Anda di halaman 1dari 147

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN


DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU
DEWI KUNTI KELURAHAN WINONGO
KOTA MADIUN

Oleh :
DINAR RAHMA NINGRUM
NIM : 201502011

PROGAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN


DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU
DEWI KUNTI KELURAHAN WINONGO
KOTA MADIUN

Diajukan untuk memperoleh


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) Pada Program Studi SI Keperawatan STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun

Oleh :
DINAR RAHMA NINGRUM
NIM : 201502011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Dinar Rahma Ningrum
NIM 201502011
Judul Proposal : Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan
Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti di
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah
maupun belum/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan
daftar pustaka.

Madiun, 09 Agustus 2019

Dinar Rahma Ningrum


NIM. 201502011

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinar Rahma Ningrum


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 16 Oktober 1997
Alamat : Jln. Cokro Aminoto RT 11, RW 02 Ds Kincang
Wetan Kec. Jiwan Kab. Madiun
Agama : Islam
Email : dhinar223@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus Dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Al-Hikmah Kab Madiun 2003
2. Lulus Dari SDN Kincang 01 Kab Madiun 2009
3. Lulus Dari SMPN 01 Jiwan Kab Madiun 2012
4. Lulus Dari SMAN 01 Jiwan Kab Madiun 2015
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun 2015-Sekarang
ABSTRAK

Dinar Rahma Ningrum

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN


DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU DEWI KUNTI
KELURAHAN WINONGO KOTA MADIUN

Penyakit Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di


masyarakat. hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Salah satu terapi yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi pisang ambon dan
daun seledri. Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui perbedaan
efektivitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Dewi
Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Jenis penelitian kuantitatif rancangan Quasi Eksperiment dengan Two Group
pretest – posttest Control Group. Populasi penelitian ini berjumlah 64 penderita.
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 36 orang. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
Tensimeter GEA, stetoskop, dan lembar observasi.
Hasil Penelitian dengan uji Wilxocon dan Mann Whitney U Test didapatkan
hasil analisa jus pisang ambon nilai sig ρ↑alue sistolik= 0,000≤α 0,05 dan ρ-νalue
diastolik = 0,000≤0,05, artinya ada pengaruh pemberian jus pisang ambon untuk
menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia penderita hipertensi. Untuk hasil
analisa rebusan daun seledri di peroleh nilai sig ρ-νalue sistolik = 0,000≤α 0,05
dan ρ-νalue diastolik = 0,000≤0,05, artinya ada pengaruh pemberian rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia penderita hipertensi.
Hasil analisa Mann →hitney diperoleh nilai signifikasi ρ-νalue sistolik = 0,000≤ α
0,05 dan ρ-νalue diastolik = 0,003≤ α 0,05, artinya ada perbedaan efektivitas
pemberian jus pisangbambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu dewi kunti kelurahan winongo
kota madiun. Pada Pisang Ambon Mengandung Kalium yang Tinggi sedangkan
daun seledri mengandung flavonoid dipercaya dapat menurunkan tekanan darah
tanpa efek samping.
Diharapkan pada penderita hipertensi dapat menerapkan pemberian jus pisang
ambon ataupun rebusan daun seledri sebagai pengobatan alternatif menurunkan
tekanan darah tinggi.

Kata Kunci : hipertensi, jus pisang ambon dan rebusan daun seledri
ABSTRACT

Dinar Rahma Ningrum

EFFECTIVENESS OF AMBON BANANA JUICE AND CELERY STEW TO


REDUCE BLOOD PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION AT
THE POSYANDU DEWI KUNTI, WINONGO VILLAGE, MADIUN CITY.

Hypertension is a health problem that often occurs in the community.


Uncontrolled hypertension can lead to degenerative diseases such as heart
disease and kidney failure. One of the therapies used to reduce blood pressure is
the therapy of Ambon banana and celery leaves. The aim of this study was to
determine the differences in effectiveness of Ambon banana juice and decoction of
celery leaves to reduce blood pressure in elderly people with hypertension at
Dewi Kunti's Posyandu in Winongo Village, Madiun City.
This type of quantitative research with the Quasi Experiment with Two
Group Pretest Posttest Control Group Designs. The population of this study was
64 patients. The sampling technique uses simple random sampling with a total
sample of 36 people. The instruments in this study used GEA Tensimeters,
stethoscopes, and observation sheets.
The results of Wilxocon test and Mann Whitney U Test showed the results of
ambon banana juice analysis sig ρ value systolic = 0,000≤α 0,05 and ρ-νalue
diastolic = 0,000≤0,05, meaning that there was the effect of giving Ambon
banana juice to lower blood pressure high in elderly people with hypertension.
For the results of the analysis of celery leaves decoction obtained sig ρ-νalue
systolic = 0,000≤α 0,05 and ρ-νalue diastolic = 0,000≤0,05, meaning that there is
the influence of celery leaf decoction to reduce high blood pressure in elderly
hypertensive sufferers. Mann Whitney analysis results obtained a significance
value of ρ-νalue systolic = 0,000≤ α 0,05 and ρ-νalue diastolic = 0,003≤ α 0,05,
meaning that there are differences in the effectiveness of banana banana juice
and celery stew to reduce blood pressure in elderly hypertensive patients in
posyandu dewi kunti, winongo village, madiun city. Ambon bananas contain high
potassium while celery leaves contain flavonoids believe to reduce blood pressure
without side effects.
It is expected that hypertensive patients can apply the therapy of Ambon
banana juice or stew of celery leaves as an alternative treatment lowers high
blood pressure.

Keywords: hypertension, Ambon banana juice and celery leaf stew


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi yang
berjudul “Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri
untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi
ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Yunie Ernawati, S.KM selaku Kepala UPTD Pukesmas Manguharjo
2. Bpk. Suwarno selaku Ketua Pengelola Posyandu Lansia Dewi Kunti
Kelurahan Winongo
3. Bpk. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Ibu Mega Arianti P., S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns , M.Kes sebagai pembimbing I Skripsi yang
dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Retno Widiarini, S.KM., M.Kes sebagai pembimbing II Skripsi yang
dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam
penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini
Madiun, 09 Agustus
2019 Penulis

(Dinar Rahma N.)


DAFTAR ISI

Sampul Depan...........................................................................................................i
Sampul Dalam..........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan................................................................................................iv
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian.................................................................v
Daftar Riwayat Hidup..............................................................................................vi
Abstrak...................................................................................................................vii
Abstract.................................................................................................................viii
Kata Pengantar........................................................................................................ix
Daftar Isi...................................................................................................................x
Daftar Tabel...........................................................................................................xii
Daftar Gambar........................................................................................................xv
Daftar Lampiran....................................................................................................xvi
Daftar Istilah........................................................................................................xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pisang Ambon.....................................................................8
2.1.1 Klasifikasi Pisang Ambon..................................................8
2.1.2 Kandungan Gizi Pisang Ambon.........................................9
2.1.3 Manfaat Pisang Ambon......................................................9
2.1.4 Teknik Terapi Jus Pisang Ambon....................................11
2.1.5 Mekanisme Penurunan Tekanan darah menggunakan
pisang ambon....................................................................12
2.2 Konsep Daun Seledri......................................................................13
2.2.1 Klasifikasi Daun Seledri...................................................13
2.2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri..........................................15
2.2.3 Manfaat Daun Seledri.......................................................15
2.2.4 Teknik Rebusan Daun Seledri..........................................16
2.2.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan
Daun Seledri 17
2.3 Konsep Hipertensi..........................................................................18
2.3.1 Pengertian Hipertensi.......................................................18
2.3.2 Penyebab Hipertensi.........................................................19
2.3.3 Patofisiologi Hipertensi ................................................. 19
2.3.4 Klasifikasi Hipertensi .................................................... 21
2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi............................................... 22
2.3.6 Pencegahan Penyakit Hipertensi ................................. 26
2.3.7 Pencegahan Hipertensi .................................................. 27
2.3.8 Komplikasi Hipertensi................................................... 31
2.3.9 Pengobatan Hipertensi................................................... 32
2.4 Konsep Lansia ............................................................................ 36
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia .................................................. 36
2.4.2 Batasan – Batasan Lanjut Usia ...................................... 36
2.4.3 Perubahan Lansia .......................................................... 37
2.5 Kerangka Teori............................................................................ 38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual.....................................................................43
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 46
.
4.2 Desain Sampel ............................................................................ 47
4.2.1 Populasi.......................................................................... 47
4.2.2 Sampel............................................................................ 47
4.2.3 Kriteria Sampel .............................................................. 49
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 52
4.5.1 Variabel Penelitian......................................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel........................................ 52
4.6 Instrumen Penelitian.................................................................... 54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 55
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 55
4.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data ............................................ 58
4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 60
4.10.1 Analisa Univariat........................................................... 61
4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................. 62
4.11 Etika Penelitian............................................................................ 64
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 67
5.2 Hasil Penelitian............................................................................ 68
5.2.1 Data Umum ................................................................... 68
5.2.2 Data Khusus .................................................................. 71
5.3 Pembahasan ................................................................................. 77
5.3.1 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada Penderita
Hipertensi ...................................................................... 77
5.3.2 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Penderita Hipertensi ...................................................... 82
5.3.3 Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi
Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.........................87
5.4 Keterbatasan Penelitian..................................................................90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.....................................................................................91
6.2 Saran...............................................................................................91

Daftar Pustaka........................................................................................................93
Lampiran-lampiran.................................................................................................97
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pisang Ambon .......................................... 9


Tabel 2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri dalam 100gram bahan ........ 15
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC7 (2003) ............. 21
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok
Umur Menurut Tambayong (2000) ..................................... 22
Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen dengan pre test-
post test with two group (Notoatmodjo, 2018) .................... 46
Tabel 4.2 Definisi Oprasional Efektivitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 61
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 68
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 69
Tabel 5.3 Karakteritik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun ................................................................................. 70
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 70
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 71
Tabel 5.6 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun....................................... 72
Tabel 5.7 Analisa Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diatolik
Sesudah Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulam Mei 2019.. 73
Tabel 5.8 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun....................................... 74
Tabel 5.9 Analisa Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulam Mei 2019.. 75
Tabel 5.10 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Sistol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri ................................................................................. 76
Tabel 5.11 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Diastol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri .................................................................................. 77
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan


pisang ambon .................................................................... 13
Gambar 2.2 Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan
daun seledri ....................................................................... 18
Gambar 2.3 Patofisiologi Hipertensi ..................................................... 21
Gambar 2.5 Teori Model Betty Neuman............................................... 38
Gambar 2.6 Kerangka teori efektivitas pemberian jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi............................... 40
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Efektifitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Lansia Dwi Kunti Winongo Kota Madiun........ 43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Pemberian Jus
Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan
Winongo Kota Madiun ...................................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal................................................97


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian.......................................................................99
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas..................101
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian Dari Desa...............................................102
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden...................................103
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.....................................104
Lampiran 7 Standart Operasional Prosedur (SOP) Teknik Pembuatan Jus
Pisang Ambon..............................................................................105
Lampiran 8 Standart Operasional Prosedur (SOP) Teknik Pembuatan
Rebusan Daun Seledri..................................................................106
Lampiran 9 Standart Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan
Darah............................................................................................107
Lampiran 10 Standart Operasional Prosedur (SOP) Hipotensi..........................108
Lampiran 11 Lembar Observasi Responden Jus Pisang Ambon.......................109
Lampiran 12 Tabulasi Data Umum Pisang Ambon...........................................111
Lampiran 13 Tabulasi Data Umum Daun Seledri..............................................112
Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Jus Pisang Ambon.......................................113
Lampiran 15 Distribusi Rebusan Daun Seledri..................................................114
Lampiran 16 Pretest dan Posttest Pisang Ambon dan Rebusan Daun
Seledri...........................................................................................115
Lampiran 17 Uji Normalitas..............................................................................117
Lampiran 18 Uji Statistik Wilcoxon...................................................................119
Lampiran 19 Uji Statistik Mann Whitney...........................................................120
Lampiran 20 Dokumentasi.................................................................................121
Lampiran 21 Jadwal Kegiatan Penelitian...........................................................122
Lampiran 22 Lembar Konsultasi Bimbingan.....................................................123
DAFTAR ISTILAH

Aferload : Penambahan beban jantung


Arterosklerosis : Penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan
plak pada dinding arteri
Diaustolik : Angka bagian bawah
Hiperlipidemia : Peningkatan kadar lemak dalam darah
Hipertropi : Membesar
Hipertiroid : Kelenjar tiroid yang terlalu aktif dalam memproduksi
hormone
Hypertension : Penyakit darah tinggi atau hipertensi
Hipoksia : Suatu kondisi dimana tubuh kekurangan oksigen
Potassium : Kalium
Sistolik : Angka bagian atas
Silent killer : Penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namundapat menyebabkan kematian.
Stressor : Pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan
Trigliserida : Salah satu jenis lemak yang ditemukan di dalam darah.
Vasokontriksi : Tahanan perifer meningkat
Vasodilatasi : Tahanan perifer akan menurun
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme


DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
HCT : Hydrochlorothiazide
HDL : High Density
Lipoprotein IMT : Index
Massa Tubuh
LDL : Low Density Lipoprote
NaCl : Natrium Chlorida
BAB 1

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang sering terjadi di

masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya

penyakit degeneratif seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan

penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya

asimptomik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal

atau penyakit jantung. Menurut World Health Organization (WHO)

menyebutkan bahwa hipertensi suatu kondisi dimana pembuluh darah

memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik

≥90 mmHg yang menetap (→HO,2012). (Nur,Purwati,Ririn, 2015).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai

komplikasi kesehatan pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun seperti

stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit vaskularisasi

lainnya. Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang serius karena dampak

yang ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir kematian pada

kematian. Dampak fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa

capek, lemah, koordinasi neuromuskuler buruk, proses penyembuhan

lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda vital

sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi,

koping tidak efektif (Hanifa, 2016).

1
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama kematian di

seluruh dunia, diperkirakan sekitar 9,4 juta kematian disebabkan oleh

hipertensi. Riskesdas (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia pada lansia

yang berusia 55-64 tahun sebesar 53,7%, usia 65-74 tahun sebesar 63,5%,

dan pada lansia 75 tahun ke atas sebesar 73,5%.Survei indikator kesehatan

nasional (sirkesnas) menunjukan prevalensi hipertensi meningkat menjadi

32,4%. Ini ada peningkatan sekitar 7% angka hipertensi terus meningkat

karena faktor resikonya di antaranya masyarakat juga terus mulai dari

kebiasaan merokok, konsumsi garam, hingga minimnya konsumsi buah

dan sayur, selain makanan bisa juga karena aktivitas fisik, stress. Badan

kesehatan dunia (WHO) angkanya meningkat secara global sebanyak 15-

20 % dan sekitar 1,13 milyar orang di duniasedangkan di Jawa Timur

prevalensinya sebesar 37,4% orang dewasa yang hipertensi, sedangkan di

Kota Madiun sebesar 85.259 jiwa atau sebesar 26,7% (Dinkes,

2017).Berdasarkan Hasil Survey Wawancara yang dilakukan pada tanggal

14 januari 2019, Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas

Mangunharjo bahwa 64 Lansia di Kelurahan Winongo, Kota Madiun

menderita Hipertensi. Peneliti melakukan wawancara 10 lansia yang

menderita hipertensi. Selama ini usaha yang mereka lakukan untuk

mengatasi hipertensi adalah dengan mengurangi makan-makanan yang

asin, sate kambing, dan jerohan. dan memilih terapi dari bahan alami

(buah dan sayur) dilakukan untuk mengurangi efek samping yang akan

timbul akibat dari konsumsi obat anti hipertensi yang diminum ketika

2
merasa sakit kepala akibat tekanan darah tinggi. Peneliti melakukan

pengukuran darah terhadap 10 lansia di Posyandu Lansia Dewi Kunti,

ternyata 10 lansia memiliki tekanan darah sistol lebih dari 130 mmHg dan

diastole lebih dari 90 mmHg. Peneliti juga menanyakan kepada responden

apakah sudah pernah mengkonsumsi jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri. Hasil dalam rangka menurunkan tekanandarahyang diperoleh

adalah responden belum pernah mengkonsumsi jus pisang ambon dan

rebusan daun seledri dan banyak masyarakat yang kurang tahu tentang

manfaat jus buah pisang ambon dan rebusan daun seledri

Menurut (Muttaqin, 2009) Secara fisiologis dinding arteriakan

mengalami penebalan akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,

sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku hal tersebut akan

mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. (Wahdah, 2011).Peran

kalium dalam pisang ambon adalah kalium bekerja mirip obat

antihipertensi di dalam tubuh manusia, kalium dapat menyebabkan

penghambatan pada renin Angiotensine system juga menyebabkan

terjadinya penurunan sekresi aldosterone, sehingga terjadi penurunan

reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme

tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan

berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun.

