Anda di halaman 1dari 58

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP

PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM


DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

PROPOSAL PENELITIAN

EKA DENNY WIDYASTUTI


NIM. 200411008

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP
PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Kebidanan


(S.Keb) Pada Program Studi S1 Keperawatan Institut Teknologi Kesehatan &
Sains Wiyata Husada Samarinda

EKA DENNY WIDYASTUTI


NIM. 200411008

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP


PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
EKA DENNY WIDYASTUTI
NIM. 200411008
Pembimbing,

(……………………………)
NIK. ………………..

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kebidanan

Hestri Norhapifah, S.ST, M.Keb


NIK. 114104901129

Proposal Telah Disetujui


Tanggal Juli 2021
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP


PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
EKA DENNY WIDYASTUTI
NIM. 200411008

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji


Pada Tanggal ……………………..2021
Penguji I

………………………………..
NIK ……………………………
Penguji II

………………………………..
NIK ……………………………
Penguji III

………………………………..
NIK ……………………………
Mengesahkan Mengetahui,
Ketua ITKES Wiyata Husada Samarinda Ketua Program Studi

Dr. Eka Ananta Sidharta, CA,CFrA Hestri Norhapifah, S.ST, M.Keb


NIK …………………………… NIK. 114104901129
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Eka Denny Widyastuti
NIM : 200411008
Program Studi : S.1 Kebidanan
Judul Laporan Tugas Akhir : Efektifitas Pemberian Kompres Daun Kubis
Terhadap Pembengkakan Payudara Pada Ibu
Post Partum Di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan
Menyatakan bahwa skripsi/ karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Samarinda,
Yang membuat pernyataan,

Eka Denny Widyastuti


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan BimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Efektifitas Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan”.
Penyusunan proposal ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan S1 Kebidanan di Institut Kesehatan dan Sains Wiyata
Husada Samarinda.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal penelitian ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
2. Bapak Dr.Eka Ananta Sidharta, CA.,CfrA , selaku Rektor Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
3. Ibu Hestri Norhapifah, S.ST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
4. Ibu …………………., SST., M.Keb selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan proposal penelitian
5. Ibu ………………, S.ST, M.Keb yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal penelitian
6. Ibu ………………, S.ST,M.Kes yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal penelitian
7. Suami dan anak-anak yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan
moril maupun materiil yang tak ternilai harganya serta dan doa kasih
sayangnya kepada peneliti.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan di Reguler Transfer Program Studi
Kebidanan Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada
Samarinda, kalian adalah saudara perjuangan terbaik bagi peneliti.
9. Kepada Semua pihak yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh
data yang saya perlukan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah
diberikan kepada peneliti. Demi kesempurnaan proposal ini peneliti
mengharapkan kritik, masukan dan saran yang sifatnta membangun, guna
perbaikan selanjutnya. Akhir kata peneliti berharap semoga proposal ini berguna
dan bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan saran untuk menambah
wawasan, khusunya dalam ilmu kebidanan

Samarinda, Juli 2021

Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Eka Denny Widyastuti
NIM : 200411008
Program Studi : S1 Sarjana Kebidanan

Dengan ini menyetujui dan memberikan hak kepada ITKES Wiyata Husada
Samarinda atas proposal penelitian saya yang berjudul :

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP


PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak ini, ITKES Wiyata
Husada berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, Juli 2021


Yang menyatakan

Eka Denny Widyastuti


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv
KATA PENGANTAR v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR BAGAN xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Keaslian Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Wanita Usia Subur 9
1. Pengertian Wanita Usia Subur 9
2. Tanda-tanda Wanita Usia Subur 10
3. Perhitungan Masa Subur 12
4. Alat Reproduksi Wanita 14
5. Siklus Menstruasi Pada Wanita 14
6. Penyakit Kelamin yang biasa terjadi pada Wanita Usia Subur 15
B. Organ Reproduksi Wanita 17
1. Pengertian Organ Reproduksi Wanita 17
2. Anatomi Dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita 18
3. Macam-macam Penyakit Pada Organ Reprodukasi 20
C. Keputihan/ Fluor Albus 22
1. Pengertian Fluor Albus 22
2. Macam-macam Keputihan 23
3. Gejala Keputihan 23
4. Penyebab Keputihan 24
5. Dampak Keputihan 25
6. Pencegah Keputihan 26
7. Penatalaksanaan Keputihan 27
D. Perineal Hygiene 27
1. Pengertian Perineal Hygiene 27
2. Tujuan Perineal Hygiene 28
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perineal Hygiene 28
4. Cara Memelihara Organ Reproduksi 28
E. Daun Sirih Hijau (Piper Betle L) 3
1. Deskripsi Tanaman 31
2. Klasifikasi Tanaman 32
3. Kandungan Nutrisi dan Senyawa Alami 32
4. Khasiat 33
5. Efek Samping Daun Sirih 33
6. Cara Pemberian Sirih Hijau (Piper Betle L) 34
F. Kerangka Teori 35
G. Hipotesis Penelitian 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36
A. Jenis dan Desain Penelitian 36
B. Kerangka Konsep 36
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
D. Populasi dan Sampel 37
E. Teknik Pengambilan Sampel 38
F. Kerangka Kerja Penelitian 39
G. Variabel Penelitian 40
H. Definisi Operasional 40
I. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 41
1. Alat dan Bahan 41
2. Instrumen Penelitian 41
3. Prosedur Penelitian 42
4. Pengolahan Data 42
5. Analisa Data 44
J. Etika Penelitian 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional 40


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Eksternal 18


Gambar 2.2 Organ Reproduksi Internal 19
Gambar 2.3 Daun Sirih Hijau (Piper Betle L) 32
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 35


Bagan 3.1 Desain Penelitian 35
Bagan 3.2 Kerangka Konsep 37
Bagan 3.3 Kerangka Kerja Penelitian 39
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Kepada Calon Responden


Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Informed Consent
Lampiran 4 : Satuan Acara Kerja
Lampiran 5 : SOP Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Hijau (Piper Betle L)
Lampiran 6 : Kuesioner Data Demografi
Lampiran 7 : Lembar Kuisioner Pre-test
Lampiran 8 : Lembar Kuisioner Post-test
Lampiran 9 : Lembar Kuisioner Pertanyaan Tambahan
Lampiran 10 : Leaflet
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling diutamakan
untuk bayi. Telah banyak penelitian di berbagai negara memberikan bukti
bahwa menyusui memiliki manfaat jangka pendek dan jangka panjang untuk
ibu dan bayi. Sebagian besar ibu yang menyusui merasakan pengalaman yang
sangat memuaskan, baik secara fisik maupun emosional. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan pentingnya menyusui untuk
jangka waktu lebih dari enam bulan, dan sebagian besar negara, sudah
mempromosikan pemberian ASI eksklusif (Boi, et al., 2017 dalam Ariescha,
dkk. 2020).
WHO melaporkan bahwa secara global rata-rata angka pemberian ASI
eksklusif di dunia pada tahun 2017 hanya sebesar 38%, WHO menargetkan
pada tahun 2025 angka pemberian ASI eksklusif pada usia 6 bulan pertama
kelahiran meningkat setidaknya 50%. Secara nasional, cakupan bayi
mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar 68,74%. Angka tersebut
sudah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu 47%. Persentase tertinggi
cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa Barat
(90,79%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Gorontalo
(30,71%). Data Provinsi Kalimantan Timur sebesar 70,02% juga sudah
melampaui target Renstra tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019). Cakupan ASI
eksklusif Kota Balikpapan tahun 2017 sebesar 75,09% terjadi peningkatan
dari tahun 2016 (73,60%) (Dinkes Kota Balikpapan, 2018).
Salah satu masalah umum yang berhubungan dengan menyusui adalah
pembengkakan payudara (breast engorgement). Engorgement didefinisikan
sebagai pembengkakan dan gangguan ketegangan payudara, biasanya pada
hari-hari awal inisiasi laktasi, yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah
serta datangnya ASI awal (Berens & Brodribb, 2016 dalam Ariescha, dkk.
2020). Kesulitan yang paling umum ditemui oleh ibu menyusui pada minggu
pertama pasca persalinan adalah pembengkakan payudara yang menyakitkan,
puting yang sakit dan bayi yang gagal untuk menghisap dan mengosongkan
ASI secara efektif.
Bendungan ASI merupakan pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan
dengan sempurna. Pembengkakan payudara sering terjadi pada hari kedua
sampai hari kesepuluh postpartum. Sebagian besar pasien merasakan
payudara bengkak, merah, keras, nyeri dan terasa panas. Penyebab bendungan
ASI diantaranya tidak efektifnya frekuensi pengeluaran ASI, hal tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain tidak dilakukannya rawat
gabung sehingga terjadi pemisahan ibu dan anak, dan adanya teknik
menyusui yang tidak benar dan efektif (Damaiyanti, dkk. 2020).
Payudara akan terasa panas, sakit, nyeri pada perabaan, tegang,
bengkak yang terjadi pada hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan.
Rasa nyeri pada payudara akibat pembengkakan payudara dapat membuat
ketidak nyamanan yang dirasakan ibu dan bayi.Kejadian tersebut dapat
membuat bayi kesulitan melakukan perlekatan, sehingga menyebabkan
pemberian ASI menjadi tidak optimal (Muniarti & dkk, 2012 dalam Meriani,
dkk. 2020).
Nyeri pada payudara dapat diatasi dengan menyusukan on demand
sesering mungkin, kompres panas, kompres dingin payudara sebelum
disusukan, pijatan payudara, kompres dingin payudara diantara menyusui
(Saifuddin, 2009 dalam Rahayu, dkk. 2020). Selain itu dengan memanfaatkan
tanaman obat tradisional seperti daun kubis dengan kompres hangat dan
dingin sebagai penanganan pada pembengkakan payudara, kedua perawatan
ini sama-sama efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara dan nyeri
payudara pada ibu post partum (Arora, 2008 dalam Rahayu, dkk. 2020).
Menurut Hill dan Hummenick (1994 dalam Damaiyanti, dkk. 2020)
skala 3 pada six point engorgement scale menunjukkan adanya
pembengkakan payudara namun masih dalam tahap awal. Kemudian, skala 4
pada six point engorgement scale menunjukkan adanya pembengkakan
payudara yang lebih parah bila dibandingkan dengan skala 3. Sehingga rasa
nyeri yang disebutkan oleh responden juga cenderung ringan yaitu berkisar
antara skala 2 hingga 4. Sedangkan untuk jumlah ASI sebelum pemberian
perlakuan pada kedua kelompok didapatkan jumlah ASI yang masih sangat
sedikit, hal ini dapat terjadi mengingat pada ibu yang mengalami bendungan
ASI biasanya terjadi sumbatan pada pembuluh darah vena dan limfe, yang
nantinya dapat menyebabkan sumbatan pada aliran air susu, sehingga
menyebabkan ASI terjebak di dalam saluran susu payudara dan jumlah ASI
yang keluar juga relatif lebih sedikit.
Kubis dapat digunakan untuk terapi pembengkakan karena
mengandung asam amino metionin yang berfungsi sebagai antibiotik dan
kandungan lain seperti sinigran (Allylisothiocyanate), minyak mustard,
magnesium, Oxylate heterosides belerang, hal ini dapat membantu
mempelebar pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah
untuk keluar masuk dari daerah tersebut, sehingga memungkinkan tubuh
untuk menyerap kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut.
Selain itu juga daun kubis mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap
panas yang ditandai dari klien merasa lebih nyaman dan daun kubis menjadi
layu atau matang setelah 30 menit penempelan (Sari dan Putri, 2020).
Hasil penelitian Apriani, dkk. (2018) mendapatkan bahwa selisih skor
pembengkakan payudara sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok
eksperimen dibandingkan kelompok kontrol dengan uji mann whitney didapat
nilai p(0,001), serta nilai Z -3.306, mean rank kelompok eksperimen 10,60
serta mean rank kelompok kontrol 20,40. Kesimpulan ada perbedaan selisih
skor pembengkakan payudara sebelum dan sesudah perlakuan yang secara
statistik signifikan antara kelompok eksperimen dibandingkan kelompok
kontrol dimana penatalaksanaan kompres daun kubis dan breast care lebih
efektif mengatasi masalah pembengkakan payudara bagi ibu nifas
dibandingkan penatalaksanaan breast care saja.
Penelitian Rohmah, dkk. (2019) juga menunjukkan hasil yang serupa
bahwa ada efektivitas pemberian kompres daun kubis (brassica oleracea)
terhadap skala pembengkakan payudara pada ibu post partum dapat dilihat
dari penurunan pembengkakan payudara sebelum diberikan kompres daun
kubis (brassica oleracea) yaitu skala 4, sesudah diberikan kompres daun kubis
pembengkakan payudara menjadi skala 1 dengan p-value (0,000).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti
“Efektifitas Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap Pembengkakan
Payudara Pada Ibu Post Partum Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana efektifitas
pemberian kompres daun kubis terhadap pembengkakan payudara pada ibu
post partum di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pertamina Balikpapan?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi efektifitas pemberian kompres daun kubis
terhadap pembengkakan payudara pada ibu post partum di Ruang Dahlia
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pembengkakan payudara pada ibu post partum
sebelum pemberian kompres daun kubis.
b. Mengidentifikasi pembengkakan payudara pada ibu post partum
sesudah pemberian kompres daun kubis.
c. Menganalisis efektifitas pemberian kompres daun kubis terhadap
pembengkakan payudara pada Ibu Post Partum.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu Post Partum
Sebagai bahan acuan mengenai kompres daun kubis terhadap
pembengkakan payudara sehingga dapat meningkatkan kemampuan
keluarga merawat ibu.
b. Bagi Bidan di Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan praktik
kebidanan berupa kompres daun kubis terhadap pembengkakan
payudara pada ibu post partum.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan
pengembangan pembelajaran kebidanan tentang kompres daun kubis
terhadap pembengkakan payudara pada ibu post partum.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi berupa data penelitian tentang kompres
daun kubis terhadap pembengkakan payudara untuk dilakukan
penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian
Peneliti mengidentifikasi perbedaan penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No Nama Judul Metode Perbedaan
Peneliti
1. Apriani. Efektivitas Jenis studi quasi eksperimental Perbedaan dengan
(2018) Penatalaksanaa
dengan desain non randomized penelitian ini terletak
n Kompres control group pretest posttest. pada lokasi
Daun Kubis Teknik sampel non probability penelitian, jumlah
(Brassica sampling jenis consecutive sampel dan uji
Oleracea Var.
sampling. Jumlah sampel 15 statistik.
Capitata) Dan
subjek per kelompok. Pretest
Breast Care dan posttest dengan checklist
Terhadap SPES. Kelompok eksperimen
Pembengkakanintervensi breast care dan
Payudara Bagi
kompres daun kubis, kelompok
Ibu Nifas kontrol intervensi breastcare.
Intervensi sebanyak dua kali
sehari selama tiga hari.
2. Rohmah, Efektivitas Desain penelitian ini Quasi Perbedaan dengan
dkk. (2019) Kompres Daun Experiment dengan desain penelitian ini terletak
Kubis (Brassica eksperimen One Group Pratest pada lokasi
Oleracea) Posttest. Sampel dalam penelitian, jumlah
terhadap Skala penelitian ini adalah 25 ibu sampel dan uji
Pembengkakan postpartum yang mengalami statistik.
Payudara pada pembengkakan payudara dengan
Ibu Post Partum teknik pengambilan sampel
di PMB Endang Accidental Sampling, alat
Kota Kediri pengumpulan data menggunakan
Checklist six-point engorgement
scale dan wawancara singkat.
Uji statistik menggunakan Uji
Wilcoxon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement)


