Disusun Oleh:
1. Adhaini Widiyawati (1614301027)
2. Ningsih (1614301028)
3. Risa Hairun Nisyah (1614301042)
4. Anisa Fitriyana (1614301018)
5. M.Gigih Bangsawan (1614301035)
6. Nesia Dwi Agustina (1614301026)
7. Nadila Okti Fariza (1614301024)
8. Anggun Karunia Putri (1614301048)
9. Silvia Krisdayanti (1614301011)
10. Helen Yosrantika (1614301021)
11. Mardalena (1614301010)
12. Linda Safitri (1614301043)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Teori.............................................................................. 1
1. Definisi Diagnosa Medis ................................................... 1
2. Epidemiologi Kasus .......................................................... 2
3. Etiologi ............................................................................... 2
4. Tanda Dan Gejala............................................................. 2
5. Pemeriksaan Penunjang .................................................. 2
6. Penatalaksanaan Medis.................................................... 2
7. Patofisiologi / Pathway ..................................................... 2
8. Prosedur Tindakan Operasi ............................................ 2
BAB II ISI
A. Pengkajian ............................................................................... 11
B. Rencana Keperawatan ........................................................... 11
iii
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Definisi Diagnosa Medis
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Berdasarkan
patofiologinya cedera kepala dibagi menjadi 2 (Grace dan Neil, 2006), yakni:
a. Cedera otak primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera
setelah trauma
b. Cerdera otak sekunder merupakan kerusakan yang berkembang kemudian
setelah komplikasi
1
Epidural hematoma adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang
paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak juga dikelilingi oleh
sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang disebut dura. Fungsinya untuk
melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula
interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan
akan membentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan
pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura,
ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam
ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang dikenal dengan
sebutan epidural hematoma (Hafid A, 2004).
2. Epidemiologi Kasus
Cidera kepala mempunyai angka kejadian yang masih relatif tinggi. Data pasien
trauma kepala akibat kecelakaan maupun akibat tindak kekerasan yang dibawa ke
instalasi gawat darurat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Amerika tiap
tahunnya diapatkan 1.500.00 kasus cidera kepala, sekita 50.000 meninggal, dan
80.000 mengalamai kecacatan. Saat ini terdapat sekitar 5.300.000 warga amerika
yang mengalami cacat permanen karena kasus cedera kepala. Berdasarkan data,
2% dari seluruh kasus cedera kepala adalah hematoma epidural (EDH) dan sekitar
5-15% pada pasien dengan cedera kepala berat adalah EDH.
3. Etiologi
Epidural hematoma terjadi pada 1% trauma kepala, insiden tertinggi terjadi
pada usia 20-30 tahun, jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun atau lebih dari 60
tahun, (disebabkan dura yang melekat erat pada tabula interna skull). Fraktur
terjadi pada 85% pasien dewasa. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terbanyak (30-70%), penyebab lain akibat terjatuh dan korban kekerasan. Lokasi
tersering pada daerah temporal, kemudia frontal, occipital dan fossa posterior. 2-
5% terjadi bilateral. (Hafid A, 2004)
2
tulang yang menyebabkan perdarahan dari diploeica. Predileksi EDH antara lain di
hemisfer sisi lateral dan regional frontal, oksipital dan fossa posterior ( Hafid A.,
2004).
Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga.
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan edh antara lain:
g. Kejang otot.
h. Mual.
i. Pusing.
j. Muntah.
k. Berkeringat.
l. Sianosis / pucat.
5. Pemeriksaan Penunjang
3
a. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentang sistem vaskuler.
b. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
c. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
d. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
e. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan Darurat:
1) Dekompresi dengan trepanasi sederhana
2) Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
b. Terapi Keperawatan:
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera
spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurangi tekanan
intracranial dan meningkatkan drainase vena.
c. Terapi Medikamentosa
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan
dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),
mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) untuk mengatasi edema cerebri yang
terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik.
Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin
(24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk
penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-
hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk
ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai
untuk mengatasi tekanan intracranial yang meninggi dan mempunyai efek
protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan
adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan
dengan 5 mg/kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam untuk mencapai kadar
serum 3-4 mg%.
4
d. Terapi Operatif
Operasi dilakukan bila terdapat:
1) Volume hematom > 30 ml (kepustakaan lain > 44 ml)
2) Keadaan pasien memburuk
3) Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi dibidang bedah saraf adalah life saving dan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi
emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini disebabkan oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume:
1) >25cc = desak ruang supratentorial
2) >10cc = desak ruang infratentorial
3) >5cc = desak ruang thalamus
7. Patofisiologi / Pathway
Pada epidural hematoma, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan
durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu
cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur
tulang tengkorak didaerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah
frontal atau oksipital. Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak
melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan
dan os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematoma epidural,
desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga hematom bertambah besar. Hematoma yang membesar di daerah
temporal menyebabkan tekanan padalobus temporalis otak ke arah bawah dan
dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di
bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda
neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis. Tekanan dari herniasi unkus pada
sirkulasi arteria yang mengurus formation retikularis di medulla oblongata
menyebabkan hilangnya kesadaran. ( Hafid A, 2004).
5
8. Prosedur Tindakan Operasi
a. Persiapan pasien meliputi Surgical Site Checklist, Monitoring Tanda-tanda
vital pasien, & posisi pasien di meja operasi, pemasangan kateter urin untuk
memudahkan observasi cairan.
b. Setelah pasien dalam pengaruh obat anestesi, dilakukan pencukuran area
operasi yaitu mencukur pada daerah kepala, lalu di bersihkan dengan
menggunakan sabun.
c. Perawat melakukan desinfeksi menggunakan betadine dan alkohol kemudian
dilakukan draping
d. Dekatkan Alat yang telah disusun oleh perawat instrument ke pasien.
Kemudian melakukan Time Out.
e. Dokter melakukan insisi, membuka lapisan demi lapisan hingga terlihat /
tercapai area yang diinginkan selanjutnya tulang tengkorak dibuka
menggunakan bor.
f. Setelah mengambil gumpalan darah pada lapisan diantara durameter dan tubula
internal lapisan bawah tengkorak, diambil menggunakan pinset anatomis,
secara perlahan.
g. Hentikan setiap perdarahan dengan coagulate ESU.
6
h. Tutup kembali kepala dengan gelatine sponge hemostate, sebelum ditutup
pasien dipasang drain yang terhubung keluar.
i. Kemudian menjahit lapisan demi lapisan sampai dengan kulit terluar.
j. Laluditutup dengan kasa tresil dan diplester menggunakan hypafix , guna
mencegah kontak dengan lingkungan luar.
k. Bersihkan Alat dan pasien, kemudian pasien siap dipindahkan ke ruang pulih
sadar.
B. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Diagnosa Keperwatan :
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Definisi
Pengalaman sensorik / emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan intensitas ringan hingga berat dalam
waktu < 3 bulan.
DS & DO yang mendukung
DS : Pasien mengeluh nyeri
DO : Klien tampak meringin, Gelisah, Nadi meningkat, gangguan tidur,
Tekanan darah meningkat, proses fikir terganggu.
Tujuan
Setelah dilkaukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
Rencana Intervensi
1) Monitor Tanta-tanda vital
R/ Untuk mengetahui evaluasi TTV setiap hari.
2) Kaji nyeri klien
R/ Untuk mengetahui evaluasi nyeri klien setiap hadi.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Membantu meringankan nyeri.
4) Kolabirasi pemberian analgesik
R/ Mengurangi rasa nyeri
b. Diagnosa Keperwatan :
Ansietas b.d krisis situasional.
7
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman individu terhadap objek yang tidak jelas
akibat antisipasi bahaya.
DS & DO yang mendukung
DS : Klien merasa bingung, khawatir dengan akibat dan kondisi yang
dihadapinya, dan sulit berkonsentrasi.
DO :Tampak gelisah, tegang, RR meningkat, Nadi & TD menngkat,
Tremor, suara bergetar.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan ansietas
berkurang.
