Disusun Oleh:
1. Adhaini Widiyawati (1614301027)
2. Ningsih (1614301028)
3. Risa Hairun Nisyah (1614301042)
4. Anisa Fitriyana (1614301018)
5. M.Gigih Bangsawan (1614301035)
6. Nesia Dwi Agustina (1614301026)
7. Nadila Okti Fariza (1614301024)
8. Anggun Karunia Putri (1614301048)
9. Silvia Krisdayanti (1614301011)
10. Helen Yosrantika (1614301021)
11. Mardalena (1614301010)
12. Linda Safitri (1614301043)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Teori.............................................................................. 1
1. Definisi Diagnosa Medis ................................................... 1
2. Epidemiologi Kasus .......................................................... 2
3. Etiologi ............................................................................... 2
4. Tanda Dan Gejala............................................................. 2
5. Pemeriksaan Penunjang .................................................. 2
6. Penatalaksanaan Medis.................................................... 2
7. Patofisiologi / Pathway ..................................................... 2
8. Prosedur Tindakan Operasi ............................................ 2
BAB II ISI
A. Pengkajian ............................................................................... 24
B. Rencana Keperawatan ........................................................... 26
iii
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Definisi Diagnosa Medis
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Berdasarkan
patofiologinya cedera kepala dibagi menjadi 2 (Grace dan Neil, 2006), yakni:
a. Cedera otak primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera
setelah trauma
b. Cerdera otak sekunder merupakan kerusakan yang berkembang kemudian
setelah komplikasi
1
Epidural hematoma adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang
paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak juga dikelilingi oleh
sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang disebut dura. Fungsinya untuk
melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula
interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan
akan membentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan
pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura,
ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam
ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang dikenal dengan
sebutan epidural hematoma (Hafid A, 2004).
2. Epidemiologi Kasus
Cidera kepala mempunyai angka kejadian yang masih relatif tinggi. Data pasien
trauma kepala akibat kecelakaan maupun akibat tindak kekerasan yang dibawa ke
instalasi gawat darurat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Amerika tiap
tahunnya diapatkan 1.500.00 kasus cidera kepala, sekita 50.000 meninggal, dan
80.000 mengalamai kecacatan. Saat ini terdapat sekitar 5.300.000 warga amerika
yang mengalami cacat permanen karena kasus cedera kepala. Berdasarkan data,
2% dari seluruh kasus cedera kepala adalah hematoma epidural (EDH) dan sekitar
5-15% pada pasien dengan cedera kepala berat adalah EDH.
3. Etiologi
Epidural hematoma terjadi pada 1% trauma kepala, insiden tertinggi terjadi
pada usia 20-30 tahun, jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun atau lebih dari 60
tahun, (disebabkan dura yang melekat erat pada tabula interna skull). Fraktur
terjadi pada 85% pasien dewasa. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terbanyak (30-70%), penyebab lain akibat terjatuh dan korban kekerasan. Lokasi
tersering pada daerah temporal, kemudia frontal, occipital dan fossa posterior. 2-
5% terjadi bilateral. (Hafid A, 2004)
2
tulang yang menyebabkan perdarahan dari diploeica. Predileksi EDH antara lain di
hemisfer sisi lateral dan regional frontal, oksipital dan fossa posterior ( Hafid A.,
2004).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentang sistem vaskuler.
3
b. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
c. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
d. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
e. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan Darurat:
1) Dekompresi dengan trepanasi sederhana
2) Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
b. Terapi Keperawatan:
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera
spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurangi tekanan
intracranial dan meningkatkan drainase vena.
c. Terapi Medikamentosa
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan
dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),
mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) untuk mengatasi edema cerebri yang
terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik.
Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin
(24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk
penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-
hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk
ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai
untuk mengatasi tekanan intracranial yang meninggi dan mempunyai efek
protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan
adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan
dengan 5 mg/kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam untuk mencapai kadar
serum 3-4 mg%.
d. Terapi Operatif
Operasi dilakukan bila terdapat:
1) Volume hematom > 30 ml (kepustakaan lain > 44 ml)
4
2) Keadaan pasien memburuk
3) Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi dibidang bedah saraf adalah life saving dan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi
emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini disebabkan oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume:
1) >25cc = desak ruang supratentorial
2) >10cc = desak ruang infratentorial
3) >5cc = desak ruang thalamus
7. Patofisiologi / Pathway
Pada epidural hematoma, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan
durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu
cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur
tulang tengkorak didaerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah
frontal atau oksipital. Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak
melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan
dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematoma epidural,
desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga hematom bertambah besar. Hematoma yang membesar di daerah
temporal menyebabkan tekanan padalobus temporalis otak ke arah bawah dan
dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di
bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda
neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis. Tekanan dari herniasi unkus pada
sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis di medulla oblongata
menyebabkan hilangnya kesadaran. ( Hafid A, 2004).