1. Pengertian pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu
(Ratih, 2019)
Pembengkakan payudara diartikan peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini
bukan disebabkan overdistensi dari saluran laktasi sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Manuaba,
2014)
2. Patofisiologi Pembengkakan Payudara
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu
hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan
terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-
alveolus kelenjar payudara terisi dengan air susu, tetapi untuk
mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas
apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat terjadi
pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2011)
Sejak hari ketiga sampai keenam setelah persalinan, ketika ASI secara
normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis, dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh
bayi, rasa tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan, payudara terasa penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan
pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan
edematous (Zuhana, 2014)
3. Etiologi Pembengkakan Payudara
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal,
payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol- benjol.
Keadaan ini menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan
pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler
untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem
lakteal oleh air susu (Ratih, 2019)
Menurut Suradi & Kristina (2007) dalam Estiwidina (2018) payudara
yang terbendung terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
getah bening akibat ASI terkumpul pada payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi ASI yang berlebihan, bayi disusui terjadwal, bayi tidak
menyusu dengan adekuat, posisi menyusui yang salah, atau karena puting
susu yang datar/terbenam. Hal ini bisa juga terjadi karena terlambat
menyusui dini, perlekatan yang kurang baik, atau mungkin kurang seringnya
ASI dikeluarkan.
Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bobak (2012) dalam
Ratih (2019) adalah
a. Posisi menyusui yang tidak benar
b. Pengosongan payudara yang tidak baik
c. Pemakaian BH yang terlalu ketat
d. Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
e. Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan cara pencegahan
pembengkakan payudara (bendungan ASI)
4. Tanda dan gejala pembengkakan payudara
Pada payudara penuh dengan ASI, terasa berat, panas, dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar, dan tidak demam. Pada payudara bengkak, payudara
oedem dan sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan
bila diperiksa atau dihisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24
jam (Walyani & Purwoastuti, 2015)
Menurut Winknjosastro (2010) tanda dan gejala pembengkakan
payudara adalah:
a. Payudara terasa panas
b. Payudara terasa nyeri
c. Payudara bengkak
d. Suhu badan tidak naik
5. Komplikasi
Tindakan untuk meringankan gejala pembengkakan payudara sangat
dibutuhkan. Apabila tidak ada intervensi yang baik maka akan
menimbulkan
a. Infeksi akut kelenjar susu
b. Mastitis
c. Abses payudara sampai dengan septicemia
(Dewi & Sunarsih, 2011)
6. Pencegahan
Menurut Suradi & Kristina (2007) dalam Estiwidina (2018) untuk
mencegah pembengkakan payudara maka diperlukan menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui “ on demand” bayi lebih sering disusui,
apabila payudara terasa tegang, atau bayi tidak dapat menyusui maka
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu sebelum menyusui, agar
ketegangan menurun.
Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
pembengkakan payudara adalah: (Ratih, 2019)
a. Bila memungkinkan, susui bayi segera setelah lahir.
b. Susui bayi tanpa dijadwal.
c. Keluarkan ASI secara manual atau dengan pompa, bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
d. Lakukan perawatan payudara masa nifas secara teratur.
Menurut Varney untuk mencegah pembengkakan payudara, ibu harus
dianjurkan untuk menyusui bayinya menurut isyarat bayi, dengan posisi
yang nyaman. (Ratih, 2019)
7. Penatalaksanaan
Pengobatan secara farmakologis yang dilakukan oleh Snowden et al
2001. Analisa ini mengidentifikasi delapan percobaan dengan responden
424 orang. Didapatkan bahwa terapi farmakologis lebih baik daripada non
farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan adalah obat anti
inflamasi serrapeptase (danzen) yang merupakan agen enzim anti inflamasi
10 mg tiga kali sehari atau Bromelain 2500 unit dan tablet yang mengandum
enzim protease 20.000 unit. Sedangkan menurut Amru terapi pembengkakan
payudara diberikan secara simtomatis yaitu mengurangi rasa sakitnya
(analgetik) seperti paracetamol atau ibuprofen (Ratih, 2019)
Penelitian Kee WH tentang Pengobatan pembengkakan payudara
dengan Serrapeptase (Danzen) : uji coba terkontrol double-blind acak . pada
70 pasien yang mengalami pembengkakan payudara. Diambil secara acak
dibagi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan dan kelompok placebo.
Didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Tidak ada
efek samping yang dilaporkan dari penggunaan obat danzen. Danzen adalah
metode yang aman dan efektif untuk pengobatan secara farmakologi
pembengkakan payudara (Ratih, 2019)
Penggunaan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa sakit dari
pembengkakan payudara adalah sebagai berikut akupuntur, (perawatan
payudara tradisional) yaitu kompres panas dikombinasikan dengan pijatan,
kompres panas dan dingin secara bergantian, kompres dingin, daun kubis
dan terapi ultrasound (Ratih, 2019)
Menurut Bahiyatun (2016), penatalaksanaan pembengkakan payudara
adalah sebagai berikut :
a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan rasa
nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres hangat untuk
melancarkan pembuluh darah pada payudara.
c. Menyusui lebih sering dan lebih lama untuk melancarkan aliran ASI dan
menurunkan tegangan payudara.
Menurut Suradi & Kristina (2007) dalam Estiwidina (2018),
penanganan pembengkakan payudara adalah :
a. Kompres payudara dengan air hangat, lalu masase ke arah puting
payudara agar terasa lebih lemas dan ASI dapat dikeluarkan melalui
puting.
b. Susukan bayi tanpa terjadwal sampai payudara terasa kosong
c. Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan ke
samping, ke bawah, dengan sedikit ditekan ke atas dan lepaskan tiba- tiba
d. Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar puting susu menonjol keluar.
e. Susukan bayi lebih sering
f. Ibu harus rileks
g. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan payudara)
h. Stimulasi payudara dan puting
i. Kompres payudara dengan air dingin setelah menyusui, untuk
mengurangi oedeme.
j. Pakailah BH atau bra yang sesuai
k. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.

B. Perawatan Payudara
1. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan Payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara
yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang
dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan
payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta
menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga
menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun
langkah-langkah dalam perawatan payudara (Anggraini, 2010).
Perawatan payudara yang bengkak yang selama ini dilakukan adalah
dengan kompres hangat dan dingin, komres gel packs, kompres daun kol
dingin, akupuntur, pijat payudara, memerah payudara, kompres daun sirih
merah, penggunaan herbal sampai dengan menggunakan obat- obatan untuk
menurunkan rasa nyeri payudara. Perawatan payudara yang dilakukan
tersebut ternyata dapat mengeluarkan air susu dengan lancar tanpa
menurangi produksi ASI (Emilda, 2017)
2. Tujuan Dilakukannya Perawatan Payudara
a. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI
b. Menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
c. Menghindari putting susu yang sakit dan infeksi payudara
d. Menjaga keindahan bentuk payudara
e. Memperbanyak produksi ASI
f. Mengetahui adanya kelainan (Sari, 2018).
3. Langkah-Langkah Dalam Perawatan Payudara
a. Pengurutan Payudara
1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.
2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah puting susu
selama 2 menit (10kali) untuk masing-masing payudara.
3) Handuk bersih 1-2 buah.
4) Air hangat dan air dingin dalam baskom.
5) Waslap atau sapu tangan dari handuk.
b. Langkah-langkah pengurutan payudara:
1) Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak
tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah
atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus
pengurutan kebawah atau melintang.Lalu kedua tangan dilepas dari
payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.
2) Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua
atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan
sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan gerakan 20-
30 kali
3) Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan
lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke puting susu.
Lakukan gerakan 20-30 kali.
4) Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan :
a) 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat
dan air dingin.
b) 2 buah waslap.
Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres
bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.
c) Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui
(Sari, 2018).
4. Perawatan Puting Susu
Puting susu memegang peran penting pada saat menyusui. Air susu
ibu akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu. Oleh karena itu
putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik. Tidak semua
wanita mempunyai puting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang
mempunyai puting susu dengan bentuk datar atau puting yang masuk ke
dalam. Ketiga bentuk puting susu tersebut dapat mengeluarkan ASI jika
dirawat dengan benar (Emilda, 2017).
Huliana juga menambahkan, sebaiknya perawatan puting susu
dilakukan 4-5 hari pada pagi dan sore hari, dan tidak menggunakan bahan-
bahan seperti alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu karena
akan menyebabkan kulit menjadi kering dan lecet. Berikut ini langkah-
langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu (Emilda, 2017).
a. Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak
selama 5 menit agar kotoran disekitar puting mudah terangkat.
b. Jika puting susu normal, lakukan perawatan dengan mengoleskan minyak
pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduanya pada puting susu.
Lakukan gerakan memutar ke arah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk
kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas otot
puting susu.
c. Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, lakukan tahap-tahap berikut:
1) Letakkan kedua jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian
tahan dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara
perlahan
2) Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu, lalu tekan
serta hentakan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.
5. Perawatan Payudara untuk Mengurangi Pembengkakan Payudara
Pada saat ASI mulai diproduksi, payudara mulai terasa kencang,
bengkak, dan tidak nyaman, karena itu segera susui bayi dan sesering
mungkin. Namun agar tidak mengalami kesulitan selama periode menyusui,
maka perlu melakukan perawatan payudara. Perawatan payudara setelah
melahirkan dapat dengan melakukan beberapa pemijatan (Emilda, 2017).
Perawatan payudara secara tradisional tersebut dapat digunakan untuk
mencegah dan menangani pembengkakan payudara. Menurut Anggraini
untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan dari perawatan
payudara maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah (Sari, 2018)
a. Pemijatan/ pengurutan hendaknya dilakukan secara teratur dan sistematis
b. Memperhatikan makanan dan minuman dengan menu yang seimbang
c. Menggunakan BH yang bersih dan menopang payudara
d. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang
e. Menghindari rokok dan minuman yang beralkohol
Perawatan payudara dengan menggunakan masase payudara yang
sebelumnya diberikan kompres panas dapat menggunakan handuk kecil atau
waslap yang telah dibasahi dengan air hangat dengan tujuan memberikan
efek vasodilatasi pada pembuluh darah. Kemudian dilanjutkan pemijatan
pada payudara.
Pemijatan payudara dengan gerakan ke bawah tidak dianjurkan untuk
penanganan pembengkakan payudara. Cara sederhana untuk mengurangi
pembengkakan payudara pada daerah areola payudara dengan melakukan
gerakan tekanan mundur (Emilda, 2017)

