Anda di halaman 1dari 70

HALAMAN JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN


KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI TERING TAHUN 2024

OLEH :
UMI FITRIYANI
NIM : PO71241230632

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN
2024

i
ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN


KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI TERING TAHUN 2024

Proposal Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk menyelesaikan
PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

OLEH :
UMI FITRIYANI
NIM : PO71241230632

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN
2024
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN


KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI TERING TAHUN 2024

OLEH :

UMI FITRIYANI
NIM : PO71241230632

Proposal Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan


dihadapan Tim Penguji Skripsi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Jambi, 2024
TANDA TANGAN

Pembimbing I : Dewi Nopiska Lilis, S.SiT, Bdn, M.Keb …..………………

Pembimbing II : Ajeng Galuh. W, SST, Bdn., MPH …………………

Mengetahui :
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi,

Enny Susilawaty, M.Keb


NIP. 19800603 200212 2 001

ii
iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Faktor - Faktor

Yang Mempengaruhi Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan Jurusan

Kebidanan Program Studi D4 Alih Jenjang, dalam skripsi ini penulis banyak mengalami

hambatan namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang pertama

kepada kedua orang tua dan suami saya yang telah banyak memberikan bantuan dan

motivasinya sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Kedua penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada :

1. Bapak Rusmimpong, S.Pd., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Jambi.

2. Ibu Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Jambi.

3. Ibu Enny Susilawati, M.Keb selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Jambi.

4. Ibu Dewi Nopiska Lilis, M.Keb selaku pembimbing utama yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan dorongan bagi penulis dalam

menyusun proposal skripsi ini.

iii
iv

5. Ibu Ajeng Galuh, W, SST, Bdn.,MPH selaku pembimbing pendamping yang banyak

memberikan masukan dan saran untuk proposal skripsi ini.

iv
v

6. Seluruh dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis Orang tua dan adik serta

keluarga yang penulis sayangi, terima kasih atas doa, dorongan dan semangat serta

kepercayaan yang telah diberikan selama ini.

7. Teman-teman seperjuangan dalam suka maupun duka atas semua dukungan dan

kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan penulis berharap

agar tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kesehatan pada

khususnya.

Jambi, Januari 2024

Penulis

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Masalah Penelitian..........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................9
A. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care ).............................................................................9
B. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal...........................................................................11
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.........................................................................13
D. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care.............................................................16
E. Kunjungan Antenatal Care (ANC)...............................................................................19
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada
Ibu Hamil.......................................................................................................................23
G. Hasil Penelitian Terdahulu............................................................................................38
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS........41
A. Kerangka Konsep..........................................................................................................41
B. Definisi Operasional.....................................................................................................42
C. Hipotesis........................................................................................................................43
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................................45
A. Rancangan Penelitian....................................................................................................45
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................................45
C. Populasi dan Sampel.....................................................................................................45
D. Pengumpulan Data........................................................................................................46
E. Pengolahan Data...........................................................................................................46
F. Analisis Data.................................................................................................................47

vi
vii

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................48
LAMPIRAN

vii
viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Penelitian Terdahulu Tentang Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


2.1 38
Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC)

3.1 Definisi Operasional 42

viii
ix

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi 37

ketepatan kunjungan Antenatal Care (ANC)

3.1 Kerangka konsep penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi 41

ketepatan kunjungan Antenatal Care (ANC)

ix
x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Lembar kuesioner penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan Antenatal

Care di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering

2. Lembar observasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan Antenatal

Care di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membayangkan sebuah dunia di

mana setiap wanita hamil dan bayi baru lahir menerima perawatan berkualitas

selama kehamilan, persalinan dan periode postnatal. Dalam kontinum perawatan

kesehatan reproduksi, perawatan antenatal (ANC) menyediakan platform untuk

fungsi perawatan kesehatan yang penting, termasuk promosi kesehatan, skrining

dan diagnosis, dan pencegahan penyakit. Telah ditetapkan bahwa dengan

menerapkan praktik berbasis bukti yang tepat waktu dan tepat ANC dapat

menyelamatkan nyawa. (WHO, 2016)

Deteksi dan pengobatan tepat waktu penyakit terkait kehamilan atau yang

sudah ada sebelumnya, pendidikan kesehatan, dan promosi kesehatan yang

memadai dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Dengan demikian, faktor-

faktor ini sangat penting dalam trimester pertama kehamilan. Namun, sangat

sedikit wanita di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang

memulai ANC pertama mereka pada trimester kehamilan yang

direkomendasikan. (Tessema, 2022)

