Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI SECTIO


CAESAREA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

PROPOSAL

Disusun Oleh :

Canda Ardiana
NPP. 17.11.022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal dengan Judul :

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh :
Canda Ardiana
NPP. 17.11.022

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan Komisi penguji


Proposal pada ujian sidang Proposal Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk
Pakam.

Lubuk Pakam, April 2021


Komisi Penguji :

1.
2.
3. Reno Irwanto, S.TP, M.Si
NPP. 03.20.12.09.1990

Disahkan oleh :
Dekan Ketua Jurusan Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Kuat Sitepu,S.Kep ,M.Kes Ns. Tati Murni Karo-Karo,S.Kep ,M.Kep


NPP : 01.96.26.02.1972 NPP : 01.02.28.02.1980

2
LEMBAR PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

PROPOSAL

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proposal ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Lubuk Pakam, April 2021


Peneliti

Canda Ardiana
NPP. 17.11.022

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat

dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal ini. Adapun judul

Proposal ini adalah “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan

Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

GrandMed Lubuk Pakam Tahun 2021”. Proposal ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada program studi ilmu keperawatan.

Dalam penyusunan Proposal ini, saya telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Drs.Johannes Sembiring M.Pd, M.Kes selaku Ketua Yayasan

MEDISTRA Lubuk Pakam.

2. Ns. Rahmad Gurusinga S.Kep,M.Kep Selaku Rektor di Institut

Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.

3. Ns. Kuat Sitepu S.Kep.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Dan Fisioterapi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.

4. Ns. Tati Murni Karo Karo S.Kep.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut

Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam sekaligus dosen pembimbing

peneliti yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing

serta selalu sabar dalam membantu peneliti dan memberi saran serta

arahan dalam penyusunan proposal ini.

4
5. Ns. Dian anggriyanti S.Kep,M.Kep Selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan MEDISTRA

Lubuk Pakam.

6. Dr. Arif Sujatmiko , M.Kes Selaku Direktur Rumah Sakit GrendMed

Lubuk Pakam yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian.

7. Ns. Samuel Ginting S.Kep Selaku Wali Tingkat yang selama ini sudah

mendidik serta memberi dukungan kepada peneliti

8. Reno Irwanto, S.TP,M.Si Selaku Dosen Pembimbing saya yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya dalam

menyelesaikan proposal ini.

9. Teristimewa kepada kedua orangtua saya Ayahanda Supriyadi Julius

dan Ibunda Suyatni, yang telah bersedia memberi kasih sayang,

nasihat, dukungan moral dan material yang telah memberikan

motivasi dan semangat selama peneliti mengikuti pembelajaran.

10. Kakak abang serta adik saya yang bersedia memberi kasih sayang, dan

memberikan motivasi dan semangat selama peneliti mengikuti

pembelajaran.

11. Teman terkasih peneliti ,Chairunnisa Hafsari Siregar, Annisa Fadhila,

Annisa Wulandari, Siti Rohana, Nia Pratiwi Siregar, Tri Agustanti

Aulia, yang mana telah menemani peneliti di kurang lebih 4 Tahun

ini dan sudah banyak memberikan peneliti dukungan, motivasi serta

5
saran saran yang membangun,sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal ini.

12. Teman terdekat peneliti Nur Ria Anggriani, Nabilla Munthe, yang

mana telah banyak memberikan peneliti dukungan, motivasi serta

saran saran yang membangun,sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal ini .

13. Seluruh teman-teman seperjuangan di program studi ilmu

keperawatan tingkat 4 stambuk 2017, yang telah memberikan

dukungan, motivasi dan saran yang membangun selama proses

penyusunan proposal ini.

Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati saya menerima kritik dan saran

membangun untuk kesempurnaan proposal ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa

mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

peneliti.

Lubuk Pakam, April 2021

(Canda Ardiana)

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUANii
HALAMAN PENGESAHANiii
HALAMAN PERNYATAANiv
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISIviii
DAFTAR GAMBARxi
DAFTAR LAMPIRANxii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah5
1.3 Tujuan5
1.4 Manfaat Penelitian6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sectio Caesarea7
2.1.1 Defenisi Sectio Caesarea8
2.1.2 Etiolologi Sectio Caesarea 8
2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea 9
2.1.4 Komplikasi Sectio Casarea 10
2.1.5 Penatalaksanaan Sectio Caesarea10
2.2 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan12
2.2.1 Pengertian Kecemasan13
2.2.2 Faktor Penyebab Kecemasan 15
2.2.3 Mekanisme Koping Terhadap Kecemasan 16
2.2.4 Rentang Respon Kecemasan 18
2.2.5 Tingkat Kecemasan 19
2.2.6 Manisfestasi Kecemasan20

7
2.3 Konsep Murottal Al-Qur’an23
2.3.1 Defeni Al-Qur’an23
2.3.2 Pengaruh Membaca Dan Mendengarkan Al-qur’an 25
2.3.3 Terapi Al-Qur’an dan Suara Al-Qur’an26
2.3.4 Pengertian Murottal 27
2.3.5 Terapi Murottal Al-Qur’an27
2.3.6 Tujuan Diturunkan Al-Qur’an, Menurut (Sholeh,2012)28
2.3.7 Manfaat Terapi Murottal Al-Qur’an 29
2.3.8 Mekanisme Murottal Alqur’an Sebagai Terapi 30
2.4 Kerangka Teori31
2.5 Kerangka Konseptual 31
2.6 Hipotesis Penelitian32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian33
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian33
3.2.1 Waktu33
3.2.2 Tempat35
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian35
3.3.1 Populasi 35
Sampel 35
3.4 Variabel Penelitian 37
3.4.1 Variabel Dependen(Variabel Terikat) 37
3.4.2 Variabel Independen(Variabel Bebas)38
3.5 Definisi Operasional 38
3.6 Cara Pengumpulan Data 39
3.7 Instrumen Penelitian 40
3.8 Pengolahan Data 40
3.8.1 Teknik Pengolahan Data 40
3.9 Analisis Data 41
3.10 Alur Penelitian 42
DAFTAR PUSTAKA 44

8
KUESIONER 50

DAFTAR TABEL
Table 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian.........................................34

9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden48
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden49
Lampiran 3 Lembar kuesioner peneliti50
Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan55
Lampiran 5 Surat Balasan dari Rumah Sakit56
Lampiran 4 Lembar konsul peneliti57

10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio caesarea (SC) adalah salah satu operasi bedah yang paling umum

dilakukan di dunia. Kelahiran sectio caesarea didefenisikan sebagai kelahiran

janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus

(histerotomi) (Cunningham, dkk 2014). Tindakan operasi sectio caesarea (SC)

dilakukan untuk mencegah kematian janin dan ibu karena adanya suatu

komplikasi yang akan terjadi kemudian bila persalinan dilakukan secara

pervaginaan (Sunarsih, dkk 2015). Menurut World Health Organzation (WHO)

selama tahun 2007-2008 persalinan dengan sectio caeserea (SC) berjumlah

110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Shinha, dkk 2010). Sedangkan di Indonesia

diperoleh bahwa tahun 2007 kejadian sectio caesarea sebesar 53,2%, tahun 2005

sebesar 51,59%, tahun 2008 sebesar 53,68% (Grace, 2007). Di Jawa Tengah

tercatat 17.665 angka kelahiran terdapat 33,7%-55,3% ibu melahirkan dengan

tindakan SC (Nurak, 2017). Data dari Rumah Sakit Siloam Purwakerto sebanyak

365 orang dari bulan Januari-Desember 2017 (Suarniani, 2017).

