Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PERFORASI UTERUS

DEPARTEMEN

MATERNITAS

OLEH :

AMILIA CANDRASARI

201920461011077

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERFORASI UTERUS

DI RUANG POLI OBGYN RSI AISYIYAH MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

KEOLOMPOK 11

NAMA : AMILIA CANDRASARI

NIM : 201920461011077

TGL PRAKTEK : 17-22 Agustus 2020

Malang, 22 Agustus 2020

Mahasiswa Pembimbing

(Amilia Candrasari) (Juwitasari, MS)


PENDAHULUAN

1. Definisi
Perforasi merupakan lubang atau luka pada dinding suatu organ tubuh.
Perforasi uterus merupakan komplikasinpotensial dari proses intrauterin. Ini mungkin
terkait dengan cieera pada pembuluh darah di sekitarnya atau organ dalam seperti
kandung kemih/usus. Jika tidak didiagnosis pada saat prosedur, terkadang dapat
menyebabkan pendarahan masis atau sepsis. Namun sebagian besar perforasi uterus
bersifat subklinis dan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dan tidak
menyebabkan kerusakan jangka panjang yang signifikan

2. Etiologi
- Pemakaian IUD yang salah
Perforasi uterus dapat terjadi pada saat insersi AKDR. Perforasi dapat partial
dimana sebagaian AKDR masih berada didalam uterus atau komplit dimana
seluruh bagian AKDR masuk ke dalam cavum abdomen (Handayani, 2010).
Menurut (Everett,2018), umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD
walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang
menembus dinding uterus. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan
apabila pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan
IUD dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat terjadinya perforasi,
sebaiknya dibuat foto rontgen. Hendaknya dilakukan histerografi untuk
menentukan apakah IUD terletak didalam atau diluar rahim. Dan dapat ditentukan
dengan USG trasvaginal dan transabdominal
- Abortus
Perforasi uterus pada saat curettage dapat terjasdi terutama pada uterus dalam
posisi hiperrerofleksi.perforasi usus pada abortusyang dikerjakan oleh orang biasa
menimbulkan persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas, mungkin
terjadi pula perlukaan pada kandung kemih atau usus.

3. Patogenesis perforasi uterus

Patogenesis perforasi uterus oleh IUD dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme.
1. perforasi pada saat pemasangan AKDR, hal ini ditandai dikatikan terutama dengan
dikaitkan rasa sakit yang hebat.
2. Terjadi perforasi adalah dengan tekanan bertahap dinding rahim nekrosis dengan
IUD (mungkin pada titik inti ) dengan migrasi akhirnya keluar bermigrasi ke uterus
Migrasi dan perforasi bisa atau kemungkinan difasilitasi oleh adanya kontraksi rahim.

4. Klasifikasi
- Perforasi parsial
Jenis perforasi yaitu Perforasi parsial digambarkan sebagai perforasi yang dapat di
mulai melalui semua lapisan rahim, tetapi beberapa bagian dari IUD
dipertahankan dalam rongga rahim atau dinding. IUD juga dapat "tertanam" untuk
berbagai tingkat dalam dinding uterus, perforasi yang Lengkap terjadi ketika
semua lapisan dinding rahim telah ditembus oleh IUD, termasuk endometrium,
miometrium, dan serosa.
- Perforasi lengkap
Dengan perforasi lengkap IUD dapat dengan bebas didalam rongga peritoneum
atau tertanam dalam struktur atau organ di dekatnya.Sekitar 80% dari perforasi
uterus bebas di dalam rongga peritoneal Namun, migrasi ke organ-organ yang
berdekatan dengan komplikasi berat berikutnya telah dilaporkan. Migrasi IUD ke
organ-organ yang berdekatan telah menyebabkan usus obstruksi dan perforasi,
peritonitis, usus buntu, pembentukan kalkulus vesikalis, nefropati obstruktif,
pembentukan fistula, menouria, dan adhesi intraperitoneal menyebabkan
infertility.
- Trauma dan pembedahan
Selain itu penyebab perforasi lainnya adalah operasi pada perut atau prosedur
kolonskopi dan laparotomy. Serta trauma perut yang disebabkan oleh termbakan
peluru, pisau atau trauma tumpul lainnya.