5
8. Prosedur Tindakan Operasi
a. Persiapan pasien meliputi Surgical Site Checklist, Monitoring Tanda-tanda
vital pasien, & posisi pasien di meja operasi, pemasangan kateter urin untuk
memudahkan observasi cairan.
b. Setelah pasien dalam pengaruh obat anestesi, dilakukan pencukuran area
operasi yaitu mencukur pada daerah kepala, lalu di bersihkan dengan
menggunakan sabun.
c. Perawat melakukan desinfeksi menggunakan betadine dan alkohol kemudian
dilakukan draping
d. Dekatkan Alat yang telah disusun oleh perawat instrument ke pasien.
Kemudian melakukan Time Out.
e. Dokter melakukan insisi, membuka lapisan demi lapisan hingga terlihat /
tercapai area yang diinginkan selanjutnya tulang tengkorak dibuka
menggunakan bor.
f. Setelah mengambil gumpalan darah pada lapisan diantara durameter dan tubula
internal lapisan bawah tengkorak, diambil menggunakan pinset anatomis,
secara perlahan.
g. Hentikan setiap perdarahan dengan coagulate ESU.
6
h. Tutup kembali kepala dengan gelatine sponge hemostate, sebelum ditutup
pasien dipasang drain yang terhubung keluar.
i. Kemudian menjahit lapisan demi lapisan sampai dengan kulit terluar.
j. Laluditutup dengan kasa tresil dan diplester menggunakan hypafix , guna
mencegah kontak dengan lingkungan luar.
k. Bersihkan Alat dan pasien, kemudian pasien siap dipindahkan ke ruang pulih
sadar.
B. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Diagnosa Keperwatan :
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Definisi
Pengalaman sensorik / emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan intensitas ringan hingga berat dalam
waktu < 3 bulan.
DS & DO yang mendukung
DS : Pasien mengeluh nyeri
DO : Klien tampak meringin, Gelisah, Nadi meningkat, gangguan tidur,
Tekanan darah meningkat, proses fikir terganggu.
Tujuan
Setelah dilkaukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
Rencana Intervensi
1) Monitor Tanta-tanda vital
R/ Untuk mengetahui evaluasi TTV setiap hari.
2) Kaji nyeri klien
R/ Untuk mengetahui evaluasi nyeri klien setiap hadi.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Membantu meringankan nyeri.
4) Kolabirasi pemberian analgesik
R/ Mengurangi rasa nyeri
b. Diagnosa Keperwatan :
Ansietas b.d krisis situasional.
7
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman individu terhadap objek yang tidak jelas
akibat antisipasi bahaya.
DS & DO yang mendukung
DS : Klien merasa bingung, khawatir dengan akibat dan kondisi yang
dihadapinya, dan sulit berkonsentrasi.
DO :Tampak gelisah, tegang, RR meningkat, Nadi & TD menngkat,
Tremor, suara bergetar.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan ansietas
berkurang.
Rencana Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya.
R/ Meningkatkan rasa percaya & aman dari pasien.
2) Sediakan waktu untuk ekpresikan feeling.
R/ Memberikan klien waktu menerima dan memahami sesuatu.
3) Memberikanklieen waktu menerima dan memahami sesuatu.
R/ Memfokuskan fikiran klien.
4) Kaji kebutuhan rasa mana klien.
R/ Memberi informasi apa saja yang dapat menguatkan rasa nyaman.
c. Diagnosa Keperwatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektfd b.d efek agen farmakologi.
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret/obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
DS & DO yang mendukung
DS : Dipsnea, sulit bicara.
DO : Batuk tidak efektif, wheezing, Sputum berlebih, gelisah, sianosis.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
nafas kembali normal.
Rencana Intervensi
1) Monitor TTV.
R/ Memantai bila terdapat perubahan TTV.
2) Monitor keefektifan jalan nafas.
8
R/ Memastikan kebersihan jalan nafas.
3) Auskultasi suara nafas.
R/ Mengetahui suara/bunyi nafas patologis.
4) Moitor saturasi oksigen.
R/ Mengetahui kestabilan saturasi O2 dalam tubuh.
