Anda di halaman 1dari 75

EFEKTIVITAS PIJAT OKE DALAM KELANCARAN

PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI KECAMATAN


JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Kebidanan

Oleh: TIKA NORI CAHYANTI


NIM AB191037

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN DAN PROGRAM
PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tika Nori Cahyanti
NIM : AB191037

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas
Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan
masukkan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 25 April 2020


Yang membuat pernyataan,

(Tika Nori Cahyanti)


NIM. AB191037
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pijat Oke Dalam
Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di Kecamatan Jumantono
Karanganyar” dengan baik dan tepat waktu.
Proposal Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh Sarjana Kebidanan di Prodi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Dalam penyusunan Proposal Skripsi ini penulis talah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns.M.kep selaku Rektor Universitas Kusuma
Husada Surakarta
2. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
3. Ibu Desy Widyastutik, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
4. Ibu Tresia Umarianti, SST.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Proposal Skripsi ini dapat terwujud.
5. Ibu Aris Prastyoningsih, SST.,M.Keb, selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Proposal Skripsi ini dapat terwujud.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil
dalam terwujudnya Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal ini.
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI................................................................................................ v

DAFTAR TABEL .....................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.4. Manfaat penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori ...................................................................................... 7

2.2. Kerangka Teori.................................................................................... 32

2.3. Kerangka Konsep ................................................................................ 33

2.4. Hipotesis.............................................................................................. 33

2.5. Keaslian Penelitian .............................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 34

v
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................... 35

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 36

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ...................... 37

3.5. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 39

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

2.1 Keaslian penelitian 24

3.1 One Goup Pretest-Posttest Design (Sugiono,2010) 26

3.2 Definisi Operasional 29

vii
DAFTAR GAMBAR

2.1. Skema pelepasan Hormon Prolaktin dan Oksitosin 13

2.2. Pijat Oksitosin 20

3.2. Rumus uji wilcoxon 43

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Usulan topik penelitian

Lampiran 2. Pernyataan pengajuan judul skripsi

Lampiran 3. Pengajuan ijin studi pendahuluan

Lampiran 4. Informed consent

Lampiran 5. Lembar wawancara

Lampiran 6. Cheklist pijat OKE

Lampiran 7. Lembar observasi

Lampiran 8. Lembar konsultasi

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

ASI adalah makanan alami untuk bayi karena mengandung nutrisi

yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang buah hati.

Memberikan asi akan memberikan maanfaat ganda bagi ibu dan bayi. ASI

merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting pada anak usia 6-23

bulan. ASI memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi pada anak usia

6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24

bulan. ASI juga merupakan sumber nutrisi yang penting pada proses

penyembuhan ketika anak sakit (Kemenkes, 2018).

UNICEF dan WHO dalam rangka menurunkan angka kesakitan

dan kematian bayi, merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air

susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI

dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun. Agar ibu dapat

mempertahankan ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO merekomendasikan

agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi

hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman, termasuk

air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan

tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).

Prosentase anak berumur di bawah 6 bulan yang mendapat ASI

eksklusif meningkat dalam 5 tahun terakhir, dari 42 % pada SDKI 2012

1
2

menjadi 52 % pada SDKI 2017. Persentase anak yang tidak mendapat ASI

naik dari 8 persen pada SDKI 2012 menjadi 12 persen pada SDKI 2017

(SDKI, 2017).

Menurut data Kemenkes RI (2016), pemberian ASI eksklusif di

Jawa Tengah masih rendah yakni sebesar 59,9% dan menduduki peringkat

ke 26 dari 34 provinsi. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah

tahun 2016, persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 54,22%

terjadi penurunan dari tahun 2015 sebesar 61,6%. Sebanyak 33 kabupaten

dari 36 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, persentase pemberian ASI

eksklusif masih di bawah target nasional (80%), termasuk Kabupaten

Karanganyar sebesar 23,20% yang menduduki peringkat ke-4 dengan

prosentase pemberian ASI eksklusif terendah (Profil kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2016).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013,

prosentase tertinggi proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan

adalah pada 1-6 jam (35,2%). Proses mulai menyusu pada satu jam

pertama setelah lahir/IMD hanya 34,5%. IMD mengalami peningkatan

pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, proporsi IMD

pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2%. Dari proporsi ini, yang

melakukan IMD ≥ 1 jam hanya 15,9% (Kemenkes , 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar

tahun 2016 cakupan bayi yang diberi ASI sebesar 36,5% (346 bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif dari total jumlah bayi laki-laki dan perempuan
3

947). Terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2015 sebesar 48,7%

(397 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dari total jumlah bayi laki-laki

dan perempuan 815).

Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi

dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin

sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Pijat oksitosin

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi

ASI. Ibu yang panik juga penyebab ASI susah keluar, teknik pijat

endhorphin dipakai untuk meningkatkan relaksasi dengan memicu

perasaan nyaman melalui permukaan kulit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umarianti dkk (2018)

tentang efektivitas metode BOM terhadap produksi ASI menunjukkan

bahwa kombinasi ketiganya efektif dapat meningkatkan produksi ASI.

Sedangkan penelitian Pri Widayati (2017) mengatakan bahwa penerapan

pijat endorphin untuk memperlancar produksi dan pengeluaran ASI.

Pijat “OKE” (Oksitosin dan Endhorphin) yaitu stimulasi untuk

membantu produksi dan pengeluaran ASI melalui pijat oksitosin (pijatan

atau rangsangan pada tulang belakang) dan pijat endhorphin (dengan

belaian lembut terlebih dahulu lalu dilakukan pemijatan di punggung).

Dengan dilakukan pemijatan ini ibu akan merasa rileks sehingga dengan

begitu hormon oksitosin keluar dan ASI.

Penelitian tentang efektivitas pijat OKE (Oksitosin dan

Endhorphin) dalam kelancaran produksi asi pada ibu post partum


4

diharapkan dapat menjadi metode untuk merangsang produksi ASI.

Pengaruh kurangnya rangsangan untuk pengeluaran hormon jadi masalah

dalam kelancaran produksi ASI. Solusi untuk mengatasi produksi ASI agar

lancar dengan melakukan pemijatan pada daerah tulang belakang leher,

punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang

costae kelima sampai keenam dan diberikan sentuhan lembut. Perbedaan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, belum ada pengkombinasian

pijat endhorphin dan oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI .

Berdasarkan data tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang pijat OKE untuk meningkatkan produksi ASI. Dari hasil

penelitian ini diharapkan pijat OKE dapat diaplikasikan sebagai cara

merangsang produksi ASI yang aman, murah, efektif, dan memberikan

rasa nyaman kepada ibu post partum.

1.1.Rumusan Masalah

Bagaimana Efektivitas Pijat OKE Dalam Kelancaran Produksi

ASI Pada Ibu Post Partum Di Kecamatan Jumantono Karanganyar ?