5. Epidimiologi

Perforasi menyebabkan migrasi perangkat ke organ lain di sekitar rahim , seperti

kandung kemih dan rectosigmoid. Insiden perforasi oleh Cu T 380 A adalah 0,6 per

1000 insersi, dan untuk Progestasert insidennya 1,1 per 1000 insersi. Translokasi
AKDR Cu T-380A dan perforasi uterus merupakan kasus yang jarang terjadi

diperkirakan 1:1000.

Banyak penulis telah merekomendasikan bahwa pemasangan IUD harus dilakukan

oleh tenaga yang terampil untuk mencegah komplikasi seperti perforasi uterus.

Migrasi IUD lebih sering pada wanita pekerja kasar dimana masih tertanam IUD di

rahimnya. Dalam penelitian terakhir, karena adanya pengurangan ukuran uterus dan

penipisan dinding rahim di postpartum sebagai akibat dari hypoestrogenemia, rahim

menjadi lebih rentan terhadap perforasi.

Zakin pada tahun 1982 melaporkan komplikasi perforasi uterus , termasuk lima kasus

kematian yang berhubungan dengan perforasi uterus oleh IUD, umumnya karena

sepsis atau embolism paru. Fenomena perforasi uterus adalah tanpa gejala. Ini

mungkin terjadi segera setelah insersi IUD atau tetap tidak terdiagnosis sampai

kebetulan ditemukan, kehamilan tak terduga atau terjadi komplikasi berat. Pada tahun

1992 Dietrick melaporkan delapan kasus migrasi IUD intravesical, dengan

perkembangan gejala kencing sedini tiga bulan sebagai akhir lima tahun setelah

insertion

6. Manifetasi klinis

- nyeri perut samar-samar, nyeri memburuk jika merubah posisi tubuh dan akan
berkurang jika berbaring
- hematuria
- cystitis berulang.
- Perut dapat menonjol keras pada perabaan
- Keringat dingin
- Mual
- Muntah
- Syok

7. Diagnosis
Perforasi dengan translokasi IUD sebagian besar tidak menimbulkan gejala. Sebagian besar
baru diketahui setelah beberapa kali dilakukan pemeriksaan ulang, dimana benang tidak
terlihat. (3)
Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR
dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat
foto Roentgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan
histerografi untuk menentukan apakah AKDR terletak di dalam atau di luar caavum uteri.
Dewasa ini dapat ditentukan dengan USG transvaginal dan transabdominal. (3) Dari beberapa
kasus yang dilaporkan mengenai perforasi uterus dengan translokasi IUD ke rectosigmoid,
pada anamnesa pasien mengeluh sakit punggung menetap dan sakit saat buang air besar. Pada
pemeriksaan klinis didapatkan nyeri tekan saat palpasi pada perut bagian bawah. Pada
pemeriksaan dengan inspikulo tidak tampak benang IUD, pemeriksaan bimanual bisa disertai
nyeri goyang porsio dan nyeri tekan pada daerah adneksa . Pada pemeriksaan USG umumnya
uterus terkesan normal, tampak IUD diluar cavum uterus dengan pemeriksaan pelvix X-ray.
Untuk hasil pemeriksaan dari darah lengkap pasien baik Hb, jumlah leukosit dan komponen
darah lainnya dalam batas normal. (2)
Diagnosa keperawatan pre operasi mastektomi:
- Defisit pengetahuan diri tentang mastektomi b/d kurang terpapar
informasi (D.0111)
- Nyeri akut b/d agen fisiologis (D.0077)
- Gangguan mobilitas fisik b/d Nyeri (D.0054)
8. Komplikasi

Perforasi merupakan kondisi klinis gawat darurat medis yang perlu ditangani segera.
Keterlambaatn penanganan dapat menyebabkan kematian. Perforasi juga dapat
menyebabkan pendarahan internal dan sepsis, selain itu dapat mengakibatkan abses pada
perut