5) Kolaborasi pemasangan ETT.
R/ Mengurangi resiko/kemungkinan jalan nafas tidak efektif.
2. Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat.
Santoso, et al. Hubungan Respond Time trepanasi hematoma epidural pada cedera
kepala berat dengan outcome(2015).
Hhtps://www.scribd.id.Laporan-Pendahuluan-EDH
https://www.scribd.id.Askep-Epidural-Hematom
9
BAB II
ISI
A. Tinjauan Kasus (Pengkajian)
Identitas Pasien
Nama : An.E Gol. Darah : A+
Umur : 14 Tahun Alamat :Banjar Agung ,
Jenis Kelamin :Perempuan Lampung Utara
Suku/Bangsa : Lampung No RM : 00.62.41.54
Agama : Islam Tgl. MRS : 18 Februari 2020
Pekerjaan :Siswa Dx Medis : Epidural Hematom
Pendidikan : SMP / Sederajat
Tanggungan :dr. Sulyaman, Sp. BS
1. Riwayat Pra-Operatif
a. Ringkasan Hasil Anamnesa
Klien mulai masuk rumah sakit pada tanggal 18 Februari 2020 pukul 16.00
WIB melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Klien masuk Instalasi Bedah Sentral pada pukul 10.30 WIB pada tanggal
19 Februari 2020, ketika di kaji klien mengeluh nyeri kepala akibat
kecelakaan jatuh dari motor hingga kepalanya tampak bengkak dan lebam
pada bagian mata kanannya, yang lalu dengan skala nyeri 6, nyeri terasa
seperti seperti tertekan/tertimpa benda berat dan nyeri dirasakan setiap waktu,
klien menangis mengatakan “sakit”.
Klien ketika ditanya Pasien fokus pada perawat yang mengajaknya bicara.
klien mengatakan belum pernah menjalani operasi. Klien selalu menanyakan
tindakan apa yang akan dilakukan dan menangis.
11
MCHC 32 32 – 36 g/dL
3 Puasa √
Pembersihan kulit (pencukuran
4 √
rambut)
Pembersihan saluran pencernaan
5 √
(lavement / Obat pencahar)
6 Pengosongan kandung kemih √
7 Transfusi darah √
12
kacamata, anggota tubuh palsu
e. Pemberian Obat-obatan
Obat Premidikasi
Tgl / Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
18/02/20/ Analgesik,
Fentanyl 100 mcq IV Line
18.00 Anestesi
Obat Pra-Pembedahan
Tgl / Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
19/02/20/10.45 Ceftriaxone Antibiotik 1000 mg IV Line
As. Anti-
19/02/20/10.45 1000 mg IV Line
Traneksamat fibrinolitik
2. Intra-Operatif
a. Tanda Tanda Vital
Observasi dilakukan pada pukul 11.20 WIB / 03 Februari 2020.
T.Darah :100/68 mmHg Suhu : 34,1 ◦ C
Nadi : 64 x/menit SpO2 : 98 %
RR : 22 x/menit
b. Posisi Pasien Di Meja Operasi
Posisi Pasien dimeja operasi adalah Supinasi.
c. Jenis Operasi
Jenis operasi pada An.E tergolong operasi Mayor, pada area kepala dengan
nama operasi yaitu Craniotomi.
d. Tenaga Medis dan perawatn di ruang operasi
Dokter Anestesi : dr. Dendi, Sp. An ;
13
Asisten : Isnaini, A.md.An
Dokter Bedah : dr. Sulyaman, Sp. BS ;
Asisten : Ns. Sumaryono, S.Kep
Perawat Instrument : Ns.Nani Yulianti,S.Kep
Perawat Sirkuler : Linda Safitri
Pasien dalam Narkose Umum.
e. Pemberian Obat Anestesi
Tgl / Jam Nama Obat Dosis Rute
19-02-2020 / 10.45 Fentanyl 100 mcq IV Line
19-02-2020 / 10.45 Propopol 100 mg IV Line
19-02-2020 / 10.45 Atracurium 25 mg IV Line
19-02-2020 / 10.45 As. Traneksamat 1000 mg IV Line
14
10) Laluditutup dengan kasa tresil dan diplester menggunakan hypafix , guna
mencegah kontak dengan lingkungan luar.
11) Bersihkan Alat dan pasien, kemudian pasien siap dipindahkan ke ruang
pulih sadar.
