Oleh :
MARLINA
22100276
NIM : 22100276
Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :
Menyetujui,
Mengetahui,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
ini. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih
selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
yang dimiliki. Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
Padangsidimpuan, 2023
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran .....................................................................................................27
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu penyakit
langsung dengan penderita baik melalui udara, batuk atau bersin. Penyakit-
penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis
menyerang anak-anak dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
daya tubuh anak yang relatif lemah dibandingkan orang dewasa (WHO,
2017).
B. Tujuan
SOAP.
C. RUANG LINGKUP
2. Subjek Laporan
atau pun jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan
3. Bagi Penulis
TINJAUAN TEORI
A. Imunisasi
kecacatan atau bahkan kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah
Nomor 42 Tahun 2013 menjelaskan bahwa imunisasi adalah suatu upaya untuk
penyakit tertentu, sehingga kelak jika terpapar dengan penyakit tersebut maka
hidup dalam lima tahun sebelum survei dilakukan. Menurut pedoman WHO
menyatakan anak telah diimunisasi lengkap jika setelah mendapatkan satu kali
imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali imunisasi DPT, tiga kali
kematian dan kecacatan yang diakibatkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah
Imunisasi (PD3I) dan pemerintah wajib memberikan imunisasi dasar lengkap pada
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia seperti
A.3.Manfaat Imunisasi
angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
namun manfaat imunisasi juga dirasakan oleh anak, keluarga dan negara.
Bermanfaat untuk anak karena dapat mencegah pederitaan yang disebabkan oleh
suatu penyakit tertentu dan kemungkinan akan kecacatan atau bahkan kematian.
yang mungkin dikeluarkan jika anak sakit. Hal tersebut akan mendorong
persiapan keluarga yang terencana agar sehat dan berkualitas, mendorong agar
terbentuknya keluarga dengan orang tua yang yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak- kanak yang nyaman. Sedangkan bermanfaat bagi negara
Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus dan Hepatitis B. Indonesia sudah dapat
menekan angka penyakit polio terbukti sejak tahun 1995 sudah tidak lagi
ditemukan virus polio liar yang berasal dari Indonesia (Departemen Kesehatan RI,
2005).
wajib diikuti oleh semua negara di dunia (Departemen Kesehatan RI, 2005).
1. Tuberkulosis
Bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas maka dapat menimbulkan
2015).
Pada tahun 1906 vaksin BCG berhasil ditemukan. Sejak tahun 1969 pengendalian
Pada hasil survei Gobal Tuberculosis Report WHO (2016), pada tahun 2015
sebesar 330.729 kasus, mengalami peningkatan menjadi 351.893 kasus pada tahun
2016. Pada tahun 2016 kasus Tuberkulosis pada usia 0-14 tahun sebesar 9,04%
2. Difteri
anak berusia 1-10 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Penularannya dapat
melalui kontak dengan penderita atau carrier. Penularan jarang sekali ditemukan
melalui peralatan yang tercemar oleh dicharge dari lesi penderita difteri. Media
beragam, pada penularan sampai tidak lagi ditemukan bakteri dari discharge dan
lesi dapat berlangsung dalam waktu 2 minggu atau kurang bahkan dapat lebih dari
Penyakit Difteri muncul terutama pada bulan dengan temperature lebih dingin
di Negara sub tropis. Memberikan imunisasi DPT pada waktu bayi merupakan
cara pemberantasan yang efektif (Depkes RI, 2012). Pada tahun 2016, sebanyak
415 kasus Difteri terjadi di Indonesia dengan kasus meninggal sebanyak 24 kasus.
Kasus kejadian Difteri tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 209 kasus. Sebesar
51% dari seluruh kasus Difteri yang terjadi diantaranya tidak mendapatkan
3. Pertusis
Pertusis atau yang biasa disebut batuk rejan merupakan penyakit yang
umumnya 7-20 hari (Sumarni, 2008) Cara penularan Pertusis kepada orang lain
dapat melalui kontak langsung dengan discharge selaput lendir saluran pernafasan
dari orang yang terinfeksi lewat udara, kemungkinan juga penularan melalui
percikan ludah melalui tetesan dari batuk atau bersin. Tanpa dilakukan perawatan,
penderita pertusis dapat menularkan kepada orang lain sampai tiga minggu setelah
batuk mulai terjadi. Penyebaran penyakit endemis yang sering menyerang anak-
anak terutama usia dini tersebar diseluruh dunia, tidak tergantung pada cuaca,
imunisasi DPT pada usia dua, empat dan enam bulan. Injeksi booster diperlukan
saat anak berusia 4 tahun serta anak remaja dan orang dewasa yang tinggal dan
2008)
4. Tetanus
masuk ke tubuh melalui luka. Karena pemotongan tali pusat dengan alat yang
tidak steril, bayi baru lahir dapat terinfeksi penyakit Tetanus. Pada negara
neonatal. Secara klinis tetanus dibagi menjadi 4 derajat, yaitu derajat I (ringan),
toksin, perawatan luka dan terapi suportif lainnya (Leman & Tumbelaka, 2010)
Hasil Survei Profil Kesehatan Indonesia (2017) pada tahun 2015 terjadi 53
kasus Tetanus dari 13 provinsi, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016
menjadi 33 kasus dari 7 provinsi dengan jumlah 14 kasus meninggal. Jawa Timur
2017).