5

1.2.Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan pada ibu post partum dengan pijat OKE untuk

kelancaran produksi ASI pada ibu post partum.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jumlah produksi ASI pada ibu post partum sebelum

diberikan Pijat OKE

2. Mengidentifikasi jumlah produksi ASI pada ibu post partum setelah

diberikan Pijat OKE

3. Mengetahui efektivitas pijat OKE pada produksi ASI.

1.3.Manfaat Penelitian

1.3.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan menambah

informasi khususnya bagi ilmu kebidanan terkait intervensi komplementer

yang dapat membantu ibu post partum agar proses laktasi dapat berjalan

dengan baik melalui pijat OKE menjadi salah satu bacaan yang

bermanfaat untuk penelitian dimasa yang akan datang bagi yang

memerlukan.
6

1.3.2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi bagi lembaga terkait

untuk program ASI esklusif serta menjadikan intervensi yang baik untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Post Partum

1. Pengertian Post Partum

Post partum adalah adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau kurang lebih

40 hari (Fitri, 2017).

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan bayi dan masa

pulihnya kembali alat reproduksi seperti sebelum hamil (Dewi dan

Sunarsih, 2011).

Dari sumber diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas

adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

yang berlangsung selama 6 minggu.

2. Paritas

Paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

aterm. Kesimpulan paritas adalah keadaan melahirkan anak baik

hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah

anaknya.

7
8

Menurut kamus saku Mosby (kedokteran, keperawatan dan

kesehatan), paritas merupakan klasifikasi perempuan berdasarkan

jumlah bayi Iahir hidup dan Iahir mati yang dilahirkannya pada umur

kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada masa kehamilan, rahim ibu

teregang oleh adanya janin. Apabila terlalu sering melahirkan, rahim

akan semakin Iemah. Apabila ibu telah melahirkan 3 anak atau lebih,

perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan

dan nifas (Kemenkes RI, 2011).

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau

sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati,

paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kasus

kematian ibu. Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya

pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas

2-3 mempakan paritas paling aman. paritas satu dan paritas tinggi

(lebih dari tiga) merupakan paritas berisiko terjadinya precklamsi (W

ikniosastro, 2014).

Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas, yaitu:

a. Multipara merupakan seorang wanita yang belum pernah

melahirkan bayi viable,

b. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup untuk pertama kali,

c. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable

beberapa kali (sampai 5 kali),


9

d. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6

kali atau lebih hidup atau mati (Lubis,2016).

1. Perubahan fisiologi pada ibu post partum

Menurut Sutanto (2018) perubahan- perubahan yang terjadi

yaitu:

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Involusi uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya, sehingga dapat

menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas

implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang

dapat membuat pembuluh darah menjadi tertutup sempurna.

Fundus uteri 3 jadi dibawah pusat selama 2 hari berikut

besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini

uterus mengecil dengan cepat, sehingga padahari ke 10 tidak

teraba lagi dari luar, dan sampai dengan 6 minggu tercapai

ukuran yang normal.

2) Involusi tempat plasenta

Sertelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira besarnya

setelapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir

minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
10

3) Lochea

Pada 2 hari pertama lochea berupa darah dan disebut

lochea rubra. Setelah 2-4 hari merupakan darah encer yang

disebut lochea serosa dan pada hari ke 10 menjadi cair putih

atau kuning-kuningan yang disebut lochea alba. Warna ini

disebabkan karena banyak leucacyt terdapat didalamnya bau

loche khas amis dan yang berbau busuk menandakan infeksi.

4) Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirannya tidak rata tetapi retak-

retak karena robek dalam persalinan. Setelah itu, disebabkan

hiperplasi ini dan retraksi serta robekan serviks menjadi sembuh.

Namun, setelah involusi selesai osteum eksternum tidak dapat

serupa seperti sebelum hamil. Vagina yang sangat diregangkan

waktu persalinan lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang

normal pada minggu ke 3 postpartum rugae mulai nampak

kembali.

b. Perubahan sistem pencernaan

1) Kadar progesteron menurun

Menurunnya kadar progesteron akan memulihkan sistem

pencernaan yang semula mengalami beberapa perubahan

ketika masa kehamilan. Tonus dan mortalitas otot traktus akan


11

kembali ke keadaaan normal sehingga akan memperlancar

sistem pencernaan.

2) Sekresi saliva normal

Berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada ibu

nifas.

3) Asam lambung normal

4) Uterus kembali ke ukuran semula

5) Pembuluh darah kembali ke ukuran semula

Ibu postpartum menduga akan merasakan nyeri saat defeksi

(BAB) akibat episiotomi, laserasi atau pun akibat hemoroid

pada perineum. Oleh karena itu, kebiasaan buang air yang

teratur perlu dicapai kembali setelah tonus otot kembali

normal.

c. Perubahan sistem perkemihan

Pelvis, ginjal, danuterus yang meregang dan berdilatasi

selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat

setelah melahirkan. Pemeriksaan siskotopik segera setelah

melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding

kandung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada

submukosa.

Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin

sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar

dapat melebihi 3000 ml perharinya. Tindakan ini diperkirakan


12

merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu, di dapati

adanya keringat yang banyak nenerapa hari setelah melahirkan.

d. Perubahan sistem muskuloskeletal

Setelah persalinan dinding perut longgar karena direnggang

begitu lama, tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu. Ligamen, fasia,

dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi baru lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan

menjadi retrofleksi. Alasanyya, ligamen rotundum menjadi kendor.

Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding

abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.

Pemujlihannya dibantu dengan latihan.

e. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL),

estrogen, dan progesteron serta plasenta enzyme insulinas.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan

cepat dan menetap sampai 10% dam 3 jam hingga hari ke 7

postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke

3 postpartum.
13

2) Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat , saat tidak

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada waktu fase konsentrasi folikuler pada minggu

ke 3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hormon oksitosin

Saat menyusui isapan sang bayi merangasang

keluarnya oksitosin lagi dan lagi dan ini membantu uterus

kembali bentuk normal serta pengeluaran air susu.

4) Perubahan tanda-tanda vital

Dalam 24 jam suhu akan naik sekitar 37,50c- 380c.

setelah persalinan denyut nadi menjadi lebih cepat (>

100x/menit) biasanya disebabkan oleh infeksi atau perdarahan

postpartum. Respirasi akan cenderung lambat atau normal

karena ibu dalam kondisi pemulihan. Tekanan darah relatif

rendah karena ada proses kehilangan darah karena persalinan.

5) Perubahan sistem kardiovaskuler

Kerja jantung mengalami peningkatan 80%, meningkat

karena hilangnya prosesuteroplacenter dan kembali normal

setelah 3 minggu.

2. Gizi Ibu Menyusul

Jika ingin memberikan ASI yang baik mutu maupun

jumlahnya kepada anak, lbu harus menjaga agar selalu dalam keadaan
14

status gizi yang baik. Perhatikan jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi. Sumber DHA dan ARA yang terbaik dipasok melalul

cairan plasenta janin saat maslh dalam kandungan atau melalul ASI.