3. Post-Operatif
a. Pasien Pindah
Pasien pindah ke ruang PACU pada pukul 13.20 WIB.
b. Keluhan saat di RR/PACU : klien menggigil, suhu 34 C
c. Air Way :tidak ada sumbatan jalan napas
d. Breathing : pernapasan baik, SpO2 100%, klien terpasang oksigen
nasal kasul 2lt/menit
e. Sirkulasi :Perdarahan luka post op terkontrol atau sedikit,
terpasang drain, dengan keluaran ± 15cc
f. Observasi RR :Masih dalam Narkose.
g. Keadaan Umum : Sedang
h. Tanda-tanda Vital :
T.Darah : 100/60 mmHg RR : 22 x/menit
Nadi : 60 x/menit SpO2 : 100 %
◦
Suhu : 34,0 C
i. Kesadaran : Apatis
j. Balance Cairan :
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
WIB Infus 2000 Urine 2000
15
Darah *200 200 Drain 15
cc IWL 30
2200 2045
Dari Tabel diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa keseimbangan cairan
pasien yaitu Intake – Ouput = 155cc.
Pengobatan yang dianjurkan adalah melanjutkan pemasangan infus RL 20
tpm.
Catatan:
Perhitungan balance cairan dilakukan 5 menit setelah penjahitan.
Pasien mengalami ketidakseimbangan cairan (155 cc)
k. Survey Sekunder
Terdapat luka post op. craniotomi pada area kepala, dan terpasang drain.
16
B. Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN MASALAH
ETIOLOGI
DATA OBYEKTIF KEPERAWATAN
Pre Operasi
DS : Ansietas Krisis Situasional
Klien menangis
mengatakan “sakit”
Klien mengatakan belum
pernah menjalani operasi
DO :
Klien selalu menanyakan
tindakan apa yang akan
dilakukan dan menangis
TD : 100/60 mmHg
N : 64 x/menit
P : 24 x/menit
DS : Nyeri akut Agen Pencedera Fisik
Klien menangis (Trauma)
mengatakan nyeri pada
kepalanya (riwayat
kecelakaan motor)
Nyeri seperti
tertekan/tertimpa benda
berat
DO:
Klien menangis
TD : 100/60 mmHg
N : 64 x/menit
P : 24 x/menit
Intra Operasi
DS: (pasien dalam Bersihan Jalan Nafas tidak Efek agen Farmakologis
pengaruh anastesi) efektif (Anastesi Umum)
DO:
17
Terdapat cairan darah
pada jalan napas
Terdengar bunyi gurgling
SpO2 : 98%
Klien terpasang OPA
Post Operasi
DS: - Hipotermi Terpapar suhu lingkungan
DO: rendah
Klien mengigil
Suhu 34C
Akral pucat dan dingin
18
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intra Operasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Efek agen Farmakologis
(Anastesi Umum)
Post Operasi
1. Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
19
D. Catatan Perkembangan
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Mengukur TTV S:
dengan agen pencedera keperawatan diharapkan nyeri 2. Mengkaji intensitas, lokasi, - Klien mengatakan nyeri
fisik (trauma) berkurang dengan kriteria hasil: frekuensi dan penyebaran nyeri masih mengatakan nyeri
- Ekspresi wajah rileks 3. Mengajarkan teknik relaksasi O:
- Skala nyeri < 3 dan distraksi TD: 100/68 mmHg
- Tekanan darah dan nadi normal N: 64 x/menit
P: 20 x/menit
A:
Masalah nyeri belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Melakukan kolaborasi
dengan tim operasi untuk
memulai tindakan
operasi
20
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Mengalihkan rasa cemas dengan S:-
dengan krisis keperawatan diharapkan cemas cara meangajak klien O:
situasional berkurang dengan kriteria hasil: berkomunikasi dan memberikan Klien dapat menjawab yang
- Klien tampak rileks informasi tentag persiapan sesuai ketika ditanya
- Klien merasa aman operasi Klien tampak rileks
- Tekanan darah dan nadi normal 2. Menyediakan waktu untuk TD: 100/68 mmHg
mengekspresikan perasaan N: 64 x/menit
3. Melatih teknik relaksasi A:
4. Mengkaji kebutuhan rasa aman Masalah teratasi
klien P:
Hentikan intervensi
21
NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Melakukan suction S:
tidak efektif faktor risiko dapat ditekan dan jalan napas 2. Mengukur TTV - (Pengaruh anestesi)
berhubungan dengan efektif dengan kriteria hasil: 3. Mengauskultasi suara nafas O:
Efek agen Farmakologis - ETT terpasang 4. Mengukur SpO2 - RR: 22 x/menit
(Anastesi Umum) - Suara napas vesikuler - Saturasi 98%
- RR normal -tidak ada suara napas
- Saturasi 95-100% tambahan
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
-pemberian oksigen nasal
kanul 2lt/menit diRuang
Recovery Room
22
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Memonitor dan mengukur S:
dengan terpaparnya suhu keperawatan diharapkan tidak suhu - (Dalam pengaruh anestesi)
lingkungan rendah mengalami hipotermi kriteria hasil: 2. Memberikan selimut hangat O: klien tidak menggigil
- suhu normal 3. Mengatur posisi yang Suhu 36,0C
- Akral hagant nyaman bagi klien A:
Masalah hipotermi teratasi
P:
Hentikan intervensi
23
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pengkajian Pre Operatif
1. Hambatan yang ditemui saat pengkajian
Tidak ada hambatan yang ditemui dan dirasakan oleh mahasiswa saat mengkaji
An.E
2. Justifikasi utama/ rasionalitas pengkajian
Asuhan keperawatan perioperatif telah membentuk suatu sistem
berkesinambungan yang dimulai dari proses pre operatif, intra operatif dan post
operatif yang kesemuanya berupa siklus yang continue tentang pemikiran dan
tindakan melalui kontak dengan pasien dan sistem perawatan kesehatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan yang akurat dan komprehensif perlu didukung
oleh pengkajian yang lengkap dan akurat. Pengkajian ini, digabungkan dengan
hasil temuan-temuan medis serta pemeriksaan diagnostik, dicatat dalam data dasar
pasien dan membentuk dasar yang kuat untuk mengembangkan rencana
keperawatan.
3. Riwayat penyakit
Pengkajian tentang riwayat kesehatan diantaranya data demografi, keluhan utama,
riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial dan
data gaya hidup (Black & Hawk, 2005). Setelah dilakukan pada tanggal 19 februari
2020 klien mengeluh nyeri kepala akibat kecelakaan jatuh dari motor hingga
kepalanya bagian kiri tampak bengkak dan lebam pada bagian mata kanannya, yang
lalu dengan skala nyeri 6, nyeri terasa seperti seperti tertekan/tertimpa benda berat
dan nyeri dirasakan setiap waktu, klien menangis mengatakan “sakit”.
4. Identitas
Pengkajian identitas pasien penting dilakukan karena variasi keluhan sangat bersifat
individual dan untuk menunjang identifikasi masalah keperawatan dalam kaitannya
dengan karakteristik individu (Gleadle, 2007). Identitas yang diidentifikasi meliputi
nama, umur, tempat tinggal, jenis kelamin dan lainnya. Data-data tersebut berkaitan
dengan respon pasien dan penyembuhannya. Pasien adalah An. E siswa kelas VIII
SMP.
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka demikian juga jenis
kelamin. Penyembuhan luka setelah operasi bukan patologis akan lebih cepat pada
24
usia muda dibandingkan pada usia lanjut. Sedangkan jenis kelamin tidak berperan
pada proses penyembuhan luka. An. E berusia 14 tahun.
25
SGPT 6 <25 U/L
Klien memasuki ruang operasi menggunakan brangkar pada pukul 10.45 tanggal 19
Februari 2020 dengan keadaan sadar penuh. Klien tampak cemas dan bingung, klien
sambil menangis mengeluh sakit kepala dan menanyakan tindakan apa yang akan
dilakukan. Jenis operasi pada An.E tergolong operasi Mayor, pada area kepala dengan
nama operasi yaitu Craniotomi. Tahapan/ kronologis pembedahan pada An.E mulai
dari Persiapan pasien meliputi Surgical Site Checklist, Monitoring Tanda-tanda vital
pasien, & posisi pasien di meja operasi, pemasangan kateter urin untuk memudahkan
observasi cairan. Setelah pasien dalam pengaruh obat anestesi, dilakukan pencukuran
area operasi yaitu mencukur pada daerah kepala, lalu di bersihkan dengan
menggunakan sabun. Perawat melakukan desinfeksi menggunakan betadine dan
alkohol kemudian dilakukan draping. Dekatkan Alat yang telah disusun oleh perawat
instrument ke pasien. Kemudian melakukan Time Out. Dokter melakukan insisi,
membuka lapisan demi lapisan hingga terlihat / tercapai area yang diinginkan
selanjutnya tulang tengkorak dibuka menggunakan bor. Setelah mengambil gumpalan
darah pada lapisan diantara durameter dan tubula internal lapisan bawah tengkorak,
diambil menggunakan pinset anatomis, secara perlahan. Hentikan setiap perdarahan
dengan coagulate ESU. Tutup kembali kepala dengan gelatine sponge hemostate,
sebelum ditutup pasien dipasang drain yang terhubung keluar. Kemudian menjahit
lapisan demi lapisan sampai dengan kulit terluar. Lalu ditutup dengan kasa steril dan
diplester menggunakan hypafix , guna mencegah kontak dengan lingkungan luar.