Selain itu, kalium juga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer,

akibatnya terjadi penurunan resistensi perifer, dan tekanan darah juga

menjadi turun (Palmer dan Williams, 2007)


Pengobatan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Teknik farmakologi dilakukan dengan

obat antihipertensi seperti deuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor

saraf simpatik, alpha blocker (World dalam Rohmah 2012).Sedangkan

terapi non faramokolgi bisa diberikan dengan jus pisang ambon dan

rebusan daun seledri.

Berdasarkan hasil penelitianDayanand et al. (2015) di Nepalpenderita

hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari mengalami

penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan oleh

kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang sama

juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita hipertensi

berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon selama 5 hari

mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan tekanan darah

sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah

diastolik adalah 3, 450 mmHg.

Dan dari hasil penelitian yang dilakukan Muzakar dan Nuryanto

(2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi

selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan

air rebusan seledri adalah 20,32 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan

darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 7,09 mmHg.

Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri bermanfaat dalam

menurunkan tekanan darah.


Berdasarkan uraian diatas peneliti menjadi tertarik melakukan

penelitian tentang “Efektifitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan

Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita

Hipertensi di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana efektifitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi

di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis Efektifitas

Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk

menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu

Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus pisang ambon untuk

menurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.


2. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun seledri untuk

menurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

3. Menganalisa perbedaan pemberian jus pisang ambon dan rebusan

daun seledri untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang keefektivitas

pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat,

khususnya kepada penderita hipertensi mengenai tentang efektivitas

pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk

menurunan tekanan darah di dalam tubuh. Informasi tersebut

diharapkan dapat membantu masyarakat yang menderita hipertensi

lebih patuh melakukan minum jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan bidang kesehatan sebagai

wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dikenal

masyarakat serta mahasiswa selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian atau dapat digunakan sebagai acuan penelitian.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang efektivitas pemberian

jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunan tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pisang Ambon

2.1.1 Klasifikasi Pisang Ambon

Pisang ambon atau biasa dikenal dengan pisang hijau adalah pisang

yang dagingnya tebal, berwarna putih kekuningan, kulitnya kehijau-

hijauan sampai kuning (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online). Buah ini

banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia dengan harga relatif

murah, pisang juga mudah diolah menjadi beragam masakan (Maya

Apriyanti, 2014). Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara

luas saat ini adalah sebagai berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):

Division : Magnoliophyta

Sub division : Spermatophyta

Klas : Liliopsida

Sub klas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna

raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya

(Musa acuminate, M. balbisiana, dan M. xparadisiaca) menghasilkan

buah konsumsi yang dinamakan sama. Budidaya pisang sesuai dengan

8
iklim Indonesia baik dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1300

dpl. Pisang dapat ditanam didataran rendah bersuhu 21-32 derajat celcius

dan beriklim lembab. Topografi yang di hendaki tanaman pisang berupa

lahan datar dengan kemiringan 8 derajat. Lahan itu terletak didaerah tropis

antara 16 derajat LU – 12 derajat LS. Apabila suhu udara kurang dari 13

derajat celcius atau lebih dari 38 derajat celcius maka pisang akan berhenti

tumbuh dan akhirnya mati. Pisang ambon merupakan buah yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandug senyawa yang disebut

asam lemak rantai pendek, yang memelihara lapisan sel jaringan dari usus

kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.

(Suyanti dan Ahmad supriyadi, 2008).

2.1.2 Kandungan Gizi Pisang Ambon

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pisang Ambon

Pemenuhan
Jumlah per 100 gram dapat
Nutrisi kecukupan / hari
dimakan (%)
Vitamin B6 0,68 mg 34,0
Vitamin C 10,74 mg 17,9
Kalium 467,28 mg 13,4
Serat 2.830 mg 11,3
Mangan (Mn) 0,18 mg 9,0

2.1.3 Manfaat Pisang Ambon

Pisang sejak lama telah dikenal sebagai buah lezat dan berkhasiat bagi

kesehatan. Buah pisang mengandung kalium (potasium) yang bermanfaat

untuk penyeimbangan pH atau derajat keasaman didalam lambung

(Lalage, 2013). Selain itu, kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan

darah, memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan

9
karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,

serta memicu kerja otot dan simpul saraf (Astrawan, 2008). Kalium yang

tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu

keseimbangan cairan di dalam tubuh. (Kowalski, 2010)

Salah satu buah pisang yang memiliki kandungan kalium yang paling

tinggi yaitu pisang ambon, kandungan kaliumnya yaitu 435mg dalam

100gr pisang ambon dan 18 mg natrium, dan berat rata-rata satu pisang

ambon kurang lebih 140gr sehingga satu buah pisang ambon mengandung

kalium kurang lebih 600mg, sementara itu kandungan kalium dalam buah

pisang biasa yaitu 500mg, kandungan kalium yang tinggi dalam buah

pisang ambon inilah yang dapat berperan dalam menurunkan tekanan

darah (Adzahari, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Dayanand et al. (2015) di Nepal

penderita hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari

mengalami penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan

oleh kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang

sama juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita

hipertensi berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon

selama 5hari mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan

tekanan darah sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan

tekanan darah diastolik adalah 3, 450 mmHg.


2.1.4 Teknik Terapi Jus Pisang Ambon

Pembuatan terapi Pisang Ambon dengan cara di Jus. Berikut ini cara

Penerapan (Maya Apriyanti, 2014) :

1. Bahan dan alat yag di butuhkan meliputi :

a. 100grm Pisang Ambon.

b. ± 125 ml air

c. Blender.

d. Pisau.

e. Gelas ukur

f. Sendok

2. Pelaksanaan membuat jus pisang ambon

a. Kupas buah pisang kemudian potong kecil-kecil.

b. Masukan potongan buah pisang 100 grm ke dalam blender

kemudian tambahkan air ± 125 ml

c. Blender semua bahan hingga halus.± 1 menit

d. Tuang ke dalam gelas 200 ml.

3. Cara pemakaian

a. Minum jus pisang ambon satu kali sehari

b. Minum 200 ml selama 5 hari setiap pagi sehabis makan pagi


2.1.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon

Pisang ambon mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium terdapat

sekresi renin dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah

berkurang dapat meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah

berkurang. kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,

memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan

karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,

serta memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan

memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan

cairan di dalam tubuh.Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat

menghambat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan

darah. Pisang mengandung angiotensin converting enzyme alami atau

ACE inhibitor alami. ACE menghasilkan zat yang disebut angiotensin-2

yang berakibat pada penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan

tekanan didalamnya. Konsumsi pisang telah terbukti untuk menghentikan

terjadinya penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor menurunkan

tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang

menyebabkan kontriksi pembuluh darah. Dengan demikian ACE inhibitor

dapat memperlebar pembuluh darah sehingga akan mengurangi tekanan

darah (Kowalksi, 2010).


Pisang Ambon

Mengandung ACE-1 Mengandung Kalium

Menghambat kerja enzim


Sekresi renin
angiotensin pada proses
peningkatan tekanan darah
Vasokontriksi
pembuluh darah
berkurang

Meringankan kerja jantung

Tekanan Darah

Gambar 2.1 : Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon

2.2 Konsep Daun Seledri

2.2.1 Klasifikasi Daun Seledri

Seledri (Apium graveolens L) merupakan salah satu dari jenis terapi

herbal untuk menangani penyakit hipertensi.Masyarakat Cina tradisional

sudah lama menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan darah.

Seledri memiliki kandungan yang lebih banyak untuk menurunkan tekanan

darah dari pada tumbuhan lain yang dapat juga digunakan untuk

menurunkan tekanan darah tinggi. seledri memiliki kandungan apigenin

yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah

dan tekanan darah tinggi. Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai

beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan


kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih

sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin, serta

bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan

garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan

menurunkan tekanan darah. (Maya Apriyanti, 2014).

Kingdom : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Umbelliferales

Famili : Umbelliferae

Genus : Apium

Species : Apium graveolens L.

Deskripsi : Seledri biasanya tumbuh dengan ketinggian 1sampai 2 kaki.

Batangnya agak keras dan bergalur, memiliki daun

majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Selama bulan

Juni dan Juli, mengeluarkan bunga kecil yang berwarna

putih yang nantinya berkembang menjadi buah dengan biji

yang halus. Tanah yang basah dengan sifat asam merupakan

lingkungan pertubuhan yang sesuai untuk seledri. Biji

seledri memiliki bau yang khas dengan rasa agak pahit.

Pascal menerapkan nama umum ke beberapa seledri hijau.

Di Eropa, seledri merupakan istilah yang sering digunakan


pada sayuran akar, Apium graveolen L. varitas Rapaceum,

DC. Seledri liar dapat mengacu pada Vallisneria spiralisl.,

merupakan tumbuhan akuatis yang tumbuh menahun

(Najib, 2011).

2.2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri dalam 100gram bahan

Kandungan Jumlah
Air (ml) 93.00
Protein (gram) 0.90
Lemak (gram) 0.10
Karbohidrat (gram) 4.00
Serat (gram) 0.90
Kalsium (mg) 50.00
Besi (mg) 1.00
Riboflavin (mg) 0.05
Nikotiamid (mg) 0.40
Asam askorbat (mg) 15.00
Protein (gram) 0.90
Lemak (gram) 0.10
Sumber : Ashari, 1995

2.2.3 Manfaat Daun Seledri

Penelitian pada tikus rattus strain wistardengan hipertensi yang diberi

jus seledri (Apiumgraveolens L.) dua kali sehari menggunakan sonde

selama 2 minggu. Penurunan sistolik ada pemberian jus seledri 0,009 gr/gr

bb selama 2 minggu adalah38,83 mmHg (p=0,000) dan penurunan sistolik

ada pemberian jus seledri 0,0225 gr/gr bb selama 2 minggu adalah 85

mmHg (p=0,000) rata- rata penurunan tekanan darah sistolik pada tikus

rattusstrain wistar adalah 3 mmHg (p=0,000) (Harmilah& Ekwantini,

2014). Bapak ilmuan UCMC telah membuktikan bahwa dengan memakan

4 tangkai seledri setiap hari selama seminggu tekanan darah menurun dari

158/96 ke 118/82 (Djojoseputro, 2012).


Dan dari hasil penelitian yang dilakukan Muzakar dan Nuryanto

(2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi

selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan

air rebusan seledri adalah 20,32 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan

darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 7,09 mmHg.

Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri bermanfaat dalam

menurunkan tekanan darah.

2.2.4 Teknik Rebusan Daun Seledri

Pembuatan terapi daun seledri dengan cara direbus. Berikut ini cara

menerapkan (Maya Apriyanti, 2014)

1. Bahan dan alat yang di butuhkan meliputi :

a. Seledri sebanyak 1,3 grm (± 3 seledri )

b. Air matang ± 250 ml

c. Kompor

d. Panci

e. Saringan

2. Pelaksanaan membuat rebusan daun seledri

a. Bersihkan daun seledri dengan air bersih yang mengalir

b. Masukan daun seledri dan tambahkan ±250 ml air

c. Rebus± 10 menit dengan menggunakan api sedang hingga

rebusan daun seledri menjadi½ gelas (200ml)


3. Cara pemakaian

a. Saring daun seledri tuangkan kedalam gelas 200 ml pada pagi

hari

b. Lakukan selama 5 hari berturut-turut.

2.2.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Daun Seledri

Apigenin yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan

Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh

darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan

pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah. Pada pemberian

rebusan seledri dengan cara di rebus menunjukkan penurunan tekanan darah.

Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat

memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung

sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi

berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal

mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga

berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah. Flavonoid

berfungsi sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus, dapat memperlancar

peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung dapat menurunkan tekanan darah
Daun Seledri (Apium graveolens.L)

Flavonoid Tanin Apigenin ( Apiin & Manitol

Menggangu fungsi
dari mikroorganisme/
virus Antioksidan

Menurunkan
kekuatan
kontriksi
jantung

Memperlancar peredaran darah


Mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh yang tidak dipe

Aliran balik vena ke jantung normal

Penurunan Tekanan Darah

Gambar 2.2 : Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan daun seledri

2.3 Konsep Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg (Purwandhono, 2013).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Wahdah, 2011).

2.3.2 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi dua,

yaitu(Azis, 2009):

1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya.

Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi ini adalah peningkatan

resistensi perifer. Prevalensi hipertensi primer merupakan mayoritas

dan jumlahnya lebih dari 90%. Penyebabnya terdiri dari bawaan,

lingkungan (jumlah keluarga, pekerjaan, makanan, dan kegemukan,

garam dan sensitivitas.(Aziz, 2009)

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal

ginjal, atau kerusakan system hormon tubuh (Wahdah, 2011).

Prevalensi hipertensi sekunder antara 5-8% dari seluruh penderita

hipertensi (Azis, 2009).

2.3.3 Patofisiologi Hipertensi

Banyak faktor patofisiologis yang terlibat dalam hipertensi esensial

diantaranya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, mungkin

berhubungan dengan respon terhadap stress psikososial, kelebihan hormon


penahan natrium dan vasokonstriktor, meningkatnya produksi angiotensin

II dan aldosterone yang menyebabkan peningkatan sekresi renin, defisiensi

vasodilator seperti prostasiklin, nitrat oksida dan peptide natriuretic,

penanganan garam ginjam; kelainan resistensi pembuluh, diabetes

mellitus, obesitas. Konsep kelainan struktural dan fungsional dalam

pembuluh darah yang meliputi disfungsi endotel, peningkatan stres

oksidatif, remodeling vaskuler, dan penurunan kepatuhan pasien mungkin

menjadi penyebab terjadinya hipertensi dan berkontribusi pada

pathogenesis hipertensi. Proses terjadinya hipertensi adalah menurunnya

tonus otot vaskuler merangsang saraf simpatis yang diturunkan ke sel

junggularis, dari sel junggularis ini dapat meningkatkan tekanan darah,

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi ekskresi renin

yang berkaitn dengan angiostensinogen, dengan adanya perubahan

angiostensinogen II berakibat pada terjadinya tekanan darah, selain itu

dapat meningatkan hormone aldesteron yang menyebabkan restensi

natrium, hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

Dengan peningatan tekanan seperti kerusakan pada ginjal, dan mata, maka

dari itu jika hipertensi itu tidak ditangani dengan baik, dapat

mengakibatkan akibat lanjut seperti terjadinya stroke, gagal jantung, gagal

ginjal dan gangguan penglihatan (Muttaqin, 2009).


Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

‡ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal

$ Ekskresi NaCl (garam) dengan


mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Urin sedikit ‹ pekat &
‡osmolaritas
‡ Konsentrasi NaCl
Mengentalkan di pembuluh darah

Diencerkan dengan ‡ volume


Menarik cairan intraseluler ‹
ekstraseluler ekstraseluler

‡↑olume darah
Tekanan ‡
darah
‡ ↑olume darah

‡ Tekanan darah

Gambar 2.3 Patofisiologi hipertensi. (Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

2.3.4 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC7 (2003)

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)


Normal 90 – 119 60 – 79
Pra hipertensi (ringan) 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 (sedang) 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 (berat) ≥ 160 ≥ 100
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Umur
Menurut Tambayong (2000)

Tekanan darah
Hipertensi
Kelompok usia normal
(Sistole/Diastole
(Sistole/Diastole
mmHg)
mmHg)
Bayi 80/40 – 89/59 ≥ 90/60
Anak 7 – 11 tahun 100/60 – 119/79 ≥ 120/80
Remaja 12 – 17 tahun 115/70 – 129/79 ≥ 130/80
Dewasa 20 – 45 tahun 125/80 – 134/89 ≥ 135/90
Dewasa 46 – 60 tahun 140/85 – 159/94 ≥ 160/95
Lansia > 60 tahun 150/85 – 159/94 ≥ 160/95

2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu dapat diubah dan tidak

dapat diubah sebagai berikut (Bumi medika, 2017).

1. Faktor yang tidak dapat diubah

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu resiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung

lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita.

Hal tersebut terjadi karena adannya dugaan bahwa pria memiliki

gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.

Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami

peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita

setelah menopause (Medika, 2017).

Ada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi

sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana terjadi


perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur wanita

secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita

umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).

b. Umur

Semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan

darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai

tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.

Hal ini disebabkan, oleh perubaha struktur pembuluh darah

seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah

menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga

meningkatkan tekanan darah. Kecenderungan bahwa pria dengan

usia lebih dari 45 tahun lebih rentan mengalami peningkatan

tekanan darah, sedangkan wanita cenderung mengalami

peningkatan tekanan darah pada usia diatas 55 tahun. Pada usia

tersebut kerja gunjal dan hati mulai menurun. Tetapi pada

kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut.

Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun.

Hal ini disebabkan perubahan sesudah menopause (Elsanti, 2009).

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita

hipertensi. Hal ini dengan peningkatan kadar sodium intrasluler

dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium, individu


dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi

jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Triyanto, 2014).

2. Faktor resiko yang dapat diubah

a. Merokok

Merokok dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami

peningkatan. Pada umumnya, rokok mengandung zat kimia

berbahaya seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat nikotin

dapat diserap oleh pembuluh darah kemudian diedarkan melalui

darah ke seluruh tubuh, termasuk otak. Akibatnya, otak akan

bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon inilah yang akan

membuat pembuluh darah mengalami penyempitan, sehingga

dapat meningkatkan kerja jantung. Selain itu karbon monoksida

yang terdapat dalam rokok diketahui dapat mengikat hemoglobin

dalam darah dan mengentalkan darah. Hal inilah yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Medika, 2017).


b. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebihan

di dalam tubuh. Obesitas dapat memicu terjadinya hipetensi

akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal ini, orang dengan

obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak dalam

darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan

penyempitan pembuluh darah. Penyempitan tersebut memicu

jantung untuk bekerja lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat

lain yang dibutuhkan oleh 15tubuh dapat terpenuhu. Hal inilah

yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Medika, 2017).

c. Konsumsi garam (Natrium) berlebih

Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam berlebih

dapat menyebabkan hipertensi. Hal tersebut dikarenakan garam

(NaCl) mengandung natrium yang dapat menarik cairan diluar sel

agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan

cairan di dalam tubuh. Hal inilah yang dapat membuat

peningkatan volume dan tekanan darah (Medika, 2017).

d. Stress

Stress juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.

Kejadian besar terjadi pada individu yang memiliki

kecenderungan stress emosional. Keadaan seperti tertekan,

murung, dendam, takut dan rasa bersalah dapat merangsang

timbulnya hormon adrenalin dan memicu jantung berdetak lebih


kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah (Medika,

2017).

2.3.6 Pencegahan Penyakit Hipertensi

Penderita tekanan darah tinggi memerlukan obat. Apabila

hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap

hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah

pencegahan yang amat baik agar penderita tekanan darah tinggi tidak

kambuh gejala penyakitnya.(LeMone Priscilla, 2012)

Hal-hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai

tindakan pencegahan ialah sebagai berikut Wijayakesuma (2012)

1. Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan, daging

yang banyak lemak, susu full cream, telur dan sebagainya.

2. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang

diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin, dan lain-

lain.

3. Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minum

minuman yang beralkohol.

4. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang cocok

berupa aktivitas aerobik seperti jalan kaki, berlari, naik sepeda, dan

berenang.

5. Berhenti merokok bagi perokok.

6. Berhenti minum kopi.


7. Menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang disertai

kegemukan.

8. Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai.

9. Mengobati penyakit penyerta seperti kencing manis, hyperthyroid,

kolesterol tinggi dan sebagainya.

2.3.7 Pencegahan Hipertensi

Pencegahan lebih baik daripada harus mengobati penyakit. Penyakit

darah tinggi merupakan penyakit yang berbahaya, bahkan menyebabkan

kematian. Penyakit darah tinggi dapat menimbulkan penyakit mematikan,

seperti penyakit jantung dan stroke. Oleh karena itu, penyakit darah tinggi

harus dicegah dengan cara-cara berikut (LeMone Priscilla, 2012)

1. Menerapkan pola hidup sehat

Biasakan mengonsumsi makanan dan minuman sehat dan bergizi,

istirahat yang cukup, minum mineral 8 gelas setiap hari dan lain-lain

(Medika, 2017)

2. Kurangi konsumsi garam

Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengurangi garam dalam

makanan diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak menyediakan garam diatas meja makan.

b. Ketika membeli makanan dalam kemasan, perhatikan

komposisinya. Pilihlah makanan yang mengandung kadar garam

(sodium atau natrium) yang jumlahnya sedikit.


c. Kurangi makanan dan minuman yang mengandung banyak lemak

seperti jeroan, keju dan santan kelapa.

d. Kurangi mengonsumsi makanan-makanan ringan yang

mengandung banyak garam seperti goreng-gorengan serta kripik

yang rasanya gurih dan asin (Medika, 2017).

3. Membiasakan olahraga teratur

Untuk pencegahan penyakit darah tinggi, pilihlah olahraga yang kita

senangi dan kuasai. Lakukanlah olahraga minimal satu kali seminggu

selam 30-40 menit. Olahraga yang mudah dan murah diantaranya

berjalan kaki, jogging, lari, bersepeda, senam, menari dan sepakbola.

Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Untuk yang

sudah mengalami penyakit darah tinggi, pilhlah jenis olahraga ringan

seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, senam pilates, yoga dan

berenang (Medika, 2017).

4. Menjaga berat badan ideal

Untuk mengetahui berat badan ideal dapat dilakukan dengan cara

berikut. Menentukan berat badan (kg) dan menentukan tinggi badan

(m).Rumus: tinggi badan dikuadratkan, lalu berat badan dibagi hasil

kuadrat tersebut (Medika, 2017).

IMT=berat badan(kg) /tinggi badan (m²)

Keterangan IMT = Index Massa Tubuh

Jika hasilnya=

a. Kurang dari 19 = kurus.


b. Antara 19-24.9 = ideal.

c. Antara 25-29.9 = gemuk.

d. Lebih dari 30 = kegemukan / obesitas.

5. Menghindari stress

Buatlah hari-hari menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Hal ini

baik untuk kesehatan karena akan memberikan efek ketenangan

sehingga organ-organ pada tubuh dapat berfungsi sebagaimana

mestinya (Medika, 2017).

6. Hindari merokok

Dalam rokok terdapat zat nikotin dan zat-zat lainnya yang dapat

meningkatkan tekanan darah tinggi. Selain itu merokok juga dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung,

kanker, dan diabetes (Medika, 2017).

7. Hindari alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit, diantaranya penyakit darah tinggi, dapat mengganggu organ

hati dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan sirosis hati, serta

penyakit lainnya (Medika, 2017).

8. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

Konsumsilah buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung

sumber vitamin dan mineral alami serta buah-buahan dan sayur-

sayuran yang mengandung kalium, magnesium, kalsium karena dapat

mengurangi tekanan darah tinggi (Medika, 2017).


9. Kurangi lemak

Kurangi makanan dan minuman yang mengandung banyak lemak

seperti jeroan, santan kelapa, melinjo, dan susu full cream. Gantilah

makanan dan minuman yang rendah lemak.Trigliserida merupakan

suatu jenis lemak. Semua lemak yang kita konsumsi termasuk

trigliserida. Trigliserida diangkut melalui aliran darah untuk

dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi tubuh. Asam lemak yang

membentuk trigliserida dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi

yang diperlukan oleh otot-otot tubuh untuk bekerja atau disimpan

sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak dalam tubuh.Saat ini

trigliserida ramai dibicarakan karena dapat mengakibatkan kolesterol.

Kolesterol merupakan penyakit yang perlu dihindari. Partikel

kolesterol (LDL) jika berada dalam jumlah yang berlebihan akan

menumpuk disepanjang dinding pembuluh darah sehingga

menyebabkan timbulnya arterosklerosis yang membuat diameter

pembuluh darah menyempit, lalu menyebabkan aliran darah

terganggu. Pada jangka waktu yang panjang akan menimbulkan

penyakit darah tinggi, jantung koroner dan lain-lain (Medika, 2017).

High density lipoprotein (HDL) yang dikenal sebagai kolesterol

baik, memiliki kemamuan untuk membersihkan tumpukan lemak yang

menempel pada dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, kadar HDL

yang tinggi memiliki efek baik bagi jantung (Medika, 2017).


10. Kurangi gula

Kurangi jumlah gula yang kita konsumsi karena mengkonsumsi gula

berlebih tidak baik bagi kesehatan. Mengonsumsi gula berlebih dapat

menimbulkan penyakit darah tinggi, kanker, diabetes, jantung dan

obesitas (Medika, 2017).

11. Kurangi minuman yang mengandung kafein

Kurangi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh. Hal

itu akan menyebabkan kecanduan, gelisah, detak jantung lebih cepat,

dan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke dalam jangka

waktu yang panjang (Medika, 2017).

12. Hindari obat pemicu terjadi tekanan darah tinggi

Jika kita memiliki penyakit darah tinggi, kemudian terserang penyakit

seperti demam, batuk, dan influenza, pilihlah obat yang dapat

menyembuhkan penyakit yang tidak memicu terjadinya tekanan darah

tinggi. Jika perlu konsultasikan pada dokter (Nisa, 2012).

2.3.8 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah anda terus-menerus tinggi maka akan menimbulkan

komplikasi pada organ tubuh lainnya. Bagian tubuh yang paling sering

menjadi sasaran kerusakan antara lain (Sutanto, 2010):

1. Otak

Gangguan pada otak biasanya akibat rusaknya pembuluh darah

sehingga menyebabkan stroke (Sutanto, 2010).


2. Mata

Gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-sel retina

sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan (Sutanto,

2010).

3. Jantung

Gangguan jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan

penyakit jantung koroner dan gagal jantung (Sutanto, 2010).

4. Ginjal

Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

Komplikasi dari hipertensi ini sering dirujuk sebagai kerusakan akhir

organ karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari

tekanan darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosa tekanan darah

tinggi sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk

membuat tekanan darah menjadi normal dan mencegah terjadinya

komplikasi (Sutanto, 2010).

2.3.9 Pengobatan Hipertensi

1. Pengobatan farmakologis

Pengobatan farmakologis pada hipertensi adalah pengobatan

hipertensi yang bersifat jangka panjang, bahkan ada kemungkinan

pengobatan ini dilakukan sepanjang umur hidup (Rusdi, 2009). Ada

beberapa jenis obat yang dianjurkan dokter untuk penderita hipertensi,

antara lain :
a. Diuretik.

Obat-obatan jenis diuretik berfungsi untuk mengeluarkan cairan

yang ada dalam tubuh dengan melalui urine. Berkurangnya

volume air dapat mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan. Tetapi karena potassium kemungkinan terbuang

dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potassium harus

dilakukan. Contoh obatnya yaitu tablet Hydrochlorothiazide

(HCT) dan Lasix (Furosemide) (Rusdi, 2009).

b. Betabloker

Betabloker merupakan obat yang dipakai dalam upaya

pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja

jantung dan memperlebar pembuluh darah. Contoh obat dari

golongan ini adalah Atenolol (Tenorim) dan Capoten (Captopril) .

Tetapi, sebaiknya anda yang diketahui sedang mengidap

gangguan pernafasan, seperti asma bronkial serta gangguan

pernafasan lainnya tidak menggunakan obat jenis ini (Rusdi,

2009).

c. Calcium channel blokers.

Golongan obat ini merupakan satu obat yang biasa dipakai dalam

pengontrolan darah tinggi melalui proses relaksasi pembuluh

darah yang juga memperlebar pembuluh darah. Contoh obat

golongan ini yaitu Norvasc (amlopidipine) dan Angiotensin

converting enzyme (ACE) (Muhammadun, 2010).


2. Pengobatan non-farmakologis

Pengobatan hipertensi yang bersifat non-farmakologis pada dasarnya

dilakukan hanya untuk mengontrol tekanan darah dalam tubuh.

Sehingga, seorang penderita hipertensi yang menjalani pengobatan

non-farmakologis paling tidak dapat menunda atau tidak

menggunakan sama sekali pengobatan yang bersifat farmakologis

(Rusdi, 2009).

Pengobatan nonfarmakologis ini dengan menggunakan (Rokhaeni,

2001):

a. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB

dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan

aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

b. Aktivitas

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan

seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

c. Penggunaan tamanan herbal

Tamanan berkhasiat obat atau herbal dapat digunakan sebagai

terapi pendamping farmakologis untuk hipertensi. Tanaman

tersebut antara lain :


1) Pisang Ambon

Pisang ambon adalah buah yang memiliki kandungan kalium

lebih tinggi dan natrium lebih rendah dibandingkan dengan

buah pisang lainnya, dalam 100 gr pisang ambon

mengandung 435 mg kalium dan hanya 18 mg natrium dan

dapat bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah (Megia,

2013).

2) Seledri

Seledri (Apium graveolens L) merupakan salah satu dari jenis

terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi (Megia,

2013).

3) Mentimun

Jus mentimun bersifat diuretik sehingga mampu menurunkan

tekanan darah (Hidayat, 2011).

4) Tomat

Jus tomat merupakan sumber kalium yang sangat baik untuk

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tomat kaya

akan kalium (235 mg/100gr tomat), sedikit natrium, dan

lemak. Kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah

adalah dapat menyebabkan vasodilatasi (Raharjo, 2010).


2.4 Konsep Lansia

2.4.1 Pengertian Lanjut Usia

Lansia adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun dan tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari – hari. (Emmelia, 2017).

2.4.2 Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda– beda umunya

berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan

usia adalah sebagai berikut (Emelia, 2017) :

1. Menurut (WHO dalam Emmelia, 2017) batasan lanjut usia meliputi :

a. Middle Age (45-59 tahun)

b. Elderly (60-70 tahun)

c. Old (75-90 tahun)

d. Very Old ( ≥ 90 tahun)

2. Menurut (Hurlock 1979 dalam Findy 2018) perbedaan lanjut usia

terbagi dalam dua tahap, yaitu :

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age 9 (usia ≤ 70 tahun)

3. Menurut (Maryam 2008 dalam Emmelia 2017) mengklasifikasikan

lansia antara lain :

a. Pra lansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.


b. Lansia

Seseorang yang berusia ≥ 60 tahun

c. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia ≥ 70 tahun seseorang yang berusia ≥ 60

tahun dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003 dalam

Emmelia, 2017).

d. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,

2003; dalam Emmelia, 2017 ).

e. Lansia Tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003; dalam

Emmelia, 2017).

4. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokkan

menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi

(≥ 70 tahun) dengan masalah kesehatan (Emmelia, 2017).

2.4.3 Perubahan Lansia

Menjadi menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh

baik, fisik, sosial, mental, dan spiritual, yang keseluruhanya saling terkait

antara satu bagian dengan bagian yang lainya. Secara umum menjadi tua

ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala – gejala

kemunduran fisik antara lain (Emelia, 2017).


1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis – garis

yang menetap.

2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban.

3. Gigi mulai lepas (ompong).

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang.

5. Mudah lelah mudah jatuh.

6. Mudah terserang penyakit.

7. Nafsu makan menurun.

8. Penciuman mulai berkurang.

9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

10. Pola tidur berubah.

2.5 Kerangka Teori

Sehat : Psikologis Garis Pertahanan


Prevensi Primer Fleksibel
Sosia
l
Ancaman : Garis Pertahanan
Prevensi Sekunder Biologis Normal

Nyata / Aktual : Kultural Garis Pertahanan


Prevensi Tersier Resisten
Spiritua1

Gambar 2.5 Teori Model Betty Neuman, 1972


Teori betty Neuman memiliki tujuan untuk membantu individu,

keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat

kesehatan maksimalnya melalui intervensi tertentu. Neuman meyakini

bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Perawat

mengkaji, mengatur dan mengevaluasi system klien. Perawatan berfokus

pada variabel-variabel yang mempengaruhi resposns klien terhadap

stressor. Tindakan keperawatan terdiri dari pencegahan primer berfokus

pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor

resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu.

Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber

internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-

gejala yang tampak, sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses

adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk

memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui

pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam mencegah terjadinya

masalah yang sama.


Pisang Ambon Daun Seledri

ACE 1 Kalium Flavonoid Tanin Apigenin ( Apiin &


Manitol
bat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan darah
Sekresi renin Menggangu fungsi dari Antioksida
mikroorganisme/ virus
Menurunkan kekuatan kontriksi jan
Vasokontriksi
Memperlancar peredaran darah
pembuluh darah berkurang

Mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tub


Meringankan kerja jantung

Vasodilatasi
pembuluh darah

CO / Curah Jantung
Tekanan Darah Tahanan perifer

Kec aliran
SV / Isi Sekuncup HR / Nadi darah

Tekanan
arteri-vena
Preload Afterload Simpatetik Parasimpatetik
Viskositas

Gambar 2.5 Kerangka Teori Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi
Kerangka teori diatas menggambarkan efektivitas pemberian jus

pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah

pada lansia penderita hipertensi. Tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac

Output (CO) atau curah Jntung dan Tahanan Perifer. Curah Jantung

Sendiri di pengaruhi oleh Stroke Volume (SV) atau isi sekuncup dan Heart

Rate (HR) atau nadi. Isi Sekuncup dipengaruhi oleh preload dan afterload,

jika terjadi peningkatan afterload maka tekanan darah juga akan

meningkat. Sedangkan nadi dipengaruhi oleh saraf simpatetik dan

parasimpatetik, jika saraf simpatetik dirangsang akan menyebabkan

penurunan tekanan darah. Tahanan perifer dipengaruhi oleh kecepatan

aliran darah, tekanan arteri- vena, dan viskositas.

Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang

dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi

jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan

darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu

membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam

tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan

tekanan darah. Flavonoid berfungsi sebagai mengurangi fungsi

organisme/ virus, dapat memperlancar peredaran darah lalu aliran balik

vena ke jantung dapat menurunkan tekanan darah. Pisang ambon

mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium terdapat sekresi renin

dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah berkurang dapat

meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah berkurang. kalium


bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah, memengaruhi irama

jantung, terapi darah tinggi, membersihkan karbondioksida didalam darah,

berperan dalam kepekatan saraf dan otot, serta memicu kerja otot dan

simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman

oksigen ke otak dan membantu keseimbangan cairan di dalam

tubuh.Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat menghambat kerja enzim

angiotensin pada proses penurunan tekanan darah.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antar konsep satu terhadap konsep lainya, antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo,

2012).

Pengobatan hipertensi
Faktor resiko hipertensi
Farmakologi
Faktor yang tidak dapat diubah :
Diuretic
Genetic
Betablocker
Calciumchannel blokers
Jenis Kelamin
(Rusdi, 2009 ) Umur
Non farmakologi Faktor yang tidak dapat diubah :
Diet
Aktivitas (Rokhaeni,2001) Stress 1.
Berat badan
2. Konsumsi berlebihan
3. garam
Penggunaan tanaman herbal
jus pisang ambon 4. Kebiasaan merokok
2.Rebusandaun seledri (Bumi Medika,2017)

Tekanan darah pada Hipertensi

Keterangan :

: DiTeliti : Berpengaruh

: Tidakditeliti : Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Efektifitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Dwi Kunti Winongo
Kota Madiun.

43
Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa Hipertensi di pengaruhi beberapa

Faktor yang tidak dapat diubah : (Genetik, Jenis kelamin,Umur). Faktor

yang tidak dapat diubah : (stress, berat badan, konsumsi garam berlebihan,

dan kebiasaan merokok)Dalam penanganan hipertensi terdapat terapi

farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis antara lain

jus pisang ambon kandungan kalium yang sangat tinggi dalam pisang

Ambon akan meningkatkan konsentrasi dalam intraseluler sehingga

cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler beserta natrium

sehingga terjadi retensi cairan yang mengakibatkan peningkatkan ekskresi

natrium dalam urin (natriuresis) dan menurunkan tekanan darah. Selain itu

rebusan darun seledri juga dapat menurunkan hipertensi. Apigenin dalam

daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat

detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran

darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil

sementara, tentang kebenaranya akan ibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2012).

1. Ada signifikan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah di

berikan terapi jus pisang ambon pada lansia penderita hipertensi di

Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.

44
2. Ada signifikan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah di

berikan terapi rebusan daun seledri pada lansia penderita hipertensi di

Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winonogo Kota Madiun.

3. Ada perbedaan antara jus pisang ambon dan rebusan daun seledri

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Menurut Nursalam (2017), desaian penelitian pada hakikatnya

merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan

sebelum perencanaan akhir pengumpulan data.Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian kuantitatif dengan metode Quasi Eksperiment dengan Two

Group Pretest-Posttest Control Group, dimana pada penelitian ini

menganalisis Perbedaan pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri pada kelompok eksperimen yang sampelnya di observasi terlebih

dahulu sebelum di perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel

tersebut diobservasi.

Bentuk rancangan ini sebagai berikut :

Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen dengan two group pretest-
posttest control group (Notoatmodjo,2018)

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Kelompok A O1 X1 O2
Kelompok B O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pre test)

X1 : Perlakuan (pemberian rebusan daun seledri)

X2 : Perlakuan (pemberian jus pisang ambon)

O2 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (post test)

46
Dalam penelitian ini dipilih penderita hipertensi yang di awali dengan

observasi melakukan pengecekan tekanan darahnya (pre test), kemudian di

bagi menjadi dua kelompok perlakuan 1dan Perlakuan 2. Kelompok yang

pertama diberi rebusan daun seledri dan kelompok yang kedua di beri jus

pisang ambon selama 5 hari. Sebelum dilakukan perlakuan responden di

berikan inform consent. Setelah diberikan perlakuan dilakukan observasi

lagi terhdap tekanan darah (post test).

4.2 Desain Sampel

4.2.1 Populasi

Nursalam (2017) mendefinisikan populasi adalah keseluruhan subjek

yang diteliti dan menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian, baik

anggota sampel maupun di luar sampel. Populasi dalam penelitian ini

adalah semua lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Dewi

Kunti Winongo Kota Madiun sebanyak 64 lansia.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2018) .

Rumus jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer

(1963) yang dikutip dalam Anjarini (2018) dapat ditentukan berdasarkan

total kelompok (t) yang digunakan dalam penelitian adalah 2 kelompok

maka besar sampel yang digunakan.

()()

47
Keterangan :

n = Besar sampel tiap kelompok

t = Banyaknya kelompok

( ) ( )

( ) ( )

()()

Hasil jumlah sampel dengan hitungan rumus yang didapat adalah

minimal n = 16 sampel responden. Untuk mengantisipasi responden yang

hilang atau mengundurkan diri maka dilakukan koreksi atau perubahan

jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari peneliti. Rumus

yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah :

Keterangan :

n’ = Besar sampel setelah dikoreksi

n = Jumlah sampel sebelumnya

f = Prediksi sampel drop out diperkirakan 10% (f = 0,1)


n' =17,7

n' =dibulatkan menjadi 18

Sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus

drop out adalah masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol dalam penelitian sejumlah 18 sampel sehingga jumlah seluruh

sampel penelitian sebanyak 36 responden.

4.2.3 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untukmengurangi

bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel yang

ditemui. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu inklusi

dan eksklusi (Nursalam 2017).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu

populasi terjangkau yang akan diteliti. Dalam penelitian ini kriteria

inklusinya adalah:

a. Anggota Posyandu Dewi Kunti di Kelurahan Winongo Kota

Madiun.

b. Bersedia menjadi responden.

d. Lansia dengan Hipertensi.

e. Lansia ≥ 60 tahun
2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

tidakmemenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang

mengganggu, hambatan etis, dan subjek menolak berpatisipasi. Dalam

penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:

a. Lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi

4.3 Teknik Sampling

Pada penelitian ini cara pengambilan sampel adalah menggunakan

teknik simplerandom sampling. Simplerandom sampling yaitu

pengambilan anggota-anggota sampel yang dilakukan dengan cara

mengacak individu-individu anggota populasi. Pada data puskesmas

terdapat 64 penderita hipertensi di posyandu Dewi Kunti Kelurahan

Winongo Kota Madiun.

Cara pengambilan sampel secara random adalah :

1. Menentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 64 orang

2. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang diikutkan sebanyak 36

penderita hipertensi

3. Membuat penomeran 1-64

Peneliti mengambil secara acak sesuai dengan kebutuhan atau

sampelnya sebanyak 36 penderita hipertensi


4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rencana kegiatan

penelitian yang akan dilakukan.

Populasi:
Semua lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Dwi Kunti kelurahan Winongo kota Madiun
sebanyak 64 Lansia

Sampel:
36 lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Dwi Kunti winongo kota madiun yang akan
dibagi 2 kelompok , yaitu 18 untuk kelompok perlakuan minum jus pisang ambon dan untuk 18
orang lagi untuk kelompok perlakuan meminum rebusan daun seledri

Sampling:
Simple random sampling

Desain Penelitian:
Quasi eksperiment dengan two group ( Pretest-Posttest control Group)

Eksperimen : Eksperimen :
Pre test : Pengukuran Tekanan Darah Pre test : Pengukuran tekanan Darah
 
Intervensi : Rebusan Daun Seledri Pisang ambon
 
Post test : Pengukuran Tekanan darah
Post Test : Pengukuran tekanan darah

Pengumpulan data:
Lembar Observasi

Pengolahan data :
Editing, coding, entry,cleaning dan tabulating.

Analisa Data:
Wilxocon dan Mann Whitney

Hasil, Pembahasan dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Pemberian Jus Pisang


Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Menurut Nursalam (2017) Variabel adalah perilaku atau karakteristik

yang memberikan nilai benda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-

lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok tersebut. Dalam

riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan.

Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian (Nursalam, 2017).

Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen :

1. Variabel independen (Variabel bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jus Pisang Ambon dan

Rebusan Daun Seledri.

2. Variabel dependen (Variabel terikat)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah penurunan tekanan darah

pada lansia hipertensi.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi operasional.

Penelitian yang digambarkan dibawah ini :


Tabel 4.2 Definisi Oprasional Efektivitas Pemberian Jus pisang Ambon
dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun
Alat
Variabel Definisi Indikator Skala Skor
Ukur
Independen : Jus pisang Jumlah : 100 SOP 1.Jus Pisang
jus pisang ambon: buah grm buah jus Ambon
ambon dan pisang ambon pisang ambon 2. Rebusan
rebusan yang di ambil tambahkan air Daun Seledri
daun seledri sarinya ± 125ml
menggunakan Kemudian
juicer atau dihaluskan
blender dengan
blender.
Diberikan 1x
sehari selama
5 hari setiap
pagi setelah
makan.

Rebusan daun Jumlah : 1,3 SOP - -


seledri: daun grm (3 seledri)
seledri yang di tambahkan
ambil sarinya ±250 ml air.
dengan cara Rebus
direbus ±10menit
hingga rebusan
daun seledri
menjadi ½
gelas. Di
berikan 1x
sehari selama
5 hari setiap
pagi setelah
makan pagi

Dependent: Tekanan darah Tekanan darah Lembar Rasio Sesuai dengan


tekanan di dalam sistolik dan observasi angka yang
darah pembuluh darah tekanan darah Tensimet ditampilkan
yang dapat diastolik er, oleh alat ukur
diukur dengan stetoskop dalam satuan
tensimeter mmHg.
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitianalat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti

dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (Nursalam, 2017) Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian adalah tensimeter merk GEA dengan tingkat akurasi tinggi

±3mmHg, stetoskop, lembar observasi. Pada penelitian ini alat timbangan

dan tensimeter jarum yang digunakan baru.

Sop cara membuat jus pisang ambon dan rebusan daun seledri. Bahan

dan alat yang di butuhkan meliputi : Bahan dan alat yag di butuhkan

meliputi : 100gr Pisang Ambon±125ml(½ gelas), Blender, Pisau,

Gelas/cup, gelas ukur Pelaksanaan membuat jus pisang ambon yaitu kupas

buah pisang kemudian potong kecil-kecil, Masukan potongan buah pisang

ke dalam blender kemudian tambahkan ±125ml air, Blender semua bahan

hingga halus ±1 menit, Tuang ke dalam gelas/cup.Cara pemakaiannya

yaitu Minum jus pisang ambon satu kali sehari. Minum jus pisang ambon

selama 5 hari setiap pagi setelah makan pagi.

Bahan dan alat yang di butuhkan untuk pembuatan rebusan daun

seledri meliputi Daun seledri sebanyak 1,3gram atau ±3 seledri, Air

matang ±250ml (setara dengan 1 gelas aqua kecil), Panci, Kompor.

Pelaksanaan membuat rebusan daun seledri: Bersihkan daun seledri

dengan air bersih yang mengalir, Masukan daun seledri dan tambahkan

240ml air,Rebus±10menit menggunakan api sedang hingga rebusan daun


seledri menjadi ½ gelas (200ml). Cara pemakaian: Minum rebusan daun

seledri pada pagi hari, setelah makan pagi Lakukan selama 5 hari.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Dwi Kunti di Kelurahan

Winongo Kota Madiun.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di lakukan pada bulan Januari 2019 sampai Juni

2019.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2017). Dalam melakukan penelitian, prosedur yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Perijinan

Peneliti dalam pengumpulan data berawal dari mengurus surat

izin penelitian dengan membawa surat dari STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun untuk diajukan kepada Kepala Bankesbangpol Kota

Madiun. Setelah mendapatkan persetujuan dari surat izin dari

Bankesbangpol Kota Madiun, peneliti memberikan surat izin tersebut

yang diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dan

Kepala Puskesmas Manguharjo. Setelah mendapatkan persetujuan dari


Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dan Kepala Puskesmas

Manguharjo.

Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

maksud dan tujuan serta inform consent responden. Setiap responden

diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak

menjadi subjek penelitan. Setelah calon responden menyatakan

bersedia untuk mengikuti prosedure penelitian, maka responden

diminta untuk menandatangani lembar inform consent yang telah

disiapkan peneliti (lampiran). Setelah responden menandatangani

lembar inform consent, kemudian responden diminta untuk mengisi

data demografi meliputi nama, usia, pekerjaan dan jenis kelamin.