Rencana Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya.
R/ Meningkatkan rasa percaya & aman dari pasien.
2) Sediakan waktu untuk ekpresikan feeling.
R/ Memberikan klien waktu menerima dan memahami sesuatu.
3) Memberikanklieen waktu menerima dan memahami sesuatu.
R/ Memfokuskan fikiran klien.
4) Kaji kebutuhan rasa mana klien.
R/ Memberi informasi apa saja yang dapat menguatkan rasa nyaman.
c. Diagnosa Keperwatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektfd b.d efek agen farmakologi.
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret/obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
DS & DO yang mendukung
DS : Dipsnea, sulit bicara.
DO : Batuk tidak efektif, wheezing, Sputum berlebih, gelisah, sianosis.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
nafas kembali normal.
Rencana Intervensi
1) Monitor TTV.
R/ Memantai bila terdapat perubahan TTV.
2) Monitor keefektifan jalan nafas.
8
R/ Memastikan kebersihan jalan nafas.
3) Auskultasi suara nafas.
R/ Mengetahui suara/bunyi nafas patologis.
4) Moitor saturasi oksigen.
R/ Mengetahui kestabilan saturasi O2 dalam tubuh.
5) Kolaborasi pemasangan ETT.
R/ Mengurangi resiko/kemungkinan jalan nafas tidak efektif.
2. Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat.
Santoso, et al. Hubungan Respond Time trepanasi hematoma epidural pada cedera
kepala berat dengan outcome(2015).
Hhtps://www.scribd.id.Laporan-Pendahuluan-EDH
https://www.scribd.id.Askep-Epidural-Hematom
9
BAB II
ISI
A. Tinjauan Kasus (Pengkajian)
Identitas Pasien
Nama : An.E Gol. Darah : A+
Umur : 14 Tahun Alamat :Banjar Agung ,
Jenis Kelamin :Perempuan Lampung Utara
Suku/Bangsa : Lampung No RM : 00.62.41.54
Agama : Islam Tgl. MRS : 18 Februari 2020
Pekerjaan :Siswa Dx Medis : Epidural Hematom
Pendidikan : SMP / Sederajat
Tanggungan :dr. Sulyaman, Sp. BS
1. Riwayat Pra-Operatif
a. Ringkasan Hasil Anamnesa
Klien mulai masuk rumah sakit pada tanggal 18 Februari 2020 pukul 16.00
WIB melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Klien masuk Instalasi Bedah Sentral pada pukul 10.30 WIB pada tanggal
19 Februari 2020, ketika di kaji Pasien mengeluh nyeri kepala akibat
kecelakaan jatuh dari motor hingga kepalanya tampak bengkak dan lebam
pada bagian mata kanannya, yang lalu dengan skala nyeri 6, nyeri terasa
seperti seperti tertekan/tertimpa benda berat dan nyeri dirasakan setiap waktu,
klien menangis mengatakan “sakit”.
Klien ketika ditanya Pasien fokus pada perawat yang mengajaknya bicara.
klien mengatakan belum pernah menjalani operasi. Klien selalu menanyakan
tindakan apa yang akan dilakukan dan menangis.
10
Kesadaran pasien yaitu composmentis, dengan GCS 15. Ketika
anamnesa pasien berorientasi baik terhadap waktu.
T. Darah :110/70 mmHg Suhu : 36,0 ◦ C
Nadi : 64 x/menit
RR : 24 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Berat Badan Pasien 50 kg.
Bagian kepala, bersih pada area rambut, kulit kepala tampak bersih,
terdapat benjolan pada kepala bagian kanan dan lebab pada mata bagian
kiri (Racoon eyes).
Bagaian Leher tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada lesi.
Bagian Thorax atau jantung-paru:
Inspeksi : Tidak terdapat luka ataupun benjolan, kembang dada terlihat
ketika inspirasi. Iktus cardis terlihat.
Palpasi : Fremitus takti (+), terasa dorongan apeks jantung.