World health organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC di

suatu Negara adalah 5-15% per 1000 kelahiran di dunia Rumah sakit

pemerintahan kira-kira 11% persalinan (Kundre, 2010). Menurut Riskesdas 2013

tingkat persalinan sesar tanpa indikasi sebanyak 15,3% di Kabupaten Deli

Serdang, Sumatera Utara di Rumah Sakit Lubuk Pakam pada tahun 2015 yang

11
menunjukkan angka yang lebih dramatis yaitu 6,4% (Dinas Kesehatan Deli

Serdang, 2015). Di Rumah Sakit Sembiring Delitua pada tahun 2016 SC tanpa

indikasi 326 (16,1%) dari 2022 tenaga kerja dari 2015 yaitu 67 (3,6%) dari 1815

pekerja.

Persalinan melalui SC tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih

besar, risiko kematian dan komplikasi lebih besar seperti risiko kesakitan dan

menghadapi masalah fisik pasca operasi yang menimbulkan rasa sakit,

perdarahan, infeksi, kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur

(Depkes RI, 2019). Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien post SC adalah

nyeri abdomen, cedera kandung kemih dan ureter, kematian ibu, gangguan stress

pasca-trauma. Beberapa risiko yang harus ditanggung oleh ibu post SC membuat

ibu rentan mengalami tekanan jiwa termasuk kecemasan dan tekanan emosi

menjadi labil (Kaida, 2016).

Cemas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi takut dan

terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak direlakan yang

dapat atau tidak dapat atau tidak berhubungan dengan rangsangan eksternal

(Hawari, 2008). Pengobatan untuk kecemasan sangat dibutuhkan, karena

kecemasan sering meningkatkan persepsi rasa sakit, namun rasa sakit juga bisa

menimbulkan rasa cemas. Stimulus yang menyakitkan mengaktifkan bagian

sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, terutama kecemasan

(Potter,dkk 2006). Berdasarkan Chapman & Gavrin (1999), rasa sakit yang terus

berlanjut dapat menyebabkan gangguan fisik maupun mental. Stres psikologis

12
sebagai kecemasan bisa menekan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan

gangguan penyembuhan luka (Cave,dkk 2010).

Strategi penatalaksanaan kecemasan mencakup pendekatan farmakologi

dan non farmakologi. Manajemen kecemasan farmakologi adalah pemberian obat

anti anxietas yaitu golongan benzodiazepine, tetapi manajemen farmakologi

digunakan hanya untuk kecemasan sangat berat (panik) karena dapat

menimbulkan ketergantungan dan gangguan saraf pada penderitanya (Maslim,

2008). Manajemen kecemasan non farmakologi antara lain memberikan dukungan

atau pendekatan spiritual meliputi membantu dan mengajarkan do’a, memotivasi

dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berdzikir

ketika sedang kesakitan, mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an (Taufiq,

2006).

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kecemasan pasien dapat

berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tindakan relaksasi dan distraksi.

Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat

kecemasan adalah terapi murotal Al-Quran. Mendengarkan Al qur’an dapat

menenangkan jiwa seseorang, sehingga kecemasan dapat berkurang sebagaimana

diterangkan dalam Al qur’an : orang-orang beriman itu, hati mereka menjadi

tenang dengan mengingat Allah. Ketahuilah, bahwa mengingat Allah itu dapat

menentramkan jiwa (QS Al Ra’d : 28). Dari ayat tersebut dengan tegas

menerangkan bahwa ketenangan jiwa dapat dicapai dengan mengingat Allah

(Jalaluddin, 2009 dalam Wahyuni, 2013).

13
Berdasarkan penelitian Faradisi (2010) mengenai perbandingan terapi

musik klasik dengan terapi murotal terhadap kecemasan pra operasi pada pasien

dewasa di Indonesia, menunjukkan bahwa terapi murottal secara statistik

memperoleh p < 0,05 dalam mengurangi kecemasan artinya terdapat hubungan

yang kuat antar variabel. Hal ini menunjukan bahwa apabila terapi murottal

dilakukan dengan baik maka secara tidak langsung akan mengurangi kecemasan

pada pasien post operasi SC.

Hasil survey yang telah diperoleh dari data Rumah Sakit GrandMed Lubuk

Pakam pasien SC rawat inap pada tahun 2021 bulan Januari-Maret berjumlah 200

orang. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit GrandMed Lubuk Pakam Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sbb: Apakah ada pengaruh pemberian terapi murottal terhadap tingkat

kecemasan pasien post operasi SC di ruang rawat inap RS GrandMed Lubuk

Pakam.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi murottal terhadap tingkat

kecemasan pasien post operasi sc di ruang rawat inap RS GrandMed Lubuk

Pakam.

14
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengurangi kecemasan pada pasien post operasi SC.

2. Memberi pengetahuan kepada pasien untuk mengurangi kecemasan

sesuai yang diharapkan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Bermanfaat sebagai masukan bagi Rumah Sakit tentang pentingnya

mengetahui pengaruh pemberian terapi murottal terhadap tingkat

kecemasan pasien post operasi SC di ruang rawat inap RS GrandMed

Lubuk Pakam.

1.4.2 Bagi Perawat

Hasil penelitian ini di dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan

pedoman dalam menerapkan pemberian terapi murottal kepada pasien post

operasi SC yang mengalami kecemasan.

1.4.3 Bagian Pendidikan

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk dipergunakan sebagai bahan

masukan terhadap pembelajaran didalam pendidikan ilmu keperawatan.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sectio caesarea

2.1.1 Defenisi Sectio Caesarea

Operasi Caesarea menurut J. Dunn, dalam buku Obstetrics and

Gynecology, menyebutkan sebagai caesarean section, laparatomy, atau

abdominal delivery. Dalam bukunya, yaitu mengartikan sebagai persalinan untuk

melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut

dengan menyayat dinding rahim. Istilah Caesar sendiri berasal dari bahasa Latin

caedere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut

bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim. Menurut sejarah operasi Caesar, bayi terpaksa

dilahirkan melalui cara ini apabila persalinan alami sudah tidak efektif. Ada pun

beberapa jenis tindakan sectio caesarea yaitu :

1. Sectio caesarea klasik atau korpal (Solehati 2017)

Dengan sayatan memanjang melalui korpus uteri kira-kita sepanjang 10

cm. setelah diding perut dan peritoneum parietal terbuka pada garis tengah dibalut

beberapa kain kasa panjang antara dining perut dan dinding uterus untuk

mencegah masuknya air ketuban dan darah ke rongga perut. Dilakukan insisi pada

bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas

plika vesiko uterine. Dilakukan lubang kecil pada kantong ketuban untuk

16
mengisap air ketuban sebanyak mungkin. Lubang ini kemudian dilebarkan, dan

janin dilahirkan dari rongga perut untuk memudahkan tindakan selanjutnya. Dan

diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam diding uterus dan palsenta serta

selaput ketuban dikeluarakan secara manual. Kemudian didind uterus di tutup

dengan jahitan catgut yang kuat dalam dua lapisan: lapisan pertama terdiri atas

jahitan simpul dan lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya dilakukan

jahitan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta bagian

luar mio,etrium dan yang menutupi jahitan yang terlebih dahulu dengan rapi.