2. Pre Eksperimen

Pengukuran tekanan darah dilakukan 1 hari sebelum pemberian

jus dan rebusan daun seledri dengan mengumpulkan responden,

peneliti membagi dua kelompok pemberian jus pisang ambon dan

rebusan daun seledri dengan cara teknik acak. Peneliti di bantu oleh

5orang teman untuk melakukan pengukuran tekanan darah tersebut.

Pengukuran dilakukan pada saat pagi pukul 07.00 WIB karena kondisi

tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi responden duduk dengan

dua telapak kaki menyentuh lantai. Hasil pengukuran kemudian ditulis

di dalam lembar observasi.


3. Eksperimen

Peneliti di bantu oleh 5 orang untuk membuat jus pisang ambon

dan rebusan daun seledri. Untuk 1 responden membutuhkan 100 mg

buah pisang ditambahkan air ±125ml dan 1,3 grm / ±3 seledri

ditambahkan air ±250 ml.Proses memblender jus selama ±1 menit dan

untuk merebus daun seledri ±10 menit menggunakan api sedang . Jus

dan rebusan daun seledri di buat pagi jam 06.00 WIB. Jus di buat

tanpa menggunakan gula karena kandungan fruktosa akan

mempengaruhi kanal kalsium yang terdapat pada membrane sel otot

polos pembuluh darah yang kemudian menyebabkan vasokontriksi

dan peningkatan resistensi perifer sehingga tekanan darah akan naik

(yona, 2018). Responden didatangi satu persatu dari rumah

kerumah( door to door), jus dan rebusan daun seledri diberikan selama

5 hari pada pagi hari setelah makan. Dan dilakukan pengamatan

pemberian jus dan rebusan daun seledri untuk memastikan jus dan

rebusan daun seledri diminum dan lansung di habisakan oleh

responden.

4. Post eksperimen

Peneliti dibantu oleh 5 orang melakukan pengukuran kembali

tekanan darah di hari ke 5 setelah pemberian intervensi dengan

mendatangi responden satu persatu dari rumah ke rumah. Waktu dan

cara pengukuran sama dengan pengukuran pada waktu pre eksperimen

yaitu dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB karena

kondisi tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi responden duduk
dengan dua telapak kaki menyentuh lantai.. Hasil pengukuran tekanan

darah ditulis dilembar observasi. Setelah semua data terkumpul

peneliti melakukan pengolahan dan analisa data.

4.9 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses

dan dianalisis secara stematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di

tabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012)

1. Editing

Editing adalah mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul

apakah sudah baik dan terisi lengkap untuk proses selanjutnya.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan rincian jawaban dari responden

dengan memberikan kode. Pada penelitian ini hasil dari scoring

diberikan kode antara lain.

a. Usia

1) 60-69 tahun =1

2) 70-79 tahun = 2

3) > 80 tahun =3

b. Jenis Kelamin

1) Laki-laki = 1

2) Perempuan = 2
c. Pendidikan

1) Tidak Sekolah = 1

2) Tamat SD = 2

3) Tamat SMP = 3

4) Tamat SMA = 4

5) Tamat Perguruan Tinggi = 5

d. Pekerjaan

1) PNS/TNI/POLRI = 1

2) Wiraswasta = 2

3) Petani = 3

4) Pensiunan = 4

5) Tidak Bekerja = 5

3. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel dan

selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai variabel yang diteliti,

hasilnya berupa presentase dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Keterangan :

P = Prosentase

∑F = Frekuensi responden

N = Total Responden
Hasil pengklasifikasiakan dimasukkan ke dalam standar kriteria :

a. Seluruh dari responden : 100%

b. Hampir seluruh dari responden : 76-99%

c. Sebagian besar dari responden : 51-75%

d. Setengah dari responden : 50%

e. Hampir setengah dari responden : 26–49%

f. Sebagian keci dari : 1-25%

g. Tidak satu pun dari responden 0

(Sugiyono, 2010)

4. Data Entry

Data entry adalah kegiatan yang memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi.

5. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklenyapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

4.10 Teknik Analisa Data

4.10 Analisa Data


Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro – Wilk Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun
Shapiro Wilk ( Nilai Signifikansi )
Tekanan
Darah Jus Pisang Rebusan Daun
Ambon Seledri
Pre Sistol 0,005 0,030
Pre Diastol 0,000 0,000

Uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro-Wilk sesuai syarat sampel ≤

50. Sampel ini sebanyak 36 responden, sehingga cocok menggunakan Uji

Shapiro-Wilk . Hasil uji normalitas data pada kelompok Jus Pisang Ambon

didapatkan nilai signifikan pre sistol pada jus pisang ambon 0,005 dan pre diastol

0,000 . Pada kelompok Rebusan Daun Seledri didapatkan nilai signifikan pre

sistol Rebusan Daun Seledri 0,030 dan pre diastol 0,000. Kedua kelompok

menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari α ( α = 0,05 ) dapat disimpulkan

bahwa distribusi data tidak normal. Sehingga dalam menganalisis data

menggunakan uji non- parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon

Signed Rank Test untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Jus Pisang

Ambon Dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada

Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota

Madiun. Menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui Perbedaan

Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri Untuk

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi

Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.

4.10.1 Analisa Uvariat

Analisa Univariat dilakukan terhadap masing masing variabel yang

diteliti. Tujuan dari analisa univariat adalah menjelaskan karakteristik


setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Distribusi Frekuensi dalam

penelitian ini untuk data kategorik sebagai berikut: pendidikan, jenis

kelamin, pekerjaan.

P = ∑ /N X 100%

Keterangan :

P : populasi

F :

frekuensi

Perhitungan Tendensi Sentral. Data yang dianalisis jenis tendensi

sentral adalah mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus. Data yang

dianalisis meruoakan data numerik yang berskala rasio dan interval. Di

dalam penelitian ini data yang dianalisis tendensi sentral adalah tekanan

darah dan usia.

4.10.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang di duga berhubangan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik

analisis yang digunakan untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan

sesudah diberikan jus pisang ambon dan rebusan daun seledri

menggunakan uji paired t-test dengan syarat skala data interval/rasio,

berdistribusi normal, homogen, data berpasangan dan jika tidak

berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon yang merupakan

nonparametic test dengan syarat skala data interval/rasio, berdistribusi

tidak normal.

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan


efektivitas anatara kelompok yang diberi jus pisang ambon dan rebusan
daun seledri untuk menurunkan tekanan darah menggunakan uji statistic

Independent t-test. Beberapa syarat penggunaan independent t-test :

1. Sampel dalam jumlah kecil

2. Skala data interval/rasio

3. Data homogen

4. Data berdistribusi normal

Langkah-langkah yang di lakukan dalam uji penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Homogen/sejenis

Uji homogenitas menggunakan metode levene’s kelompok dikatakan

homogen apabila hasil ρ> 0,05. Dimana uji signifikan 0,05 atau taraf

kepercayaan 95%. Hasil analisa di simpulkan sebagai berikut:

a. Menolak H0 (menerima Ha) bila diperoleh nilai ρ<0.05

b. Menerima H0 (menolak Ha) bila diperoleh nilai ρ>0,05

Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan

system komputerisasi SPSS 16.

2. Uji Kenormalan Data

Untuk mengetahui normalitas data perlu dilakukan uji normalitas

dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, distribusi data dikatakan

normal jika nilai ρ> 0,05 dan tidak normal jika hasil nilai ρ< 0,05. Uji

normalitas Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50, pada

penelitian ini jumlah sampel sebanyak 36 orang sehingga cocok


menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data-data tersebut akan disajikan

dalam bentuk tabel.

3. Metode analisis statistik

Metode analisis statistik ini untuk mengetahui perubahan dua

populasi/kelompok data yang independent yaitu 2 kelompok

intervensi yang mendapatkan jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri untuk menurunkan tekanan darah.

Bila syarat-syarat terpenuhi maka menggunakan uji independent T-

test dan bila syarat tidak terpenuhi maka menggunakan uji Mann –

whitney U test yang merupakan nonparametik test. dengan syarat skala

data interval/rasio, berdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui

perbedaan efektivitas antara kelompok jus pisag ambon dan kelompok

rebusan daun seledri dilihat nilai p value dari dua kelompok. Jika nilai ρ<

0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok jus pisang

ambon dan rebusan daun seledri. Namun jika ρ> 0,05 maka tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok jus dan rebusan daun seledri.

4.11 Etika Penelitian

Menurut (Notoatmodjo,2012) prinsip dasar dan kaidah penelitian adalah

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan

penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan

kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak


memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti mempersiapkan

formulir persetujuan subjek ( inform consen) yang mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan

c. Menjelaskan manfaat yang didaparkan

d. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas

2. menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian ( Respect for

privacy and confidentialy)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justicean

inclusivess)

Keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (blacing

harms and benefits) Sebuah penelitian hendaknya memperoleh

manfaat semaksimal mungkin bagi subjek. Oleh sebab itu,

pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak


mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian.
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil pembahasan dan penelitian tentang

Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi

Kunti Keurahan Winongo Kota Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

12 Mei 2019 sampai – 18 Mei 2019 dengan jumlah responden sebanyak 36

responden pernderita hipertensi. Penyajian data dibagi menjadi 2 bagian yaitu data

umum dan data khusus. Data umum berisi karakteristik meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Data khusus yang disajikan berdasarkan

tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus pisang ambon, tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rebusan daun seledri dan perbedaan

efektivitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk

menurunkan tekanan darah lansia penderita hipertensi.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskesmas Manguharjo.

Puskesmas Manguharjo di Kelurahan Winongo terdapat 2 posyandu yaitu

Posyandu Dewi Shinta dan Posyandu Dewi Kunti. Penelitian ini

dilaksanakan di Posyandu Dewi Kunti yang terletak di Jalan Doho

Kelurahan Winongo Kota Madiun. Jumlah anggota Posyandu Dewi Kunti

Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Jumlah

anggota di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun

67
sebanyak 70 orang dimana anggota tinggal di Kelurahan Winongo itu

sendiri.

Posyandu Dewi Kunti terletak di rumah ketua kader yang mempunyai

ukuran luas rumah 15m x 10m = 150 meter dimana dibantu oleh 4 kader

wilayah setempat. Lokasi disana sangat mudah dijangkau, karena

lokasinya terletak dipinggir jalan raya. Posyandu Dewi KuntiKunti

Kelurahan Winongo Kota Madiun terdapat beberapa kegiatan diantaranya

terdapat kegiatan senam lansia setiap hari senin, cek kesehatan dan

penyuluhan setiap sebulan sekali.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan usia, karakteristik responden berdarsarkan jenis kelamin,

karakteristik responden berdasarkan pendidikan, karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan, karakteristik responden berdasarkan.

1. Karakteristik Respnden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karekteristik Responden Berdasarkan usia di Posyandu


Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun Bulan Mei
2019.
Kelompok
No Usia Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 60-69 9 25,0 13 36,1
2 70-79 8 22,0 5 13,9
3 > 80 1 2,8 0 0
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019

68
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 2 kelompok

tersebut frekuensi terbesar dengan usia 60-69, yaitu 13 responden

(36,1%) dan terendah pada umur > 80 tahun sebanyak 1 responden

(2,8%).

2. Karakterstik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Karakteristik Respnden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Bulan Mei 2019
Kelompok
Jenis Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
No
Kelamin Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(f) (%) (f) (%)
1 Laki-Laki 4 22,2 3 16,7
2 Perempuan 14 77,8 15 83,3
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut

frekuensi terbesar berjenis kelamin Perempuan, pada kelompok Jus

Pisang Ambon responden perempuan berjumlah 14 (77,8%) dan untuk

responden laki-laki berjumlah 4 (22,2%). Dan Rebusan Daun Seledri

responden Perempuan berjumlah 15 (83,3%) dan untuk responden

laki-laki berjumlah 3 (16,6%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun Bulan Mei 2019.
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
No Pendidikan
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(f) (%) (f) (%)
1 Tidak Sekolah 9 50 3 16,7
2 Tamat SD 5 27,8 10 55,6
3 Tamat SMP 4 22,2 5 27,8
4 Tamat SMA 0 0 0 0
5 Tamat PT 0 0 0 0
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut

frekuensi terbesar adalah dengan pendidikan Tidak Sekolah dan

Tamat SD, untuk pendidikan (Tidak Sekolah) pada kelompok jus

pisang ambon sebanyak 9 orang (50%) sedangkan lulusan SD untuk

kelompok rebusan daun seledri sebanyak 10 orang (55,6%). Dan

terendah pada kelompok rebusan daun seledri pendidikan (tidak

sekolah) sebanyak 3 orang (16,7%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Bulan Mei 2019
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
No Pekerjaan
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(f) (%) (f) (%)
1 PNS/TNI/POLRI 0 0 0 0
2 Wiraswasta 3 16,7 4 22,2
3 Petani 0 0 0 0
4 Pensiunan 1 5,6 0 0
5 IRT 14 77,8 14 77,8
Total 18 100 18 100
Sumber: Data Primer 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut

frekuensi tersebesar sebagian besar pekerjaan Ibu Rumah Tangga


masing-masing berjumlah 14 orang (77,8%). Pada kelompok (jus

pisang ambon) dengan pekerjaan Wiraswasta sebanyak 3 orang

(16,7%). untuk kelompok rebusan daun seledri sebanyak 4 orang

(22,2%), dan Pensiunan Sejumlah 1 orang (5,6%).

5.2.2 Data Khusus

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro – Wilk Tekanan Darah


Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Piang Ambon Dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun

Shapiro Wilk ( Nilai Signifikansi )


Tekanan
Darah Jus Pisang Rebusan Daun
Ambon Seledri
Pre Sistol 0,005 0,030
Pre Diastol 0,000 0,000

Uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro-Wilk sesuai syarat

sampel ≤ 50. Sampel ini sebanyak 36 responden, sehingga cocok

menggunakan Uji Shapiro-Wilk . Hasil uji normalitas data pada kelompok

Jus Pisang Ambon didapatkan nilai signifikan pre sistol pada jus pisang

ambon 0,005 dan pre diastol 0,000. Pada kelompok Rebusan Daun

Seledri didapatkan nilai signifikan pre sistol Rebusan Daun Seledri 0,030

dan pre diastol 0,000. Kedua kelompok menunjukkan nilai signifikan lebih

kecil dari α ( α = 0,05 ) dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak

normal. Sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non-

parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test

untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Jus Pisang Ambon Dan

Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia


Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota

Madiun. Menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui Perbedaan

Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Dun Seledri Untuk

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di

Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.

1. Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Jus


Pisang Ambon untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi.