Perkusi : Sonor disetiap lapang paru, batas jantung dalam range normal.
Auskultasi : Vesikuler disetiap lapang paru, batas katub jantung pada posisi
yang normal.
Bagian Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat luka ataupun benjolan, asites (-).
Auskultasi : Peristaltik 15 x/menit.
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati/limfa.
Perkusi : Timpani (+) pada setiap kuadran abdomen.
Ekstremitas atas dan bawah: mampu untuk mengangkat lengan dan
tetapi tidak mampu melawaan gravitasi. Pasien terpasang IV Line dengan
cairan Ringer Lactat 20 tpm.
Bagian Genetalia & Rectum, Genetalia bersih dan tidak ada masalah
pada genetalia dan rektum. Pasien menggunakan pampers, dan belum
terpasang kateter urin.
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (18 Februari 2020 , 20.14)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10,8 11,7 – 15,5 g/dL
Leukosit 10.200 3.600 – 11.000 /µL
Eritrosit 3,8 3,8 – 5,2 Juta/ µL
Hematokrit 34 35 – 47 %
11
150.000 -
Trombosit 254.000 / µL
440.000
MCV 89 80 – 100 fL
MCH 28 26 – 34 Pg
MCHC 32 32 – 36 g/dL
3 Puasa √
7 Transfusi darah √
e. Pemberian Obat-obatan
Obat Premidikasi
Obat Pra-Pembedahan
2. Intra-Operatif
a. Tanda Tanda Vital
Observasi dilakukan pada pukul 11.20 WIB / 03 Februari 2020.
T.Darah :100/68 mmHg Suhu : 34,1 ◦ C
Nadi : 64 x/menit
SpO2 : 98 %
RR : 22 x/menit
b. Posisi Pasien Di Meja Operasi
Posisi Pasien dimeja operasi adalah Supinasi.
c. Jenis Operasi
Jenis operasi pada Ny.R tergolong operasi Mayor, pada area kepala dengan
nama operasi yaitu Craniotomi.
d. Tenaga Medis dan perawatn di ruang operasi
13
Dokter Anestesi : dr. Dendi, Sp. An ;
Asisten : , A.md.An
Dokter Bedah : dr. Sulyaman, Sp. BS ;
Asisten : Ns. Sumaryono, S.Kep
Perawat Instrument : Ns.Sartono., S.Kep.
Perawat Sirkuler : Linda Safitri
Pasien dalam Narkose Umum.
e. Pemberian Obat Anestesi
3. Post-Operatif
a. Pasien Pindah
Pasien pindah ke ruang ICU pada pukul 13.20 WIB.
b. Keluhan saat di RR/PACU : klien menggigil, suhu 34 C
c. Air Way :tidak ada sumbatan jalan napas
d. Breathing :
e. Sirkulasi :Perdarahan luka post op terkontrol atau sedikit,
terpasang drain, dengan keluaran ± 100cc
f. Observasi RR :Masih dalam Narkose.
g. Keadaan Umum : Sedang
h. Tanda-tanda Vital :
T.Darah : 100/60 mmHg RR : 22 x/menit
Nadi : 60 x/menit SpO2 : 100 %
Suhu : 34,0 ◦ C
i. Kesadaran : Apatis
j. Balance Cairan :
15
Infus 2000 Urine 2000
WIB Darah *200 800 Drain
cc IWL 34
2800 2759
Dari Tabel diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa keseimbangan cairan
pasien yaitu Intake – Ouput = cc.
Pengobatan yang dianjurkan adalah melanjutkan pemasangan infus RL 20
tpm.
Catatan:
Perhitungan balance cairan dilakukan 5 menit setelah penjahitan.
Pasien mengalami ketidakseimbangan cairan (-41 cc)
k. Survey Sekunder
Terdapat luka post op. craniotomi pada area kepala, dan terpasang drain.