2. Sectio caesarea transperitonalis profunda (Solehati, 2017)

Dengan sayatan melintang kongkat pada segmen bawah rahim kira-kira 10

cm Dauercatheter dipasang dan wanita berbaring dalam letak trendelengburg

ringan. Diakdakan insisi pada didnding perut pada garis tengah simfisis smapai

beberapa sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang

speculum perut dan lapangan operasi dipisah oleh rongga perut dengan satu kain

kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada didning uterus depan dan bawah

dipegang dengan pinset, plia vesiko-uterina dibuka dan insisi ini diterusakn

melintang jauh ke lateral, kemudian kandung kencing dengan peritoneum di

depan uterus didorong ke bawah dengan jari.

2.1.2 Etiologi Sectio Caesarea

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalm rahim

ibunya. Apabila harus dilakukan tindakan operasi ada empat alasan, yaitu utuk

keselamatan ibu dan janin ketka persalinan berlangsung, tidak terjadi kontraksi,

distosia(persalinan macet) sehingga menghalangkan pesalinan alami, dan bayi

17
dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak

mungkin dilalui janin. Jadi, penyebab dilakukannya operasi pada persalinan

sebagai berikut :

1. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress(gawat janin), mal plasentasi dan mal posisi kedudukan

janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan

persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Solehati, 2017).

2. Indikasi yang berasal dari Ibu

Yaitu pada primigrapida dengan kelainan letak, primi para tua disertai

kelianan letak, disposisi sefalo pelvc (disproporsi janin/panggul),

sejarah kahamilan dan persalinan yang buruk, panggul sempit, plasenta

previa terutama pada primigravida, komplikasi kehamlan yaitu

preeclampsia, atas permintaan, kehamlan yang di sertai penyakt

(jantung,DM), gangguan jalan persalinan (kista ovarium, dan miomi

uteri). Terjadi kelanan pada Ibu dan kehamilan pada janin

menyebabkan persalnan normal tidak memnungkinkan akhrnya harus

dilakukan sectio cesarean (Solehati,2017).

2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea

Terjadinya kelainan pada Ibu dan kelainan pada janin menyebabkan

persalinan normal tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukakn Sectio

Caesarea (Solehati, 2017).

2.1.4 Komplikasi Sectio Caesarea

18
1) Infeksim puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama bebrapa

har dalam masa nifas, besifat berat eperti peritonitis dan sepsis.

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada aktu pembedahan jika cabang-

cabang arteri kut terbuka, atau karena atona uteri.

3) Komplikasi-komplaksi lain seperti luka akndungkencng, embolisme paru-

paru dan sebagainya jarang terjadi.

4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya

perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya bisa

terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan

sesudah sesarea klasik (Solehati,2017).

2.1.5 Penatalaksanaan Sectio Caesarea

1) Perawatan Pra Operasi Sectio Caesarea

a) Persiapan kamar operasi

a. Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai

b. Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termaksud kain

operasi.

b) Persiapan pasien

a. Pasien telah dijelaskan procedure operasi

b. Informed conset telah ditada tangani oleh keluarga pasien

c. Perawat member support kepada pasien

19
d. Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis d

cukur dan sekitar abdomen telah di bersihkan dengan

antiseptic)

e. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk

mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh pasien.

f. Pemeriksaan laboratorium (darah,urine)

g. Pemeriksaan USG

h. Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi

2) Perawatan Post Operasi Seksio Caesarea

a) Analgetik

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin

(intramuscular) seriap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi

rasa sakit auat dapat disuntkikan dengan cara serupa 10 mg morfin.

a. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang

diberkan adalah 50 mg.

b. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100

mg Meperdin.

c. Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg basanya

diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

b) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan

darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hlang dan keadaab

fundus harus diperiksa.

20
c) Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah

cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya,

meskipun demikian jka output urine jauh di bawah 30 ml/jam, pasien

harus segera dievaluasi kembali paling lambat pada hari ke dua.

d) Vesika urinarius dan usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada

keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bsng usus masih lemah

dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.

e) Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasen dengan bantua

perawatan dengan bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang

2 kal pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

f) Perawatan luka

Luka insisi di inspeksi di setiap hari, sehingga pembalut luka yang

alternative ringan tanpa banyak pleture sangat menguntungkan, secara

normal jahitan luka dapat diangkat setelah ahri ke empat setelah

pembedhan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat

mandi tanpa membahayakan luka insisi.

g) Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit

tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah

yang biasa atau dekadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

21
h) Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang

mengancam payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya

mengurangi rasa sakit.

i) Memulangkan pasien dari rumah sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mengkin lebih aman bila

diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat post

operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk

perawatan bayinya

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Ansietas atau kecemasan adalah respons individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup. Ansietas

merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik

sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah

sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala

otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia, 1998).

Ansietas merupakan istilah yang sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, yakni menggambarkan keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak

menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tenteram yang terkadang disertai

berbagai keluhan fisik. Ansietas merupakan respons emosional dan penilaian

individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum

22
diketahui secara khusus faktor penyebabnya (Zan Pieter dkk, 2011).

Kecemasan adalah fitrah, karena fitrah maka dipastikan setiap orang akan

mengalaminya. Jika seseorang telah mengalami gejala serupa cemas, takut, was-

was atau gelisah, maka tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan kesabaran

dan menegakkan shalat serta tetap tawakkal dengan berdzikir kepada Allah

sebagai upaya preventif dalam menanggulangi kecemasan.

Kecemasan (anxietas) merupakan gejolak emosi seseorang yang

berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan

dalam mengatasi permasalahan. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai

asal ansietas. Teori tersebut antara lain:

a. Teori Psikoanalisis

Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa

ada bahaya.

b. Teori Interpersonal

Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut

terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga

dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan

dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap

23
eksistensi diri dengan orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan

individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya

diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas.

Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.

c. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidak

mampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan

akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan inilah yang

menyebabkan seseorang menjadi cemas (Asmadi, 2009).

2.2.2 Faktor Penyebab Kecemasan

Faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang merasa cemas dapat

berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal).

Menurut Stuart, yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi adalah:

a. Faktor eksternal :

1) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan

yang akan dilakukan).

2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga

diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran.

3) Pemberian informed consent.

b. Faktor internal antara lain :

a) Usia : Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih

24
tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.

b) Jenis kelamin : Gangguan panik merupakan gangguan cemas yang

ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik, gangguan ini lebih

sering dialami oleh wanita dari pada pria.

c) Pendidikan dan status ekonomi : tingkat pendidikan dan status ekonomi

yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah

mengalami kecemasan, tingkat pendidikan seseorang atau individu akan

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat

pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap

informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.

d) Potensi stressor : stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga itu terpaksa mengadakan adaptasi.

e) Maturitas : individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar

mengalami gangguan kecemasan, karena individu yang matur mempunyai

daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

f) Keadaan fisik : seseorang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah

mengalami kecemasan (Saputri Handayani, 2012).

2.2.3 Mekanisme Koping Terhadap Kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara

otomatis muncul upaya ntuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping.

Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain

25
dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme

koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi

ansietas. Ansietas perlu diatasi untuk mencapai keadaan homeostasis dalam diri

individu, baik secara fisiologis maupun psikologis. Apabila individu tidak mampu

mengatasi ansietas secara konstruktif, maka ketidakmampuan tersebut tidak dapat

menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang patologis.

Secara umum, mekanisme koping terhadap ansietas diklasifikasikan ke

dalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)

dan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).

a. Strategi Pemecahan Masalah (problem solving strategic)

Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau

menanggulagi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan

secara realistis.

Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan antara lain :

1) Meminta bantuan kepada orang lain.

2) Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan status

yang ada.

3) Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang

dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.

4) Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.

5) Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya

bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang

besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai diri sendiri

26
maupun bayangan pikiran mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala

sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang

ada dalam pikirannya.

b. Mekanisme Pertahanan Diri (defence mechanism)

Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu

usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri

mekanisme pertahanan diri antara lain:

1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk melindungi atau

bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung

mengatasi masalah.

2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu tidak

menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.

3) Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2009).

2.2.4 Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon cemas dibagi atas dua bagian, yaitu :

a. Respon adaptif

Adalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan bila individu mampu

untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan

sesuatu yang positif.

b. Respon maladaptive

Merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku

individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan sehingga individu

mengalami kecemasan secara bertahap.

27
Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007) tingkat kecemasan terdiri atas :

a. Cemas Ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan

berhati- hati serta waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti

sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada

lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak

dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.

b. Cemas Sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih

berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

28
Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,

ransangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah

tidur, dan perasaan tidak enak.

c. Cemas Berat

Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung

hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.

Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak

pengarahan atau tuntunan. Respons kecemasan berat seperti napas pendek,

nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak

mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan

ancaman meningkat.

d. Panik

Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun

telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik

dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit,

tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-

teriak, blocking, kehilangan kendali, dan persepsi kacau (Tarwoto dan

Wartonah, 2011).

2.2.6 Manifestasi Kecemasan

29
Menurut Hawari, instrumen lain yang dapat digunakan untuk mengukur

skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yaitu mengukur

aspek kognitif dan afektif yang meliputi :

a) Perasaan cemas yang ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut akan

pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b) Ketegangan yang ditandai dengan : merasa tegang, lesu, tidak dapat

istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah,

mudah terkejut.

c) Ketakutan yang ditandai dengan : ketakutan pada gelap, ketakutan

ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang

besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan

orang banyak.

d) Gangguan tidur yang ditandai dengan : sukar masuk tidur, terbangun

malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi

yang menakutkan.

e) Gangguan kecerdasan yang ditandai dengan : sukar konsentrasi, daya ingat

buruk, daya ingat menurun.

f) Perasaan depresi yang ditandai dengan : kehilangan minat, sedih, bangun

dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang

hari,

g) Gejala somatik yang ditandai dengan : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot,

gigi gemeretak, suara tidak stabil.

h) Gejala sensorik yang ditandai dengan : tinitus, penglihatan kabur, muka

30
merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

i) Gejala kardiovaskuler yang ditandai dengan : takikardia, berdebar-debar,

nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak

jantung hilang sekejap.

j) Gejala pernafasan yang ditandai dengan : rasa tertekan atau sempit di dada,

perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas

panjang.

k) Gejala gastrointestinal yang ditandai dengan : sulit menelan, mual, perut

melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah

makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah,

defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi (sukar buang air besar).

l) Gejala urogenital yang ditandai dengan : sering kencing, tidak dapat

menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan,

masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas,

ejakulasi prekok, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten.

m) Gejala otonom yang ditandai dengan : mulut kering, muka merah kering,

mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu- bulu

berdiri.

n) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah (Dadang Hawari, 2001).

Petunjuk penggunaan alat ukur Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) adalah:

1) Penilaian skor

31
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada
Skor 2 : separuh dari gejala yang ada
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada
Skor 4 : semua gejala ada

2) Penilaian hasil

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1

sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :

Skor <14 : tidak ada kecemasan


Skor 14-20 : kecemasan ringan

Skor 21-27 : kecemasan sedang


Skor 28-41 : kecemasan berat
Skor 42-56 : kecemasan berat sekali/panik
2.3 Konsep Murottal Al-qur’an

2.3.1 Definisi Al-qur‟an

Al-qur‟an merupakan kitab agama dan hidayah yang diturunkan oleh

Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW agar bisa membimbing segenap

manusia pada agama yang luhur, mengembangkan kepribadian manusia dengan

meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan, sehingga bisa mewujudkan

kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kitab Al- qur‟an mengarahkan manusia pada

jalan yang benar. Dalam Q.S. Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa “Wahai

manusia, sungguh telah datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan

penyembuh untuk apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi

kaum nukminin” (Alfarisi, 2005).

32
Al-qur‟an adalah wahyu Allah yang berfungsi untuk mu‟jizat bagi

Rasulullah Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan

sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya,

dan bernilai sangat abadi. Sebagai mu‟jizat, Al-qur‟an telah menjadi salah satu

sebab penting bagi masuknya orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama

Islam (Andi, 2012 di kutip Nurul fuadi riyadhi, 2014).

Mendengarkan bacaan Al-qur‟an adalah salah satu jenis terapi religius,

diharapkan dengan mendengarkan bacaan Al-qur‟an dapat menimbulka respon

relaksasi bagi yang membacanya maupun mendengarkan. Seperti yang dijelaskan

dalam Q.S Al-A‟raf/7:204

ِ ‫ئ ْالقُرْ ٰانُ فَا ْستَ ِمعُوْ ا لَهٗ َواَ ْن‬


َ‫صتُوْ ا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬ َ ‫َواِ َذا قُ ِر‬

Artinya: “Dan apabila dibacakan al-qur‟an, maka dengarkanlah baik-baik dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmatnya” Q.S Al-

A‟raf/7:204.

Al-qur‟an adalah sumber hukum Islam pertama dan utama. Ia memuat

kaidah kaidah hokum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan

dikembangkan lebih lanjut (Mohammad Daud Ali, 2007).

Pengobatan dengan murottal al-qur‟an:

1. Pengobatan dengan cara mendengarkan

Al-qur‟an seperti halnya dengan terapi, pasien alangkah baiknya setiap

hari mendengarkan Al-qur‟an selama beberapa menit dan kapan pun

dia bisa. Pasien tersebut sebaiknya juga merenungkan ayat-ayat yang

didengarnya, sebab mentadaburi dan memahami maknanya juga

33
termasuk penyembuhan. Supaya pengobatan menjadi efektif, penulis

sarankan kepada pasien untuk mendengarkan Murottal Al-qur‟an pada

saat tidur, karena otak tetep bekerja dan merespon suara Al-qur‟an tadi

bahkan jika seseorang tertidur.

َ ِ‫ار َوا ْبتِغ َۤا ُؤ ُك ْم ِّم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه اِ َّن فِ ْي ٰذل‬


ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّ ْس َمعُوْ ن‬ ٰ
ِ َ‫َو ِم ْن ا ٰيتِ ٖه َمنَا ُم ُك ْم بِالَّ ْي ِل َوالنَّه‬

Artinya :” Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu

pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-

Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang mendengarkan. (QS. Ar-Rum (30) : 23) (Ir. Abdel Daem Al-

khaheel, 2013).