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 menyebutkan

bahwa kondisi umum dan permasalahan kesehatan ibu dan anak di Indonesia

antara lain: Angka Kematian Ibu (AKI) 305 per 100.000 kelahiran hidup

(SUPAS, 2015) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) 15 per 1000 kelahiran

hidup (SDKI, 2017). Penurunan AKI dan AKN sudah terjadi namun angka

penurunannya masih di bawah target RPJMN. Target RPJMN 2024 yaitu AKI

1
2

183 per 100.000 kelahiran hidup dan AKN 10 per 1000 kelahiran hidup.

(Kemenkes, 2021)

Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan karena terlambatnya

keluarga untuk mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambatnya

petugas kesehatan yang menolong persalinan dalam mengambil rujukan, dan

terlambatnya ibu hamil berkontak dengan petugas kesehatan, dan kunjungan

ANC yang tidak lengkap sehingga faktor risiko maupun komplikasi tidak dapat

dideteksi secara dini seperti terjadinya anemia, BBLR, KEK, macrosomia,

Gemelli, perdarahan, dan lain sebagainya. (Emilia, 2020)

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah

melakukan pemeriksaan ANC secara lengkap. (Kemenkes RI, 2019; Nurdin et

al., 2020). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan untuk menilai

keadaan kesehatan ibu dan janinnya, dan menentukan kualitas interaksi antara

pelaksana pelayanan dengan ibu hamil dikemudian hari dengan tujuan menjaga

agar ibu sehat selama kehamilan; persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi

yang dilahirkan sehat; proses kehamilan dan persalinan yang aman dan

memuaskan; memantau kemungkinan adanya risiko kehamilan; merencanakan

penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi; dan

menurunkan mobilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal (Muayah, 2021)

Petugas kesehatan mampu melaksanakan ANC yang berkualitas

apabila ibu hamil melakukan kunjungan ANC dengan teratur sehingga

dapat berkontribusi dalam upaya penurunan kematian maternal dan

neonatal.(Muayah, 2021) . Hal tersebut sesuai dengan salah satu

program Sustainable Development Goal (SDG’s) pada tahun 2030

adalah upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target


3

mencapai 95% atau 70 kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH)

(Kemenkes RI, 2018).

Pada tahun 2016 WHO mengeluarkan rekomendasi pelayanan antenatal

yang bertujuan untuk memberikan pengalaman hamil dan melahirkan yang

positif (positive pregnancy experience) bagi para ibu serta menurunkan angka

mortalitas dan morbiditas ibu dan anak yang disebut sebagai 2016 WHO ANC

Model. Inti dari 2016 WHO ANC Model ini adalah pemberian layanan klinis,

pemberian informasi yang relevan dan tepat waktu serta memberi dukungan

emosional. Semua ini diberikan oleh petugas kesehatan yang kompeten secara

klinis dan memiliki keterampilan in terpersonal yang baik kepada ibu hamil

selama proses kehamilan.

Salah satu rekomendasi dari WHO adalah pada ibu hamil normal ANC

minimal dilakukan 8x, setelah dilakukan adaptasi dengan profesi dan program

terkait, disepakati di Indonesia, ANC dilakukan minimal 6 kali dengan minimal

kontak dengan dokter 2 kali untuk skrining faktor risiko/komplikasi kehamilan

di trimester 1 dan skrining faktor risiko persalinan 1x di trimester 3. Apabila saat

kunjungan antenatal dengan dokter tidak ditemukan faktor risiko maupun

komplikasi, kunjungan antenatal selanjutnya dapat dilakukan ke tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi klinis/kebidanan selain dokter.

Kunjungan antenatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter adalah

kunjungan ke-2 di trimester 1, kunjungan ke-3 di trimester 2 dan kunjungan ke-4

dan 6 di trimester 3. Tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan antenatal,

konseling dan memberikan dukungan sosial pada saat kontak dengan ibu hamil.

(Kemenkes RI, 2020).


4

Hasil penelitian yang dilakukan Najdwah Emilia (2020) mengenai

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Terhadap Ketepatan

Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas didapatkan hasil adanya hubungan

antara tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan suami ibu terhadap ketepatan

dalam melakukan kunjungan Antenatal Care .