5. Polio
Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf, terutama
menyerang anak balita. Penularan utamanya melalui fekal-oral. Gejala awal Polio
ditandai dengan demam, mual, lelah, kaku di leher, sakit kepala, serta sakit di
tungkai dan lengan. Sebagian besar pasien Polio akan pulih, Namun pada kasus
yang lebih berat, Polio dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Pada 1
dari 200 infeksi Polio menyebabkan kelumpuhan permanen yang biasanya terjadi
pada area tungkai. Sekitar 5- 10% pasien penderita kelumpuhan meninggal karena
waktu 3 – 35 hari. Polio sangat mudah menular, penularannya melalui jalur fekal-
6. Campak
Penularan dapat terjadi melalui kontaminasi droplet (ludah) orang yang telah
kematian tertinggi pada anak usia pra sekolah dan usia SD. Penyakit campak
sangat infeksius karena dapat menular sejak awal masa prodromal yaitu 4 hari
sebelum muncul ruam sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam
Gejala penyakit Campak seperti demam, batuk, pilek, lelah, mata merah dan
sakit. Setelah itu, beberapa hari kemudian timbul ruam. Terjadi ruam yang
dimulai pada muka, lalu menyebar ke area tubuh selama 4-7 hari. Sepertiga dari
pneumonia yang mungkin memerlukan rawat inap. Dapat juga terjadi komplikasi
lain yang lebih serius, seperti radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis),
kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian (NSW Health dan Kementerian
Berdasarkan hasil survei Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Pada tahun
2015 jumlah kasus Campak sebesar 10.655 kasus, namun pada tahun 2016 terjadi
terbanyak dilaporkan berasal dari Provinsi Jawa Timur (2.937 kasus). Pada
7. Hepatitis B
Hepatitis berarti radang atau bengkak hati. Hepatitis B dapat terjadi secara akut
karena virus DNA maupun kronik yang berkembang dari Hepatitis B akut.
Hepatitis B kronis dapat terinfeksi pada 90% bayi baru lahir, 20-50% anak 1- 5
tahun, dan 1-10% anak lebih besar dan orang dewasa. Penderita infeksi kronis
setelah sakit bertahun-tahun adalah sirosis atau kanker hati (NSW Health, 2007;
terinfeksi. Apabila timbul gejala, tidak ada gejala khas yang terjadi hanya seperti
rasa lesu, mual, muntah, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen
area kanan, sakit sendi, ikterus (kekuningan pada kulit dan mata) dan air kencing
berwarna pekat seperti teh (NSW Health, 2007; Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Penularan virus Hepatitis B apabila darah atau cairan tubuh penderita (seperti
air liur, air mani dan cairan vagina) yang berisi virus Hepatitis B memasuki tubuh
orang lain melalui kelahiran, kontak dengan darah atau luka terbuka penderita,
seperti pisau cukur, sikat gigi, jarum suntik, suntikan, atau peralatan injeksi obat-
obatan lainnya yang tercemar (U.S. Department of Health and Human Services ;
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian medik yang
Kejadian Pasca Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang dapat
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi yang diduga adanya suatu
pemberian vaksin seharusnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu. Secara klinis
biasanya hanya terjadi gejala ringan. Meskipun demikian, gejala klinis berat dapat
terjadi seperti reaksi anafilaktik sistemik. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) pada tahun 2011, gejala KIPI yang dapat ditemukan adalah :
1) Reaksi lokal.
- Bengkak pada area suntikan DPT dan Tetanus terjadi kurang lebih 50%
kasus.
- BCG scar dapat terjadi minimal setelah 2 minggu kemudian ulserasi dan
2) Reaksi sistemik
- Demam terjadi pada kurang lebih 10% kasus, kecuali pada imunissi DPT
terjadi hampir 50% kasus. Terjadi reaksi lain seperti iritabel, malaise,
gejala sistemik.
- Infeksi virus dan vaksin dapat terjadi pada imunisasi MMR dan Campak.
Terjadi demam dan atau ruam dan konjungtivitas pada kurang lebih 5-
15% dan lebih ringan jika dibandingkan dengan infeksi campak namun
sendi kurang lebih 15% dan dapat terjadi pembengkakan limfe (IDAI,
2011).
- Kejang
- Trombositopenia
Indonesia Sehat dengan tujuan meingkatkan derajat kesehatan dan status gizi
mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota
kesehatan.
atau penyakit.
5) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau
hand sanitizer
6) Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar jarak aman 1 –
2 meter
anak sehat
yang sakit. Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan
masuk berganti
9) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua dan
10) Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sebelum dan sesudah
yang terpisah dari layanan MTBS atau dewasa sakit. Atur agar pelayanan
2) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani
dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak bagi menjadi
beberapa kali hari atau sesi pelayanan imunisasi agar tidak terjadi
dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk membuat jadwal janji
b) Membuat jadwal janji temu dengan orang tua atau pengantar untuk
mengatur agar kedatangan sasaran imunisasi dapat berjalan dengan
COVID-19
layanan imunsasi, sesuai hari dan jam yang telah ditentukan dengan
lain)
lainnya
terendam air)
f) Memastikan tempat duduk antar petugas dan kader serta orang tua
sebelum imunisasi
sebelumnya
sasaran imunisasi
catatan imunisasi
Subjektif
1. Identitas
Nama : An. A Nama Ibu : Ny. N
Umur : 1 Bulan Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
2. Alasan dating
Ibu menyatakan ingin mengimunisasika bayinya yang berusia 1 bulan
3. Riwayat Keluhan Utama
Ibu menyatakan bayinya dalam keadaan sehat
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu menyatakan bayinya tidak sedang menderita menderita penyakit
penyakit tertentu dan ingin mengimunisasikan bayinya
5. Riwayat Kelahiran
Hari/Tanggal Lahir : 10 September 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB Lahir : 3300 gram
PB Lahir : 48 cm
LK Lahir : 33 cm
LD Lahir : 34 cm
LILA Lahir : 10 cm
Apgar Score :
Skor
Aspek Pengamatan Bayi Baru
Menit Ke- Menit Ke- Menit Ke-
Lahir
1 5 10
Respiratory (pernapasan) 2 2 2
Jumlah 10 10 10
6. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 4 hari pada 14 September 2022
BCG : 1 bulan pada 08 Oktober 2022
Polio : 1 bulan
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Pola Nutrisi : Anak diberi Asi Ekslusif
Pola Eliminasi : BAB 1-2x/hr, BAK 3-4x/hr
Pola Aktifitas : Anak aktif bergerak
Pola Istirahat : Tidur siang 8 jam/hr, dan tidur malam6-7 jam/hr
Pola Hygiene : Mandi 2x/hr, ganti baju setiap kali mandi, dan ganti popok
setiap BAB/BAK
Objektif
8. Pemeriksaan Umum
9. Keadaan umum: baik
10. Antopometri
BB : 3500gram
PB : 50cm
LK : 34cm
LD : 35cm
LILA : 11cm
11. TTV
12. Suhu : 36,7°C
13. RR : 40x/menit
14. HR : 120x/menit
15. Kemampuan Motorik Kasar
Anak belajar mengankat kepala, mengepalkan tangan dan menggerakkan
tangan dan kakinya ke atas saat dibaringkan
16. Kemampu Motorik Halus
Anak belajar menggenggam benda-benda ringan
17. Kemampuan Bahasa dan Penggunaan
Setiap tangisan bayi mengandung arti, anak menggunakan tangisan untuk
berkomunikasi
Analisa
Bayi Ny.N, usia1 bulan, dengan kebutuhan imunisasi BCG
Penatalaksanaan
1. Memberi tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya
sehat
2. Memberi tahu ibu bahwa bayinya akan diberikan imunisasi BCG
3. Menyiapkan alat
4. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir
5. Mengatur posisi bayi
6. Memposisikan bayi dengan bayi digendong atau ditidurkan di atas bad
minta pada keluarga untuk membantu memegangi bayinya
7. Melakukan imunisasi BCG
8. Beritahu ibu manfaat imunisasi BCG yang telah diberikan yaitu memberi
perlindungan anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC), akan timbul
sakit atau luka seperti pembengkakan kecil, merah pada kulit di tempat
penyuntikan yang kemudian akan menjadi luka kecil, dan akan sembuh
dengan sendirinya dan meninggalkan jaringan perut (bekas luka) tanpa
pengobatan khusus
9. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kesehatan bayinya dan tetap
memberikan Asi Ekslusif
10. Menganjurkan ibu untuk menghubungi bidan jika ada keluhan dan
menghubungi pula untuk imunisasi berikutnya
Bayi Ny. N merupakan bayi yang berumur 1 bulan dengan imunisasi BCG.
Ini sesuai dengan teori, Pemberian vaksin BCG berdasarkan jadwal imunisasi
IDAI dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan
pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
(IDAI,2017)
imunisasi tetap harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk melindungi anak
dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Dalam hal ini terjadi
kesenjangan dimana pasien tidak datang pada waktu yang telah di tentukan
yang berbeda pada setiap orang. Hal ini telahsesuai dengan teori yang
(KEMENKES,2020)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny.N ke posyandu pada waktu yang telah ditetapkan adalah karena faktor
imunisasi
A. Saran
2. Bagi Pasien