2. Pengobatan dengan cara dibacakan

Yaitu pengobatan yang akan dibacakan kepada pasien yang sakit,

ditambah pula dengan doa-doa ma‟tsur yang dilakukan secara

berulang kali sampai pasien mengalami perubahan (sembuh) dengan

izin Allah. Jadi, hal yang dapat mempengaruhi pasien yaitu dengan

bacaan Al-qur‟an. Bacaan Al-qur‟an terdiri atas dua hal, yaitu makna

yang dikandung oleh ayat Al-qur‟an dan suara orang yang

menyembuhkan (Ir. Abdel Daem Al-khaheel, 2013).

2.3.2 Pengaruh membaca dan mendengarkan Al-qur‟an (Murottal)

Pengaruh membaca dan mendengarkan Al-qur‟an (murottal) menurut (Al-

Kahel, 2010) meningkan kekebalan tubuh, peningkatan kapasitas untuk

berinovasi, peningkatan kemampuan focus, perubahan signifikan dalam perilaku,

kondisi jiwa yang lebih stabil, mampu mengontrol emosi, marah dan ceroboh,

34
menghilangkan rasa khawatir, ragu-ragu atau cemas, mampu membuat keputusan

yang baik, menyembuhkan penyakit yang umum seperti: alergi, pilek dan sakit

kepala, mencegah penyakit ganas seperti: kanker, menghentikan kebiasaan

merokok, meningkatkan kemampuan berbicara dan kecepatan berbicara, merubah

kebiasaan buruk.

2.3.3 Terapi Al-qur‟an dan suara Al-qur‟an

Jika kita menganalisis suara Al-qur‟an, kita mencatat bahwa ia merupakan

frekuensi audio atau gelombang yang dikirim kepada kita melalui udara.

Gelombang suara ini ditransmisikan ke telinga kemudian masuk ke otak. Tentu

saja setelah gelombang itu masuk di telinga dan berubah menjadi sinyal-sinyal

listrik dan getaran-getaran pada sel-sel rambut dalam koklea untuk selanjutnya

melalui saraf koklearis menuju otak dan meciptakan imajinasi keindahan diotak

kanan dan otak kiri yang akan memberi dampak berupa kenyamanan dan

perubahan perasaan diakibatkan terapi murottal Al-Qur’an dapat menjangkau

wilayah kiri korteks serebri sehingga timbul ketenangan.(Ir. Abdel Daem Al-

khaheel, 2013).

Ketahuilah bahwa Al-qur‟an adalah penyembuh untuk setiap penyakit dan

Allah membuat ayat-ayat dalam Al-qur‟an dengan bahasa yang menakjubkan

yang bisa dipahami.


‫هّٰللا‬ ‫هّٰلِل‬
ٖ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا ا ْستَ ِج ْيبُوْ ا ِ َولِل َّرسُوْ ِل اِ َذا َدعَا ُك ْم لِ َما يُحْ يِ ْي ُك ۚ ْم َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ يَحُوْ ُل بَ ْينَ ْال َمرْ ِء َوقَ ْلب‬
‫„„ه‬

َ‫َواَنَّهٗ ٓ اِلَ ْي ِه تُحْ َشرُوْ ن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan

seruan Rasulullah, apabila Rasulullah menyeru kamu kepada suatu yang memberi

35
kehidupan kepada kamu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi

antara nanusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan

dikumpulkan (Q.S. Al-Anfal (8): 24).

Al-qur‟an bisa untuk penyembuh (obat) juga dijelaskan pada Q.S. Al- Isra/17:82
ٰ ‫ونُن َِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد‬
‫الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل َخ َسارًا‬ ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-qur‟an suatu yang menjadi penawar

dan rahmad bagi orang-orang yang beriman dan al-qur‟an itu tidaklah menambah

kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S. Al-Isra/17:82) (Ir. Abdel

Daem Al-khaheel, 2013).

2.3.4 Pengertian murottal

Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi

pendengarnya (Widayarti, 2011 dikutip oleh Rohmi Handayan dkk, 2014).

Mendengarkan ayat-ayat Al-qur‟an yang dibacakan secara tartil dan baner, akan

mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qur‟an secara fisik

mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan instrumen penyembuhan dan

alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormone-hormon

stress, mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang

otak (Heru, 2008 dikutip oleh Rohmi Handayani, Dyah Fajarsari, Dwi Retno

Trisna Asih, Dewi Naeni Rohmah, 2014).

Murottal adalah rekaman suara Al-qur‟an yang dilagukkan oleh seorang

qori‟ (pembaca Al-qur‟an) (Heru, (2008) dalam Siswantinah (2011). Secara fisik

36
lantunan Al-qur‟an merupakan unsure suara manusia sedangkan instrumennya

merupakan suara manusia merupakan penyembuhan menabjubkan dan alat yang

mudah untuk dijangkau.

2.3.5 Terapi murottal qur‟an

Hadi, Wahyuni dan Purwaningsih dalam Zahrofi (2013) menjelaskan

bahwa terapi murottal Al-qur‟an yaitu terapi religi dimana seseorang akan

dibacakan atau diperdengarkan ayat-ayat Al-qur‟an selama beberapa menit

sehingga akan memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Sedangkan

menurut Potter & Perry (2005), terapi musik maupun suara harus didengarkan

minimal 15 menit untuk memberikan efek terapeutik. Terapi murottal Al-qur‟an

terbukti bisa mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi

gelombang yang ditangkap tubuh, menurunkan stimuli reseptor nyeri.

Berdasarkan penelitian dilakukan oleh (Fitriyatun lis, 2014) dan (Handayani dkk,

2014) mengenai terapi murottal Al-qur‟an, diperoleh rentang waktu pemberian

terapi murottal Al-qur‟an/selama 11-15 menit.

Terapi murottal Al-qur‟an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah

dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan oleh Ahmad Al Khadi

direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida,

Amerika Serikat dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa mendengarkan

ayat suci Al-qur‟an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan

menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Remolda, 2009).

37
2.3.6 Tujuan diturunkan Al-qur‟an, menurut (Sholeh, 2012):

1. Sebagai pedoman

2. Sebagai petunjuk dan nikmat yang paling besar

3. Untuk diamalkan

4. Untuk beribadah dengan Allah dengan cara membacanya

5. Untuk dipelajari isi setiap kandungannya

2.3.7 Manfaat terapi murotal Al-qur‟an

Manfaat terapi murottal Al-qur‟an ini dibuktikan dalam berbagai

penelitian. Manfaat tersebut diantaranya adalah:

1. Bisa menurunkan kecemasan

Berdasarkan penelitian (Zahrofi, dkk 2013) dan (Zanzabiela dan

Alphianti, 2014) bahwa pemberian murrotal Al-qur‟an memiliki

pengaruh terhadap tingkat kecemasan responden (pasien). Pada

penelitian itu responden (pasien) yang diberikan terapi murottal Al-

qur‟an memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan

pasien yang tidak diberikan terapi murotal qur‟an.

2. Menurunkan perilaku kekerasan

Pada penelitian (Widhowati SS, 2010) menunjukkan terapi audio

dengan murottal surat Ar-Rahman pada kelompok perlakuan lebih

efektif dalam menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan

kelompok control yang tidak mendapatkan terapi audio.