Penelitian yang dilakukan Fina Kusuma Wardani dkk. (2022) yang

bertujuan untuk menganalisis faktor Ketepatan Kunjungan Ante Natal Care Pada

Ibu Hamil di Desa Seumanah Jaya Kecamatan Ranto Peureulak Aceh Timur

disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu, Sikap dan status pekerjaan

dengan ketepatan kunjungan Antenatal Care .

Berdasarkan Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun

2021, cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Indonesia pada tahun 2021

mencapai 90,28% dari target 89% yang ditetapkan. Secara nasional target

pelayanan kunjungan Antenatal sudah melebihi target pelayanan kunjungan

Antenatal Care 8,13% dari target pencapaian 85% . Cakupan pelayanan

kesehatan ibu hamil di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2022

mengalami penurunan untuk pelayanan K1 maupun K4 jika dibandingkan

dengan cakupan di tahun 2021. Secara umum cakupan pelayanan K1 selama 5

tahun terakhir di atas 90% dan pelayanan K4 di atas 84%.

Sebanding dengan data capaian K1 Dinas Kabupaten Tanjung Jabung

Timur, Capaian K1 Puskesmas Sungai Tering juga mengalami penurunan di

Tahun 2023. Capaian K1 tahun 2022 untuk Puskesmas Sungai Tering sebesar

98% dan sudah melebihi dari capaian kabupaten dan K4 sebesar 78,4% sedikit

lebih rendah dari capaian kabupaten ( Dinkes Tanjabtim, 2022). Sedangkan

untuk tahun 2023 capaian K1 Puskesmas Sungai Tering mengalami penurunan


5

menjadi 80,4%. Adanya penurunan capaian K1 menunjukkan bahwa jangkauan

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat

masih perlu ditingkatkan.

Salah satu dampak dari menurunnya capaian K1 yaitu menurunnya

kualitas kunjungan Antenatal Care sesuai standar di wilayah kerja puskesmas

Sungai tering. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka kematian ibu di

wilayah kerja puskesmas Sungai tering, di mana pada tahun 2022 Angka

Kematian Ibu (AKI) nihil sedangkan di tahun 2023 terdapat 1 kematian ibu.

Hasil survei data awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Sungai

Tering diperoleh informasi. Jumlah sasaran ibu hamil 102 orang, K1 sebanyak

82 orang dengan K1 murni 47 orang dan K1 Akses 35 orang. Berdasarkan data

di atas angka K1 akses masih cukup tinggi yaitu 42,7% dari total ibu hamil. Hal

ini menunjukkan bahwa masih ada ibu hamil yang tidak tepat waktu dalam

memeriksakan kehamilannya.

Berdasarkan hal di atas maka penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang

“ Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Kunjungan Antenatal Care

(ANC) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun

2024”.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan penelitiannya adalah

belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan kunjungan

Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Tering Tahun 2024.


6

C. Tujuan

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan kunjungan

Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Tering Tahun 2024.

B. Tujuan Khusus

a. diketahuinya gambaran capaian ketepatan kunjungan ANC di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

b. diketahuinya gambaran umur ibu hamil yang melakukan ANC di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

c. diketahuinya gambaran tingkat pendidikan ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

d. diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

e. diketahuinya gambaran sikap ibu hamil yang melakukan ANC di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

f. diketahuinya gambaran jumlah paritas ibu hamil yang melakukan ANC

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

g. diketahuinya gambaran dukungan suami ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

h. diketahuinya pengaruh umur ibu hamil yang melakukan ANC di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.


7

i. diketahuinya pengaruh tingkat pendidikan ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

j. diketahuinya pengaruh tingkat pengetahuan ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

k. diketahuinya pengaruh sikap ibu hamil yang melakukan ANC di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

l. diketahuinya pengaruh jumlah paritas ibu hamil yang melakukan ANC

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

m. diketahuinya pengaruh dukungan suami ibu hamil yang melakukan

ANC di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat

memberikan informasi dan sebagai masukan dalam rangka memberikan KIE

pada pelayanan Antenatal Care terutama di wilayah Puskesmas Sungai

Tering

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan dokumentasi perpustakaan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menambah ilmu pengetahuan, menjadi rujukan, sumber informasi dan

bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian


8

Desain penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional

dengan metode kuantitatif untuk melihat korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan menggunakan kuesioner berupa cek list atau pengumpulan

data sekaligus pada waktu yang sama (point time approanch) yang bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan kunjungan

Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Tering tahun 2024. Waktu pengumpulan data dimulai dari pengajuan judul

penelitian hingga seminar akhir yaitu bulan Februari sampai dengan April 2024.

Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Provinsi Jambi. Populasi penelitian adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sungai tering sebanyak 40 orang. Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada (total sampling).

Penelitian ini menggunakan teknis analisis data univariabel dengan distribusi

frekuensi dan bivariabel dengan uji chi-square.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care )

1. Pengertian Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetri untuk optimalisasi maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Kemenkes RI,

2020b). Antenatal Care menurut World Health Organization (WHO)

bertujuan untuk mendeteksi terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau

keadaan janin (WHO, 2016b). Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan

yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Asuhan

kehamilan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung

jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai

kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan.

Asuhan antenatal sangat penting dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh

bidan untuk menjamin agar proses fisiologis selama kehamilan dapat berjalan

secara normal karena kehamilan yang sebelumnya fisiologis sewaktu-waktu

dapat berubah menjadi masalah atau komplikasi (WHO, 2016a).

Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti

dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Asuhan

antenatal memiliki enam fungsi yaitu: 1) Penatalaksanaan masalah

9
10

simptomatik maternal, 2) Penatalaksanaan masalah simptomatik janin, 3)

Skrining dan pencegahan masalah janin. 4) Skrining dan pencegahan masalah

maternal, 5) Persiapan pasangan untuk melahirkan, 6) Persiapan pasangan

untuk merawat anak. Dua fungsi yang pertama, sama seperti yang dilakukan

di klinik rawat jalan (terapi gejala), dua fungsi yang kedua berkaitan dengan

berbagai skrining, fungsi yang ketiga merupakan bagian dari penyuluhan

kesehatan (Kemenkes, 2020).

2. Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut Rahmadhanti (2023) tujuan asuhan Antenatal Care

(ANC) adalah :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

pada ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya kelainan atau implikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum

kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI Eksklusif

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.


11

3. Tujuan utama ANC

Tujuan utama ANC menurut Marfuah (2023), menurunkan

kesakitan dan kematian maternal dan perinatal dengan upaya bidan:

a. Memonitor kemajuan kehamilan dalam upaya memastikan kesehatan

ibu dan perkembangan bayi normal.

b. Mengenali penyimpangan dari keadaan normal dan memberikan

pelaksanaan dan pengobatan yang diperlukan.

c. Mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik emosional dan

psikologis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan

komplikasi.

Pemeriksaan kehamilan yang teratur, diharapkan proses

persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat. Dan yang tak

kalah penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat begitu

pula dengan ibunya.

B. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan asuhan standar dalam melakukan pemeriksaan antenatal,

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

(10T) terdiri dari (Kemenkes RI, 2020) :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan kurang dari 9 kg selama kehamilan atau 1 kg penambahan setiap

bulannya, menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi


12

badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor

risiko pada ibu hamil.

b. Pengukuran tekanan darah

Dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya

hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg)

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I

untuk skrining ibu hamil berisiko KEK.

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan usia kehamilan.

e. Penentuan status imunisasi tetanus

Pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi. Untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorium. Pemberian imunisasi TT pada

kontak pertama dengan ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu

saat ini.

f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat

tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet

selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Cara pemberian

tablet FE 1x1 hari dan diminum pada malam hari sesudah makan dengan air

putih untuk membantu proses penyerapan.

g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


13

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui letak janin.

h. Pelayanan tes laboratorium sederhana

Laboratorium minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan

protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya).

i. Tatalaksana kasus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil

harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan.

j. Pelaksanaan temu wicara

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal

yang meliputi : Kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran

suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya

pada kehamilan, asupan gizi seimbang, dan sebagainya seputar kesehatan

ibu hamil.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

asuhan yang diberikan oleh bidan. Ada berbagai macam model

pendokumentasian yang digunakan oleh fasilitas kesehatan, seperti tujuh

Langkah manajemen kebidanan menurut varney. Pendokumentasian dengan

metode tujuh langkah varney Manajemen kebidanan menyangkut pemberian


14

pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari bidan kepada kliennya, yang

merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah-

langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data,

memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik

yang dilakukan dengan tepat (Varney et al., 2004). Tujuh langkah

manajemen kebidanan menurut Varney:

a. Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

pengumpulan semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan

klien secara lengkap yaitu : a. Riwayat kesehatan b. Pemeriksaan fisik

sesuai kebutuhannya c. Meninjau catatan terbaru atau catatan

sebelumnya d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya

dengan hasil study (Yulizawati, 2021)

b. Interpretasi data dasar

Menetapkan diagnosis atau masalah berdasarkan penafsiran data

dasar yang telah dikumpulkan. Diagnosis pada dasarnya sangat relevan

dengan daya objektif, sedangkan untuk masalah lebih cenderung

subjektifitas/respons klien terhadap tindakan yang akan dan atau yang

telah dilakukan karena belum tentu setiap individu merasakan masalah

yang sama dalam kondisi/menerima diagnosis yang sama.