Artinya, kebutuhan makanan hanya di dapat dari ibu. Untuk itu,

sangat dianjurkan bagi ibu menyusui agar mengonsumsi zat-zat gizi

yang seimbang.

a. Kebutuhan gizi

Dengan asupan gizi yang balk, ASI yang diproduksi juga

akan baik mutu dan jumlahnya, serta waktu untuk memproduksi

ASI pun menjadi relatif lama. Oleh karena itu, konsumsi semua zat

gizi yang dibutuhkan sejak dalam kandungan.Namun, setelah

kelahirannya sampal masa pemberian ASI eksklusif, satusatu

sumber untuk memenuhl semua kebutuhan zat gizi anak secara

tepat, terkandung dalam ASI. lbu menyusui memerlukan kalori

yang lebih banyak dlbandlngkan yang tidak hamil, bahkan Iebih

banyak dari kebutuhan saat hamil. Kalori yang diperlukan saat

hamil sekitar 2.700--2.900 kilo kalori per hari. Dianjurkan pada Ibu

menyusui untuk mengonsumsi ragam bahan pangan untuk dapat

memenuhi gizi seimbang, yaitu yang mengandung karbohldrat,

protein, Iemak, vitamin, dan mineral. Beberapa tambahan zat-zat

gizi tersebut adalah protein, Iemak, vitamin, dan mineral, serta

cairan.
15

b. Zat-zat gizi untuk mancerdaskan

Selain memenuhi kebutuhan gizi selmbang ibu menyusui,

juga memperhatikan zat-zat gizi yang dapat mencerdaskan anak.

Dalam hal ini yang sudah terbukti dapat meningkatkan

pertambahan jumlah dan panjang cabang-cabang neuron, dendrit,

dan akson, yaitu bahan makanan yang mengandung asam lemak

tak jenuh.

Beberapa zat gizi yang dikonsumsi akan membantu

pertumbuhan otak bayl. Zat-zat gizi tersebut adalah asam Iemak

esensial protein, vitamin B 1, vitamin 86, asam folat, vitamin B 12,

kholin, yodlum, zat besl, dan seng. Selama masa menyusui, ibu

hamil dianjurkan untuk mengonsumsl bahanbahan makanan yang

mengandung zat-zat gizi tersebut setiap hari dengan porsi

secukupnya. Semua zat-zat gizi yang ada dalam ASI akan

diberikan kepada bayi untuk meningkatkan kualitas kecerdasannya

dl masa akan datang.

2.1.1 Produksi ASI

1. Pengertian produksi ASI

Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI

yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon

prolaktin selama kehamilan akan meningkat akan tetapi ASI belum


16

keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada

saat melahirkan, hormon estrogen dan progesterone akan menurun

dan hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI

(Rini Yuli Astutik, 2014).

Proses pembentukan ASI di mulai sejak awal kehamilan, ASI

(Air Susu Ibu) di produksi karena pengaruh faktor hormonal, proses

pembentukan ASI di mulai dari proses terbentuknya laktogen dan

homon- hormon yang mempengaruhi terbentuknya ASI, proses

pembentukan laktogen dan hormon produksi ASI sebagai berikut :

a. Laktogenesis I

Produksi ASI pada awalnya tidak langsung dimulai dengan

hukum persediaan versus permintaan. Sejak akhir trimester 2 atau

awal trimester 3 kehamilan, kolostrum sudah mulai diproduksi.

Proses produksi ASI selama kehamilan ini sepenuhnya diatur oleh

hormon endokrin dan sistem pengendalian itu disebut sistem kendali

endokrin. Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu banyak karena

ditekan oleh kadar hormon progesteron yang tinggi. Ketika ibu

melahirkan, plasenta terlepas dari rahirn sehingga menyebabkan

kadar hormon progesteron turun. Efek berikutnya, kadar hormon

prolaktin yang berperan dalam produksi ASI meningkat. Karena

pengeluaran kolostrum pasca kelahiran ini masih diatur oleh hormon,

ibu tidak perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar (asalkan tidak

ada hal-hal yang menghambat pengeluarannya).


17

b. Laktogenesis II

Menurut Kelly Bonyata, IBCLC, fase laktogenesis ll terjadi

di 30-40 jam pasca kelahiran. Sedangkan sumber lain menyatakan

Iaktogenesis II terjadi pada hari ke-2 hingga ke-5 pasca kelahiran.

Pada fase ini, kolostrum sudah mulai berubah menjadi ASI transisi.

Aliran darah ke payudara meningkat sehingga payudara mulai terasa

lebih kencang dan berat. Kadar hormon progesteron terus menurun.

Akibatnya, horrnon prolaktin terus meningkat sehingga ASI mulai

diproduksi lebih banyak yang umumnya sudah terjadi pada hari ke-3

dan ke-4, pasca kelahiran.

c. Laktogenesis III

Laktogenesis Ill mulai terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-

1o pasca kelahiran. Dalam fase ini, bukan sistem kendali endokrin

lagi yang mengatur, melainkan sistem kendali autokrin/lokal. Makna

sistem kendali lokal adalah seberapa sering ASI dikeluarkan dan

seberapa baik payudara dikosongkan. lnilah yang merupakan

mekanisme kendali utama produksi ASI, atau sudah berlaku hukum

persediaan versus permintaan.

Pada tahap laktogenesis Ill dan seterusnya, produksi ASI di

tiap payudara bergantung pada seberapa sering ASI dikeluarkan

(baik melalui disusui Iangsung atau diperah) dan seberapa baik

pengosongan payudara. Jadi, bisa saja satu payudara tidak

menghasilkan ASI sama sekali, tetapi payudara yang Iainnya tetap


18

berproduksi dengan normal. Menyapih satu payudara saja tetap

memungkinkan, misalnya saat ibu mengalami mastitis berulang atau

menjalani operasi pada salah satu payudara (Monika,2014).

2. Hormon-hormon pembentuk ASI

a. Progesteron

Diproduksi di ovariuml indung telur dan plasenta.

Progesteron menghambat efek prolaktin selama kehamilan. Ketika

seorang ibu melahirkan, plasenta terlepas dari rahimnya sehingga

menyebabkan kadar hormon progesteron tumn. Efek berikutnya,

kadar hormon prolaktin meningkat. Bila terjadi masalah (misalnya

sebagian dari plasenta tetap berada di dalam rahim setelah bayi

lahir), produksi ASI tidak meningkat hingga hari ke-3 bahkan hari

ke-4. pasca kelahiran.

b. Estrogen

Diproduksi di ovarium indung telur, kelenjar adrenal, dan

plasenta. Harmon ini bertanggung jawab dalam perkembangan

jaringan payudara dan jaringan penghubungnya.

c. Prolaktin

Diproduksi di plasenta dan kelenjar anterior pituitary di otak.

Isapan bayi saat menyusu menyebabkan sinyal-sinyal dikirim ke

kelenjar hipotalamus (bagian kecil dari otak) untuk menghasilkan

hormon prolaktin yang kemudian beredar di dalam darah. Hormon


19

prolaktin berperan dalam produksi ASI. Oleh karena itu, setelah

melahirkan, segera susui bayi dan atau perah ASI dengan sering di

kisaran frekuensi 8-12 dalam 24 jam agar kadar hormon prolaktin

tetap tinggi.