Tabel 5.6 Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
diberikan terapi jus pisang ambon pada lansia penderita
hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun.
Hasil Tekanan Min-
No N Mean Median Modus SD
Darah Max
1 Pretest Sistol 18 152,2 150 150 8,78 140-170
2 Posttest Sistol 18 144,1 142,5 140 9,11 130-160
3 Pretest Diastol 18 91,67 90 90 5,14 80-100
4 Posttest Diastol 18 83,61 80 80 4,79 80-90
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui rata-rata pretest sistol 152,2

dengan nilai tengah 150 dan nilai yang sering muncul 150.00 dengan

Standartd Deviation 8,78 skor terendah 140 mmHg dan skor tertinggi

170 mmHg. Rata-rata Posttest Sistol 144,1 denga nilai tengah 142,5

dan nilai yang sering muncul 140.00 dengan Standard Deviation 9,11

skor terendah 130 mmHg dan skor tertinggi 160 mmHg. Rata-rata

Pretest Diastol 91,67 dengan nilai tengah 90 dan nilai yang sering

muncul 90.00 dengan Standard Deviation 5,14 skor terendah 80

mmHg dan skor teringgi 100 mmHg. Rata-rata Postest Diastol 83,61,

dengan nilai tengah 80 dan niali yang sering muncul 80.00 dengan
Standard Deviation 4,79 skor terendah 80 mmHg dan skor tertinggi 90

mmHg.

a. Hasil Uji Wilcoxon Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon Untuk


Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun

Tabel 5.7 Analisa Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik


sesudah diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulan Mei
2019.
Tekanan Darah Menurun Meningkat Sama Total p-value
Tekanan Darah
Sistolik 15(8,82%) 0(%) 3(13,75) 18 0,000
Tekanan Darah
Diastolik 14(7,75%) 0(%) 4(14,75) 18 0,000
Sumber : Data Primer 2019

Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah sistolik sebelum

dan sesudah diberikan Jus Pisang Ambon sebanyak 15 orang, dan

memiliki tekanan darah sama sebanyak 3 orang dari 18

responden. Dengan nilai p-value =0,000≤ α=0,05 hal ini berati H0

ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah sistol sebelum dan sesudah pemberian terapi jus

pisang ambon. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada

pengaruh terapi jus pisang ambon untuk menurunkaan tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi.

Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik sebelum

dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden yang

mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang, dan

memiliki tekanan darah sama sebanyak 4 orang dari 18

responden. Dengan nilai p-value =0,000≤α=0,05 hal ini berati H0


ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian jus

pisang ambon. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada

pengaruh terapi jus pisang ambon untuk menurunkaan tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi.

2. Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi


Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi.

Tabel 5.8 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum Dan


Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Hasil Tekanan Min-
No N Mean Median Modus SD
Darah Max
1 Pretest Sistol 18 152,2 150 150 8,78 140-170
2 Posttest Sistol 18 144,1 142,5 140 9,11 130-160
3 Pretest Diastol 18 91,66 90 90 5,14 80-100
4 Posttest Diastol 18 83,61 80 80 4,79 80-90
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui rata-rata pretest sistol 152,2

dengan nilai tengah 150 dan nilai yang sering muncul 150.00 dengan

Standartd Deviation 8,78 skor terendah 140 mmHg dan skor tertinggi

170 mmHg. Rata-rata Posttest Sistol 144,1 denga nilai tengah 142,5

dan nilai yang sering muncul 140.00 dengan Standard Deviation 9,11

skor terendah 130 mmHg dan skor tertinggi 160 mmHg. Rata-rata

Pretest Diastol 91,66 dengan nilai tengah 90 dan nilai yang sering

muncul 90.00 dengan Standard Deviation 5,14 skor terendah 80

mmHg dan skor teringgi 100 mmHg. Rata-rata Postest Diastol 83,61,

dengan nilai tengah 80 dan niali yang sering muncul 80.00 dengan
Standard Deviation 4,79 skor terendah 80 mmHg dan skor tertinggi 90

mmHg.

a. Hasil Uji Wilcoxon Efektivitas Terapi Rebusan Daun Seledri


Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun

Tabel 5.9 Analisa Perubahan tekanan darah sistolik dan


diastolik sesudah diberikan Terapi Rebusan Daun
Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada
Bulan Mei 2019.
Tekanan Darah Menurun Meningkat Sama Total PValue
Tekanan Darah
Sistolik 15(8,82%) 0(%) 3(13,75) 18 0,000
Tekanan Darah
Diastolik 14(7,75%) 0(%) 4(14,75) 18 0,000
Sumber : Data Primer 2019

Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah sistolik sebelum

dan sesudah diberikan rebusan daun seledri sebanyak 15 orang,

dan memiliki tekanan darah sama sebanyak 3 orang dari 18

responden. Dengan nilai p-value =0,000≤ α=0,05 hal ini berati H0

ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah sistol sebelum dan sesudah pemberian terapi

rebusan daun seledri. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah

ada pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk menurunkaan

tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi.

Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik sebelum

dan sesudah diberikan rebusan daun seledri responden yang

mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang, dan

memiliki tekanan darah sama sebanyak 4 orang dari 18


responden. Dengan nilai p-value =0,000≤α=0,05 hal ini berati H0

ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian rebusan

daun seledri. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada

pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk menurunkaan tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi.

3. Perbedaan Efektivitas antara Pemberian Jus Pisang Ambon Dan


Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Keluraan
Winongo Kota Madiun.

Tabel 5.10 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Sistol Sesudah


Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri.
Kelompok Mean Rank Sum Of Rank pValue
Jus Pisang Ambon 11,44 206,00
Rebusan Daun Seledri 25,56 460,00 0,000
Sumber : Data Primer 2019

Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Aymp. Sig 2-tailed)

sebesar 0,000 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1

diterima yang berati ada perbedaan efektivitas terapi jus pisang ambon

dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah sistol pada

penderita hipertensi. Dengan Mean Rank Sistol Kelompok Jus Pisang

Ambon 11,44 dan sistol kelompok rebusan daun seledri 25,56 dengan

nilai sum sistol kelompok jus pisang ambon 206,00 dan nilai sum

sistol kelompok rebusan daun seledri 460,00

Dari Hasil di atas dapat diketahui rebusan daun seledri lebih

efektiv dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi dibandingkan dengan Jus pisang ambon.


Tabel 5.11 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Diastol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri.
Kelompok Mean Rank Sum Of Rank pValue
Jus Pisang Ambon 13,75 247,50
Rebusan Daun Seledri 23,25 418,50 0,003
Sumber : Hasil Data Primer 2019

Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Aymp. Sig 2-tailed)

sebesar 0,003 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1

diterima yang berati ada perbedaan efektivitas terapi jus pisang ambon

dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah diastol

pada penderita hipertensi.

Dengan Mean Rank Diastol Kelompok Jus Pisang Ambon 13,75

dan diastol kelompok rebusan daun seledri 23,25 dengan nilai sum

diastol kelompok jus pisang ambon 247,50 dan nilai sum diastol

kelompok rebusan daun seledri 418,50.

Dari Hasil di atas dapat diketahui rebusan daun seledri lebih

efektiv dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi dibandingkan dengan Jus pisang ambon.

5.3 Pembahasaan

5.3.1 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi


Jus Pisang Ambon Pada Penderita Hipertensi

Hasil penelitian terhadap 18 responden pada kelompok jus pisang

ambon sebelum dilakukan terapi jus pisang ambon didapatkan rata-rata

tekanan darah sebesar 152,2/91,67 mmHg, apabila di ubah dalam

klasifikasi tekanan darah tinggi berada dalam hipertensi stadium 1, dan


setelah diberikan terapi jus pisang ambon rata-rata tekanan darah menurun

yaitu menjadi 144,1/83,6 mmHg, apabila di ubah dalam klasifikasi tekanan

darah tinggi terdapat penurunan tetapi masih pada klasifikasi tekanan drah

tinggi stadium 1. Perubahan ini menunjukan bahwa terapi jus pisang

ambon berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Pengaruh pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan

tekanan darah sistol pada penderita hipertensi telah dilakukan uji statistik

Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden

yang mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 15 orang dan yang

memiliki tekanan darah sama 3 orang dari 18 responden. Pada tingkat

kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000. Dan untuk

pengaruh pengaruh jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah

diastolik pada penderita hipertensi dilakukan uji statistik Wilcoxon

sebelum dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden yang

mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang dan yang

memiliki tekanan darah sama 4 orang dari 18 responden. Pada tingkat

kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000 karena nilai (p)

lebih kecil dari nilai (α), maka H0 ditolak H1 diterima, ada perubahan

pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah pada lansia

penderita hipetensi. Kesimpulan dari statistik ini adalah ada pengaruh

pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi.
Jus Pisang Ambon merupakan salah satu terapi yang tidak

membutuhkan dana yang cukup banyak karena hanya membutuhkan buah

jus pisang ambon yang dijus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 12 Mei sampai dengan 18 Mei 2019 didapatkan hasil bahwa

terdapat perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus

pisang ambon. Peneliti menerapkan dengan cara siapkan buah pisang

ambon 100 gram kemudian cuci buah pisang ambon, kupas buah pisang

ambon kemudian potong kecil-kecil, masukan potongan buah pisang

ambon ke dalam blender kemudian tambahkan ± 125 ml air, blender

semua bahan hingga halus ± 1 menit, lalu minum jus pisang ambon setaip

pagi setelah makan. Hasil perbedaan tersebut diperoleh dari hasil lembar

observasi yang dilakukan pada responden kemudian dianalisis dengan

menggunakan uji statistik, sehingga terdapat hasil perbedaan tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus pisang ambon yaitu

dengan nilai tekanan darah Pre Test 152,2/91,67 mmHg dan nilai tekanan

darah Post Test 144,1/83,6 mmHg.

Pisang ambon mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium

terdapat sekresi renin dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah

berkurang dapat meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah

berkurang. kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,

memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan

karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,

serta memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan
memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan

cairan di dalam tubuh. Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat

menghambat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan

darah. Pisang mengandung angiotensin converting enzyme alami atau

ACE inhibitor alami. ACE menghasilkan zat yang disebut angiotensin-2

yang berakibat pada penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan

tekanan didalamnya. Konsumsi pisang telah terbukti untuk menghentikan

terjadinya penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor menurunkan

tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang

menyebabkan kontriksi pembuluh darah. Dengan demikian ACE inhibitor

dapat memperlebar pembuluh darah sehingga akan mengurangi tekanan

darah (Kowalksi, 2010).

Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian Triyastuti (2015) yang

berjudul pengaruh pemberian jus pisang ambon terhadap penurunan

tekanan darah selama 5 hari didapatkan hasil secara signifikan penurunan

rata-rata tekanan darah sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata

penurunan tekanan diastolik adalah 3,450 mmHg.

Dilihat dari tabel frekuensi usia, diketahui bahwa dari 18 responden

untuk kelompok jus pisang ambon mayoritas responden berusia 60-69

tahun dengan jumlah 9 responden (25%).

Pendapat Susetyowati (2018) menyatakan bahwa faktor usia sangat

berpengruh karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi


mendapat resiko hipertensi. Hal ini disebabkan karena perubahan alamiah

tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

Berdasarkan Opini peneliti diketahui bahwa semakin bertambahnya

usia pada seseorang maka akan lebih berpotensi terkena darah tinggi

(hipertensi) karena semakin bertambahnya usia kepekan terhadap

hipertensi akan meningkat hal itu merupakan pengaruh degenerasi pada

orang yang bertambah usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka

fungsi-fungsi organ tubuhnya juga akan berubah dan menurun seperti

fungsi jantung, dan organ tubuh lainya.

Dilihat dari tabel frekuensi Pekerjaan diketahui bahwa dari 18

responden untuk kelompok jus pisang ambon mayoritas responden dengan

pekerjan Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 14 responden (77,8%).

Pendapat Endang, (2014) pada sat ini orang yang senang dengan hal

yang cepat dan praktis sehingga menjadikan tubuh tidak banyak bergerak

hal inilah yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah

yang menguat sehingga memicu hipertensi.

Berdasarkan Opini Peneliti diketahui Ibu Rumah Tangga lebih resiko

terkena tekanan darah tinggi (hipetensi) karena aktivitas ibu rumah tangga

yang dilakukan hampir sama setiap hari yang menjadikan mereka bosan

dengan kegiatan yang monoton sehingga ibu rumah tangga pada saat ini

beralih menggunakan alat dan sesuatu yang memudahkan dalam

menyelesaikan pekerjaan seperti majikom, mesin cuci, blender serta

adanya sepeda motor menjadikan seseorang malas untuk berjalan kaki


ditambah dengan jarangnya melakukan olahraga sehingga hal tersebut

mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik dan menjadikan ibu rumah

tangga lebih beresiko terkena tekanan darah tinggi.

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian jus

pisang ambon mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menurunkan

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

5.3.2 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi


Rebusan Daun Seledri Pada Penderita Hipertensi

Hasil penelitian terhadap 18 responden pada kelompok Rebusan Daun

Seledri sebelum dilakukan terapi Rebusan Daun Seledri didapatkan rata-

rata tekanan darah sebesar 152,2/91,66 mmHg, apabila di ubah dalam

klasifikasi tekanan darah tinggi berada dalam hipertensi stadium 1, dan

setelah diberikan terapi rebusan daun seledri rata-rata tekanan darah

menurun yaitu menjadi 144,1/83,61 mmHg, apabila di ubah dalam

klasifikasi tekanan darah tinggi terdapat penurunan tetapi masih pada

klasifikasi tekanan darah tinggi stadium 1. Perubahan ini menunjukan

bahwa pemberian rebusan daun seledri berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Pengaruh pengaruh rebusan daun

seledri untuk menurunkan tekanan darah sistol pada penderita hipertensi

telah dilakukan uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan

rebusan daun seledri responden yang mengalami penurunan tekanan darah

sebanyak 15 orang dan yang memiliki tekanan darah sama 3 orang dari 18

responden. Pada tingkat kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang

diperoleh 0,000. Dan untuk pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk
menurunkan tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi dilakukan

uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri

responden yang mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang

dan yang memiliki tekanan darah sama 4 orang dari 18 responden. Pada

tingkat kemaknaan α(0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000 karena

nilai (p) lebih kecil dari nilai (α), maka H0 ditolak H1 diterima, ada

perubahan terapi rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah

pada lansia penderita hipetensi. Kesimpulan dari statistik ini adalah ada

pengaruh pemberian rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi.

Rebusan Daun Seledri merupakan salah satu terapi yang tidak

membutuhkan dana yang cukup banyak karena hanya membutuhkan daun

seledri untuk direbus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 12 Mei sampai dengan 18 Mei 2019 didapatkan hasil bahwa

terdapat perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan rebusan

daun seledri. Peneliti menerapkan dengan cara siapkan daun seledri 1,3

gram (3seledri) kemudian cuci daun seledri, masukkan daun seledri dan

tambahkan 240ml air, rebus ± 10 menit menggunakan api sedang, rebus

hingga seledri menjadi ½ gelas (200ml), lalu minum rebusan daun seledri

setaip pagi setelah makan. Hasil perbedaan tersebut diperoleh dari hasil

lembar observasi yang dilakukan pada responden kemudian dianalisis

dengan menggunakan uji statistik, sehingga terdapat hasil perbedaan

tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rebusan daun seledri
yaitu dengan nilai tekanan darah Pre Test 152,2/91,66 mmHg dan nilai

tekanan darah Post Test 144,1/83,6 mmHg.

Apigenin yang terdapat pada daun seledri yang dapat mencegah

penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan

otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang

mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah

membesar dan mengurangi tekanan darah. Pada pemberian rebusan seledri

dengan cara di rebus menunjukkan penurunan tekanan darah. Apigenin

dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat

memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung

sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah

menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu

ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh,

sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan

darah. Flavonoid berfungsi sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus ,

dapat memperlancar peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung

dapat menurunkan tekanan darah.(Kowalksi, 2010)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muzakar

dan Nuryanto (2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita

hipertensi selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik

setelah diberikan air rebusan seledriadalah 20,32 mmHg dan rata-rata

penurunan tekanan darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri


adalah 7,09 mmHg. Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri

bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah

Dilihat dari tabel frekuensi usia, diketahui bahwa dari 18 responden

untuk kelompok rebusan daun seledri mayoritas responden berusia 60-69

tahun dengan jumlah 13 responden (36,1%).

Pendapat Susetyowati (2018) menyatakan bahwa faktor usia sangat

berpengruh karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi

mendapat resiko hipertensi. Hal ini disebabkan karena perubahan alamiah

tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

Berdasarkan Opini peneliti diketahui bahwa semakin bertambahnya

usia pada seseorang maka akan lebih berpotensi terkena darah tinggi

(hipertensi) karena semakin bertambahnya usia kepekan terhadap

hipertensi akan meningkat hal itu merupakan pengaruh degenerasi pada

orang yang bertambah usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka

fungsi-fungsi organ tubuhnya juga akan berubah dan menurun seperti

fungsi jantung, dan organ tubuh lainya.