3. Mengurangi nyeri

Terapi murottal Al-qur‟an terbukti bisa menurunkan tingkat nyeri.

38
Hal ini terbukti berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah

(2013) dan (Handayani dkk, 2014) bahwa terdapat pengaruh

pemberian terapi murottal Al-qur‟an terhadap tingkat nyeri. Pada

kedua penelitian tersebut kelompok yang diberikan terapi murottal

Al-qur‟an memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan

kelompok yang tidak diberikan terapi murottal Al-qur‟an.

4. Meningkatkan kualitas hidup

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi dkk (2002)

menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup

responden (pasien) sebelum dan sesudah diberikan intervensi

bacaan Al-qur‟an secara murottal pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, kualitas hidup

responden meningkat setelah diberikan terapi murottal Al-qur‟an.

5. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Pada penelitian (Hady dkk, 2012) mengatakan bahwa terapi musik

murottal Al-qur‟an mempunyai pengaruh yang jauh lebih baik

dibandingkan musik klasik.

2.3.8 Mekanisme murottal Al-qur‟an sebagai terapi

Setelah membaca Al-qur‟an ataupun mendengarkan bacaan Al- qur‟an

implus atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga pembacanya,

kemudian telinga memulai proses mendengarkan. Secara fisiologi pendengaran

adalah proses dimana telinga informasi kesususnan saraf pusat. Setiap bunyi

dihasilkan oleh sumber bunyi atau getaran udara akan diterima oleh telinga.

39
Getaran tersebut diubah menjadi implus mekanik di telinga tengah dan diubah

menjadi implus elektrik ditelinga dalam dan diteruskan melalui saraf pendengaran

menuju ke korteks pendengaran diotak. Suara bacaan Al-qur‟an akan ditangkap

oleh daun telinga yang akan disalurkan kelubang telinga dan mengenai membrane

timpani, sehingga membuat bergetar. Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang

pendengaran yang bertautan yang satu dengan yang lainnya. Getaran suara

tersebut akan disalurkan kesaraf N VII (Vestibule Cokhlearis) menuju ke otak

tepatnya dibagian pendengaran.

2.4 Kerangka teori

Post Operasi SC

Nyeri Post Operasi SC

Kecemasan Pada Pasien


1. Luka pada operasi/Jahitan.
2. Keadaan Fisik/Keterbatasan
Gerakan
3. Rasa Nyeri Luka Post Op
Tingkat Kecemasan :
0 = Tidak Cemas
Penatalaksanaan Kecemasan pada 1 = Ringan
Post Operasi SC yaitu dengan 2 = Sedang
Non Farmakologis 3 = Berat
4 = Berat Sekali/Panik

Terapi Murottal Al-Qur’an(QS. Ar-Rahman)


Surah Ar-Rahman adalah surat ke 55 yang terdiri
dari 78 ayat, yang di dalamnya terdapat pengulangan
ayat sebanyak 31 kali yang mengalun begitu indah
dan menenangkan hati, ayat tersebut berbunyi fabi
ayyi aalaa i robbikuma tukaddziban yang artinya
“maka nikmat Tuhanmu yangmanakah yang kamu
dustakan?” Ayat tersebut menerangkan kemurahan
Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan
memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga
kepada hamba-Nya baik di dunia maupun40di akhirat
nanti(Syaamil, 2010 dalam Kaida, 2016).
Cemas Berkurang
Gambar 1.1 kerangka teori

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep

atau teori dalam bentuk konsep penelitian. Pembuatan kerangka konsep mengacu

pada masalah-masalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan

dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2008).

Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas (Independent variable) pada penelitian ini adalah

terapi murattal Al-Qur‟an, dan variabel terikat (dependent variable) pada

penelitian ini adalah tingkat kecemasan pasien pra operasi.

Variabel Independen Variabel Dependen


Kecemasan Pasien Post
Pemberian Terapi Operasi SC
Murottal

Gambar 1.3 kerangka konsep

Keterangan :

yang diteliti

41
Pengaruh

2.6 Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ada pengaruh pemberian terapi murottal terhadap tingkat kecemasan

pasien post op sectio caesar tahun 2021.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan one group pretest-posttest design yaitu

rancangan penelitian pre-eksperimental yang menggunakan satu kelompok subjek.

Pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka

waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (Sumadi,

2010).

Pretest Perlakuan Post test

T1 X T2

Keterangan:

T1 : Pengkajian tingkat kecemasan pasien pre operasi (pretest)

X : Pemberian terapi murattal Al-Qur’an

T2 : Pengkajian tingkat kecemasan pasien pre operasi (posttest)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu

Waktu penelitian berlangsung pada Maret-Mei 2021.

42
Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian

No Bulan

Januari febuari Maret April Mei Juni


Uraian 2021 2021 2021 2021 2021
kegiatan 2021

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1. Pengajuan
judul
2. Bimbingan
proposal (BAB
1,2,3)
3. Presentasi dan
seminar
proposal
4. Perbaikan
Proposal
5. Pengumpulan
Data
6. Analisa Data

7. Penulisan
Laporan
8. Sidang Skripsi

9. Perbaikan dan
Pengumpulan

3.2.2. Tempat

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit GrandMed Kecamatan Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Istilah populasi digunakan untuk menyatakan pengertian kelompok yang

menjadi awal dari sebuah sampel dipilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah

200 orang pada bulan Januari-Maret di RS GrandMed Lubuk Pakam

43
3.3.2. Sampel

Sampel adalah sekumpulan pengamatan secara individu yang dipilih

dengan sebuah prosedur khusus. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 25

orang responden.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.

Rumus perhitungan Sampel menggunakan rumus Lemeshow :

a
n=
(
N . Z ² 1−
2)
p.q

a
d ² ( N −1 )+ z ² ( 1 ) p . q
2

200 . ( 1,96 )2 (0,92)(0,08)


n=
( 0,1 )2 ( 200−1 )+ ( 1,96 )2 ( 0,92 ) .(0,08)

56,55
n=
2,28

n=24,88=25orang

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel didapatkan sebanyak 25 orang

pasien post operasi SC.

Keterangan :

n : jumlah besar sampel

N : jumlah populasi

a
d : Derajat ketepatan yang digunakan (0,1) (Z1 ) = Nilai Z pada curva
2

normal untuk (α = 0,05 = 1,96)

p : Proporsi target populasi adalah 0,92

q : 1-p (1-0,92 = 0,08 )

44
Untuk membatasi karakteristik dari sampel, dilakukan kriteria pemilihan

yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi :

a. Pasien yang beragama Islam

b. Pasien pra operasi dengan kesadaran komposmentis

c. Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran

d. Pasien yang kooperatif

e. Bersedia menjadi responden secara tertulis.

Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang tidak beragama Islam

b. Pasien pra operasi dalam kondisi tidak sadar

c. Tidak bersedia menjadi responden

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Kecemasan adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa khawatir,

gelisah, bahkan takut seolah-olah akan terjadi sesuatu yang buruk yang akan

terjadi pada dirinya. Pengukuran menggunakan skala kecemasan HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale).