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial

berdasarkan diagnosa mengantisipasi penanganannya atau masalah

yang telah ditetapkan (pada langkah kedua). Dengan perkataan Identik


15

dengan komplikasi dan tak dapat dipungkiri bahwa senormal apa pun

setiap diagnosis atau masalah yang telah ditegakkan mempunyai

kecenderungan munculnya diagnosis atau masalah baru (diagnosis

kebidanan yang telah ditegakkan tidak menutupi kemungkinan akan

terjadinya komplikasi) (Yulizawati, 2021).

d. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Langkah keempat bertujuan menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi klien. Pada langkah ini data baru mungkin juga dapat

dikumpulkan dan dievaluasi, kemungkinan dapat ditentukan tindakan

yang akan dilaksanakan berikutnya, antara lain: a. Tindakan oleh bidan,

b. Konsultasi, c. Kolaborasi, d. Rujukan jika bidan tidak mampu

mengatasi masalah yang timbul pada klien, bidan dapat merujuk klien

ke instansi yang lebih mampu.

e. Perencanaan tindakan yang dilakukan

Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap

masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi.

Sebelum melaksanakan setiap asuhan yang telah direncanakan terlebih

dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena klien

berhak untuk memutuskan apakah mau menerapkan rencana asuhan ini

atau tidak. Selanjutnya segala sesuatu yang telah diputuskan

dikembangkan dalam rencana asuhan yang komprehensif.


16

f. Melaksanakan pelaksanaan

Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan

komprehensif. Dalam pelaksanaan tindakan dapat seluruhnya dilakukan

oleh bidan yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya

yang dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.

g. Langkah ketujuh (evaluasi)

Langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Varney

et al., 2004).

D. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care

Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu

(Rahmadhanti, 2023) meliputi: Keluarga Berencana, Antenatal Care , Persalinan

Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri. Pendekatan pelayanan obstetri dan

neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making

Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu:

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.


17

c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

komplikasi keguguran.

Kebijakan program Antenatal menetapkan frekuensi kunjungan

Antenatal minimal 6 (enam) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai

berikut (Kemenkes RI, 2020) :

a. Minimal dua kali trimester pertama (K1) hingga usia 12 minggu dan

dilakukan satu kali dengan dokter. tujuannya:

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.

2) Mencegah masalah, misalnya : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya.

3) Membangun hubungan saling percaya.

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olah raga, istirahat, seks,

dan sebagainya).

b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), >12 minggu-24 minggu

tujuannya:

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan

jiwa.

2) Mencegah masalah, misalnya : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya.

3) Membangun hubungan saling percaya.

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi.


18

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olah raga, istirahat, seks,

dan sebagainya).

6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala pre-

eklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria), gemeli, infeksi alat

reproduksi dan saluran perkemihan.

7) Mengulang perencanaan persalinan.

c. Minimal tiga kali pada trimester ketiga > 24 minggu – sampai dengan

kelahiran dan satu kali dengan dokter, tujuannya:

1) Sama seperti kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapkan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan.

Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan

harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup enam

kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini

diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan

antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3,K4,K5 dan K6.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil

akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya

memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan

adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat

mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh

melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang


19

telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan dapat dilakukan uji hormonal

kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.

E. Kunjungan Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal

(ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi

ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis

kehamilan, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Kunjungan

Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan

atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta

kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu

dan petugas kesehatan (Marfuah, 2023).

Kunjungan antenatal adalah kunjungan ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya yang terdiri dari dua kunjungan yaitu

kunjungan pertama dan kunjungan ulang. Untuk menghindari risiko

komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil

melakukan kunjungan antenatal yang berkualitas minimal 6 kali, termasuk 2

kali kunjungan dengan dokter dan USG serta 1 kali kunjungan bersama

dengan suami/keluarga (Kemenkes, 2020).


20

Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal

dari faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan

memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau

memeriksakan kehamilannya, untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang

mungkin terjadi pada kehamilan tersebut akan cepat diketahui, dan segera

dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut

dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) (Rahmadhanti,

2023).

2. Asuhan Kehamilan Antenatal Kunjungan Awal (K1)

a. Pengertian Kunjungan Awal

Kunjungan awal kehamilan adalah kunjungan yang dilakukan

oleh ibu hamil ke tempat bidan pada trimester pertama yaitu pada

minggu pertama kehamilan hingga sebelum minggu ke-14 (Susanti &

Ulpawati, 2022)

b. Tujuan Kunjungan Awal

Menurut Rahmadhanti (2023), tujuan asuhan kehamilan pada

kunjungan awal meliputi:

1) Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu

bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya

antara ibu dan bidan.

2) Mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi.


21

3) Menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran

tanggal persalinan.

4) Merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu.

Tujuannya adalah memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi

ibu dan bayi, menegakkan hubungan saling percaya, mendeteksi

komplikasi-komplikasi kehamilan, mempersiapkan kelahiran,

memberikan pendidikan.

c. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Awal

Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil

meliputi tahap pencatatan/ data subjektif yang dikaji dari ibu meliputi:

anamnesis (identitas ibu hamil, kehamilan, riwayat kehamilan dan

persalinan lalu, riwayat penyakit, masalah-masalah yang timbul dalam

kehamilan sekarang, riwayat sosial ekonomi, serta penggunaan cara

kontrasepsi sebelum kehamilan (Marfuah & Kurniati, 2023).

Maksud dari anamnesa adalah mendeteksi komplikasi-

komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan

kehamilan sekarang dan kehamilan terdahulu, kesehatan umum, kondisi

sosio-ekonomi. Pada kunjungan antenatal pertama bidan dapat

menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal

persalinan. Setelah Anda mengetahui umur kehamilan dengan tepat,

Anda dapat memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang

biasa terjadi dan dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan yang

lebih baik.
22

Pada tahap pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik,

laboratorium, dan pemeriksaan obstetri. Tahap pemberian terapi yaitu

pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin seperti

tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan

khusus atas indikasi dan penyuluhan/konseling. Selama kunjungan

antenatal pertama kita mulai mengumpulkan informasi mengenai ibu

untuk membantu kita dalam membangun hubungan kepercayaan

dengan ibu, mendeteksi komplikasi dan merencanakan asuhan khusus

yang dibutuhkan. Dalam kunjungan-kunjungan berikutnya kita

mengumpulkan informasi mengenai kehamilan untuk mendeteksi

komplikasi dan melanjutkan memberikan asuhan individu yang khusus.

3. Asuhan Kehamilan Antenatal Kunjungan Ulang

a. Pengertian Kunjungan Ulang

Yang dimaksud dengan kunjungan ulang adalah kontak ibu

hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal

selama 1 periode kehamilan berlangsung(Kemenkes RI, 2020a).

Kunjungan ulang merupakan kesempatan untuk melanjutkan

pengumpulan data yang diperlukan untuk mengelola masa kehamilan

dan merencanakan kelahiran serta asuhan bayi baru lahir (Varney et al.,

2004). Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah

kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.

b. Tujuan Kunjungan Ulang


23

Tujuan kunjungan ulang yaitu: untuk mendeteksi adanya faktor

risiko pada persalinan dan perencanaan persalinan. Pemeriksaan yang

dilakukan oleh dokter tetap mengikuti pola anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindak lanjut (Kemenkes RI, 2020a).

c. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi,

mempersiapkan kelahiran, mendeteksi kegawatdaruratan, atau tanda

bahaya melalui pemeriksaan fisik yang terarah atau laboratorium serta

penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan yaitu anamnesa

tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetri, pengkajian data

fokus (riwayat, deteksi komplikasi, keidaknyamanan, pemeriksaan

fisik, laboratorium), imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin

khusus dan penyuluhan (Kemenkes RI, 2020a). Informasi yang

diperoleh dari pemeriksaan antenatal akan memungkinkan bidan dan

ibu hamil menetapkan pola asuhan antenatal yang tepat.

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Kunjungan Antenatal Care

(ANC) Pada Ibu Hamil

Menurut Lawrence Green (Pakpahan & Siregar, 2021) Kunjungan ANC

oleh ibu hamil merupakan perilaku ibu hamil dalam meningkatkan status

kesehatannya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku. Pembagian faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan berdasarkan teori Lawrence Green (1980), yaitu berasal dari faktor

perilaku (behavior cause) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes).