16
B. Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN MASALAH
ETIOLOGI
DATA OBYEKTIF KEPERAWATAN
Pre Operasi
DS : Ansietas Krisis Situasional
Klien menangis mengatakan
“sakit”
Klien mengatakan belum
pernah menjalani operasi
DO :
Klien selalu menanyakan
tindakan apa yang akan
dilakukan dan menangis
TD : 100/60 mmHg
N : 64 x/menit
P : 24 x/menit
DS : Nyeri akut Agen Pencedera Fisik
Klien menangis mengatakan (Trauma)
nyeri pada kepalanya
(riwayat kecelakaan motor)
Nyeri seperti
tertekan/tertimpa benda
berat
DO:
Klien menangis
TD : 100/60 mmHg
N : 64 x/menit
P : 24 x/menit
Intra Operasi
DS: (pasien dalam pengaruh Bersihan Jalan Nafas tidak Efek agen Farmakologis
anastesi) efektif (Anastesi Umum)
DO:
Terdapat cairan darah pada
jalan napas
Terdengar bunyi gurgling
SpO2 : 98%
Klien terpasang OPA
Post Operasi
DS: - Hipotermi Terpapar suhu lingkungan
DO: rendah
Klien mengigil
Suhu 34C
Akral pucat dan dingin
17
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intra Operasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Efek agen Farmakologis
(Anastesi Umum)
Post Operasi
1. Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
18
19
D. Catatan Perkembangan
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Mengukur TTV S:
dengan agen pencedera diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria 2. Mengkaji skala nyeri - Klien mengatakan nyeri
fisik (trauma) hasil: 3. Mengajarkan teknik dengan skala 3
- Ekspresi wajah rileks relaksasi dan distraksi O:
- Skala nyeri < 3 4. Melakukan kolaborasi TD: 100/68 mmHg
- Tekanan darah dan nadi normal pemberian analgetik N: 64 x/menit
5. Melakukan kolaborasi P: 20 x/menit
dengan tim operasi A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Mengalihkan rasa cemas S:-
dengan krisis situasional diharapkan cemas berkurang dengan dengan cara meangajak O:
kriteria hasil: klien mengobrol Klien dapat menjawab
- Klien tampak rileks 2. Menyediakan waktu untuk yang sesuai ketika ditanya
- Klien merasa aman mengekspresikan perasaan Klien tampak rileks
- Tekanan darah dan nadi normal 3. Melatih teknik relaksasi TD: 100/68 mmHg
4. Mengkaji kebutuhan rasa N: 64 x/menit
aman klien A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
20
NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Melaukan suction S:
tidak efektif faktor risiko dapat ditekan dan jalan napas 2. Mengukur TTV - (Pengaruh anestesi)
efektif dengan kriteria hasil: 3. Mengauskultasi suara nafas O:
- ETT terpasang 4. Memantau SpO2 - RR: 22 x/menit
- Suara napas vesikuler - Saturasi 98%
- RR normal -tidak ada suara napas
- Saturasi 95-100% tambahan
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
-pemberian oksigen nasal
kanul 2lt/menit diRuang
Recovery Room
21
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Hipotermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Memonitor dan mengukur S:
dengan terpaparnya suhu keperawatan diharapkan tidak suhu - (Dalam pengaruh anestesi)
lingkungan rendah mengalami hipotermi kriteria hasil: 2. Memberikan selimut hangat O:
- suhu normal 3. Mengatur posisi yang A:
Akral hagant nyaman bagi klien Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
22
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Rencana Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Resume Pasien
B. Saran & Tindak Lanjut
Makalah mengenai asuhan keperawatan perioperatif dengan Epidural
Hematom ini telah kami susun dengan kesadaran penuh. Namun meskipun demikian
mungkin di mata pembaca masih terdapat kekeliruan atau kekurangan yang tampak,
oleh karenanya kami senantiasa menerima segala bentuk kritik atau saran yang
membangun yang InsyaaALLAH nantinya akan menjadikan kami lebih baik lagi.
Sebagaimana perkataan para Salafus Sholih “ Semoga ALLAH merahmati
orang yang menunjukan Aibku/kesalahanku padaku”.
23
DAFTAR PUSTAKA
24