Adapun kriteria objektifnya yaitu :

Penilaian derajat kecemasan skor

<8 : tidak ada kecemasan

9-15 : kecemasan ringan

16-23 : kecemasan sedang

45
24-31 : kecemasan berat

32 : kecemasan berat sekali/panik

3.4.2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Terapi murattal Al-Qur’an adalah metode terapi suara bacaan ayat suci

Al- Qur’an yaitu Ar-Rahman, dalam hal ini disediakan oleh peneliti dalam bentuk

MP3 dan diperdengarkan melalui headset/headphone kepada pasien sehari setelah

operasi diberikan dalam 2 kali dengan sekali terapi dalam waktu 15 menit, terapi

ini diberikan dengan interval waktu 3 jam antara pemberian terapi pertama dan

kedua, serta terapi ini dilakukan dalam 3 hari berturut-turut dan dievaluasi atau

dikaji kembali dihari ke 4 untuk mengurangi tingkat kecemasannya.

3.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2008).

1. Kecemasan adalah fitrah, karena fitrah maka dipastikan setiap orang

akan mengalaminya. Jika seseorang telah mengalami gejala serupa

cemas, takut, was-was atau gelisah, maka tidak ada pilihan lain

kecuali meningkatkan kesabaran dan menegakkan shalat serta tetap

tawakkal dengan berdzikir kepada Allah sebagai upaya preventif

dalam menanggulangi kecemasan.

2. SC adalah adalah suatu prosedur operatif/bedah yang dilakukan

dibawah pengaruh anestesi untuk melahirkan janin, plasenta dan

46
membran melalui sebuah insisi dinding abdomen dan uterus dan

biasanya dilakukan setelah viabilitas tercapai yaitu usia kehamilan

24 minggu ke atas,

3. Murottal merupakan bacaan Al-Qur’an yang dibacakan oleh Qori’

atau Qori’ah sesuai dengan tartil dan tajwid yang mengalun indah

yang dikemas dalam media audio seperti kaset, CD atau data digital.

3.6. Cara Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan melalui prosedur sebagai

berikut:

1. Sumber data

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu pasien pra

operasi yang diberikan terapi murattal Al-Qur’an.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari rumah sakit GrandMed Lubuk Pakam

yang akan menjadi tempat penelitian dan data-data yang lain

mendukung.

2. Metode pengumpulan data

a. Menemui responden yang memenuhi kriteria inklusi

b. Memperkenalkan diri, maksud dan tujuan penelitian.

c. Meminta pasien menandatangani lembar informed consent bagi

responden yang bersedia.

d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner karakteristik responden

47
e. Mengkaji tingkat kecemasan menggunakan skala pengukuran

HARS ± 3 menit sebelum memberikan intervensi.

f. Memberikan intervensi terapi murattal Al-Qur’an selama ± 15

menit selama 2 kali dengan interval waktu 3 jam dilakukan dalam

3 hari, untuk mengurangi kecemasan responden.

g. Mengkaji kembali tingkat kecemasan ± 3 menit setelah

memberikan intervensi.

h. Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan skala pengukuran

HARS.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan klien dengan menggunakan skala

pengkuran HARS (Hamilton Anxiety Ranting Scale). Alat ukur kecemasan ini

sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas dan terbukti menjadi skala ukur

kecemasan yang valid dan dapat diterima secara universal (Dadang Hawari,

2001).

3.8 Pengolahan Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil dokumentasi dari pengukuran kemudian

diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Langkah ini dilakukan dengan maksud mengantisipasi kesalahan dari

data yang dikumpulkan, juga memonitor jangan sampai terjadi

48
kekosongan dari data yang dibutuhkan.

b. Coding

Merupakan usaha untuk mengelompokkan data menurut variabel

penelitian. Coding dilakukan untuk mempermudah dalam proses

tabulasi dan analisa data selanjutnya.

c. Proccesing

Merupakan pemprosesan data yang dilakukan dengan cara meng-

entry data dari lembar observasi ke paket program computer.

d. Cleaning

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entry dengan

missing data, variasi data dan konsistensi data (Hidayat, 2007).

3.9 Analsis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa

menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi,

dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif

yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase (%) dari masing-masing item. Selanjutnya data dianalisa secara

deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentase

a. Analisa Univariat

Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat

berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran

sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

49
informasi yang berguna, peringkasan tersebut dapat berupa ukuran

statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan masing– masing

variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk melihat

hubungan variabel independen dengan dependen dalam bentuk

tabulasi silang antara kedua variabel tersebut. Bila data yang diuji

berdistribusi normal atau mendekati distribusi normal, maka untuk

mengetahui penurunan tingkat kecemasan yang terjadi pada setiap

pemberian terapi murattal al-Qur’an di analisis dengan uji T

berpasangan (Paired Sample T test), karena dalam penelitian,

pengaruh perlakuan di analisis dengan uji beda menggunakan

statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan, maka perlakuan

yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan uji

statistik pada taraf signifikan 5 % (α=0.05), dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0,05 dan

Ho diterima dan Ha ditolak bila didapatkan nilai p > 0,05. Hasil yang

didapatkan kemudian di analisa dengan menggunakan aplikasi

komputer (Notoadmodjo, 2005).

50
3.10 Alur Penelitian

Populasi pasien pra


operasi

Informed consent

Sampel

Kaji tingkat kecemasan (pretest)

Pemberian terapi
Murattal Al-Quran
Qur‟an

Kaji tingkat kecemasan


(posttest)

Analisis Data

51
Penyajian Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Digital versi 2.1. (2004). Website http://www.alquran-digital.com

Ahmad. (2012). Riset fisiologi, psikologi : Keajaiban Pengaruh AL QUR'AN

terhadap Organ Tubu http://terapi.dzikrullah.org/2012/08/risetfisiologi-

psikologikeajaiban.html diakses pada tanggal 3 Mei 2014.

Cave, Dipietro (2010). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal terhadap

Penurunan Kecemasan Post Operasi STIKES Muhammadiyah

Pekajangan Pekalongan. Ejournal.stikespku.ac.id Volume 15; No 2.

Depkes. (2002). Petunjuk Pelaksanaan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010.

Jakarta : Depkes RI.

Depkes. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan Perawatan Lukapasca Bedah

Sectio Caesarea (Sc) Dengan Tingkatkemandirian Pasien Diruanginstalasi

Rawat Inap Kebidanan Dankandungan Rumahsakitbhayangkaramanado. E-

Journal Keperawatan (E-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019 , 2.

Faradisi, Firman. (2012). Efektivitas Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik

terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di

Pekalongan. Jurnal, Pekalongan : STIKES Muhammadiyah Pekajangan.

52
Grace.(2018).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post

Operasi Sectio Caesarea . Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12

Nomor 4Tahun 2018 , 142.

Hady, Nur Afuana dkk. 2012. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Klasik dan

Terapi Murottal Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Autis Di SLB Autis

Kota Surakarta. Jurnal Gaster 9, No.2.

Handayani, Saputri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Kecemasan pada Paisen Sebelum Operasi di Ruang Bedah RSU Haji

Makassar. Skripsi, Makassar : UIN Alauddin Makassar.

Hawari, Dadang. 2001. Psikiater Manajemen Stress, Cemas dan Depresi.

Jakarta : FKUI.