Gambar 2.1 Gambar Perawatan Payudara


Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek
pengeluaran ASI selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan
volume ASI dan terakhir tidak kalah pentingnya dapat mencegah dan
menangani pembengkakan payudara. Perawatan payudara pada
pembengkakan payudara akibat bendungan ASI yaitu :
a. Lakukan pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hangat selama 5 menit
b. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir yang
renggang untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
dengan diolesi minyak atau baby oil
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting
susu menjadi lunak
d. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
e. Meletakkan kain dingin setelah selesai menyusui
f. Payudara dikeringkan (Emilda, 2017)
6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Jaga privacy klien
b. Mengobservasi daerah payudara
c. Menganjurkan klien untuk menyusui bayi sesering mungkin atau
mengeluarkan dan menampung ASI yang berlebihan
d. Memberikan motivasi pada klien agar menyusui/mengeluarkan ASI
setiap payudara penuh (keras) (Anggraini, 2010 dalam Emilda, 2017).

C. Kompres Daun Kol


1. Pengertian Kol
Kol atau kubis mempunyai nama ilmiah Brassica Oleracea var.
Capitata. Dengan nama daerah kol, kobis, Kobis telur, kobis krop. Bagian
yang digunakan adalah daun (Noer Soraya, 2016).

Gambar 1. Daun Kol


2. Ciri-Ciri Umum
Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang
besar dan tebal,warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma
alba), hijau dan merah keunguan(forma rubra). Awalnya, daunnya yang
berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok,
menutupi daundaun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun
terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop
samping kubis tunas (Brussel spourts).
Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai
panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna
kuning. Buahnya buah polong berbantuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji
banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna coklat kelabu. Umur panennya
berbeda-beda, berkisar 90 sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya
renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap mentah dan
matang, campuran salad, disayur atau dibuat urap. Kubis dapat diperbanyak
dengan biji atau stek tunas (Noer Soraya, 2016).
3. Kandungan
Kubis segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat,
kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin A, C, E, tiamin, riblovavin,
nicotinamide, kalsium dan beta karoten. Selain itu, juga mengandung
senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan dan iberin yang
merangsang pembentukan glutation, suatu enzim yang bekerja dengan cara
menguraikan dan membuang zat- zat beracun yang beredar di dalam tubuh.
Tingginya kandungan vitamin C dalam kubis dapat mencegah timbulnya
skorbut (scury). Adanya zat anthocyanin menyebabkan warna kubis dapat
berubah menjadi merah. Kandungan zat aktifnya, sulforafan dan histidine
dapat menghambat pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon dan rektun,
detoksikasi senyawa kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel dan tembaga
yang berlebihan di dalam tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan kanker. Kandungan asam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat
menurunkan kadar kolesterol yang tinggi, penenang saraf dan
membangkitkan semangat (Noer Soraya, 2016).
4. Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea var Capitata) Untuk
Pembengkakan Payudara (bendungan ASI)
Mandi air hangat, pengurutan secara lembut dan pemberian obat-obat
analgesik ketika payudara bengkak terasa sangat sakit akan membantu
meredakan keluhan seperti halnya kompres dingin, khususnya memakai
daun kubis. Daun kubis dingin ternyata mengandung bahan obat yang dapat
mengurangi pembengkakan payudara. Biasanya kompres daun kubis
menunjukkan khasiatnya dalam waktu yang cukup cepat yaitu dalam
beberapa jam (Artigo, 2014)
Kubis merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah
ditemukan. Kubis memberikan nilai gizi yang sangat besar. Dan
memberikan banyak manfaat kesehatan. Bahkan, kubis kaya akan
fitonutrien dan berbagai vitamin seperti vitamin A, C & K. Ini semua adalah
antioksidan alami, yang membantu mencegah kanker. Selain itu kubis
merupakan sumber yang baik dari asam amino glutamine dan diyakini untuk
mengobati semua jenis peradangan salahsatunya radang payudara. Untuk
pemakaian luar, daun kubis dapat digunakan untuk mengompres bagian
tubuh yang memar, membengkak atau nyeri sendi (Kusumo, 2010)
Kubis dapat digunakan untuk terapi pembengkakan. Kubis (Brassica
Oleracea Var. Capitata) diketahui mengandung asam amino metionin yang
berfungsi sebagai antibiotic dan kandungan lain seperti sinigrin
(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, Oxylate heterosides
belerang, hal ini dapat membantu memperlebar pembuluh darah kapiler
sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah
tersebut, sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan
yang terbendung dalam payudara tersebut. Selain itu daun kubis juga
mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas yang ditandai dari
klien merasa lebih nyaman dan daun kubis menjadi layu/matang setelah 30
menit penempelan. Didalam banyak kasus, ilmu pengetahuan tentang obat
bahwa anti oksidan alami yang dimiliki oleh daun kubis tidak dapat
digandakan di laboratorium sehingga ini yang menjadi alasan bahwa gel
yang terbuat dari ekstrak daun kubis kurang efektif untuk mengobati
pembengkakan (Khiranmalancanu, 2016)
Beberapa wanita menemukan bahwa daun kubis yang telah
didinginkan dapat membantu memberi rasa nyaman, jika diselipkan di balik
bra. Biarkan selama setengah jam sampai mencapai suhu tubuh.
Penanganan dengan menggunakan kompres daun kubis :
a. Pilih daun kubis yang masih segar
b. Daun kubis hijau diambil secara utuh perlembar, usahakan tidak robek.
c. Cuci bersih daun kubis
d. Daun kubis didinginkan dalam frezzer sekitar 20-30 menit
e. Tutupi semua area payudara yang bengkak dan kulit yang sehat,
f. Kompres payudara berlangsung selama 20-30 menit atau sampai
daun kol tersebut layu. (Dapat dilakukan di dalam bra).
g. Lakukan dua kali sehari selama 3 hari
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa daun kubis dapat mengurangi
pembengkakan payudara tanpa efek samping dan dapat meningkatkan
durasi pemberian ASI. Namun beberapa literatur menunjukkan bahwa
terlalu sering menggunakan kompres daun kubis dapat mengurangi produksi
ASI. Daun kubis tersebut juga tidak boleh dikompreskan pada daerah kulit
yang rusak seperti putting susu lecet. Jika puting susu lecet maka
menempatkan daun kubis disekitar payudara tanpa menutupi kulit yang
rusak tersebut (Mangesi, 2016).
Kompres daun kubis dingin selalu digabungkan dengan perawatan
rutin untuk pembengkakan misal perawatan payudara, kubis juga tidak
disarankan untuk individu yang alergi terhadap sulfa atau kubis. Kubis
mengandung senyawa sulfur, tetapi ini tidak sama dengan sulfa. Jika ibu
alergi terhadap sulfa, sebaiknya disarankan sebelum dikompres dengan
daun kubis pada payudaranya dilakukan tes alergi terlebih dahulu
(Khiranmalncanu, 2016).
Cara melakukan tes alergi terhadap daun kubis yaitu dengan
mengambil sedikit kubis segar dilumatkan, meletakkannya di kulit halus
lengan bawah, dan membungkus sesuatu di sekitarnya untuk tetap di
menempel pada kulit. Jika tidak ada reaksi dalam 1 sampai 2 jam, maka
dapat diasumsikan bahwa ibu tidak ada reaksi alergi terhadap kubis.
5. Tujuan Kompres Daun Kol
Menurunkan jaringan yang mengalami pembengkakan dengan
membuka (vasodilatasi) pembuluh darah kapiler,dimana dapat menimbulkan
aliran darah yang masuk maupun yang keluar,seperti cairan yang terjebak
didalam payudara (Darwitri, 2016:3).
6. Mekanisme Kerja
Daun kol mengandung asam amino glutamine yang berfungsi sebagai
antiinflamasi, daun kol dapat menurunkan jaringan yang mengalami
pembengkakan dengan membuka (vasodilatasi) pembuluh darah kapiler,
dimana dapat meningkatkan aliran darah yang masuk maupun yang keluar,
seperti cairan yang terjebak didalam payudara (Darwitri, 2016)
7. Cara Melakukan
Pilih daun kol yang masih segar, ambil lembaran daun kol secara
utuh,usahakan tidak robek ,cuci bersih daun kol,daun kol didinginkan dalam
freezer sekitar 15-30 menit,tutupi semua area payudara,kemudian
ditutupi bra melakukan pengompresan daun kol dingin selama 30 menit
sampai daun kol layu, lakukan dua kali sehari selama tiga hari (Darwitri,
2016).
D. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan
untuk mengidentifikasi variabel yang akan di teliti (diamati) yang berkaitan
dengan konteks ilmu pengetahuan untuk mengebangkan kerangka konsep
penelitian (Notoatmodjo, 2018). Kerangka teori penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Ibu nifas dengan masalah Menyebabkan
menyusui: Aliran vena dan
limfotik
Terlambat menyusui tersumbat
Menyusui yang jarang Aliran susu Pembengkakan
Durasi menyusui yang terhambat payudara
pendek Peningkatan Tekanan pd
produksi ASI Putting susu saluran ASI dan
lecet Kesalahan posisi alveoli
menyusui meningkat