Bersihkan Alat dan pasien, kemudian pasien siap dipindahkan ke ruang pulih sadar.
Tindakan Bantuan Yang Diberikan Selama Pembedahan adalah Sesaat setelah induksi
pasien, perawat melakukan suction serta pemberian transfusi darah 1kolf, cairan dan
26
pemasangan kateter. Pembedahan berlangsung selama 3 Jam 15 menit. Komplikasi
Dini Setelah Pembedahan (Diruang Operasi) yaitu Terdapat bunyi napas gurgling,
terdapat cairan darah pada jalan napas.
Mengetahui tingkat nyeri, bila nyeri meningkat maka tanda vital juga akan meningkat
27
Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
Mengukur SpO2
Spo2 dapat menunjukan upaya bernapas
28
BAB IV
PENUTUP
A. Resume Pasien
Klien mulai masuk rumah sakit pada tanggal 18 Februari 2020 pukul 16.00 WIB
melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Klien masuk Instalasi
Bedah Sentral pada pukul 10.30 WIB pada tanggal 19 Februari 2020, ketika di kaji klien
mengeluh nyeri kepala akibat kecelakaan jatuh dari motor hingga kepalanya tampak
bengkak dan lebam pada bagian mata kanannya, yang lalu dengan skala nyeri 6, nyeri
terasa seperti seperti tertekan/tertimpa benda berat dan nyeri dirasakan setiap waktu, klien
menangis mengatakan “sakit”. Klien ketika ditanya Pasien fokus pada perawat yang
mengajaknya bicara. klien mengatakan belum pernah menjalani operasi. Klien selalu
menanyakan tindakan apa yang akan dilakukan dan menangis. Hasil pengkajian yang
telah dilakukan, ditemukan data sebagai berikut :
DATA FOKUS
Data Subyektif :
Klien menangis mengatakan “sakit”
Klien mengatakan belum pernah menjalani operasi
Data Objektif:
Klien selalu menanyakan tindakan apa yang akan dilakukan dan menangis
TD : 100/60 mmHg
N : 64 x/menit
P : 24 x/menit
Terdapat cairan darah pada jalan napas
Terdengar bunyi gurgling
SpO2 : 98%
Klien terpasang OPA
Klien mengigil
Suhu 34C
Akral pucat dan dingin
29
Terhadap masalah keperawatan tersebut, tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji intensitas, lokasi, frekuensi dan penyebaran nyeri
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4. Mengalihkan rasa cemas dengan cara meangajak klien berkomunikasi memberikan
informasi tentang persiapan operasi
5. Menyediakan waktu untuk mengekspresikan perasaan
6. Melatih teknik relaksasi
7. Mengkaji kebutuhan rasa aman klien
Terhadap masalah keperawatan tersebut, tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan suction
2. Mengukur TTV
3. Mengauskultasi suara nafas
4. Mengukur SpO2
Terhadap masalah keperawatan tersebut, tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Memonitor dan mengukur suhu
2. Memberikan selimut hangat
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien
30
B. Saran & Tindak Lanjut
Makalah mengenai asuhan keperawatan perioperatif dengan Epidural Hematom ini telah
kami susun dengan kesadaran penuh. Namun meskipun demikian mungkin di mata
pembaca masih terdapat kekeliruan atau kekurangan yang tampak, oleh karenanya kami
senantiasa menerima segala bentuk kritik atau saran yang membangun yang
InsyaaALLAH nantinya akan menjadikan kami lebih baik lagi. Sebagaimana perkataan
para Salafus Sholih “ Semoga ALLAH merahmati orang yang menunjukan
Aibku/kesalahanku padaku”.
31
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat.
Santoso, et al. Hubungan Respond Time trepanasi hematoma epidural pada cedera kepala
berat dengan outcome(2015).
Hhtps://www.scribd.id.Laporan-Pendahuluan-EDH
https://www.scribd.id.Askep-Epidural-Hematom
32
LAMPIRAN
33