9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Umum : Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari
kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra
abdomen
2. Pemeriksaan foto rontgen, CT scan dan MRI
3. Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk
panggul / pelvis.
4. Pemeriksaan laboratorium. : HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah
HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB <
7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat
5. Urinalisis : Hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.
10. Pathway

- Komplikasi curettage/aborsi
- Trauma abdomen
- Efek pemakaian IUD yang
salah

Perforasi Uterus
Kemungkinan darah
Lubang pada uterus
keluar pervaginam

Resiko kerusakan
Rasa nyeri pada
Resiko intergitas kulit dan
Resiko Syok abdomen
Pendarahan jaringan

Nyeri akut
Kurang Pengetahuan

Kecemasan/Ansietas Terjadi luka pada


uterus

Resiko infeksi
11. Follow-Up
Hal- hal yang harus di follow up:
- Menilai secara keseluruhan dari pasien
- Pendekatan spikologis terhadap penderita sehingga penderita bisa merasakan
pentingnya arti kunjungan. Hal-hal yang harus ditanyakan adalah perasaan
umum seperti: nafsu makan, pola tidur, hambatan pekerjaan
- Menilai adanya kekambuhan
- Menilai kekambuhan scara klinis (anamnesa, pemeriksaan fisik), pemeriksaan
laboraturium, biomarker, dan pencitraan.
- Menilai dan merawat hasil dan komplikasi pembedahan (KemenkesRI, 2015).
12. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d nyeri tekan pd abdomen bawah (D.0077)
2) Resiko kerusakan intergitas kulit dan jaringan b/d faktor mekanis (D.0139)
3) Ansietasb/d kurang terpapar informasi (D.0080)
4) Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)
Case study

TRANSLOKASI AKDR COPPER T-380A DAN PERFORASI UTERUS (LAPORAN


KASUS)
I Nyoman Okayasa, Eddy Hartono*
*Subbagian Fertilitas Endokrin dan Reproduksi
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Wanita 39 tahun rujukan RSU Lakipidada (Toraja) mengeluh nyeri perut bagian kiri
bawah sejak 3 bulan setelah pemasangan AKDR Cu T-380A oleh bidan. Saat pemasangan
AKDR Cu T-380A Cu T-380A pasien merasa sangat kesakitan. Pada pemeriksaan
didapatkan nyeri tekan  perut kiri bawah, inspikulo tidak tampak benang AKDR Cu T-380A,
pemeriksaan bimanual nyeri goyang porsio dan nyeri tekan pada adneksa kiri. Pada
pemeriksaan USG uterus kesan normal, AKDR Cu T-380A diluar cavum uterus pada dinding
posterior.
Pemeriksaan BNO tampak AKDR Cu T-380A pada rongga pelvis. Dilakukan
laparoskopi tampak perforasi uterus pada fundus dan tampak AKDR Cu T-380A pada cavum
Dauglasi melekat pada dinding uterus bagian posterior, AKDR Cu T-380A di ekstraksi dan
dilakukan. histerorafi melalui laparoskopi.
RESUME

Nama pasien :
No RM :

