktober 2017 Pengembangan


Topik

3. 12 Oktober 2017 Penetapan Judul

4. 16 Oktober 2017 Bab I Penulisan


Latar Belakang

5. 18 Oktober 2017 Perbaikan Bab I

6. 20 Oktober 2017 Bab II


Pengembangan
Tinjauan Pustaka
7. 23 Oktober 2017 Bab II
Pengembangan
DO, Kerangka
Teori, Kerangka
Konsep dan
Hipotesis

8. 25 Oktober 2017 Bab III


Pengembangan
Metode Penelitian
9. 27 Oktober 2017 Perbaikan Bab I, II,
III

10. 30 Oktober 2017 Perbaikan bab I, II,


II, dan lampiran
Lampiran 12

Bukti Bimbingan Skripsi


Nama : Alfian Duha
NIM : P01031214062
Judul : Pengaruh Pendidikan Gizi Ibu Dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan Terhadap Asupan Protein dan Fe
Pada Siswa Kelas 1 SD yang Stunting di SD Kecamatan Pantai
Labu Tahun 2017.
Dosen Pembimbing : Dini Lestrina, DCN, M.Kes

No. Tanggal Topik Bimbingan TTD Mahasiswa TTD Dosen


Bimbingan Pembimbing
1. 15 Juni 2018 Melakukan kegiatan
cleaning data :
- Menyusun formulir food
recall dan daftar hadir
responden
2. 19 Juni 2018 Melakukan kegiatan
cleaning data :
- Menjumlahkan hasil
recall sampel kedalam
nutri survey
- Memperbaiki bab 1
sampai bab 3
3. 21 Juni 2018 Entri data kedalam format
spss
4. 25 Juni 2018 - Menganalisis data
(umur,jenis
kelamin,pendidikan
dan pekerjaan)
responden
- Menganalisis data
(umur,jenis
kelamin,asupan) sampel
5. 28 Juni 2018 - Menyusun bab IV
gambaran umum
penelitian, hasil
univariat sampel dan
responden
- Membuat master tabel
penelitian
6. 19 Juli 2018 - Membuat pembahasan
hasil penelitian
- Mencari kepustakaan
yang berhubungan
dengan penelitian
7. 10 Agustus - Merapikan daftar
2018 pustaka
- Menyusun bab V
- Menyusun seluruh
lampiran terkait
skripsi
8. 15 Agustus - Menyelesaikan seluruh
2018 lampiran dan bab V
- Menyatukan bab I
sampai bab V serta
daftar lampiran
8. 17 Agustus - Membuat Power point
2018 untuk siding skripsi

Anda mungkin juga menyukai