Tabel Frekuensi Jenis Kelamin menunjukan mayoritas penderita

hipertensi berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 15 responden

(83,3%).

Pendapat Miller (2010) menyatakan bahwa perubahan Hormonal yang

sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih sering untuk

mengalami tekanan darah tinggi. Berdasarkan Opini Peneliti diketahui

bahwa jenis kelamin sangat erat kaitanya dengan terjadinya hipertensi


terutama dilihat dari data yang didapat penderita hipertensi terbesar

dialami oleh perempuan hal ini dikarenakan pada perempuan terdapat

hormon esterogen dimana hormone tersebut berkaitan dengan mencegah

kekakuan pada arteri dan penumpukan lemak dalam darah yang menjadi

penyebab terjadinya hipertensi.

Dilihat dari tabel frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan

menunjukkan mayoritas penderita Hipertensi dengan tingkat pendidikan

Lulusan SD ( Sekolah Dasar) dengan jumlah 10 responden (55,6%).

Pendapat Dwipayanti (2011) tingkat pendidikan seseorang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Pada umumnya tingkat

pengetahuan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk memecahkan

informasi dan kemudian dapat menentukan pilihan dalam pelayanan

kesehatan dan menerepkan hidup yang sehat dikemudian hari. Berdasarkan

Opini Peneliti diketahui bahwa apabila seseorang berpendidikan kurang

maka tidak menutup kemungkinan bahwa orang tersebut akan mempunyai

pengetahuan yang kurang dalam menentukan pilihan yang tepat ketika

menghadapi suatu penyakit. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi

kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup

sehat, terutama mencegah hipertensi.

Dilihat dari tabel frekuensi Pekerjaan diketahui bahwa dari 18

responden untuk kelompok rebusan daun seledri mayoritas responden

dengan pekerjan Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 14 responden (77,8%).


Pendapat Endang, (2014) pada sat ini orang yang senang dengan hal

yang cepat dan praktis sehingga menjadikan tubuh tidak banyak bergerak

hal inilah yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah

yang menguat sehingga memicu hipertensi.

Berdasarkan Opini Peneliti diketahui Ibu Rumah Tangga lebih resiko

terkena tekanan darah tinggi (hipetensi) karena aktivitas ibu rumah tangga

yang dilakukan hampir sama setiap hari yang menjadikan mereka bosan

dengan kegiatan yang monoton sehingga ibu rumah tangga pada saat ini

beralih menggunakan alat dan sesuatu yang memudahkan dalam

menyelesaikan pekerjaan seperti majikom, mesin cuci, blender serta

adanya sepeda motor menjadikan seseorang malas untuk berjalan kaki

ditambah dengan jarangnya melakukan olahraga sehingga hal tersebut

mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik dan menjadikan ibu rumah

tangga lebih beresiko terkena tekanan darah tinggi.

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian rebusan

saun seledri mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menurunkan

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

5.3.3 Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun Seledri
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun

Berdasarkan tabel 5.10 hasil perbedaan tekanan darah sistolik sesudah

diberikan jus pisang ambon dan rebusan daun seledri dengan

menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Asymp. Sig 2-

tailed) sebesar 0,000 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1


diterima yang berati ada perbedaan Efektivitas Pemberian Jus Pisang

Ambon dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan

Winongo Kota Madiun. Berdasarkan analisa peneliti menunjukkan bahwa

Mean Rank terapi jus pisang ambon (11,44) dan rebusan daun seledri

(25,56), hasil tersebut menunjukan bahwa terapi rebusan daun seledri

mempunyai konstribusi yang lebih besar dalam menurunkan tekanan darah

sistolik dari pada jus pisang ambon.

Hasil perbedaan tekanan darah diastol sesudah diberikan terapi jus

pisang ambon dan rebusan daun seledri dengan menggunakan uji Mann

Whitney didapatkan nilai p-value (Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,003

(≤0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak H1 diterima yang berati

ada perbedaan Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan

Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita

Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.

Berdasarkan analisa peneliti menunjukkan bahwa Mean Rank pemberian

jus pisang ambon (13,75) dan rebusan daun seledri (23,25), hasil tersebut

menunjukan bahwa terapi rebusan daun seledri mempunyai konstribusi

yang lebih besar dalam menurunkan tekanan darah diastolik dari pada jus

pisang ambon.

Jus Pisang Ambon terdapat mengandung Kalium yang tinggi, didalam

kalium terdapat sekresi renin dan Angiotensin II, sedangkan pada rebusan

daun seledri Apigenin, Flavonoid, mannitol dan apiin. Dalam rebusan


daun seledri Apigenin yang terdapat pada daun seledri yang dapat

mencegah penyempitan pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur

aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan

mengurangi tekanan darah. Pada pemberian rebusan seledri dengan cara di

rebus menunjukkan penurunan tekanan darah. Apigenin dalam daun

seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak

jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah

yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.

Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan

kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya

cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah. Flavonoid berfungsi

sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus , dapat memperlancar

peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung dapat menurunkan

tekanan darah.(Kowalksi, 2010)

Berdasarkan Opini Peneliti ,Perbedaan tekanan darah sistolik dan

diastolik dari kedua kelompok tersebut sama sama menurunkan tekanan

darah. Pada kelompok Perlakuan 1 responden diberikan terapi jus pisang

ambon dan kelompok perlakuan 2 responden diberikan rebusan daun

seledri yang mampu menurunkan tekanan darah. Dari Hasil Diatas dapat

diketahui bahwa ada perbedaan efektivitas pemberian jus pisang ambon

dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah namun

dibandingkan dengan terapi jus pisang ambon, rebusan daun seledri lebih
efektif menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

posyandu dewi kunti kelurahan winongo kota madiun.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan

yang mempengaruhi hasil dari penelitian, antara lain :

1. kegiatan atau aktivitas harian dirumah setelah peneliti pulang tidak

dapat peneliti kontrol sehingga peneliti tidak mengetahui sebab yang

jelas yang dapat mempengaruhi naik turunya tekanan darah responden

saat pengukuran.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasi hasil penelitian yang telah dilakukan serta

diuraikan pada pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka

penelitian dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada signifikasi Perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan terapi jus pisang ambon di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan

Winongo Kota Madiun.

2. Ada signifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan terapi Rebusan Daun Seledri di Posyandu Dewi Kunti

Kelurahan Winongo Kota Madiun.

3. Ada perbedaan efektivitas antara jus pisang ambon dan rebusan daun

seledri untuk menurunkan tekanan darah. namun dibandingkan terapi

jus pisang ambon, rebusan daun seledri lebih efektif menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Posyandu Dewi Kunti

Kelurahan Winongo Kota Madiun.

6.2 Saran

1. Bagi Penderita Hipertensi

Melanjutkan terapi Rebusan Daun Seledri sebagai pengobatan alternatif

yang murah, mudah, dan praktis untuk menurunkan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi, Diminum 1x sehari setelah makan.


2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Diharapkan ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi

mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan yaitu

pemberian terapi alternatif rebusan daun seledri untuk menurunkan

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambah waktu penelitian

sehingga dapat menjadi pebanding dari penggunaan terapi rebusan daun

seledri dan jus pisang ambon.


DAFTAR PUSTAKA

Adzari. 2016. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Azis, S. 2009. Hidup Sehat dan Menyeluruh dan Alami Penyembuhan Penyakit
Kolesterol, Hipertensi dan Jantung. Jakarta: Indocamp.

Dalimartha S, dkk. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+.

Djojoseputro. 2012. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dwipayanti, Putri, Indah. 2011. Efektifitas buah belimbing terhadap penurunan


tekana darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari
Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan, Volume 01.

Elsanti. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vo. 3 Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Emma, T.P. 2018. Efektivitas Konsumsi Semangka Yang Di Jus Dan Dimakan
Secara LangsungUntuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Ringan-Sedang Di Posyandu Lansia Mawar Indah
Desa Janggan Kecamatn Pocol Kabupaten Magetan, Laporan Tugas Akhir,
Program Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Emmelia. 2017. Asuhan Keperawatan Geriontik. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press.

Enung Tati. 2012. Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada
Klien Hipertensi di Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas
Cipelang Kota Sukabumi. Laporan Tugas Akhir, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Stikes Kota Suka Bumi.

Findy, N, I, I. 2018. Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Intensitas


Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Arthritis Reumatoid Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Laporan Tugas Akhir, Program
Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia, Madiun.

Gain, R. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, A. 2012. Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.

93
Hidayat, S.,N. 2011. Efektifitas Juz Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Program Studi D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Junaidi, I. 2010. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Kowalski. 2010. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kumar. 2005. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi Press.

Lalage, 2013 racikan pengobatan herbal Hipertensi. Jakarta : Dunia Sehat.

Lemone, Prisicilla. 2012. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:


Multi Press.

Martha, K. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Megia. 2013. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta:
Dunia Sehat.

Muhammadun. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vo. 3


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muttaqqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Najib. 2011. Ramuan Herbal Anti Hipertensi. Jakarta: Pustaka Argo Indonesia.

Nisa, I. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta:
Dunia Sehat.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. 2017. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian


Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Maya Apriyanti. 2014. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita
Darah Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

94
Nurngaini, Purwati, Ririn. 2015. Efektivitas Rebusan Daun Seledri Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Wat Tenong Lampung
Barat. Laporan Tugas Akhir, Program Studi Keperawatan, Poltekes
Tanjungkarang.

Permadi, A. 2013. Ramuan Herbal Penumpas Hipertensi. Depok: Pustaka bunda.

Pukesmas Manguharjo. 2018. Profil Puskesmas Tahun 2018. Madiun.

Purwandhono. 2013. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Raharjo., P. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di Desa
Wonorejo Kecamatan Lawang Malang.Jurnal Keperawatan, ISSN: 2086-
3071.

Rusdi dan Nurlaela, I. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan
Diabetes. Yogyakarta: Power Books.

Satuhu dan Supriyadi. 2008. Pengobatan Hipertensi. Jakarta : Pustaka Argo


Indonesia

Siti fatmawati. 2017. Pengaruh Pemberian Jus Pisang Ambon Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi , Program
Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Widya Nusantara Palu, Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 2(2).

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Susetyowati, dkk. 2018. Peranan Gizi Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Tidak
Menular. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sutanto. 2010. Cegah dan Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,
Kolesterol dan Diabetes. Yogyakarta: Andi Offset.

Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.

Triyanto. 2014 Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Vitahealth. 2003. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Wahdah, N. 2011. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi


Press.
Wiadnyana. 2010. The Power of Yoga for Middle Age Panduan Praktis Yoga
untuk Usia 50+. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wijayakesuma, H. Dkk. 2012. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah
Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wijoyo, P. 2012. Ramuan Herbal Anti Hipertensi. Jakarta: Pustaka Argo


Indonesia.

Yuliati. 2011. Ramuan Herbal Herbal Hipertensi. Jakarta : Pustaka Argo


Indonesia.
Lampiran 1

Surat Izin Pengambilan Data Awal


Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3

Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas


Lampiran 4
Surat Selesai Penelitian Dari Desa
Lampiran 5

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat
Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun,

Nama : Dinar Rahma


Ningrum Nim201502011

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pemberian Jus Pisang


Ambon Dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunthi Kelurahan Winongo Kota
Madiun”. Sehubungan dengan ini, saya memohon kesedian bapak/ ibu/ saudara/
saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Kerahasiaan data bapak/ibu/saudara/saudari akan sangat kami jaga dan informasi
yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesedian saudara saya
ucapkan terima kasih.

Madiun, 12 Mei 2019


Peneliti,

Dinar rahma.N
NIM
201502011
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Saya telah menyetujui untuk menjadi responden pada penelitian yang dilakukan
oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Nama : Dinar Rahma Ningrum


NIM : 201502011
Judul : Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun Seledri
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.

Sebelumnya Saya telah di beri penjelasan tentang tujuan penelitian dan informasi
yang saya butuhkan. Jika saya tidak berkenan peneliti akan menghentikan
pengumpulan data ini dan say berhak mengundurkan diri.
Dengan sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya
bersedia ikut serta dalam penelitian ini

Madiun,12 Mei 2019


Responden,
Lampiran 7

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TEKNIK PEMBUATAN JUS PISANG AMBON

4. Alat dan bahan :


a. 100 grm Pisang Ambon.
b. ± 125 ml air
c. Blender
d. Pisau
e. Gelas ukur
f. Sendok
5. Pelaksanaan membuat jus pisang ambon
a. Kupas buah pisang kemudian potong kecil-kecil.
b. Masukan potongan buah pisang 100 grm ke dalam blender kemudian
tambahkan± 125 ml air. Proses memblender ± 1menit
c. Blender semua bahan hingga halus.
d. Tuang ke dalam gelas 200ml.
6. Cara memakainya
a. Minum jus pisang ambon satu kali sehari setiap pagi setelah makan pagi.
b. Minum 200ml selama 5 hari.
Lampiran 8

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TEKNIK PEMBUATAN REBUSAN DAUN SELEDRI

1. Alat dan bahan :


a. Daun seledri sebanyak 1,3 gram ± 3 seledri
b. ±250ml air
c. Panci
d. Kompor
e. Saringan
2. Pelakasanaan membuat rebusan daun seledri
a. Bersihkan daun seledri dengan air bersih yang mengalir
b. Masukan daun seledri dan tambahakan ±250ml air
c. Rebus selama ±10 menit menggunakan api sedang
d. Rebus hingga daun seledri menjadi ½ Gelas (200ml)
3. Cara pemakaiannya
a. Minum rebusan daun seledri ½ gelas (200ml)pada pagi hari setelah
makan
b. Lakukan selama 5 hari
Lampiran 9
STANDART OPRASIONAL PROSEDUR

SOP (Standart Operasional Prosedur)


PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Pengertian Pengukuran tekanan darah adalah suatu pemeriksaan tekanan darah


diperoleh dari hasil pengukuran sirkulasi arteri. Aliran darah dari
pemompaan jantung memunculkan gelombang yaitu gelombang
tinggi dinamakan tekanan systole dan gelombang rendah dinamakan
tekanan diastole. Satuan tekanan darah dinyatakan dalam millimeter
air raksa (mmHg).
Tujuan Untuk mengetahui nilai tekanan darah
Alat dan  Tensimeter (Spignomanometer)
Bahan  Stetoskop
 Lembar Observasi dan alat tulis
Prosedur 1. Siapkan tensimeter dan stetoskop serta lembar observasi
Pelaksanaan 2. Pemeriksa meminta izin kepada pasien/ keluarga untuk
diperiksa
3. Pemeriksa disebelah pasien.
4. Memberikan penjelasan sehubungan dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan
5. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
6. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
oleh karena pakaian
7. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas
secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 – 5 cm di atas
siku.
8. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial
tendo biseps.
9. Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop
pada arteri Brachialis, lalu kunci balon tekan searah jarum jam.
10. Pompa manset, sampai kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan
sistolik.
11. Secara perlahan turunkan tekanan manset. Perhatikan saat
dimana denyutan arteri brachialis terdengar (tekanan systole).
12. Lanjutkanlah penurunan tekanan manset sampai suara denyutan
melemah dan kemudian menghilang. Tekanan pada saat itu
adalah tekanan diastolic.
13. Dapat melaporkan tekanan darah sistolis dan diastolis
14. Melepas manset dan mengembalikannya dan disimpan selalu
dalam keadaan tertutup
Lampiran 10
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE)
JIKA TEKANAN DARAH RESPONDEN DROP
Pengertian Suatu keadaan atau tindakan yang dilakukan oleh peneliti
jika responden mengalami keadaan dimana tekanan
darahnya turun di bawah angka normal yaitu mencapai ≤
110/90 mmHg
Tujuan Suatu acuan dalam penatalaksanaan pada responden jika
terjadi hipotensi saat dilakukan penelitian jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri.
Procedure kerja 1. Bantu pasien dan keluarga untuk mengenali tanda tanda
hipotensi ( tekanan darah Rendah )
a. Mengeluhkan keadaan sering pusing
b. Sering menguap.
c. Penglihatan kurang jelas (berkunang-kunang) terutams
sehabis duduk lama lalu berjalan.
d. Keringat dingin.
e. Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga
f. Tampak pucat.
g. Mengalami pingsan yang berulang.
2. Hentikan Pemberian terapi jus pisang ambon dan rebusan
daun seledri jika responden atau keluarga melaporkan
pada peneliti penemuan tanda tanda hipotensi seperti
diatas.
3. Anjurkan untuk minum air putih dalam jumlah yang
cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas, sesekali minum
kopi agar memicu peningkatan degup jantung sehingga
tekanan darah meningkat dan juga makan makanan yang
tinggi natrium atau garam.
4. Peneliti segera melakukan pemeriksaan tekanan darah
pada responden.
5. Jika tekanan darah tidak kunjung mengalami kenaikan
bawa responden ke pusat kesehatan terdekat (puskesmas)
6. Drop Out responden dari sampel yang dijadikan
penelitian.
7. Ambil atau gantikan responden tersebut dengan
responden lain.
8. lakukan terapi dari awal lagi pada responden yang baru
tersebut.
9. lakukan pemeriksaan tekanan darah series pada
responden yang baru tersebut untuk menghindari
hipotensi pada responden.
Lampiran 11

LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN JUS PISANG AMBON

Jenis TD Sistolik TD Diastolik


No Nama Umur
Kelamin Pre Post Pre Post
1 Ny. B 75 P 150 145 90 85
2 Ny. S 70 P 150 140 90 80
3 Ny. G 63 P 140 130 100 90
4 Ny. S 62 P 150 140 90 90
5 Ny. I 70 P 160 150 100 80
6 Tn. S 68 L 150 140 90 80
7 Ny. L 68 P 160 150 90 90
8 Ny.R 65 P 170 160 90 80
9 Tn. S 76 L 150 140 90 80
10 Tn. S 92 L 140 130 90 80
11 Ny. W 61 P 150 150 80 80
12 Tn. W 79 L 160 150 90 80
13 Ny. L 77 P 150 140 100 90
14 Ny. H 75 P 150 150 90 90
15 Ny. S 73 P 170 160 90 80
16 Ny. T 60 P 150 140 90 80
17 Ny. J 67 P 140 130 100 90
18 Ny. M 60 P 150 150 90 80
LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN REBUSAN DAUN SELEDRI

Jenis TD Sistolik TD Diastolik


No Nama Umur
Kelamin Pre Post Pre Post
1 Tn. T 63 L 150 130 100 80
2 Tn. M 74 L 160 150 90 80
3 Ny. S 63 P 140 130 100 80
4 Ny. S 64 P 140 120 100 80
5 Ny. J 67 P 160 150 100 90
6 Ny. S 65 P 170 150 100 80
7 Tn. D 67 L 150 130 90 80
8 Ny. K 69 P 160 140 100 80
9 Ny. N 76 P 150 130 100 80
10 Ny. A 73 P 160 150 90 80
11 Ny. C 73 P 150 130 90 80
12 Ny. T 63 P 150 130 100 80
13 Ny. S 62 P 160 140 90 80
14 Ny. E 61 P 170 150 90 80
15 Ny. SW 64 P 140 120 100 80
16 Ny. H 68 P 150 140 80 80
17 Ny. P 66 P 150 130 100 80
18 Ny. R 67 P 150 130 90 80
Lampiran 12

TABULASI DATA UMUM PISANG AMBON

TD
Jenis TD Sistolik Diastolik Selisih
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Pre Post Pre Post Sistolik Diastolik
1 Ny. B 75 P Tidak Sekolah IRT 150 145 90 85 5 5
2 Ny. S 70 P Tidak Sekolah IRT 150 140 90 80 10 10
3 Ny. G 63 P Tamat SD IRT 140 130 100 90 10 10
4 Ny. S 62 P Tamat SMP IRT 150 140 90 90 10 0
5 Ny. I 70 P Tamat SD IRT 160 150 100 80 10 20
6 Tn. S 68 L Tamat SD Wiraswasta 150 140 90 80 10 10
7 Ny. L 68 P Tamat SD IRT 160 150 90 90 10 0
8 Ny. R 65 P Tidak Sekolah IRT 170 160 90 80 10 10
9 Tn. S 76 L Tidak Sekolah Pensiunan 150 140 90 80 10 10
10 Tn. S 92 L Tidak Sekolah Wiraswasta 140 130 90 80 10 10
11 Ny. W 61 P Tamat SMP IRT 150 150 80 80 0 0
12 Tn. W 79 L Tidak Sekolah Wiraswasta 160 150 90 80 10 10
13 Ny. L 77 P Tidak Sekolah IRT 150 140 100 90 10 10
14 Ny. H 75 P Tidak Sekolah IRT 150 150 90 90 0 0
15 Ny. S 73 P Tidak Sekolah IRT 170 160 90 80 10 10
16 Ny. T 60 P Tamat SMP IRT 150 140 90 80 10 10
17 Ny. J 67 P Tamat SD IRT 140 130 100 90 10 10
18 Ny. M 60 P Tamat SMP IRT 150 150 90 80 0 10

11
1
Lampiran 13

TABULASI DATA UMUM DAUN SELEDRI

Jenis TD Sistolik TD Diastolik Selisih


No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Pre Post Pre Post Sistolik Diastolik
Kelamin
1 Tn. T 63 L Tamat SMP Wiraswasta 150 130 100 80 20 20
2 Tn. M 74 L Tidak Sekolah Wiraswasta 160 150 90 80 10 10
3 Ny. S 63 P Tamat SMP IRT 140 130 100 80 10 20
4 Ny. S 64 P Tamat SD IRT 140 120 100 80 20 20
5 Ny. J 67 P Tamat SD IRT 160 150 100 90 10 10
6 Ny. S 65 P Tamat SD IRT 170 150 100 80 20 20
7 Tn. D 67 L Tamat SD Wiraswasta 150 130 90 80 20 10
8 Tn. K 69 P Tamat SD Wiraswasta 160 140 100 80 20 20
9 Ny. N 76 P Tidak Sekolah IRT 150 130 100 80 20 20
10 Ny. A 73 P Tamat SD IRT 160 150 90 80 10 10
11 Ny. C 73 P Tamat SD IRT 150 130 90 80 20 10
12 Ny. T 63 P Tamat SMP IRT 150 130 100 80 20 20
13 Ny. S 62 P Tamat SMP IRT 160 140 90 80 20 10
14 Ny. E 61 P Tamat SMP IRT 170 150 90 80 20 10
15 Ny. SW 64 P Tamat SD IRT 140 120 100 80 20 20
16 Ny. H 68 P Tamat SD IRT 150 140 80 80 10 0
17 Ny. P 66 P Tamat SD IRT 150 130 100 80 20 20
18 Ny. R 77 P Tidak Sekolah IRT 150 130 90 80 20 10

11
2
Lampiran 14

DISTRIBUSI FREKUENSI JUS PISANG AMBON

Statistics

usia jeniskelamin pendidikan Pekerjaan


N Valid 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 33.3 33.3 33.3
2 8 44.4 44.4 77.8
3 3 16.7 16.7 94.4
4 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 22.2 22.2 22.2
2 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 9 50.0 50.0 50.0
2 5 27.8 27.8 77.8
3 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 3 16.7 16.7 16.7
4 1 5.6 5.6 22.2
5 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

113
Lampiran 15

DISTRIBUSI REBUSAN DAUN SELEDRI

Statistics

usia jeniskelamin pendidikan Pekerjaan


N Valid 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0

Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 44.4 44.4 44.4
2 8 44.4 44.4 88.9
3 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 16.7 16.7 16.7
2 15 83.3 83.3 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 16.7 16.7 16.7
2 10 55.6 55.6 72.2
3 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 4 22.2 22.2 22.2
5 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
Lampiran 16
PRETEST DAN POSTTEST JUS PISANG AMBON

Statistics

TD Pre TD Post TD Pre TD Post


Sistolik Jus Sistolik Jus Diastolik Jus Diastolik Jus
Pisang Ambon Pisang Ambon Pisang Ambon Pisang Ambon

N Valid 18 18 18 18

Missing 18 18 18 18

Mean 152.2222 144.1667 91.6667 83.6111

Median 150.0000 142.5000 90.0000 80.0000

Mode 150.00 140.00a 90.00 80.00

Std. Deviation 8.78204 9.11527 5.14496 4.79140

Minimum 140.00 130.00 80.00 80.00

Maximum 170.00 160.00 100.00 90.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


PRETEST DAN POSTTEST REBUSAN DAUN SELEDRI
Statistics

TD Pre Sistolik TD Post Sistolik TD Pre Diastolik TD Post Diastolik


Rebusan Seledri Rebusan Rebusan Rebusan Seledri
Seledri Seledri

N Valid 18 18 18 18

Missing 18 18 18 18

Mean 152.2222 144.1667 91.6667 83.6111

Median 150.0000 142.5000 90.0000 80.0000

Mode 150.00 140.00a 90.00 80.00

Std. Deviation 8.78204 9.11527 5.14496 4.79140

Minimum 140.00 130.00 80.00 80.00

Maximum 170.00 160.00 100.00 90.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


Lampiran 17

UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

grup Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Pretest Sistol 1 .322 18 . . 18 .005
Pisang dan Rebusan 000 837
2 .254 18 18 .030
. .
Postest Sistol 1 18 18 .070
Pisang dan Rebusan 003 884
2 .183 18 . 18 .007
.
112 905
Pretest Diastol 1 .278 18 18 .000
Pisang dan Rebusan .
2 .405 18 . 18 .000
001 844
Posttest Diastol 1 18 18 .000
Pisang dan Rebusan . .
2 18 000 688 18 .000
.346 .
. 726
000
.386 .
. 649
.538 000
.
. 253
000
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


PretestSistolPisangdanReb Based on Mean .240 1 34 .627
Usan
Based on Median .230 1 34 .635
Based on Median and with
.230 1 33.975 .635
adjusted df
Based on trimmed mean .283 1 34 .598
PostestSistolPisangdanRe Based on Mean .914 1 34 .346
Busan
Based on Median .125 1 34 .726
Based on Median and with
.125 1 27.836 .726
adjusted df
Based on trimmed mean .936 1 34 .340
PretestDiastolPisangdanRe Based on Mean 3.527 1 34 .069
Busan
Based on Median 1.495 1 34 .230
Based on Median and with
1.495 1 31.434 .231
adjusted df
Based on trimmed mean 2.884 1 34 .099
PosttestDiastolPisangdanR Based on Mean 30.309 1 34 .000
Ebusan
Based on Median 5.894 1 34 .021
Based on Median and with
5.894 1 24.773 .023
adjusted df
Based on trimmed mean 31.582 1 34 .000
UJI NORMALITAS SELISIH
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
PEMBAGIAN
GROUP N Percent N Percent N Percent
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon 1 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
dengan Rebusan Seledri
2 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

Descriptives
PEMBAGIAN GROUP Statistic Std. Error
Selisih Sistolik Jus 1 Mean 8.0556 .91634
Pisang Ambon
dengan Rebusan Seledri 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 6.1222
Upper Bound 9.9889

5% Trimmed 8.3951
10.0000
Mean Median
15.114
Variance
3.88772
Std.
.00
Deviation 10.00
Minimum 10.00
Maximum 1.25
Range -1.682 .536
Interquartile Range 1.128 1.038

Skewness
Kurtosis
2 Mean 17.2222 1.08632
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 14.9303
Upper Bound 19.5142
17.4691
5% Trimmed
20.0000
Mean Median
21.242
Variance 4.60889
Std. 10.00
Deviation 20.00
Minimum 10.00
10.00
Maximum
-1.085 .536
Range
-.942 1.038
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
PEMBAGIAN
GROUP Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon 1 .469 18 . . 1 .000
dengan Rebusan Seledri 000 533 8
2 .449 18 .000
. . 1
000 566 8
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 18
UJI STATISTIK WILCOXON

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TD Post Sistolik Jus Pisang Negative Ranks 15a 8.00 120.00
Ambon - TD Pre Sistolik Jus
Pisang Ambon Positive Ranks .00 .00
0b
Ties 3c
Total 18
TD Post Diastolik Jus Pisang Negative Ranks 14d 7.50 105.00
Ambon - TD Pre Diastolik Jus Positive Ranks .00 .00
Pisang Ambon
Ties 0e
4f
Total 18
TD Post Sistolik Rebusan Negative Ranks 15g 8.00 120.00
Seledri - TD Pre Sistolik Positive Ranks .00 .00
Rebusan Seledri
Ties 0h
3i
Total 18
TD Post Diastolik Rebusan Negative Ranks 14j 7.50 105.00
Seledri - TD Pre Diastolik Positive Ranks .00 .00
Rebusan Seledri
Ties 0k
4l
Total 18
a. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon < TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
b. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon > TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
c. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon = TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
d. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon < TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
e. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon > TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
f. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon = TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
g. TD Post Sistolik Rebusan Seledri < TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
h. TD Post Sistolik Rebusan Seledri > TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
i. TD Post Sistolik Rebusan Seledri = TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
j. TD Post Diastolik Rebusan Seledri < TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
k. TD Post Diastolik Rebusan Seledri > TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
l. TD Post Diastolik Rebusan Seledri = TD Pre Diastolik Rebusan Seledri

Test Statisticsb
TD Post TD Post
TD Post Sistolik Diastolik Jus Diastolik
Jus Pisang Pisang Ambon - TD Post Sistolik Rebusan Seledri
Ambon - TD TD Pre Rebusan Seledri - TD Pre
Pre Sistolik Jus Diastolik Jus - TD Pre Sistolik Diastolik
Pisang Ambon Pisang Ambon Rebusan Seledri Rebusan Seledri
Z -3.771a -3.556a -3.771a -3.556a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 19

UJI STATISTIK MANN WHITNEY DIASTOLIK

Ranks
PEMBA
GIAN
GROUP N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih Diastolik Jus Pisang 1 18 13.75 247.50
Ambon dengan Rebusan
2 18 23.25 418.50
Seledri
Total 36

Test Statisticsb
Selisih Diastolik Jus Pisang
Ambon dengan Rebusan Seledri
Mann-Whitney U 76.500
Wilcoxon W 247.500
Z -3.015
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .006a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: PEMBAGIAN GROUP

UJI STATISTIK MANN WHITNEY SISTOLIK

Ranks
PEMBA
GIAN
GROUP N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih Sistolik Jus Pisang 1 18 11.44 206.00
Ambon dengan Rebusan
2 18 25.56 460.00
Seledri
Total 36

Test Statisticsb
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon
dengan Rebusan Seledri
Mann-Whitney U 35.000
Wilcoxon W 206.000
Z -4.476
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: PEMBAGIAN GROUP
Lampiran 20

DOUKUMENTASI
Lampiran 21
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Bulan
No. Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
2018 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1. Pengajuan dan Konsul Judul
2. Penyusunan dan Bimbingan Proposal
Pengambilan Data Awal
3. (Studi Pendahuluan)
4. Bimbingan Proposal
5. Ujian Proposal
6. Revisi Proposal
7. Penelitian
8. Penyusunan dan Bimbingan Skripsi
9. Ujian Skripsi

12
2
Lampiran 22
Lembar Konsultasi Bimbingan

123

Anda mungkin juga menyukai