S O A P I E
Pasien melaporkan P: Post pemasangan Nyeri akut b/d agen SLKI -Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan,
nyeri tekan pada pencedera fisik d.d
AKDR Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristi, nyeri berkurang
perut bawah nyeri tekan pd
Q: TT abdomen bawah keperawatan selama 1x3 jam durasi,
(D.0077) diharapkan “Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, O:
R: abdomen
(L.08066)” menurun dengan intensitas nyeri - Keluhan nyeri cukup
S: - kriteria hasil : -Mengidentifikasi skala menurun (4)
-Keluhan nyeri menurun nyeri -Gelisah cukup menurun
T: terus-menerus
-Gelisah menurun -Mengidentifikasi (4)
respon nyeri non verbal
SIKI -Mengidentifikasi faktor A: Masalah teratasi
yang memperberat dan sebagian
Manajemen Nyeri (I.08238) memperingan nyeri
Observasi: -Memonitor efek P: Ulangi intervensi
-Identifikasi lokasi, karakteristi, samping penggunaan nyeri hingga menurun
durasi, analgetik
frekuensi, kualitas, intensitas Terapeutik:
nyeri -Bmemberikan teknik
-Identifikasi skala nyeri nafas dalam untuk
-Identifikasi respon nyeri non mengurangi nyeri
verbal -Mengontrol lingkungan
-Identifikasi faktor yang yang memperberat rasa
nyeri
memperberat dan -Memfasilitasi istirahat
memperingan nyeri tidur
-Monitor efek samping Edukasi:
penggunaan -Menjelaskan penyebab,
analgetik periode, dan pemicu
Terapeutik: nyeri
-Berikan teknik non farmakologis -Menjelaskan strategi
untuk meredakan nyeri
menggurangi rasa nyeri -Menganjurkan
-Kontrol lingkungan yang memonitor nyeri secara
memperberat rasa mandiri
nyeri -Menganjurkan
-Fasilitasi istirahat tidur menggunakan analgetik
Edukasi: secara
-Jelaskan penyebab, periode, dan tepat
pemicu Kolaborasi:
nyeri -Mengolaborasi
-Jelaskan strategi meredakan pemberian analgetik
nyeri
-Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
-Anjurkan menggunakan
analgetik secraa
tepat
-Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk
menggurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
S O A P I E
Pasien melaporkan Efek prosedur invasif Risiko infeksi d.d efek SLKI Observasi S: Pasien mengatakan
bahwa sakit terasa prosedur invasif -Memeriksa lokasi insisi masih terasa sakit
saat pemasangan alat (D.0142) Setelah dilakukan tindakan adanya kemeraha,
IUD 1x3 jam, diharapkan “Tingkat bengkak, atau tanda- O:
Infeksi (L.14137)” menurun, tanda dehisen atau -Demam sedang (3)
dengan kriteria hasil: eviserasi -Nyeri cukup menurun
1. Demam menurun (1) -Mengidentifikasi (3)
2. Nyeri menurun (1) karakteristik drainase -Bengkak sedang (3)
3. Bengkak (1) -Memonitr proses
penyembuhan area insisi A: Masalah belum
SIKI -Memonitor tanda dan teratasi
Perawatan Area Insisi gejala infeksi
(1.14558) Terapeutik P: Lanjutkan intervensi
-Membersihkan area Perawatan area insisi
Observasi insisi dengan pembersih
1. Periksa lokasi insisi adanya yang tepat
kemeraha, bengkak, atau -Mengganti balutan yang
tanda-tandadehisen atau sesuai
eviserasi Edukasi
2. Identifikasi karakteristik -Mengajarkan
drainase meminmalkan tekanan
3. Monitr proses pada tempat insisi
penyembuhan area insisi -Mengajarkan merawat
4. Monitor tanda dan gejala area insisi
infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi
dengan pembersih yang
tepat
2. Ganti balutan yang sesuai
Edukasi
1. Ajarkan meminmalkan
tekanan pada tempat insisi
2. Ajarkan merawat area
insisi
Daftar Pustaka

Chunningham, F., Gary., Gant, F., Norman., Leveno, J., Kenneth., et all. Obstetri Williams
Edisi 21.2011. Jakarta: EGC.
Engram, B. (2009). Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Keser, Ilke., Selda Basar, Irem Duzgun, and Nevin A. Guzel. (2013). Malpractice Leading to
Secondary Lymphedema after Radical Mastectomy: Case Report. 8(5): 371–373.
doi: 10.1159/000354578
Kozier, B. (2018). Fundamental of Nursing, Seventh Edition, Vol.7. Jakarta: EGC.
Norwitz, Errol dan Schorge, John, 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisikedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.
Prawirohardjo Sarwono ; Wiknjosastro H (2000), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta
RSUD Dr. Soetomo (2011), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya
Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai