Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEHAT PADA BAYI NY.N


DENGAN IMUNISASI BCG DI PUSKESMAS DI PUSKESMAS
SIMARPINGGAN TAHUN 2023

Oleh :

MARLINA
22100276

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA
ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Asuhan Kebidanan Bayi Sehat Pada Bayi Ny.N


Dengan Imunisasi BCG Di Puskesmas Di Puskesmas
Simarpinggan Tahun 2023

Nama Mahasiswa : MARLINA

NIM : 22100276

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :

Menyetujui,

Koordinator Stase Dosen Pembimbing

Yulinda Aswan,SST,M.Keb Rini Amalia Batubara, Str. Keb, M.Keb

NIDN. 0125079003 NIDN. 0120079601

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas


Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidimpuan

Sri Sartika Sari Dewi, SST, M.keb


NIDN. 010048901
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

ini. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih

yang sebesar besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing

selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun

demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki. Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan

tangan terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna

perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya saya berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam

proses perkuliahan Profesi bidan.

Padangsidimpuan, 2023
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengertian...............................................................................................14
B. Etiologi...................................................................................................15
C. Patofisiologi............................................................................................16

BAB III PENGKAJIAN


A. Pengkajian .............................................................................................17
B. Analisis ..................................................................................................18
C. Penatalaksanaan ....................................................................................18

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................25

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran .....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah

tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu penyakit

yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteria atau parasit.

Contoh penyakit infeksi seperti penyakit measles (campak), rubella, dan

poliomyelitis (polio) merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit

measles (campak) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Bernama

morbillivirus dari golongan paramixovirus, sedangkan penyakit rubella

sendiri disebabkan oleh virus rubella dan penyakit poliomyelitis (polio)

disebabkan oleh virus poliomielitis.

Penyakit penyakit tersebut dapat menyebar melalui kontak

langsung dengan penderita baik melalui udara, batuk atau bersin. Penyakit-

penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis

kelamin, namun faktanya menunjukan penyakit-penyakit ini lebih sering

menyerang anak-anak dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena

daya tubuh anak yang relatif lemah dibandingkan orang dewasa (WHO,

2017).

Upaya yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF untuk mencegah

penyebaran penyakit infeksi adalah melakukan program imunisasi. Program

imunisasi dilakukan dengan memberikan senyawa antigen yang berfungsi

untuk meningkatkan perlindungan pada tubuh sehingga dapat terhindar dari


virus dan penyakit. Dengan demikian, angka kejadian akibat penyakit infeksi

akan menurun dan kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan

semakin berkurang (WHO, 2017).

B. Tujuan

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi Ny.N dengan

imunisasi BCG melalui pendekatan manajemen kebidanan dan di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

B.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada pada bayi Ny.N dengan

imunisasi BCG dengan manajemen kebidanan dan pendokumentasian

SOAP.

C. RUANG LINGKUP

1. Lokasi dan Waktu

Waktu penyusunan Laporan dimulai bulan Februari 2023

2. Subjek Laporan

Subjek yang diambil untuk Laporan ini adalah bayi Ny.N

3. Teknik/Cara Pengumpulan Data

Studi kepustakaan : Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah

atau pun jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan

kasus yang diambil.


D. MANFAAT

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil laporan ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan

kebidanan khususnya dalam menjalankan imunisasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan

kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program

studi Profesi Kebidanan

3. Bagi Penulis

Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan

pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,

memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika

menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi

pelayanan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi

A.1. Pengertian imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling murah

(cost-effective), karena imunisasi dapat mencegah, mengurangi kejadian sakit,

kecacatan atau bahkan kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi) yang diperkirakan setiap tahunnya memakan korban 2 hingga

3 juta kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 42 Tahun 2013 menjelaskan bahwa imunisasi adalah suatu upaya untuk

menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit tertentu, sehingga kelak jika terpapar dengan penyakit tersebut maka

tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

mengumpulkan informasi – informasi tentang cakupan imunisasi anak yang lahir

hidup dalam lima tahun sebelum survei dilakukan. Menurut pedoman WHO

menyatakan anak telah diimunisasi lengkap jika setelah mendapatkan satu kali

imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali imunisasi DPT, tiga kali

imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.

A.2. Tujuan Imunisasi

Secara umum tujuan pemberian imunisasi yaitu menurunkan angka kesakitan,

kematian dan kecacatan yang diakibatkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi PD3I (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan,


2015). Undang – undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

setiapa anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan

pemerintah untuk mencegah terjadinya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) dan pemerintah wajib memberikan imunisasi dasar lengkap pada

bayi dan anak.

Imunisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada

seseorang dan menghilangkan suatu penyakit tertentu pada kelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia seperti

pada imunisasi cacar variola (Ikatan Dokter Indonesia, 2008).

Imunisasi melalui pemberian vaksin ialah upaya untuk menstimulasi sistem

kekebalan tubuh seseorang untuk dapat menghasilkan antibodi yang bertujuan

melawan suatu penyakit tertentu dengan melumpuhkan antigen yang telah

dilemahkan yang berasal dari vaksin (Kementerian Kesehatan RI, 2017)

A.3.Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi yang paling utama yaitu imunisasi dapat mencegah,

mengurangi kejadian sakit, kecacatan atau bahkan kematian akibat penyakit-

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti Tuberkulosis, Difteri,

Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, Hepatitis B. Tidak hanya memberikan

perlindungan kepada setiap individu, namun imunisasi juga dapat memberikan

perlindungan kepada suatu kelompok atau populasi (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 16111/Menkes/SK/XI/2005).

Imunisasi tidak hanya bermanfaat kepada pemerintah dengan menurunnya

angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
namun manfaat imunisasi juga dirasakan oleh anak, keluarga dan negara.

Bermanfaat untuk anak karena dapat mencegah pederitaan yang disebabkan oleh

suatu penyakit tertentu dan kemungkinan akan kecacatan atau bahkan kematian.

Bermanfaat bagi keluarga untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan

yang mungkin dikeluarkan jika anak sakit. Hal tersebut akan mendorong

persiapan keluarga yang terencana agar sehat dan berkualitas, mendorong agar

terbentuknya keluarga dengan orang tua yang yakin bahwa anaknya akan

menjalani masa kanak- kanak yang nyaman. Sedangkan bermanfaat bagi negara

karena memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa.

A.4. Program Imunisasi di Indonesia

Indonesia menyelenggarakan upaya imunisasi sejak tahun 1956. Sejak

tahun 1977, pemerintah memperluas upaya imunisasi menjadi program

pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti penyakit Tuberkulosis,

Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus dan Hepatitis B. Indonesia sudah dapat

menekan angka penyakit polio terbukti sejak tahun 1995 sudah tidak lagi

ditemukan virus polio liar yang berasal dari Indonesia (Departemen Kesehatan RI,

2005).

Program Eradaksi Polio (ERAPO) merupakan suatu upaya global untuk

membasmi polio di dunia. Untuk membasmi penyakit Tetanus telah

dikembangkan upaya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE),

sedangkan pada penyakit Campak dikembangkan upaya Reduksi Campak


(RECAM). ERAPO, MNTE, dan RECAM merupakan komitmen global yang

wajib diikuti oleh semua negara di dunia (Departemen Kesehatan RI, 2005).

A.5. Jadwal Pemberian Imunisasi


Vaksin Pemberian Interval Umur Dosis Lokasi
imunisasi Pemberian
Hepatitis 3x Hepatitis B 1 0,5 ml Secara
B diberikan 12 intramuskula
jam setelah r pada area
lahir paha.
Hepatitis B
2
umur 1 bulan
Hepatitis B 3
umur 6 bulan
Polio 4x tidak Polio 1 umur 2 tetes Pemberian
kurang dari bulan saat secara oral.
4 minggu masih di
rumah
bersalin/
rumah sakit
Polio 2 umur
2 bulan
Polio 3 umur
3 bulan
Polio 4 umur
4 bulan
BCG 1x - Sebelum umur Bayi Intrakutan
2 bulan <1 daerah
tahun insersio
0,05 M.
ml Deltoideus
Anak kanan.
0,10
ml
DPT 3x 4-6 minggu DPT 1 umur 0,5 ml Pemberian
2-4 bulan, secara
DPT 2 umur Intramuskula
3-5 bulan dan r
DPT 3 umur
4-6 bulan
Campak 1x - Pada usia 9 0,5 ml Pemberian
bulan secara
sub-
kutan
(Sumber : (IDAI, 2000; Gunardi et al., 2017)
A.6. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang berbagai organ terutama paru-paru.

Bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas maka dapat menimbulkan

komplikasi yang berbahaya hingga dapat menyebabkan kematian (Kemenkes RI,

2015).

Sejak penjajahan Belanda, pengendalian penyakit Tuberkulosis (TB) sudah

berlangsung di Indonesia, namun masih terbatas pada suatu kelompok tertentu.

Pada tahun 1906 vaksin BCG berhasil ditemukan. Sejak tahun 1969 pengendalian

penyakit Tuberkulosis dilakukan secara nasional melalui layanan Puskesmas

(Kemenkes RI, 2015).

Pada hasil survei Gobal Tuberculosis Report WHO (2016), pada tahun 2015

di Indonesia diperkirakan kasus tuberkulosis sebesar 395/100.000 penduduk dan

jumlah angka kematian sebesar 40/100.000 penduduk (tanpa penderita HIV

dengan Tuberkulosis) sedangkan 10/100.000 penduduk pada penderita HIV

dengan tuberkulosis. Pada tahun 2015 semua kasus tuberkulosis ditemukan

sebesar 330.729 kasus, mengalami peningkatan menjadi 351.893 kasus pada tahun

2016. Pada tahun 2016 kasus Tuberkulosis pada usia 0-14 tahun sebesar 9,04%

terjadi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

2. Difteri

Difteri merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, umumnya menyerang

anak berusia 1-10 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Penularannya dapat
melalui kontak dengan penderita atau carrier. Penularan jarang sekali ditemukan

melalui peralatan yang tercemar oleh dicharge dari lesi penderita difteri. Media

penularannya lainnya yaitu susu yang tidak dipasteurisasi. Masa penularan

beragam, pada penularan sampai tidak lagi ditemukan bakteri dari discharge dan

lesi dapat berlangsung dalam waktu 2 minggu atau kurang bahkan dapat lebih dari

4 minggu. Penderita Difteri kronis dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.

Penyakit Difteri muncul terutama pada bulan dengan temperature lebih dingin

di Negara sub tropis. Memberikan imunisasi DPT pada waktu bayi merupakan

cara pemberantasan yang efektif (Depkes RI, 2012). Pada tahun 2016, sebanyak

415 kasus Difteri terjadi di Indonesia dengan kasus meninggal sebanyak 24 kasus.

Kasus kejadian Difteri tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 209 kasus. Sebesar

51% dari seluruh kasus Difteri yang terjadi diantaranya tidak mendapatkan

vaksinasi (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

3. Pertusis

Pertusis atau yang biasa disebut batuk rejan merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasi penyakit Pertusis

umumnya 7-20 hari (Sumarni, 2008) Cara penularan Pertusis kepada orang lain

dapat melalui kontak langsung dengan discharge selaput lendir saluran pernafasan

dari orang yang terinfeksi lewat udara, kemungkinan juga penularan melalui

percikan ludah melalui tetesan dari batuk atau bersin. Tanpa dilakukan perawatan,

penderita pertusis dapat menularkan kepada orang lain sampai tiga minggu setelah

batuk mulai terjadi. Penyebaran penyakit endemis yang sering menyerang anak-

anak terutama usia dini tersebar diseluruh dunia, tidak tergantung pada cuaca,

etnis maupun lokasi geografis (Sumarni, 2008)


Pencegahan penyakit Pertusis dapat dilakukan dengan melaksanakan

imunisasi DPT pada usia dua, empat dan enam bulan. Injeksi booster diperlukan

saat anak berusia 4 tahun serta anak remaja dan orang dewasa yang tinggal dan

bekerja bersama anak-anak kecil Lembar Fakta Penyakit Menular (Sumarni,

2008)

4. Tetanus

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang

masuk ke tubuh melalui luka. Karena pemotongan tali pusat dengan alat yang

tidak steril, bayi baru lahir dapat terinfeksi penyakit Tetanus. Pada negara

berkembang kasus Tetanus Neonatorum banyak terjadi karena rendahnya cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Tetanus terdapat 4 tipe, yaitu Tetanus lokal, generalisata, sefalik, dan

neonatal. Secara klinis tetanus dibagi menjadi 4 derajat, yaitu derajat I (ringan),

derajat II (sedang), derajat III (berat), dan derajat IV (stadium terminal).

Pengobatan Tetanus dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik, netralisasi

toksin, perawatan luka dan terapi suportif lainnya (Leman & Tumbelaka, 2010)

Hasil Survei Profil Kesehatan Indonesia (2017) pada tahun 2015 terjadi 53

kasus Tetanus dari 13 provinsi, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016

menjadi 33 kasus dari 7 provinsi dengan jumlah 14 kasus meninggal. Jawa Timur

memiliki kasus Tetanus terbanyak yaitu 19 kasus (Kementerian Kesehatan RI,

2017).

5. Polio

Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf, terutama

menyerang anak balita. Penularan utamanya melalui fekal-oral. Gejala awal Polio
ditandai dengan demam, mual, lelah, kaku di leher, sakit kepala, serta sakit di

tungkai dan lengan. Sebagian besar pasien Polio akan pulih, Namun pada kasus

yang lebih berat, Polio dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Pada 1

dari 200 infeksi Polio menyebabkan kelumpuhan permanen yang biasanya terjadi

pada area tungkai. Sekitar 5- 10% pasien penderita kelumpuhan meninggal karena

kelumpuhan pada otot-otot pernafasan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Masa inkubasi polio pada umumnya berkisar 7 – 14 hari, dengan rentang

waktu 3 – 35 hari. Polio sangat mudah menular, penularannya melalui jalur fekal-

oral sampai akhirnya menyerang sistem saraf pusat (Satari, 2018).

6. Campak

Penyebab penyakit campak yaitu virus campak golongan Paramyxovirus.

Penularan dapat terjadi melalui kontaminasi droplet (ludah) orang yang telah

terinfeksi melalui udara. Campak merupakan salah satu penyakit penyebab

kematian tertinggi pada anak usia pra sekolah dan usia SD. Penyakit campak

sangat infeksius karena dapat menular sejak awal masa prodromal yaitu 4 hari

sebelum muncul ruam sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam

(Halim, 2016; Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Gejala penyakit Campak seperti demam, batuk, pilek, lelah, mata merah dan

sakit. Setelah itu, beberapa hari kemudian timbul ruam. Terjadi ruam yang

dimulai pada muka, lalu menyebar ke area tubuh selama 4-7 hari. Sepertiga dari

penderita campak mengalami komplikasi, seperti infeksi telinga, diare dan

pneumonia yang mungkin memerlukan rawat inap. Dapat juga terjadi komplikasi

lain yang lebih serius, seperti radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis),
kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian (NSW Health dan Kementerian

Kesehatan RI, 2017).

Berdasarkan hasil survei Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Pada tahun

2015 jumlah kasus Campak sebesar 10.655 kasus, namun pada tahun 2016 terjadi

peningkatan jumlah kasus campak menjadi 10.655 kasus. Kasus campak

terbanyak dilaporkan berasal dari Provinsi Jawa Timur (2.937 kasus). Pada

Provinsi Jawa Barat dilaporkan terdapat 1 kasus meninggal (Kementerian

Kesehatan RI, 2017).

7. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

Hepatitis berarti radang atau bengkak hati. Hepatitis B dapat terjadi secara akut

karena virus DNA maupun kronik yang berkembang dari Hepatitis B akut.

Hepatitis B kronis dapat terinfeksi pada 90% bayi baru lahir, 20-50% anak 1- 5

tahun, dan 1-10% anak lebih besar dan orang dewasa. Penderita infeksi kronis

dapat menularkan penyakitnya seumur hidup. Komplikasi yang dapat terjadi

setelah sakit bertahun-tahun adalah sirosis atau kanker hati (NSW Health, 2007;

Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Pada umumnya Hepatitis B tidak menunjukkan gejala apapun sewaktu baru

terinfeksi. Apabila timbul gejala, tidak ada gejala khas yang terjadi hanya seperti

rasa lesu, mual, muntah, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen

area kanan, sakit sendi, ikterus (kekuningan pada kulit dan mata) dan air kencing

berwarna pekat seperti teh (NSW Health, 2007; Kementerian Kesehatan RI,

2014).
Penularan virus Hepatitis B apabila darah atau cairan tubuh penderita (seperti

air liur, air mani dan cairan vagina) yang berisi virus Hepatitis B memasuki tubuh

orang lain melalui kelahiran, kontak dengan darah atau luka terbuka penderita,

berhubungan seks tanpa menggunakan kondom, benda yang dipakai bersamaan

seperti pisau cukur, sikat gigi, jarum suntik, suntikan, atau peralatan injeksi obat-

obatan lainnya yang tercemar (U.S. Department of Health and Human Services ;

NSW Health, 2007)

A.7. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian medik yang

berhubungan dengan imunisasi (vaccine related) ataupun efek samping, reaksi

sensitivitas, reaksi suntikan, efek farmakologis, toksitas, kejadian kesalahan

program, koinsidensi atau belum dapat diketahui (unknown) hubungan kausal

dengan imunisasi (Achmadi, 2006). Menurut Departemen Kesehatan RI (2005)

Kejadian Pasca Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang dapat

terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi yang diduga adanya suatu

hubungan dengan pemberian imunisasi.

Reaksi simpang vaksin dapat menyebabkan gejala KIPI yang dikarenakan

pemberian vaksin seharusnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu. Secara klinis

biasanya hanya terjadi gejala ringan. Meskipun demikian, gejala klinis berat dapat

terjadi seperti reaksi anafilaktik sistemik. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI) pada tahun 2011, gejala KIPI yang dapat ditemukan adalah :

1) Reaksi lokal.

- Rasa nyeri yang terjadi pada lokai suntikan.

- Kemerahan sampai bengkak di area suntikan terjadi kurang lebih 10%


kasus.

- Bengkak pada area suntikan DPT dan Tetanus terjadi kurang lebih 50%

kasus.

- BCG scar dapat terjadi minimal setelah 2 minggu kemudian ulserasi dan

sembuh setelah beberapa bulan (IDAI, 2011).

2) Reaksi sistemik

- Demam terjadi pada kurang lebih 10% kasus, kecuali pada imunissi DPT

terjadi hampir 50% kasus. Terjadi reaksi lain seperti iritabel, malaise,

gejala sistemik.

- Infeksi virus dan vaksin dapat terjadi pada imunisasi MMR dan Campak.

Terjadi demam dan atau ruam dan konjungtivitas pada kurang lebih 5-

15% dan lebih ringan jika dibandingkan dengan infeksi campak namun

lebih berat pada kasus imunodefisiensi.

- Pada mumps terjadi pembengkakan kelenjar parotis, rubella terjadi nyeri

sendi kurang lebih 15% dan dapat terjadi pembengkakan limfe (IDAI,

2011).

3) Reaksi vaksin berat

- Kejang

- Trombositopenia

- Hypotonic hyporesponsive episode

- Anafilaksis, potensial menjadi fatal tetapi dapat disembuhkan tanpa

dampak jangka panjang.

- Ensefalopati akibat imunisasi campak atau DPT.

- Persistent inconsolable screaming bersifat self limitting dan tidak


merupakan masalah jangka panjang (IDAI, 2011).

A.7. Pelayanan Kesehatan

Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 merupakan Program

Indonesia Sehat dengan tujuan meingkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung oleh jaminan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat dan/atau

tempat yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan suatu upaya pelayanan

kesehatan, seperti upaya promotif, preventif, kuratif ataupun rehabilitatif yang

dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Berdasarkan pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009, pelayanan kesehatan terdiri atas :

1) Pelayanan kesehatan perseorangan merupakan pelayanan kesehatan yang

bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan dan keluarga yang dilaksanakan oleh perseorangan secara

mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota

masyarakat. Pelayanan kesehatan perseorangan dilaksanakan di rumah sakit,

klinik bersalin, dan praktik mandiri.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif

yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tertentu seperti puskesmas.

Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh kelompok ataupun


masyarakat Pada pasal 52 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 menelaskan kegiatan pelayanan kesehatan yang dimaksudkan diatas

meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang masing-

masing bertujuan sebagai :

1) Promotif adalah bertujuan lebih mengutamakan kegiatan seperti promosi

kesehatan.

2) Preventif ialah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan

atau penyakit.

3) Kuratif merupakan suatu kegiatan atau serangkaian pengobatan yang

ditujukan untuk dapat menyembuhkan suatu penyakit, pengurangan

penderitaan, pengendalian penyakit, dan pengendalian kecacatan yang

bertujuan agar dapat menjaga kualitas penderita seoptimal mungkin.

4) Rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

mengembalikan penderita yang telah sembuh ke dalam masyarakat sehingga

dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan

masyarakat, sesuai dengan kemampuannya dengan semaksimal mungkin.

B. Pelayanan Imunisasi Di Puskesmas Atau Fasilitas Kesehatan Lainnya

Yang Memberikan Layanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Covid-19

a. Ketentuan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi:

Diselenggarakan sesuai prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter:

1) Menggunakan ruang/tempat pelayanan yang cukup besar dengan

sirkulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan

terbuka halaman puskesmas atau di dalam kendaraan puskesmas


keliling di halaman puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya yang

memberikan layanan imunisasi)

2) Apabila ruang/tempat pelayanan menggunakan kipas angin, letakkan

kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara

kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi

3) Ruang/tempat pelayanan imunisasi tidak berdekatan atau terpisah

dari poli pelayanan anak atau dewasa sakit

4) Memastikan ruang/tempat pelayanan bersih dengan membersihkan

sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan

5) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau

hand sanitizer

6) Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar jarak aman 1 –

2 meter

7) Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi dan

anak sehat

8) Sebaiknya sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi

sasaran imunisasi dan pengantar dengan pengunjung puskesmas

yang sakit. Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan

masuk berganti

9) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua dan

pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah imunisasi

dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.

10) Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sebelum dan sesudah

imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30


menit sesudah imunisasi di tempat terbuka.

b. Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

1) Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi di puskesmas

yang terpisah dari layanan MTBS atau dewasa sakit. Atur agar pelayanan

imunisasi dilaksanakan di ruang terpisah dari pelayanan MTBS

2) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani

dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak bagi menjadi

beberapa kali hari atau sesi pelayanan imunisasi agar tidak terjadi

penumpukan atau kerumunan orang

3) Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk memberikan pelayanan

kesehatan lain bersamaan dengan imunisasi jika memungkinkan

4) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader yang dapat

dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk membuat jadwal janji

temu imunisasi yang akan datang.

c. Tugas dan Peran dalam Layanan Imunisasi di Puskesmas atau

FasilitasKesehatan Lainnya yang Memberikan Layanan Imunisasi

1) Persiapan Sebelum Hari Pelayanan di Puskesmas atau Fasilitas

Kesehatan Lainnya yang Memberikan Layanan Imunisasi

a) Petugas kesehatan membuat pengumuman pemberitahuan mengenai

jadwal imunisasi selama masa pandemi COVID-19, dengan

menyertakan nomor telepon/WA/SMS untuk membuat janji temu

(daftar) imunisasi yang akan datang

b) Membuat jadwal janji temu dengan orang tua atau pengantar untuk
mengatur agar kedatangan sasaran imunisasi dapat berjalan dengan

baik (bisa dengan telepon, SMS,WA, dan lain-lain)

c) Memastikan kader, anak dan pengantar dalam kondisi sehat untuk

datang ketempat pelayanan imunisasi, misalnya dengan menanyakan

riwayat demam, alergi, riwayat bepergian ke daerah lain/ riwayat

kontak dengan OTG/ODP/PDP/konfirmasi COVID-19/pasca

COVID-19

d) Mengingatkan orang tua atau pengantar untuk membawa anak ke

puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya yang memberikan

layanan imunsasi, sesuai hari dan jam yang telah ditentukan dengan

membawa buku KIA atau buku catatan imunisasi

e) Membatasi jumlah pengantar hanya 1 orang saja.

2) Hari H Pelayanan Imunisasi di Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan

Lainnya yang Memberikan Layanan Imunisasi

a) Memastikan diri dan petugas kesehatan lainnya dalam keadaan sehat

untuk memberikan pelayanan (tidak demam, batuk, pilek, dan lain-

lain)

b) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan prinsip PPI

sebelum memulai pelayanan:

- Masker bedah/masker medis

- Sarung tangan bila tersedia. Sarung tangan harus diganti untuk

setiap satu sasaran yang diimunisasi. Jangan menggunakan

sarung tangan yang sama untuk lebih dari satu anak.


- Bila sarung tangan tidak tersedia, petugas mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum dan sesudah

imunisasi kepada sasaran, Alat pelindung diri lain apabila

tersedia, seperti pakaian gown/apron/pakaian hazmat kedap air,

dan face shield

c) Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih

d) Memastikan tersedianya fasilitas cuci tangan pakai sabun dan air

mengalir atau hand sanitizer di puskesmas atau fasilitas kesehatan

lainnya

e) Memastikan semua vaksin, logistik dan peralatan/kit anafilaktik

tersedia dan dalam keadaan baik dan bersih sesuai dengan

Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

(misalnya vaksin VVM A atau B, belum kedaluwarsa dan tidak

terendam air)

f) Memastikan tempat duduk antar petugas dan kader serta orang tua

sesuai prinsip menjaga jarak aman 1 – 2 meter;

g) Melakukan skrining COVID-19 dengan menanyakan gejala demam

dan ISPA, riwayat kontak dengan OTG/ODP/ PDP/konfirmasi

COVID-19/pasca COVID-19 dan riwayat perjalanan pada saat

sasaran dan orang tua atau pengantar tiba di posyandu. Apabila

ditemukan gejala/riwayat kontak/riwayat perjalanan maka dianjurkan

untuk memeriksakan dirinya untuk kecurigaan COVID-19 dan

pemberian imunisasi ditunda

h) Pada saat pelayanan imunisasi kepada sasaran:


- Melakukan skrining singkat tentang kondisi kesehatan sasaran

sebelum imunisasi

- Menanyakan reaksi KIPI yang terjadi pada imunisasi

sebelumnya

- Menjelaskan imunisasi yang akan diberikan saat ini (jenis,

jadwal, manfaat, kemungkinan efek simpang yang akan terjadi

dan bagaimana cara untuk mengatasinya)

- Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan hand

sanitizer sebelum dan setelah mlakukan imunisasi pada setiap

sasaran imunisasi

- Memberikan imunisasi sesuai jadwal dengan prinsip

penyuntikan yang aman

- Apabila ada imunisasi yang terlewat sebelumnya, maka berikan

imunisasi lebih dari satu jenis antigen (suntikan ganda) bersama-

sama di tempat penyuntikan yang berbeda (misalnya paha kanan

dan paha kiri)

- Mencatat hasil pelayanan imunisasi pada buku KIA atau buku

catatan imunisasi

- Mengingatkan orang tua tentang jadwal imunisasi berikutnya

i) Membersihkan ruang/tempat pelayanan imunisasi sesudah selesai


pelayanan dengan cairan disinfektan.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Subjektif
1. Identitas
Nama : An. A Nama Ibu : Ny. N
Umur : 1 Bulan Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

2. Alasan dating
Ibu menyatakan ingin mengimunisasika bayinya yang berusia 1 bulan
3. Riwayat Keluhan Utama
Ibu menyatakan bayinya dalam keadaan sehat
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu menyatakan bayinya tidak sedang menderita menderita penyakit
penyakit tertentu dan ingin mengimunisasikan bayinya
5. Riwayat Kelahiran
Hari/Tanggal Lahir : 10 September 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB Lahir : 3300 gram
PB Lahir : 48 cm
LK Lahir : 33 cm
LD Lahir : 34 cm
LILA Lahir : 10 cm
Apgar Score :
Skor
Aspek Pengamatan Bayi Baru
Menit Ke- Menit Ke- Menit Ke-
Lahir
1 5 10

Appeareance (warna kulit) 2 2 2


Pulse (nadi) 2 2 2

Grimace (respon reflek) 2 2 2

Activity (tonus otot) 2 2 2

Respiratory (pernapasan) 2 2 2

Jumlah 10 10 10

6. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 4 hari pada 14 September 2022
BCG : 1 bulan pada 08 Oktober 2022
Polio : 1 bulan
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Pola Nutrisi : Anak diberi Asi Ekslusif
Pola Eliminasi : BAB 1-2x/hr, BAK 3-4x/hr
Pola Aktifitas : Anak aktif bergerak
Pola Istirahat : Tidur siang 8 jam/hr, dan tidur malam6-7 jam/hr
Pola Hygiene : Mandi 2x/hr, ganti baju setiap kali mandi, dan ganti popok
setiap BAB/BAK

Objektif
8. Pemeriksaan Umum
9. Keadaan umum: baik
10. Antopometri
BB : 3500gram
PB : 50cm
LK : 34cm
LD : 35cm
LILA : 11cm
11. TTV
12. Suhu : 36,7°C
13. RR : 40x/menit
14. HR : 120x/menit
15. Kemampuan Motorik Kasar
Anak belajar mengankat kepala, mengepalkan tangan dan menggerakkan
tangan dan kakinya ke atas saat dibaringkan
16. Kemampu Motorik Halus
Anak belajar menggenggam benda-benda ringan
17. Kemampuan Bahasa dan Penggunaan
Setiap tangisan bayi mengandung arti, anak menggunakan tangisan untuk
berkomunikasi

Analisa
Bayi Ny.N, usia1 bulan, dengan kebutuhan imunisasi BCG

Penatalaksanaan
1. Memberi tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya
sehat
2. Memberi tahu ibu bahwa bayinya akan diberikan imunisasi BCG
3. Menyiapkan alat
4. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir
5. Mengatur posisi bayi
6. Memposisikan bayi dengan bayi digendong atau ditidurkan di atas bad
minta pada keluarga untuk membantu memegangi bayinya
7. Melakukan imunisasi BCG
8. Beritahu ibu manfaat imunisasi BCG yang telah diberikan yaitu memberi
perlindungan anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC), akan timbul
sakit atau luka seperti pembengkakan kecil, merah pada kulit di tempat
penyuntikan yang kemudian akan menjadi luka kecil, dan akan sembuh
dengan sendirinya dan meninggalkan jaringan perut (bekas luka) tanpa
pengobatan khusus
9. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kesehatan bayinya dan tetap
memberikan Asi Ekslusif
10. Menganjurkan ibu untuk menghubungi bidan jika ada keluhan dan
menghubungi pula untuk imunisasi berikutnya

PENGKAJIAN II MELELUI MEDICHINE


Hari/Tanggal: 18 Oktober 2022 Jam: 08.30 WIB
- Ibu menyatakan muncul pembengkakan kecil
S - Merah di lengan atas bayi di tempat penyuntikan imunisasi BCG
seminggu yang lalu
- Keadaan umum : baik
O - S: 36,5˚C
- Terdapat pembengkakan kecil, merah pada lokasi penyuntikan
A An.D, usia 1 bulan dengan imunisasi BCG keadaan umum baik
- Memberi tahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan
bayinya sehat
- Pembekakan pada tempat penyuntikan itu merupakan efek
P samping yang umum timbul setelah bayi diberi imunisasi BCG.
- Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kesehatan bayinya dan tetap
memberikan Asi Ekslusif
- Menganjurkan ibu unruk menghubungi bidan bila ada keluhan

PENGKAJIAN III MELELUI MEDICHINE


Hari/Tanggal: 22 Oktober 2022 Jam: 08.30 WIB
- Ibu menyatakan bayinya dalam keadaan sehat
S - Pembekakan, kemerahan, benjolan, luka kecil pada tempat penyuntikan
sudah menghilang
- Keadaan umum : baik
O
- S: 36,5˚C
A By.Ny. N, usia 1 bulan dengan imunisasi BCG keadaan umum baik
- Memberi tahu ibu untuk mengimunisasikan lagi anaknya sesuai jadwal
P imunisasi dan yaitu 1 bulan jarak antara imunisasi BCG dan imunisasi
berikutnya
BAB IV
PEMBAHASAN

Bayi Ny. N merupakan bayi yang berumur 1 bulan dengan imunisasi BCG.

Ini sesuai dengan teori, Pemberian vaksin BCG berdasarkan jadwal imunisasi

IDAI dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan

pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

(IDAI,2017)

Menurut KEMENKES tahun 2020 Dalam masa pandemi COVID-19 ini,

imunisasi tetap harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk melindungi anak

dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Dalam hal ini terjadi

kesenjangan dimana pasien tidak datang pada waktu yang telah di tentukan

diakibatkan kurangnya komunikasi.

Pelayanan imunisasi dilakukan secara bergantian dan menetapkan jam

yang berbeda pada setiap orang. Hal ini telahsesuai dengan teori yang

menyatakan Pelayanan imunisasi dilaksanakan sesuai prinsip Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

(KEMENKES,2020)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setelah dilakukan pengkajian pada Bayi Ny.N umur 1 bulan dengan

imunisasi BCG dapat disimpulkan bahwa penyebab dari tidak datangnya

Ny.N ke posyandu pada waktu yang telah ditetapkan adalah karena faktor

Kecemasan ibu membawa bayinya ke posyandu.

2. Setelah dilakukan nya penjelasan tentang prosedur di tempat imunisasi

melalui telemedichine, Ny.N pun segera membawa bayinya untuk

imunisasi

3. Telah dikakukan Imunisasi pada bayi Ny. N

A. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan tetap bekerja sesuai SOP dan

memprioritaskan keselamatan kerja di masa new normal.

2. Bagi Pasien

Lebih giat lagi mencari informasi tentang kesehatan dan senantiasa

menjalin komunikasi dengan tenaga kesehatan via telemedichine

3. Bagi Mahasiswa Profesi

Meningkatkan pengetahuan tentang Ilmu kebidanan dan SOP terbaru


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta : Penerbit Buku


Kompas.

IDAI, S. I. (2017). Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI.

Kemenkes RI. (2015). Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Infodatin.


https://doi.org/24442-7659.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Buku Ajar Imunisasi.


Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03
Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan


Imunisasi pada Masa Pandemi COVID-19. Jakarta : Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

NSW Health. (2007). Hepatitis B. NSW Goverment www.health.nsw.gov.au.

Satari, H. I. (2018). Eradikasi Polio, 18(3), 245–250.

Sumarni, Rosmini, & Sri, S. (2008). Pertusis ( Batuk Rejan ). Pertussis -


Indonesia, 1–3.

Anda mungkin juga menyukai