Kadar hormon prolaktin sangat tinggi pada malam hari,

terutama antara pukul dua hingga empat dini hari sehingga

gunakanlah waktu tersebut untuk memerah ASI selain menyusui

sesuai keinginan bayi. Hormon prolaktin membuat ibu merasa rileks

dan mengantuk sehingga para ibu yang menyusui malam hari dapat

beristirahat dengan baik. Hormon prolaktin juga berfungsi menekan

ovulasi sehingga menyusui (terutama secara eksklusif) menjadi salah

satu pengaturjarak kehamilan alami.

Gambar 2.1 skema pelepasan Hormon Prolaktin dan Oksitosin


20

d. Oksitosin

Diproduksi di hipotalamus dan disimpan di kelenjar posterior

pituitary di otak. Saat bayi mengisap, rangsangan tersebut dikirim ke

otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam

darah, kemudian masuk ke payudara menyebabkan otot-otot di

sekitar alveoli berkontra ksi dan membuat ASI mengalir di saluran

ASI. Hormon oksitosinjuga membuat saluran ASI lebih lebar

sehingga ASI mengalir lebih mudah. Hormon oksitosin diproduksi

lebih cepat dan hormon prolaktin, bahkan hormon ini dapat bekerja

sebelum bayi mulai mengisap. Hal penting lainnya adalah hormon

ini berperan dalam kontraksi rahim pasca melahirkan yang sangat

berguna untuk mengurangi perdarahan dan membantu

mengembalikan kondisi rahim ibu.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhj keluarnya hormon

oksitosin, yaitu :

1) Isapan bayi saat menyusui

2) Rasa kenyamanan diri pada ibu menyusui

3) Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitosin ibu yang

sedang menyusui

4) Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam masa

menyusui eksklusif pada bayinya.

5) Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik (Nia Umar S, 2014)


21

Dari keempat hormon tersebut, hormon prolaktin dan

oksitosin paling berperan dalam produksi dan pengeluaran ASI

sehingga panting untuk menjaga kadarnya agar tetap tinggi.

3. Stadium Pembentukan ASI

ASI terbagi menjadi 3 stadium,yaitu:

a. Kolostrum (Susu Jolong)

Merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kclcnjar

payudara. Umumnya disekresi dari hari pertama sampai hari keliga

atau keempat. Komposisinya selalu berubah-ubah, merupakan cairan

viscous kental dengan wama kekuning-kuningan, lebih kuning

dibandingkan bdengan susu yang matur. Merupakan pencahar yang

ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi, lebih banyak

mengandung protein, antibodi dan mineral terutama natrium, kalium,

klorida serta kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan

dengan ASI yang matur. Total energy lebih rendah hanya 58

kalori/lOO ml kolostrum. Vitamin yang larut dalam lemak lebih

tinggi, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi

atau Iebioh rendah bila dibandingkan dengan ASI yang matur. Bila

dipanaskan akan menggumpal sedangkan ASI matur tidak pH lebih

alkalis dibandingkan dengan ASI matur. Terdapat tripsin, inhibitor,

sehingga hydrolis protein di dalam usus bayi menjadi kurang

sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi,

volume berkisar antara lSO-300ml/24 jam.


22

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara setelah melahirkan (4-7hari) yang berbeda karakteristik

flsik dan komposisinya dengan ASI matang, atau cairan tahap

pcrtama ASl yang dihasilkan selama masa kehamilan dan berakhir

beberapa hari setelah kelahiran bayi (2-4 hari), bcrwarna kuning

kcemasan atau krem (creamy), dengan volume 150-300mI/hari, serta

lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya.

b. Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASl peralihan dari ASi kolostrum sampai

menjadi yang matur. Disekresi dari keempat sampai hari kesepuluh

di masa laktasi, tetapi ada pula yang mcnyatakan tetjadi pada minggu

kctiga sampai minggu kelima. Kadar protein makin merendah

sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi dan volume

akan meningkat.

c. ASI Matur

Merupakan ASi yang disekresi pada hari kesepuluh dan

seterusnya, komposisi relatif komstan merupakan suatu cairan

berwama putih kekuningkuningan diakibatkan wama dari garam Ca-

Cascinat, Riboflavin dan karoten yang terdapal di dalam

(Edita,2019).
23

4. Jenis-jenis ASI

a. Foremilk

Foremilk merupakan ASI yang encer yang dapat di produksi

pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung

protein, laktosa serta nutrisi lainnya, akan tetapi kadar lemak pada

foremilk rendah. Foremilk di simpan pada saluran penyimpanan dan

keluar pada awal menyusui. Cairan foremilk lebih encaer

dibandingkan hindmilk, foremilk merupakan ASI yang keluar

pertama dan dapat mengatasi haus pada bayi.

b. Hindmilk

Hindmilk merupakan ASI yang mengandung tinggi lemak

dan memberikan zat tenaga/energi dan diproduksi pada akhir proses

menyusui. ASI hindmilk keluar setelah foremilk, sehingga bisa

dikatakan lain sebagai asupan utama setelah asupan pembukan. ASI

hindmilk sangat banyak, kental dan penuh lemak bervitamin.

Hindmilk mengantung lemak 4 – 5 kali dibandingkan dengan

foremilk. Akan tetapi seorang bayi tetap membutuh foremilk dan

hindmilk (Rini Yuli Astutik, 2014).

5. Jumlah Produksi ASI

Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi setelah melahirkan pada

hari pertama adalah berupa kolostrum dengan volume 10 – 100cc, dan

pada hari ke 2 sampai ke 4 akan meningkat dengan volume sekitar 150

– 300ml/24 jam. Produksi ASI setelah 10 hari dan seterusnya


24

melahirkan sampai bayi berusia tiga bulan atau disebut dengan ASI

matur, ASI dapat berproduksi sekitar 300 - 800ml/hari, dan ASI akan

terus meningkat pada hari atau minggu seterusnya (Rini Yuli Astutik,

2014).

6. Manfaat ASI

Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, khususnya

pemberian ASI secara eksklusif, ASI eksklusif merupakan pemberian

minum ASI secara murni yaitu bayi hanya di berikan ASI saja tanpa ada

makanan atau minuman tambahan selama 6 bulan penuh. Manfaat

pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu bayi, manfaat pemberian ASI

bagi ibu dan bayi sebagai berikut :

a. Manfaat ASI bagi bayi

1) ASI hari pertama yang berbentuk cairan kekuningkuningan

(Kolos,mnbgfrtrum) mengandung zat kekebalan (IgA) yang

melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga

membantu pengeluaran kotoran pertama bayi (Mekonium).

Kolostrum mengandung vit A tinggi, karbohidrat, protein dan

rendah Iemak yang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dihari-

hari pertama kehidupannya.

2) ASI mengandung zat gizi lengkap yang komposisinya dapat

berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan pertumbuhan dan

usia bayi. Sehingga menjadikan ASI adalah makanan kaya gizi


25

berkualitas tinggi, yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan

perkembangan optimal bayi, Bunda.

3) ASI mengandung Taurin untuk proses pematangan sel otak,

juga mengandung DHA dan AA. Zat-zat panting ini membuat

anak ASI mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi daripada

anak yang tidak mendapat ASI.