Metode farmakologi :
serapeptase (danzen),
Bromelain, tablet
protease, analgetik
seperti paracetamol
atau ibuprofen
metode non Kandungan daun
farmakologi untuk kubis : anti
penanganan oksidan alami,
pembengkakan asam amino
payudara : glutamine yang
1. Kompres dingin berfungsi anti
2. Kompres panas inflamasi dan Pembuluh darah pada
dingin bergantian asam amino payudara terjadi
3. Akupuntur metionin yang vasodilatasi kemudian
4. Ultrasound berfungsi sebagai dilanjutkan masase
antibiotik agar terasa lebih
5. Daun kubis
lemas, melancarkan
6. Perawatan aliran ASI dan
payudara menurunkan tegangan
payudara

Ket : : diteliti
: tidak diteliti

Sumber : Myles (2010); Arora (2008); Marcia (20101); Robert (1995);


Huliana (2003); Bobak (2004); Amru (2012); Robert (1998); Alison (2003)
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, atau
dalil sementara yang pembenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2018). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Hipotesis mayor
Ada Perbedaan Efektifitas Pemberian Daun Kubis Dingin (Brassica
Oleracea Var.Capitata) dalam Mengurangi Pembengkakan Payudara
(Breast Engorgement) pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan.
2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan skala pembengkakan payudara sebelum dengan sesudah
diberikan daun kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) Dingin dan
perawatan payudara
b. Ada perbedaan skala pembengkakan payudara sebelum dengan sesudah
diberikan perawatan payudara
c. Ada Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea
Var.Capitata) Dengan Perawatan Payudara dalam Mengurangi
Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement) Di Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian ini menggunakan studi quasi eksperimental yaitu
rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab
akibat. Jenis desain yang digunakan adalah desain parallel dalam dua
kelompok yaitu disusun dua kelompok dan pengobatan pada kelompok-
kelompok tersebut dilakukan secara paralel atau simultan. Kelompok yang
pertama memperoleh kompres daun kubis (disebut kelompok eksperimental
atau kelompok perlakuan), sedangkan kelompok yang lainnya (kelompok
kontrol) menerima pengobatan yang standar dan sering dilakukan yaitu
perawatan payudara. Dengan hasil akhir adalah ada perbedaan efek pada
kedua kelompok, penyebab perbedaan tersebut merupakan akibat perlakuan
yang diberikan (Sugiyono, 2012)
Pre test post test
O1 X1 O2

O3 X2 O4
Skema 3.2 Rancangan penelitian
Keterangan :
O1 : Pembengkakan payudara sebelum dilakukan intervensi kompres daun
kubis
O2 : Pembengkakan payudara setelah dilakukan intervensi kompres daun
kubis
O3 : Pembengkakan payudara sebelum dilakukan intervensi perawatan
payudara
O4 : Pembengkakan payudara setelah dilakukan intervensi perawatan
payudara
X1 : Perubahan pembengkakan payudara sebelum dan setelah intervensi
kompres daun kubis
X2 : Perubahan pembengkakan payudara sebelum dan sesudah
intervensi perawatan payudara
Penelitian ini mengidentifikasi kelompok sampel ibu nifas yang
mengalami pembengkakan payudara sebagai variabel bebas yang dilakukan
penempelan kompres daun kubis dilanjutkan perawatan payudara dan
kelompok kontrolnya dilakukan perawatan payudara saja. Kedua kelompok
tersebut diobservasi untuk menilai skala pembengkakan payudara dengan
menggunakan Six Point Engorgement Scale (SPES).
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah uraian hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan teori-teori pada tinjauan pustaka maka peneliti membuat
kerangka konsep agar memudahkan mengidentifikasi konsep-konsep sesuai
penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian
kompres daun kubis variabel dependen adalah pembengkakan payudara pada
ibu post partum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
kompres daun kubis terhadap pembengkakan payudara. Hasil yang
diharapkan adalah kompres daun kubis efektif dalam mengatasi
pembengkakan payudara pada ibu post partum di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan. Secara skematis, kerangka konsep dapat digambarkan sebagai
berikut :
Bagan 3.2
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pembengkakan
Kompres Daun Kubis Payudara pada ibu
post partum

D. Populasi Dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Sujarweni, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
postpartum di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan pada bulan Juli dan
September 2021.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sujarweni, 2015).
Dalam penelitian ini digunakan teknik non probability sampling jenis
consecutive sampling, yaitu mengambil seluruh sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi selama penelitian berlangsung. Setiap pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam sampel sampai
kurun waktu tertentu sehingga jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
(Sujarweni, 2015).
Menurut Nursalam (2013) untuk mengurangi bias penelitian
terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini kriteria sampel dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi, target yang terjangkau yang akan diteliti. Adapun
kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah
a) Ibu postpartum dengan pembengkakan payudara
b) Tidak alergi dengan sulfa/daun kubis
c) Ibu nifas dengan bayi hidup dan dalam proses menyusui
d) bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari studi karena
berbagai sebab.
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a) masih dalam pengobatan penekanan laktasi
b) Ibu nifas dengan putting susu lecet/melepuh
c) Terdapat infeksi payudara, abses payudara, mastitis, septikemia.
Perhitungan besar sampel minimal berdasarkan perhitungan
menggunakan uji hipotesis. Penentuan besar sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus yang akan digunakan adalah rumus analitik
kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2013) Jumlah sampel tersebut
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
[Z α √ 2 PQ +Z β √ P1 Q 1+ P 2 Q 2]2
n1 = n2 =
(P 1−P 2)2
Keterangan :
n1 = jumlah sampel yang dibutuhkan pada kelompok intervesi
n2 = jumlah sampel yang dibutuhkan pada kelompok kontrol
P1 = Proporsi efek intervensi yang diteliti
P2 = Proporsi efek standar
Zα = nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α = 5%
Zβ = nilai Z pada kekuatan 0,842 bila β = 80%
P = ½ (P1 + P2)
Q = 1-P
Penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efektifitas
intervensi baru yaitu kompres daun kubis dengan intervensi yang
standar yaitu perawatan payudara dalam mengurangi pembengkakan
payudara. Proporsi kesembuhan dengan penanganan yang standar adalah
30% dan Proporsi efek intervensi yang diteliti adalah 80%. Bila α (2
arah) = 0,05 dan power 80%. P = ½ (P1+P2) yaitu 55% didapatkan hasil :
n1 = n2 = [1,96 √2(0,55.0,45) + 0,842 √(0,80.0,20)+(0,30.0,70)]2
(0,80-0,30)2
= 14,30 orang
n1=n2 = 14 orang
Berdasarkan penghitungan tersebut jumlah sampel minimal adalah 14
orang. Jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah sampel minimum untuk
mengantisipasi sampel yang mengalami drop out. Sehingga jumlah
sampelnya adalah : n=14 + (10% x 14) = 14 + 1,4 = 15 orang
Dari penghitungan rumus tersebut peneliti mendapatkan 15 responden
untuk masing-masing kelompok yaitu 15 kelompok intervensi dan 15
kelompok kontrol yang sesuai kriteria inklusi dan tidak drop out.