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Julianto, Very dan Magda Bhinnety. 2011. The Effect of Reciting Holy Qur’an

toward Short-term Memory Ability Analysed trought the Changing Brain

Wave. Jurnal Psikologi Volume 38 No.1, Yogyakarta : Universitas Gadjah

Mada

Kundre. (2015). Faktot-faktor Yang Berperan Dalam Meningkatnya Kejadian

Sectio Caesarea. Http:www.ejournal.unsurat.ac.id. Diakses pada

tanggal 05 Januari 2015 .

Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Pristiawati, Rina. 2008. Hubungan Penerapan Apek Spiritualitas Perawat

53
dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Di Rumah Sakit Haji

Makassar. Skripsi, Makassar: STIK Famika Makassar.

Riskesdas. 2013. Terapi Murotal Al-Quran Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea STIKes YATSI

Tangerang. Jurnal Kesehatan, tfol. 7 No. 1 (2018).

Suarniani.(2017).Hubungan pengetahuan ibu pola nutrisi dan riwayat alergi ibu

terhadap penyembuhan lukaoperasi sectio cesarea.

[issnvolume3,september 2017 , 226.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an. Jakarta : Lentera Hati.

Siswanto. 2011. Pengaruh Terapi Suara Tartil Al-Qur’an Terhadap Penurunan

Tingkat Insomnia Pada Lanjut Usia di Panti Tresna Wredha

Muhammadiyah Kota Probolinggo. Jurnal.

Sunarsih. 2015 Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur'an Terhadap Tingkat

Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit

Ridhoka Salma Cikarang. Journal for Quality in Women's Health Volume 3

No.2.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedal Edisi 8 Vol.

Jakarta : EGC

Sumadi, Suryabrata. 2010. Metodologi Penelitian. I Jakarta : Rajawali Pers.

Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

54
Keperawatan Ed. 4. Jakarta : Salemba Medika.

Tiro, M. Arif dan Arbianingsih, 2011. Teknik Pengambilan Sampel. Makassar:

Andira Publisher.

Uprianingsih, Ayudiah. 2013. Pengaruh Terapi Murottal terhadap Tingkat

Depresi Pada Lansia di Kelurahan Batua Kecamatan Manggala Kota

Makassar. Skripsi, Makassar : UIN Alauddin Makassar

Wikaprima. 2012. Manfaat Membaca Al-Qur’an dan Kesehatan di http://wika

prima.wordpress.com/info-kesehatan/%E2%80%9Cmanfaat-membaca-al-

qur%E2%80%99an-dan-kesehatan%E2%80%9D/.

55
Lampiran 1
Lembar Permohonan Menjadi Responden

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

Responden yang terhormat,


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Canda Ardiana
Nim : 17.11.022
Mahasiswa : Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan
MEDISTRA Lubuk Pakam
Dalam kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Post Operasi SC Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
GrandMed Lubuk Pakam Tahun 2021. Penelitian ini ditujukan untuk
menyelesaikan program pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi
Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam .
Saya memohon kesediaan bapak/ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dengan cara menjawab pertanyaan yang diberikan melalui lembar kuisioner yang
sesuai dengan kondisi dari ibu tanpa dipengaruhi orang lain. Hasil jawaban yang
saya dapatkan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk
laporan penelitian. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

56
Lubuk Pakam, April 2021

Peneliti

Canda Ardiana

Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk berpartisipasi


sebagai responden penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Terapi
Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit GrandMed Lubuk Pakam ”.

Nama :
Umur :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Pengaruh Pemberian Terapi


Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi SC Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2021”.

Yang Dilaksanakan Oleh :


Nama : Canda Ardiana
Nim : 17.11.022
Umur : 22 Tahun
Pendidikan : Ilmu Keperawatan Institut Kesehatan Medistra LubukPakam
Alamat : Jl. Diponegoro No. 1 Lubuk Pakam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan seperlunya.

Lubuk Pakam, April 2021

Responden

Peneliti

( )

( Canda Ardiana )

57
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

LEMBAR WAWANCARA:
A. Biodata Pasien
Nama Initial :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Diagnosa Medis :
Umur :
( ) Pretest

( ) Post test

B. Kuesioner Tingkat Kecemsan – HRS-A (Hamilton Rating Scale for


Anxiety)
1. Penilaian :
1 : tidak ada gejala cemas(tidak ada gejala sama sekali)
2 : gejala cemas ringan (satu dari gejala yang ada)
3 : gejala cemas sedang (separuh dari gejala yang ada)
4 : gejala cemas berat (lebih dari separuh dari gejala yang
ada)
5 : gejala cemas berat sekali (semua gejala ada)
2. Penilaian derajat kecemasan Skor

58
3. tidak ada kecemasan : <8
4. kecemasan ringan : 9-15
5. kecemasan sedang : 16-23
6. kecemasan berat : 24-31
7. kecemasan berat sekali/panik : 32
KUESIONER TINGKAT KECEMASAN : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
PETUNJUK: Berilah tanda silang (X) pada kolom nilai angka (score). 0= jika tidak ada
gejala, 1= jika gejala ringan, 2= jika gejala sedang, 3= jika gejala berat, 4= jika gejala
berat sekali.

No. Gejala kecemasan Nilai angka (score)


0 = tidak 1= 2= 3= berat 4=berat
ada gejala ringan sedang Sekali
1. Perasaan cemas (anxietas)
 Cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri
 Sering bertanya tentang
keadaan
2 Ketegangan
 Merasa tegang
 Lesu
 Tidak bisa istirahat tenang
 Mudah terkejut
 Mudah menangis
 Gemetar
 Gelisah
3 Gangguan tidur
 Sukar tidur
 Terbangun malam hari
 Tidur tidak nyenyak
 Bangun dengan lesu
 Mimpi Buruk
4 Gejala somatik atau fisik (otot)

 Sakit dan nyeri di otot-otot


 Kaku
 Suara tidak stabil
5 Gejala kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah)
 Takikardi (denyut jantung
cepat)

59
 Berdebar-debar
 Rasa lesu atau lemas
seperti mau pingsan
6 Gejala respiratory
(pernafasan)
 Pernafasan cepat dan
dangkal
 Pernafasan lambat dan dalam
 Sering menarik nafas
 Nafas pendek atau sesak
7 Gejala gastrointestinal
(pencernaan)
 Sulit menelan
 Perut melilit
 Gangguan pencernaan

 Nyeri sebelum dan


sesudah makan
 Mual
 Muntah
 BAB lembek
 Sukar BAB (konstipasi)
 Kehilangan berat badan
8 Gejala autonom
 Mulut kering
 Muka merah
 Mudah berkeringat
 Kepala pusing
 Kepala terasa berat
 Kepala terasa sakit

Kesimpulan Hasil
a. Tidak ada Kecemasan
b. Kecemasan Ringan
c. Kecemasan Sedang
d. Kecemasan Berat
e. Kecemasan Sangat Berat (Panik)

60
Lampiran 4

Lampiran 5

61
62
Lampiran 6

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Canda Ardiana


Nim : 17.11.022
Judul :Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Post Operasi SC Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit GrandMed Lubuk Pakam Tahun 2021.

Paraf
No Tanggal Materi Bimbingan Saran
pembimbing
1. 02 Januari 2021 Pengajuan Judul Perbaikan lokasi
Proposal penelitian

2. 03 Januari 2021 Perbaikan Judul Acc Judul


Proposal

3. 26 Maret 2021 Konsul Bab I, II, III -Perbaikan


penulisan
-Perbaikan Materi
Bab I, II, III

63
64

Anda mungkin juga menyukai