4) ASI mengandung zat imunologi yang melindungi bayi dari

infeksi. Bayi ASI berisiko lebih rendah menderita penyakit

gangguan pencernaan, alergi, asma, diabetes. obesitas, kanker

di usia kanak-kanak, penyakit gangguan saluran pernapasan,

infeksi kandung kemih dan sindrom kematian bayi mendadak.

5) Proses menyusul membuat ikatan kaslh sayang antara bayi dan

Bunda semakin terjalin indah. Bayi yang terpenuhi kebutuhan

sentuhan dan emosionalnya (merasa dicintai) akan tumbuh

menjadi anak sehat, percaya diri dan bersinar.

b. Manfaat ASI bagi ibu

1) Proses menyusui dapat merangsang terjadinya kontraksi uterus

(rahim), sehingga dapat mencegah terjadinya pendarahan pada

masa nifas, Bunda.

2) Dengan menyusui bayi secara optimal maka akan membuat

proses Iaktasi berjalan Iancar, sehingga Bunda dapat terhindar

dari penyakit seperti bendungan ASI. mastitis. payudara

bengkak, bahkan kanker payudara.


26

3) Proses menyusui dapat membuat Bunda nifas segera pulih

kembali. selain itu dapat membantu menurunkan berat badan

sehingga kembali normal.

4) Menyusui dengan eksklusif dan dilanjutkan hingga usia anak 2

tahun, adalah kewajiban dari seorang Ibu. Jika Bunda

menjalankan ini berarti Bunda telah memenuhi hak anak dan

telah menjadi seorang Ibu yang bertanggung jawab.

5) Menyusui secara Eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan

serta menjadi alat kontrasepsi (KB) alami. Disebut Metode

Amenorea Laktasi (MAL). Syarat MAL ada 3: Tidak haid,

Menyusui secara eksklusif. dan umur bayi kurang dari 6 bulan.

6) Dengan menyusui bayi secara eksklusif akan menghemat

pengeluaran rumah tangga (lebih ekonomis) selama 6 bulan

usia bayi (Wulan dan dr.Zuhra, 2017).

2.1.2 Pijat Oksitosin

1. Pengertian pijat oksitosin

Pijat ASI merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. ijat Oksitosin adalah pemijatan pada

daerah tulang belakang leher, punggung, atau sepanjang tulang

bclakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam. Pijat

oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu


27

menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang

dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan pada ibu.

sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui.

Oksitosin diproduksi oleh kelenjar pituitari posterior

(neurohipofisis). Saat bayi mengisap areola akan mcngirimkan

stimulasi ke neurohipofisis untuk memproduksi dan melcpaskan

oksitosin secara intermiten. Okeitosin akan masuk ke aliran darah ibu

dan merangsang sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi membuat ASI

yang telah terkumpul di dalamnya mengalir ke saluran-saluran duktus

(Anik,2016).

2. Tujuan Pijat Oksitosin

Tujuan pijat oksitosin menurut Anik (2016) :

a. Membantu ibu secara psikologis, menenangkan, dan tidak stres.

b. Membangkitkan rasa percaya diri.

c. Membantu ibu agar mcmpunyai pikiran dan perasaan baik tentang

bayinya.

d. Meningkatkan ASI

e. Memperlancar ASI.

f. Melepas lelah.

3. Langkah-langkah pijat oksitosin

Menstimulasi refleks oksitosin penting dalam menyusui atau

memberikan ASI, sebelum ASI diperah atau menggunakan pompa.


28

Refleks oksitosin membuat aliran ASl dari payudara menjadi lancar.

sehingga menyusui semakin lancar dan mengurangi bendungan saluran

ASl.

Berikut langkah pijat oksitosin:

a. Ibu duduk membungkuk rileks. agar bisa dapat terciptakan duduk

demikian bisa dengan meletakkan kedua tangannya di kursi

ataupun sandaran yang terletak di depannya.

b. Bebaskan punggung ibu dari pakaiannya.

c. Kedua ibu jari pemijat dicelupkan kedalam baby oil. Ialu lakukan

gerakan pada punggung. tepatnya di samping tulang punggungnya.

d. Kepal kedua tangan seperti tinju dan ibu jari menghadap ke arah

atas/depan Lakukan gerakan melingkar dengan kedua ibu jari dari

leher ke arah tulang belikat selama 2 3 menit. Lakukan untuk

beberpa kali sampai ibu merasakan lebih rileks.

e. Kemudian bisa mengecek pengeluaran air susu ibu dengan cara

memencet puting payudara ibu (Nur furi,2020).

Gambar 2.2. Pijat Oksitosin


29

2.1.3 Pijat OKE

Pijat OKE merupakan pijat kombinasi Endhorphin dan

Oksitosin.Pijat OKE merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI ,memberikan kenyamanan pada ibu, ,

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin dan

edhorphin.

1. SOP pijat OKE

Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :

a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)

b. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang

bayinya

Alat –alat yang digunakan :

a. Handuk 2 buah

b. Waslap 2 buah

c. Baskom berisi air hangat dan air dingin masing-masing buah

d. Handuk

e. Baby oil atau minyak

Langkah-langkah melakukan pijat OKE sebagai berikut:

a. Menjelaskan bahwa perlu seseorang (anggota keluarga) untuk

membantu anda melakukan pemijatan

b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

c. Mengajari anggota keluarga untuk mencuci tangan

d. Meminta ijin ibu untuk memulai


30

e. Mempersilahkan ibu untuk duduk dengan santai dan nyaman (duduk

dengan kaki menapak pada lantai (jika kaki tidak dapat menapak

pada lantai, usahakan untuk menambahkan kursi kecil/benda lain

yang dapat membuat kaki tidak menggantung) serta membayangkan

bayinya

f. Melepaskan baju ibu bagian atas

g. Memasang handuk

h. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

i. Anjurkan ibu untuk bernafas dalam, sambil memejamkan mata

dengan lembut untuk beberapa saat. Setelah itu mulai mengelus

permukaan luar lengan ibu, mulai dari tangan sampai lengan bawah.

Belaian ini sangat lembut dan dilakukan dengan menggunakan jari-

jemari atau hanya ujung- ujung jari.

j. Setelah kira-kira lima menit, berpindah ke lengan yang lain.

Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan di kedua lengan ibu, ibu

akan merasakn bahwa dampaknya sangat menenangkan di sekujur

tubuh.

k. Setelah itu Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal

atau bisa juga dengan posisi duduk

l. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke

depan
31

m. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

n. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah

bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

o. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

p. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin

secara bergantian.

q. Menganjurkan untuk melakukanlah pijat ini di tempat dimana ibu

merasa aman dan nyaman

r. Menanyakan kembali apa yang sudah diajarkan dan dijelaskan

Pemijatan dilakukan selama 10 menit dilakukan 2 kali dalam

sehari

2. Pengukuran efektivitas pijat OKE

Pengukuran berupa pretest dan posttest dengan observasi

tanda-tanda kelancaran pengeluaran ASI. Pertanyaan tanda-tanda

kelancaran ASI sebagai berikut:

a. Payudara ibu tegang sebelum disusukan

b. ASI merembes dari puting susu.

c. Bayi menyusu > 6 kali per-hari

d. Pengeluaran ASI (ml)


32

2.1 Kerangka Teori

Post Partum Hormon yang


mempengaruhi produksi
ASI :

perubahan fisiologis yang a. Progesteron


memepengaruhi post partum: b. Estrogen
c. Prolaktin
a. Perubahan sistem reproduksi d. Oksitosin
a.Involusi uterus Proses pembentukan
b. Involusi tempat ASI:
plasenta a. Laktogenesis I Faktor yang
c.Lochea b. Laktogenesis II mempengaruhi keluarnya
d. Serviks dan hormon oksitosin :
c. Laktogenesis III
vagina a. Isapan bayi saat
b. Perubahan sistem pencernaan menyusu
1) Kadar progesteron b. Dukungan suami
menurun dan keluarga
2) Sekresi saliva normal Produksi ASI c. Pijat oksitosin
3) Asam lambung normal
d. Rasa kenyamanan
4)Uterus kembali ke ukuran
diri ibu saat
semula
Faktor yang menyusui (
5)Pembuluh darah kembali
menghambat produksi edhorphin)
ke ukuran semula
c. Perubahan sistem perkemihan ASI: e. Keadaan psikologi
a. Estrogen menurun ibu yang baik
d. Perubahan sistem
muskuloskeletal b. Progesteron
e. Perubahan sistem endokrin Produksi ASI
menurun
1) Hormon plasenta c. Isapan bayi tidak
2) Hormon pituitary Kuat
3) Hormon oksitosin d. Faktor penghambat
4) Perubahan tanda-tanda prolaktin menurun
vital
5) Perubahan sistem
kardiovaskuler

Sumber : (Fitri, 2017), (Sutanto,2018), (Rini Yuli Astutik, 2014), (Monika,2014),

(Edita,2019), (Wulan dan dr.Zuhra, 2017), (Anik,2016), (Nur furi,2020).


33

2.2 Kerangka Konsep

Pijat OKE Produksi ASI

Variable Independent Variabel Dependent

2.3 Hipotesis

Metode pijat “OKE” (Oksitosin dan Endhorpin), lebih efektif terhadap ibu –

ibu yang bermasalah dalam pengeluaran ASI.

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian penelitian

No Nama Pengarang Judul Metodologi Hasil Penelitian


Penelitian
1. Tresia Umarianti, Efektivitas Metode Hasil yang didapatkan dari 30
Kartika Dian Metode Bom kuasi sampel adalah nilai p value
Listyaningsih, Terhadap eksperimen sebesar 0,000< 0,05 sehingga
Rahajeng Produksi Asi dapat disimpulkan ada perbedaan
Putriningrum bermakna antara dua kelompok,
dimana metode BOM (Breastcare,
Oxytocin, and Marmet
Teachnique) sangat efektif
terhadap Produksi ASI
2. Pri Widayati Penerapan Metode Hasil penelitian menunjukan
Pijat deskriptif adanya perbedaan kelancaran
Endorphine analitik. produksi dan pengeluaran ASI.
Terhadap Setelah dilakukan pijat endorphin
Kelancaran pengeluaran ASI meningkat dari 1
Produksi Dan ml menjadi 5,5 ml (Ny. Su), 2 ml
Pengeluaran menjadi 7 ml (Ny. Wi), 0 ml
Asi Pada Ibu menjadi 4,1 ml (Ny. Wa), 3 ml
Nifas menjadi 7 ml (Ny. Ra) dan 0 ml
Di Puskesmas menjadi 6 ml (Ny. Tu).
Buayan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan, memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validity suatu hasil (Nursalam, 2011). Berdasarkan

jenisnya, peneliti ini adalah pra experiment (kegiatan percobaan yang

bertujuan untuk mengetahui suatu pengaruh yang timbul sebagai akibat

adanya perlakuan tertentu) dengan menggunakan one shoot case study

yaitu rancangan penelitian yang terdapat satu kelompok diberi treatment

(perlakuan) dan selanjutnya di observasi hasilnya (treatment) adalah

sebagai variabel independen dan hasilnya sebagai variabel dependen

(Ramlan, 2013). Rancangan ini untuk mengetahui efek sebelum dan

sesudah perlakuan, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

Tabel 3.1 One shoot case study (Ramlan, 2013).

Perlakuan Post test


X P

Keterangan :

X : Pelaksanaan pijati oksitosin

34
35

P : Pengukuran kedua dilakukan observasi tanda-tanda

kelancaran pengeluaran ASI.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunya kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011 ).

Pada penelitian ini populasinya adalah ibu post partum di

Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar dalam satu tahun

sejumlah 665 ibu post partum, sedangkan selama satu bulan ada 55

ibu post partum.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Hidayat, 2010). Teknik pengambilan sampel menggunakan

accidental sampling yaitu ibu nifas yang datang secara berurutan dan

memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian jumlah

subyek yang diperlukan terpenuhi.


36

Sampel sebaiknya memiliki kriteria yang dikehendaki yaitu :

1. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam

menentukan kriteria inklusi. kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Ibu Primipara dan Multipara

b. Ibu nifas hari 1 dan memiliki masalah pengeluaran ASI

2. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Ibu yang menolak menjadi responden

b. Kondisi ibu dan bayi tidak sehat pada kasus

kegawatdaruratan

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dilakukanya penelitian.

Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting

dalam penelitian kualitatif, karena dengan ditetapkannya lokasi

penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga


37

mempermudah penulis dalam melakukan penelitian (Hermawan,

2019). Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jumantono,

Kabupaten Karanganyar.

3.3.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan oleh peneliti

untuk mengimplentasikan rencana yang sudah direncanakan

(Hidayatullah, 2019). Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari

perencanaan ( Penentuan masalah) sampai dengan penyusunan

proposal bulan April sampai bulan Juli.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.4.1. Variable

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu (Soeparto dkk, 2000 dalam Nursalam, 2011).

1. Variabel Independen (bebas) Variabel independen adalah variabel yang

nilainya menentukan variabel lain. Dalam penelitian ini yang termasuk

variabel independen yaitu, pijat OKE.

2. Variabel Dependen (terikat) Variabel dependen adalah variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain, variabel terikat

yaitu faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan dan pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang


38

termasuk variabel dependen yaitu, volume ASI ibu menyusui hari

pertama.

3.4.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011)

Tabel Definisi Operasional Perbandingan Pijat OKE Secara Serial

dan Interval Terhadap Perubahan Volume ASI Ibu Menyusui hari pertama.

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Variabel Teknik pijat oksitosin Prosedur Nominal Ya
Independen OKE Tahap tindakan Tidak
Pijat melakukan pijat OKE
oksitosin pijat OKE
yang meliputi
1. Lokasi
2. Waktu
3. Cara
Variabel Banyaknya Kurang dari Gelas ukur Ordinal >85
Dependen volume ASI kebutuhan bayi ml/kali
Volume ASI yang keluar Cukup untuk =
ibu setiap kali kebutuhan bayi Volume
menyusui ibu menyusui Lebih dari ASI
hari pertama kebutuhan bayi mening
kat 45-
85
ml/kali
=
Volume
ASI
tetap
<45
ml/kali
=
Volume
ASI
menuru
n
39

3.5 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih

mudah diolah, instrument penelitian berupa angket, checklist, lembar

observasi pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat

pemeriksaan laboratorium (Saryono, 2011).

1. Instrument variabel pijat OKE

Instrument peneliatan yang digunakan pada variabel pijat OKE

adalah dengan pedoman pelaksanaan pijat OKE (SOP).

2. Instrument variabel kelancaran ASI

Sedangkan untuk instrument variabel kelancaran pengeluaran ASI

menggunakan Observasi. Observasi dalam penelitian ini terdiri

dari materi tanda-tanda andanya kelancaran pengeluaran ASI.

Dengan jumlah 7 pertanyaan.

3.5.2. Cara pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan

peneliti untuk mengungkapkan dan menjaring informasi kuantitatif

dari responden sesuai lingkup peneliti (sajarweni, 2014). Prosedur

yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengurus surat pengantar penelitian ke Universitas Kusuma

Husada Surakarta.
40

2. Mengurus surat ijin penelitian ke Dinas Kesehatan Karanganyar

3. Mengurus surat ijin penelitian ke Bidan Kecamatan Jumantono

4. Melakukan survey awal atau studi pendahuluan

5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila

6. bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

inform consent

7. Melakukan observasi sebelum dilakukan pijat oksitosin

8. Memberikan pijat oksitosin kepada responden

9. Melakukan observasi setelah di berikan pijat oksitosin

10. Setelah observasi dilakukan, peneliti melakukan analisa data

11. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik Pengumpulan Data Berikut ini akan dijelaskan

beberapa cara pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

yaitu responden yang memenuhi kriteria akan diukur volume ASInya

dan dilakukan Observasi sebelum dilakukan tindakan pijat OKE

dengan gelas ukur. Kemudian peneliti akan melakukan tindakan pijat

oksitosin sesuai prosedur, pemijatan selama 10 menit dilakukan 2 kali

dalam sehari jam 8 pagi, setelah itu dilakukan pengukuran volume

ASI dan Observasi lagi sesudah dilakukan tindakan pijat OKE dengan
41

menggunakan gelas ukur. Pada tahap ini peneliti menggunakan

langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu : penyuntingan

(editing), pengkodean (coding), skoring dan tabulasi (Cahyono,

2018).

3.6.2. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui observasi,

sebagai obyek penelitian yaitu ibu menyusui hari pertama yang

memenuhi kriteria sampel. Pada responden diberikan intervensi

berupa pijat OKE. Sebelumnya peneliti mengobservasi (mengukur)

volume ASI ibu sebelum dilakukan intervensi. Setelah itu dilakukan

kembali observasi (mengukur) volume ASI ibu sesudah dilakukan

intervensi. Data yang telah terkumpul disajikan dengan menggunakan

tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase dan

narasi.

Cara analisa data :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu

variabel atau setiap variabel. Analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini analisa univariat akan disajikan dalam

bentuk tabel, distribusi dan presentase pada variabel independen

dan dependen. Pada variabel independen akan disajikan analisa

univariat menggunakan pijat OKE. Pada variabel dependen


42

analisa univariat adalah perubahan volume ASI dengan kategori

meningkat, tetap dan menurun. Berikut ini adalah rumus

perhitungan presentase (Sudjono, 2009 dalam Hikmah, 2016)

Rumus

Persentase (%) = f x 100%

Keterangan :

f = Jumlah skor pasien

N = Jumlah pasien

2. Analisa Bvariat

Analisa bvariat adalah analisa yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan analisa bevariat

untuk melihat atau menganalisis perbandingan pijat OKE secara

serial dan interval terhadap perubahan volume ASI ibu menyusui

di wilayah Puskesmas Jumantono kabupaten Karanganyar. Uji

statistik yang digunakan adalah nonparametrik, untuk mengetahui

pre dan post. dalam kelompok di uji dengan uji wilcoxon. Alat uji

statistik menggunakan SPSS (Statistical Program for Social

Science).
43

Gambar 3.2. Rumus uji wilcoxon

3.7 Etika Penelitian

3.7. 1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Bentuk informed consent dilakukan peneliti degan cara

memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden dan apabila

setuju untuk menjadi reponden maka tanda tangan disurat

persetujuan.
44

3.7. 2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama. Peneliti pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3.7. 3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaan oleh penelitian, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011). Dalam

penelitian ini peneliti menjamin kerahasian responden baik informasi

atau masalah-masalah lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Aprillia,yesie.2010. Hipnostetri: Rileks, nyaman dan aman saat hamil &

Melahirkan.Jakarta: Gagas Media.

Dadang, A. M. 2020. Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia, Etos Kerja

Dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pemberdayaan

Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Biak Numfor. Jawa Timur:

Qiara Media.

Ekasari, Tutik.2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. Sulawesi

selatan: Yayasan Ahmar Cendikia Indonesia.

Hermawan, Iwan. 2019. Teknik Menulis Karya Ilmiah Berbasis Aplikasi dan

Metodologi. Kuningan: Hidayatul Quran.

Homsiatur Rohmatin, Agustina Widayati dan Umi Narsih. 2019. Mencegah

Kematian Neonatal dengan P4K. Yogyakarta:Laksana

Kasdu, Dini. 2014. Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Kuswandi, Lanny.2014. Gentle Hypnobirthing A Gentle Way To Give Birth.

Jakarta:Pustaka bunda.

Linda, Edita. 2019. ASI Eksklusif. Cilacap: Yayasan Jamiul Fawaid

Lubis, Namora Lumongga. 2016. Psikologi Kespro. Wanita dan Perkembangan

Reproduksinya : Ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologinya. Jakarta: PT

Fajar Interpratama Mandiri.

Monika.2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui.Jakarta:Naura books.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Pantiawati Ika, Saryono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Rahayu, Anik Puji. 2016.Panduan praktikum keperawatan maternitas.

Yogyakarta: deepublish

Wulan Mulya Pratiwi dan dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed.2017. Diary Pintar

Bunda Menyusui dan MP-ASI.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wulandari,Nur Furi.2020. Happy Exclusive Breastfeeding.Yogyakarta:Laksana


Lampiran 1. Usulan topik penelitian

USULAN TOPIK PENELITIAN (F.01)

Nama Mahasiswa : Tika Nori Cahyanti


NIM : AB191037
Topik Penelitian : Efektivitas Pijat OKE Dalam Kelancaran Produksi Asi
Pada Ibu Post Partum Di Kecamatan Jumantono
Kabupaten karanganyar
Latar belakang penelitian secara singkat
ASI adalah makanan alami untuk bayi karena mengandung
nutrisi yang seimbang fdan sempurna untuk tumbuh kembang buah
hati.Meberikan asi akan memberikan maanfaat ganda bagi ubu dan
bayi.
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi,
UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui
air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI
dilanjutkansampai bayi berumur dua tahun(WHO, 201 8).Agar ibu
dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO
merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam
pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman, termasukair, menyusui sesuai permintaan
atau sesering yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol
atau dot (WHO, 2018).
Asi di pengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin.
Penyebab\ penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari -hari
pertama setelah melahirkan , karena pengaruh kurangn ya rangsangan
untuk pengeluaran hormon jadi berpengaruh dalam kelancaran dan
produksi ASI dan produksi. Solusi untuk mengatasi produksi ASI
agar lancar dengan melakukan pemijatan pada daerah tulang
belakang leher, punggung atau sepanjang tulang belaka ng
(vertebrae) sampai tulang costae kelima sampai keenam.

Rumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas Pijat OKE Dalam Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu
Post Partum ?

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan pada ibu nifas dengan pijat OKE untuk kelancaran
produksi asi pada ibu post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu nifas yang produksi dan pengeluaran ASI
belum keluar atau tidak lancar yang menyangkut umur, pendidikan
terakhir dan pekerjaan.
b. Mengetahui efektivitas pijat OKE pada produksi ASI yang dilihat dari
payudara ibu terlihat tegang, merembes keluar sebelum disusukan, bayi
menyusu > 6 kali per-hari, bayi tertidur 3-4 jam setelah menyusu, bayi
BAK 6-8x/hari dan pengeluaran ASI di ukur pada hari ke-1 (sebelum
pemijatan) sampai ke-3 (setelah pemijatan).

Pembimbing 1 :Tresia Umarianti, SST.,M.Kes


Pembimbing 2 : Ika Budi Wijayanti, SST.,M.Sc

Judul penelitian yang sudah disetujui oleh pembimbi


Efektivitas Pijat OKE Dalam Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum
Lampiran 3. Pengajuan ijin studi pendahuluan

PENGAJUAN IJIN STUDI PENDAHULUAN

Nama : Tika Nori Cahyanti


NIM : AB191037
Tempat Penelitian : Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar
Waktu Penelitian : Agustus – Oktober 2020
Judul Skripsi : Efektivitas Pijat Oke Dalam Kelancaran Produksi Asi
Pada Ibu Post
Partum Di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar

Surakarta , 15 Juli 2020

Pemohon,

( Tika Nori Cahyanti )


Lampiran 4. Informed consent

INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini saya sebagai suami/ keluarga/ diri saya:
Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden atau pasien yang diteliti oleh
mahasiswa Prodi Sarjana Kebidanan Universitas Kusuma Husada Surakarta:

Nama : Tika Nori Cahyanti

NIM : AB191037
Demikian surat pernyataan ini di buat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya

Karanganyar.

( )

Keterangan :
*Coret yang tidakperlu
Lampiran 5. Lembar wawancara

LEMBAR WAWANCARA

IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Alamat :
PA :
1. Apa pekerjaan ibu?
a. Ibu Rumah Tangga
b. Wiraswasta
c. PNS
d. Lain-lain
2. Apakah suami/keluarga setuju jika bayi hanya diberikan ASI saja selama 6
bulan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Apakah ibu mengkonsumsi obat tradisional untuk memperlancar ASI?
a. Ya, yaitu.....
b. Tidak
4. Apakah ibu melakukan tradisi pantangan makanan tertentu setelah
melahirkan ini?
a. Ya, alasannya......
b. Tidak
5. Makanan yang di konsumsi setelah melahirkan............
Lampiran 6. Cheklist pijat OKE

Prosedur Penatalaksanaan Pijat Endhorphin &Oksitosin

No Aspek Yang Dinilai


Persiapan Alat:
1. Handuk 2 buah
2. Waslap 2 buah
3. Baskom berisi air hangat dan air dingin masing-masing 1 buah
4. Handuk
5. Baby oil atau minyak

A. Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
2. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada klien
2. Memperkenalkan diiri
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
Keluarga

C. Tahap Kerja

1) Menjelaskan bahwa perlu seseorang (anggota keluarga) untuk membantu


anda melakukan pemijatan
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

3) Mengajari anggota keluarga untuk mencuci tangan

4) Meminta ijin ibu untuk memulai

5) Mempersilahkan ibu untuk duduk dengan santai dan nyaman (duduk


dengan kaki menapak pada lantai (jika kaki tidak dapat menapak pada
lantai, usahakan untuk menambahkan kursi kecil/benda lain yang dapat
membuat kaki tidak menggantung) serta membayangkan bayinya

6) Melepaskan baju ibu bagian atas

7) Memasang handuk
8) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
9) Anjurkan ibu untuk bernafas dalam, sambil memejamkan mata dengan
lembut untuk beberapa saat. Setelah itu mulai mengelus permukaan luar
lengan ibu, mulai dari tangan sampai lengan bawah. Belaian ini sangat
10) Setelah kira-kira
lembut dan lima dengan
dilakukan menit, menggunakan
berpindah ke jari-jemari
lengan yang lain.
atau Walaupun
hanya ujung-
sentuhan
ujung jari.ringan ini dilakukan di kedua lengan ibu, ibu akan merasakn
bahwa dampaknya sangat menenangkan di sekujur tubuh.

11) Setelah itu Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau
bisa juga dengan posisi duduk

12) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
13) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

14) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah,
dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
15) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
16) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.
17) Menganjurkan untuk melakukanlah pijat ini di tempat dimana ibu merasa
aman dan nyaman
18) Menanyakan kembali apa yang sudah diajarkan dan dijelaskan
Lampiran 7. Lembar observasi

LEMBAR OBSERVASI

Nama bayi dan ibu (inisial):


Umur bayi :

Hari ke-1
Sebelum Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7
Kriteria
pijat
1. Payudara ibu
tegang sebelum
disusukan
2. ASI merembes dari
puting susu.
3. Bayi menyusu > 6
kali per-hari
4. Durasi saat bayi
menyusui
5. Pengeluaran ASI
stelah dilakukan
pemijatan(ml)
6. Keluarga yang
memijat
LEMBAR OBSERVASI

Hari ke-1 Hari ke- 2


No Nama Umur PA Pekerjaan Pendidikan
a b c d e f a b c d e f
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Hari ke- 3 Hari ke- 4 Hari ke-5 Hari ke 6
No
a b c d e f a b c d e f a b c d e f a b c d e f
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Hari ke- 7
No
a b c d e f
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Keterangan
a : Payudara ibu tegang sebelum disusukan
+ : Tegang
- : Tidak tegang
b : ASI merembes dari puting susu
+ : Merembes
- : Tidak merembes
c : Bayi menyusu > 6 kali per-hari
d : Durasi saat bayi menyusui
e : Pengeluaran ASI stelah dilakukan pemijatan (ml)
f : Keluarga yang memijat
LEMBAR REVISI UJIAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Tika Nori Cahyanti


NIM : AB191037
Judul : Efektivitas Pijat Oke Dalam Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post
Partum Di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar
BAB, SUB BAB, HALAMAN SARAN/MASUKAN

Surakarta, 6 Agustus 2020


Penguji

( )

Anda mungkin juga menyukai