E. Variabel Penelitian
Variabel adalah sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya
berbeda antara satu objek dengan objek yang lain (Sujarweni, 2014). Pada
penelitian ini menggunakan 2 variabel meliputi :
1. Variabel independent atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variabel dependen.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah kompres daun kubis.
2. Variabel dependent atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dependent
dalam penelitian ini adalah pembengkakan payudara pada ibu post partum.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati
atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen
atau alat ukur (Notoatmodjo, 2018). Adapun definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kategori Skala

Variabel Bebas
1 Daun Kubis Pemberian daun kubis Penempelan daun
dingin (Brassica utuh yang didinginkan kubis pada kelompok
Oleracea Var. dalam frezzer sekitar intervensi sebanyak 2
Capitata) 20 menit kemudian kali sehari selama 30
pasangkan pada kedua menit. Dilakukan
payudara yang evaluasi setiap
mengalami intervensi sebelum
pembengkakan dengan dan setelah intervensi.
cara dimasukkan ke Dalam penelitian ini
dalam bra selama 30 didapatkan dalam
menit. Kemudian waktu 1 hari
dilakukan perawatan pembengkakan
payudara payudara sudah
2 Perawatan Pemijatanpayudara Perawatan payudara
Payudara sesuai dengan langkah- dilakukan pada
langkah perawatan kelompok kontrol
payudara untuk sehari dua kali
pembengkakan dilakukan evaluasi
payudara yang setiap intervensi.
sebelumnya diberikan Dalam penelitian ini
kompres hangat didapatkan
pembengkakan
payudara sembuh
dalam waktu 2 hari
Variabel Terikat
3 Pembengkakan Kejadian Observasi SPES :
payudara pembendungan (pengamatan langsung score 1-6 rasio
kelenjar air susu akibat secara inspeksi dan 1: halus, tidak
ASI terkumpul pada palpasi) menggunakan ada perubahan
payudara yang ditandai checklist yang berisi pada payudara
gejala payudara terasa six-point
penuh dan panas, terasa engorgement scale 2 : sedikit
nyeri, merah tegang (SPES) perubahan
dan keras pada payudara
3 : tegas,
payudara
kurang
lembut
4 : tegas, mulai
ada nyeri
payudara
5 : tegas,
lembut
6 : sangat
tegas, sangat
lembut

G. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan di lakukan di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan Agustus 2021
H. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh secara langsung terhadap subjek yang diteliti yaitu ibu post partum
dengan pembengkakan payudara (bendungan ASI). Pengumpulan data
dilakukan dengan cara :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu instrumen pengumpulan data dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner dapat dapat dikatakan efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden. Kuesioner penelitian ini dilakukan di
awal untuk mengumpulkan data. Data dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2018).
Kuesioner pada penelitian ini meliputi biodata responden, riwayat,
pertanyaan penapisan, pertanyaan diagnostik kelancaran ASI, observasi
pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.Hal ini untuk
mendiagnosa atau melihat bahwa responden tersebut pengeluaran
ASInya tidak lancar dan memudahkan peneliti dalam melakukan
pengolahan data (Instrumen penelitian terlampir).
2. Observasi
Observasi penelitian merupakan suatu prosedur yang berencana
yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan
taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Observasi penelitian ini
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang berisikan hasil dari observasi
setelah dilakukan kompres daun kubis dan perawatan payudara. Dalam
penelitian ini pengumpulan data dilakukan langsung terhadap responden
yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh enumerator yaitu setiap
hari selama seminggu sampai ASI lancar.
Alat yang digunakan untuk menilai langsung kejadian
pembengkakan payudara yaitu menggunakan six point engorgement
scale (SPES) (Whittlestone, 2008 dalam Zuhana, 2014) pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Instrument penelitian ini sudah pernah
dilakukan pada penelitian Hill.PD, Humenick SS. The Occurance of
Breast engorgement. J Hum Lact. 1994, Arora S, Vatsa M,
Dadhwal. A comparison of cabbage leaves vs Hot and cold Compresses
in the treatment of breast engorgement. Indian J Community Med. 2008,
Wittlestone. Efficacy of the witlestone breast expresser as a treatment for
breast engorgement. Selain itu Roberts KL. Reliability and validity of an
instrument to measure tissue hardness of breast. Aus J adv Nurs 1998. 16
(2): 19-23. Sehingga pada penelitian ini tidak perlu dilakukan uji
validitas dan reabilitas.
I. Prosedur Pengumpulan Data
Metode observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi
melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode observasi.
Langkah pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :
1. Langkah persiapan
a. Menyelesaikan administrasi perizinan dan kemungkinan dilakukan
penelitian.
b. Menyusun lembar observasi dan melakukan uji coba lembar
observasi yang akan digunakan pada penelitian
c. Memperbanyak lembar observasi.
2. Langkah Pelaksanaan
a. Peneliti meminta surat rekomendasi dari ketua program studi sarjana
kebidanan ITKES Wiyata Husada Samarinda.
b. Meminta ijin kepada kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
untuk mencari data ke Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.
c. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Rumah Sakit, peneliti terlebih
dahulu mendatangi bidan-bidan yang berdinas di Ruang Nifas untuk
mencari data ibu- ibu nifas yang terjadi pembengkakan payudara.
d. Peneliti melakukan identifikasi ibu nifas (ibu setelah persalinan
sampai dengan 40 hari) yang mengalami pembengkakan payudara,
dan dipilih sesuai dengan kriteria penelitian.
e. Peneliti melakukan pendekatan pada ibu nifas tersebut dengan cara
menghubungi langsung atau bertemu langsung. Dalam hal ini
peneliti dibantu oleh enumerator sejumlah 5 orang.
f. Sebelum penelitian dimulai peneliti mengadakan pertemuan dengan
enumerator untuk persamaan persepsi pada tanggal 23 Juli 2021
g. Setelah melakukan pendekatan pada ibu nifas, kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini dan memberikan
surat kesediaan menjadi responden.
h. Peneliti memilih responden untuk diberikan perlakuan intervensi
kompres daun kubis dan perawatan payudara atau dilakukan
perawatan payudara saja berdasarkan persetujuan responden.
i. Peneliti mencontohkan serta membimbing ibu cara melakukan
kepada kelompok perlakuan kompres daun kubis dan perawatan
payudara dan membimbing serta mengajari ibu cara melakukan
kompres daun kubis dan perawatan payudara kepada kedua
kelompok perlakuan tersebut.
j. Responden kelompok kompres daun kubis maupun kelompok
melakukan perawatan payudara dengan menggunakan daftar tilik
sebagai panduan untuk melaksanakan secara mandiri.
k. Peneliti dibantu dengan enumerator mengobservasi cara ibu
melakukan perawatan payudara dengan kompres daun kubis ataupun
perawatan payudara sehari-hari dikarenakan adanya KLB pandemik
Covid -19 secara Nasional dan mahasiswa dianjurkan mengikuti
program pemerintah yaitu LFH (Learning From Home).
l. Peneliti melakukan daring via sms atau whatsap dan meminta
bantuan kepada enumerator untuk memantau dan mengobservasi ibu
nifas yang melakukan perawatan payudara dengan kompres daun
kubis ataupun perawatan payudara sehari-hari dengan adanya KLB
pandemik Covid -19 secara Nasional dan mahasiswa dianjurkan
mengikuti program pemerintah yaitu LFH (Learning From Home).
m. Peneliti menilai skala pembengkakan payudara sebelum responden
dilakukan intervensi daun kubis dingin (Brassica Oleracea var.
Capitata) maupun perawatan payudara, sebagai nilai pre test.
n. Sebelum diberikan perlakuan, peneliti memastikan bahwa
responden tidak alergi terhadap daun kubis yaitu dengan
menanyakan kebiasaan ibu makan daun kubis. Apabila tidak terbiasa
dilanjutkan mengecek alergi daun kubis dengan cara melumatkan
daun kubis dilengan bawah, menutupnya dengan sesuatu agar tetap
menempel, reaksi alergi ditunggu sampai 1 jam.
o. Pada kelompok intervensi diberikan terapi daun kubis yaitu dengan
menempelkan daun kubis yang telah didinginkan di frezzer selama
20 menit pada kedua payudara yang mengalami pembengkakan
dengan dimasukkan ke dalam bra selama 30 menit kemudian
dilanjutkan perawatan payudara daun kubis yang akan ditempelkan
tersebut tidak boleh robek, meyakinkan bahwa tidak ada putting
susu yang lecet/melepuh Sedangkan kelompok kontrol diberikan
penanganan yang standar yaitu terapi perawatan payudara saja.
p. Lembaran daun kubis yang ditempelkan pada payudara pada
beberapa responden antara payudara satu dengan yang lain tidak
sama tergantung dari besarnya payudara dan lebarnya daun kubis
karena prinsipnya menempelkan daun kubis sampai menutupi semua
payudara yang terjadi pembengkakan.
q. Membuat kesepakatan agar ibu nifas bersedia melakukan tindakan
intervensi tersebut setiap hari 2 kali (pagi dan sore) selama 30 menit.
tindakan tersebut dilakukan sampai dengan sembuhnya
pembengkakan payudara atau maksimal 3 hari.
r. Peneliti melakukan penilaian setiap intervensi diberikan dengan
pembengkakan payudaranya menggunakan 6 skala pembengkakan
payudara (Six Point Engorgement Scale/SPES).
s. Setelah responden selesai mendapatkan perlakuan kompres daun
kubis dingin atau perawatan payudara, peneliti memberikan
penilaian skala pembengkakan payudara dengan melihat
pembengkakan payudara tersebut dari hasil SPES sebagai nilai post
test.
J. Tehnik Pengolahan
Pada penelitian ini data yang sudah dikumpulkan diolah sehingga jelas
sifat-sifat yang dimiliki data tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan
data menurut Hastono (2018) adalah sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah proses memeriksa data yang telah dikumpulkan
apakah telah sesuai yang diharapkan atau tidak
2. Coding
Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan
3. Processing
Processing adalah proses mengolah data agar dapat dianalisa. ketika
semua data sudah terkumpul dan sudah melewati pengkodingan,
kemudian data diproses menggunakan program Komputer tertentu
4. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak.
K. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2012) tahap-tahap analisa sebagai berikut :
1. Analisa univariat
Analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
Dalam penelitian ini pemberian daun kubis dingin (Brassica Oleracea
var Capitata) dengan perawatan payudara dalam mengurangi
pembengkakan payudara (Breast Engorgement).
Rumus yang digunakan adalah :

F
P= X 100%
N
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah data
2. Analisa bivariat
Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi. Pada penelitian ini, peneliti ingin membandingkan skala
pembengkakan payudara dengan variabel bebasnya adalah penanganan
payudara non farmakologis (daun kubis dingin, perawatan payudara)
variabel terikatnya adalah penanganan pembengkakan payudara. Adapun
perlakuan pada kedua kelompok sama kecuali terhadap penanganan yang
diteliti dan variabel efek berskala numerik. Dalam analisa ini uji statistic
yang digunakan adalah Uji T 2 kelompok independent (unpaired – t
test). sedangkan uji paired t test untuk mengetahui sebelum dan setelah
perlakuan. kelompok yang pertama merupakan kelompok perlakuan
sedangkan kelompok lainnya menerima penanganan yang standar. Untuk
bidang kesehatan menggunakan confident Interval 95% (Ghozali, 2013).
Tahap awal pengujian statistik dilakukan dengan melakukan uji
normalitas data dengan uji shapiro wilk karena responden kurang dari 50
untuk masing-masing variabel. Adapun hasil uji normalitas data
didapatkan tidak berdistribusi normal, sehingga uji unpaired- t test
diganti dengan uji Mann-Whitney dan uji paired t test nya diganti dengan
uji Wilcoxon (Cooper & Schindler, 2014).
L. Etika Penelitian
Selama melakukan penelitian, peneliti memperhatikan dan menjunjung
tinggi etika penelitian. Peneliti menerapkan prinsip-prinsip etik yang harus
ditegakkan terhadap responden, yaitu :
1. Right to self-determination
Pada prinsip ini, responden diberi kebebasan menentukan untuk
ikut atau tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian setelah sebelumnya
diberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian. Setelah responden
setuju untuk terlibat dalam penelitian ini, responden menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan.
2. Right to privacy and dignity
Peneliti melindungi privasi dan martabat responden dengan
menjaga kerahasiaan informasi dan data yang didapat dari responden
dalam hal ini peneliti memberikan koding sebagai identitas responden
dan untuk menjaga kerahasiaan responden semua data yang telah
diberikan responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan
setelah penelitian selesai, data tersebut disimpan untuk keperluan sebagai
dokumentasi penelitian.
3. Right to anonymity and confidentiality
Selama penelitian, kerahasiaan dijaga dengan cara merahasiakan
identitas responden. Data penelitian yang berasal dari responden tidak
disertai dengan identitas responden tetapi hanya dengan mencantumkan
kode responden. Data yang diperoleh dari setiap responden hanya
diketahui oleh peneliti, asisten peneliti dan responden yang
bersangkutan.
4. Right to protection from discomport and harm
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan
responden dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan
responden. Selain itu, peneliti meminimalisir resiko dan tindakan yang
diberikan. Kemudian kenyamanan responden baik fisik, emosi dan
lingkungan tetap dipertahankan.
KESIONER PENELITIAN
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DAUN KUBIS TERHADAP
PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

A. Petunjuk Pengisian
1. Identitas Responden
Isilah identitas anda dengan lengkap dan benar pada kolom yang
telah tersedia
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini, serta beri tanda silang (X) untuk
salah satu jawaban anda.
B. Identitas Responden
1. Nama Lengkap :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Paritas :
5. Perkerjaan :
6. Alamat :
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Paritas :
2. Perawatan Payudara Saat Hamil :
3. Jenis Persalinan :
4. IMD dilakukan / tidak :
5. Frekuensi menyusui :
6. Pemberian susu tambahan :
7. Konsumsi jamu :
D. Kuisioner Pertanyaan Pengetahuan
1. Bendungan ASI biasanya terjadi pada minggu
a. Pertama setelah melahirkan
b. Ketiga setelah melahirkan
c. Keempat setelah melahirkan
2. Salah satu tanda-tanda terjadinya bendungan ASI yaitu
a. Merah meradang
b. Bengkak dan bernanah
c. Bengkak dan nyeri tekan
3. Kapan sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayinya
a. Segera setelah melahirkan
b. Setelah ASI yang keluar sudah banyak
c. 1 hari setelah melahirkan
4. Segera setelah melahirkan, ASI yang pertama kali kelura sebaiknya
a. Dibuang
b. Langsung diberikan kepada bayinya
c. Dibiarkan sampai ASI yang keluar sudah banyak
5. Apabila ibu mengalami bendungan ASI, yang sebaiknya dilakukan
adalah
a. Tetap menyusui bayinya
b. Berhenti menyusui bayinya
c. Mengkonsumsi antibiotik
6. Jika tidak ditangani dengan baik, bendungan ASI dapat menyebabkan
a. Kanker payudara
b. Tumor payudara
c. Demam dan ASI tidak keluar
7. Hal yang sebaiknya dilakukan saat ibu mengalami bendungan ASI yaitu
a. Mengompres payudara dengan air hangat dan diselingi dengan air
dingin
b. Membungkus payudara dengan kain
c. Mengompres payudara dengan alkohol
8. Sebaiknya perawatan payudara mulai dilakukan saat
a. Dari sebelum melahirkan
b. Sebelum hamil
c. Setelah ibu menyusui
9. Kapan sebaiknya bayi ibu mulai menyusui
a. Setelah bayi lahir
b. 2 jam setelah bayi lahir
c. Jika bayi menangis
10. Apa tanda dan gejala pembengkakan payudara (bendungan ASI)
a. Payudara panas, bengkak, nyeri, berat, dan terasa keras
b. Payudara menegang dan lunak
c. Payudara panas dan lunak
11. Apa penyebab terjadinya pembengkakan payudara (bendungan ASI)
a. Pemakaian BH yang longgar
b. Pemakaian BH yang terlalu ketat
c. Pemakaian BH yang tidak terlalu ketat
12. Sudah berapa kali ibu mengalami masalah pembengkakan payudara(
Bendungan ASI)
a. Pertama kali
b. Dua kali
c. Tiga kali
13. Ketika ibu nifas mengalami masalah pembengkakan payudara
(Bendungan ASI) sebaiknya apa yang seharusnya dilkukan
a. Minum obat penghilang nyeri
b. Minum jejamuan
c. Konsultasi ke tenakes
14. Apakah ibu nifas menyusui bayinya sudah sesuai dengan ketentuan
a. Menyusui secara bergantian
b. Meyusui pada payudara sebalah kanan
c. Menyusui pada payudara sebalah kiri
15. Menurut yang ibu ketahui, posisi mulut bayi salah saat menyusui sangat
berpengaruh terhadap terjadinya pembengkakan payudara( bendungan
ASI)
a. Berpengaruh
b. Tidak berpengaruh
c. Tidak ada hubungannya
16. Sebaiknya ibu nifas menyusui bayinya berapa jam sekali
a. 2 jam sekali
b. 3 jam sekali
c. Sesering Mungkin
17. Dalam menjalani masa nifas,sebagian ibu mengalami sakit,bengkak dan
merah pada payudara. Jika ibu menglami keadaan tersebut, apakah yang
ibu lakukan
a. Menyusui bayi pada payudara yang tidak sakit
b. Menyusui bayinya sesering mungkin
c. Tidak menyusui bayinya sama sekali
18. Kapan bayi diberikan makanan dan minuman tambahan
a. Saat bayi menangis
b. Saat usia bayi >4 bulan.
c. Saat usia bayi >6 bulan.
d. Saat bayi merasa lapar, tidak cukup setelah diberikan ASI.

E. Kuisioner Pertanyaan Sikap


Beri tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan
pendapat anda.
Keterangan:
S : Setuju
RR : Ragu-Ragu
TS : Tidak setuju
No. Pertanyaan S RR TS
1. Segara setelah bayi lahir, ibu sudah harus
menyusui bayinya
2. Ibu tetap memberikan ASInya meskipun masih
lelah setelah proses persalinan
3. Segera setelah terjadi bendungan ASI ibu
langsung menghentikan pemberian ASI pada
bayinya
4. Posisi bayi sangat berpengaruh dalam pengeluaran
ASI
5. Puting susu sebaiknya dibersihkan dengan air
sabun sebelum dan sesudah menyusui
6. Setelah melahirkan ibu langsung mengenakan BH
yang ketat agar payudaranya tetap kencang
7. Ibu hanya mengompres payudaranya dengan air
hangat jika terjadi bendungan ASI
8. Jika terjadi bendungan ASI, bayi harus disusui
dimulai dari payudara yang terkena bendungan
ASI
9. Ibu selalu menyusui bayinya tanpa dijadwal
sesuai dengan kebutuhan bayinya
10. Ibu tetap memberikan ASInya walaupun
payudaranya terasa nyeri

F. Kuesioner Pengukuran Perawatan Payudara


Petunjuk :
1. Berilah tanda (√) sesuai dengan pilihan anda
2. Semua pernyataan harus dijawab
No Pernyataan Ya Tidak Score

1. Perawatan payudara adalah salah satu cara yang


dilakukan agar ASI keluar dengan lancar
2. Saya rutin melakukan perawatan payudara
3. Saya melakukan perawatan payudara selama
hamil dan menyusui adalah tidak penting
4. ASI saya keluar lancar setelah melahirkan
5. Puting susu saya kotor karena endapan ASI
setelah menyusui
6. Saya melakukan perawatan payudara agar
puting susu saya lentur
7. Perawatan payudara akan meningkatkan
produksi ASI
8. Saya menjadi takut dengan perubahan keindahan
payudara saya apabila saya terus menyusui
9. Saya melakukan pengompresan payudara saya
sebelum menyusui
10. Saya melakukan pengompresan payudara saya
setelah menyusui
11. Saya melakukan pemijatan payudara saya
sebelum menyusui
12. Saya melakukan pemijatan payudara saya
sebelum menyusui
13. Perawatan payudara yang saya lakukan adalah
dengan membersihkan puting susu sesudah
Menyusui
14. ASI saya keluar sedikit-sedikit saja
15. Bentuk puting susu saya menonjol sehingga
bayi saya mudah menghisap ASI
16. Saya mempunyai benjolan pada payudara
17. Saya mengalami payudara bengkak
18. Infeksi (nyeri) pada payudara terjadi karena
kesalahan pada saat bayi menghisap puting
susu
19. Ketika saya mengalami infeksi (nyeri) pada
payudara, saya berhenti menyusui
20. Saya memijat payudara saya dengan minyak
kelapa/ baby oil
21. Saya melakukan pengompresan payudara
dengan menggunakan air hangat atau air dingin
TOTAL

KUESIONER PENELITIAN
1. Perawatan Payudara
Apakah ibu pernah melakukan perawatan payudara?
Perawatan Payudara Ya Tidak
Masa hamil
Masa nifas

No. Perawatan Payudara Ya Tidak


1. Pengurutan payudara, dilakukan dengan menggunakan
minyak
2. Sebelum melakukan pengurutan payudara terlebih
dahulu lincinkan kedua tangan dengan minyak dan
menempatkan kedua tangan di antara payudara
3. Pengurutan dimulai tengah, keatas, kesamping dan
kebawah (telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan
telapak tangan kanan kearah sisi kanan)
4. Pengurutan diulangi sebanyak 20-30 gerakan untuk
tiap-tiap payudara
5. Gerakan ada menyokong payudara kiri dengan satu
tangan kiri sedang tangan kanan mengurut dengan
buku-buku jari kearah puting susu
6. Pengurutan di lakukan untuk payudara sebelah kanan
dan ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk
tiaptiap payudara
7. Pengurutan ada memegang pangkal payudara dengan
kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara kearah
puting susu sebanyak 1 kali
8. Melakukan pemijatan dari areola ke puting susu
hingga keluar cairan ASI dan di tampung dengan
tempat yang bersih atau gelas
9. Kompres kedua payudara dengan dua handuk kecil
hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air
dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi
dengan air hangat 2 menit
10. Memakai BH (kutang) yang bersih dan sesuai untuk
ibu menyusui.

Bendungan ASI
No. Tanda dan Gejala Bendungan ASI Ya Tidak
1. Payudara Bengkak
2. Payudara terasa keras dan penuh
3. Payudara terasa panas dan nyeri
Breast Care (Perawatan Payudara)
Beri tanda checklist (√) pada salah satu kolom dilakukan atau tidak dilakukan
sesuai dengan hasil observasi
No. Perawatan payudara (Breast Care) Ya Tidak
1. Mencuci tangan
2. Mengkompres putting susu dengan kapas
minyak selama 3-4 menit
3. Membersihkan papilla dan areola mamae
dengan kapas minyak tersebut untuk
mengangkat kotoran
4. Memutar putting susu ke kanan dan ke kiri
secara bergantian masing-masing 20x untuk
menjaga agar putting susu tetap menonjol
5. Bila putting susu mendatar atau tenggelam,
meletakkan ibu jari pada sisi kanan dan kiri
putting susu, kemudian ditarik ke arah yang
berlawanan sebanyak 20x
6. Membasahi telapak tangan dengan minyak
7. Melakukan pengurutan payudara dari pangkal
ke putting susu sebanyak 30x
8. Mengkompres payudara dengan air hangat
kemudian air dingin dengan memakai waslap
selama 30 detik
9. Mencuci tangan

LEMBAR OBSERVASI KOMPRES DAUN KUBIS

Tanggal :
A. Identitas Responden
Nama ibu :
Usia ibu :
Paritas :
Jenis persalinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
B. Bendungan ASI
No. Tanda dan gejala Ya Tidak
1. ASI tidak keluar
2. Payudara terasa penuh

C. Kompres Daun Kubis


No. Kompres Daun Kubis Ya Tidak
1. Pilih daun kol yang masih segar
2. Ambil lembaran daun kol secara utuh, usahakan
tidak robek
3. Cuci bersih daun kol
4. Masukan daun kol dalam freezer selama 15-30
Menit
5. Tutupi seluruh area payudara yang bengkak, lalu
tutupi dengan bra
6. Lakukan pengomperesan selama 30 menit

Anda mungkin juga menyukai