24

Konsep perilaku seseorang seperti yang dikemukakan oleh Green

meliputi faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling

factor), dan faktor penguat (reinforcing factor).

Faktor predisposisi (predisposing factor) adalah faktor yang

mempermudah terjadinya perubahan perilaku seseorang. Faktor ini mencakup 3

kelompok karakteristik predisposisi yaitu: 1. Ciri-ciri demografi meliputi: umur,

jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga. 2.Struktur sosial

meliputi jenis pekerjaan, pendidikan, ras, agama, dan kesukuan. 3. Kepercayaan

kesehatan meliputi keyakinan, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya.

Faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor yang memfasilitasi

perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana berupa

kelengkapan alat-alat kesehatan dan prasarana berupa penghasilan keluarga,

jarak tempat tinggal, media informasi, kebijakan pemerintah atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat seperti, rumah sakit, poliklinik, posyandu, dokter

atau bidan praktik swasta.

Sedangkan, faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor yang

mendorong atau memperkuat terwujudnya dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat. Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku petugas

kesehatan, tokoh agama tokoh masyarakat dan para petugas kesehatan,

dukungan suami dan dukungan keluarga.

Menurut Muayah (2021) Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu

Hamil Tidak Melakukan Kunjungan 6x Sesuai Standar Di Praktik Mandiri Bidan

SM Ciledug Periode April-Juli Tahun 2021 adalah faktor umur, pengetahuan,


25

sikap, pendidikan, dan pekerjaan. Penelitian Indarti (2022) Ada hubungan

pengetahuan dukungan suami, sosial ekonomi jarak tempat tinggal terhadap

perilaku ibu hamil dengan kunjungan ANC.

1. Umur

Menurut KBBI (Diknas, 2008) Umur adalah lama waktu hidup atau

sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan sesuatu kesehatan ibu, ibu

dikatakan berisiko tinggi apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan di

atas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan seseorang akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum

cukup tinggi kedewasaannya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi

maka pola berpikir akan lebih dewasa. Dan lebih di jelaskan bahwa Ibu

yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan

matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan dan

memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi dalam memeriksakan

kehamilannya (Susanti, 2022).

Menurut (Kemenkes RI, 2020) bahwa kematian maternal yang terjadi

pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5

kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 21-35

tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia di atas 35 tahun.

Kehamilan di usia muda atau remaja (di bawah usia 20 tahun) akan

mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini

dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai

anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil sedangkan usia tua
26

(di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan

persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

Menurut Ayu (2017), umur sangat menentukan status kesehatan ibu,

ibu dikatakan berisiko tinggi apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan

di atas 35 tahun. Umur di bawah 20 tahun dikhawatirkan mempunyai risiko

komplikasi yang erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi wanita, di atas

35 tahun mempunyai risiko tinggi karena adanya kemunduran fungsi alat

reproduksi, dan kasus kematian maternal lebih tinggi pada ibu yang hamil

dengan usia berisiko.

Sedangkan menurut Lawrence Green (Pakpahan, 2021) Usia

seseorang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang

melakukan perubahan perilaku kesehatan. Usia mempengaruhi daya tangkap

dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin membaik, hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muayah (2021) cakupan

yang memiliki umur 20-35 tahun (tidak risiko tinggi) sebagian besar

melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar (> 4 kali),

dibandingkan dengan yang berumur <20 atau >35 tahun (risiko tinggi).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

sangat diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan

teknologi. Tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang untuk


27

berperilaku (Pakpahan, 2021). Sehingga latar belakang pendidikan

merupakan faktor yang sangat mendasar untuk memotivasi seseorang

terhadap perilaku kesehatan dan referensi belajar seseorang. Tingkat

pendidikan ibu sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC. Semakin

paham ibu mengenai pentingnya ANC, maka ibu tersebut akan semakin tinggi

kesadarannya untuk melakukan kunjungan ANC. Status pendidikan

menunjukkan hubungan signifikan dengan responden yang memiliki

pendidikan sekolah menengah dan atas menghadiri klinik ANC lebih

dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan sekolah dasar dan

bawah.

Pendidikan ibu tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam

hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih

rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah

menerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan

tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga

keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas

perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan perawatan

kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya.

Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang.

Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

semakin baik juga pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan

tingkat pendidikan rendah ketika tidak mendapatkan cukup informasi

mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara


28

melakukan perawatan kehamilan yang baik dan berpengaruh juga terhadap

kunjungan kehamilannya (Fransiska, 2022).

Ruang lingkup pendidikan menurut (Munirah, 2016) terdiri dari

pendidikan formal, informal, dan non formal.

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di

rumah dalam lingkungan keluarga, mempunyai bentuk atau organisasi

tertentu seperti terdapat di sekolah atau di universitas.

2. Pendidikan informal

Pendidikan informal berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa

orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidikan, tanpa suatu

program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, dan tanpa

evaluasi yang formal berbentuk ujian.

3. Pendidikan non formal

Pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus yang

diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi muda dan orang

dewasa. Tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan

mengikuti pendidikan sekolah, memiliki pengetahuan praktis dan

keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang

produktif.

Menurut Mendikbud (2016) Pendidikan di Indonesia mengenal dua

jenjang pendidikan, yaitu pendidikan rendah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan Rendah meliputi tingkat SD/MI/Paket A, tingkat

SLTP/MTS/Paket B. Pendidikan tinggi yang mencakup tingkat SMU/SMK


29

dan program pendidikan diploma, sarjana, magister, dokter, dan spesialis

yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

3. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, yaitu

kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok

wanita selama masa reproduksi (Nurhidayati, 2019). Paritas adalah kelahiran

bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas dicapai pada usia kehamilan 20

minggu atau berat janin 500 gram (Varney et al., 2004).

Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grande

multipara (Leiwakabessy, 2020). Paritas adalah status seorang wanita

sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru

pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi

dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang

sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa

ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan

kehamilannya (Susanti, 2022).

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dialami oleh seorang wanita.

Menurut Varney (2004) paritas dapat dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu:

1. Primira, yaitu wanita yang telah melahirkan satu orang anak.

2. Multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak dua kali

atau lebih.

3. Grande multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak lima

kali atau lebih.


30

Pengalaman kehamilan sebelumnya berpengaruh terhadap motivasi

ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Kondisi ibu yang baru

pertama kali hamil merupakan hal baru yang mampu meningkatkan

motivasi dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Ibu

hamil primipara lebih membutuhkan informasi mengenai kehamilannya

karena belum memiliki pengalaman sebelumnya. Ibu hamil primipara lebih

merasa khawatir dibandingkan dengan multipara sehingga berpengaruh

dalam memanfaatkan ANC. Ibu hamil multipara merasa memiliki

pengetahuan dan pengalaman lebih banyak dari pada primipara padahal

setiap kehamilan itu berbeda sehingga keadaan dan kondisi juga akan

berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).

4. Dukungan Suami

Dukungan Suami Dukungan ialah sesuatu yang dapat memicu,

mendukung tindakan seseorang dalam berperilaku yang mengarahkan pada

usaha untuk 24 kebutuhan tertentu (Nur et al., 2019). Suami merupakan

anggota keluarga yang terdekat dengan istri. Saat pemeriksaan kehamilan,

kehadiran suami dapat memberikan dorongan serta pengingat untuk ibu

hamil dalam melaksanakan kunjungan pemeriksaan. Peran dari suami

membantu dalam memutuskan pemeriksaan kehamilan (Inaya &

Fitriahadi, 2019). Pelaksanaan kunjungan Antenatal Care dapat sesuai

ketika dukungan suami baik, namun jika dukungan suami kurang pada istri

maka akan menimbulkan kunjungan tidak sesuai dengan standar yang

berlaku (Safitri & Lubis, 2020a).


31

Ibu hamil yang kurang dukungan informasi tentang perawatan

selama kehamilan dan pemeriksaan disebabkan oleh suami tidak paham

akan hal tersebut. Ibu hamil yang minim dukungan informasi oleh suami

merasakan kurang perhatian selama kehamilan sehingga berakibat kepada

tidak dilakukan pelaksanaan Antenatal Care sesuai standar. Selain hal

tersebut, penting adanya dukungan penilaian suami seperti melakukan

pujian kepada ibu hamil ketika rutin dalam pemeriksaan kehamilan (Safitri

& Lubis, 2020b).

Pengukuran dukungan suami dilakukan dengan skala Guttman yaitu

dengan cara membuat daftar pernyataan tentang isi materi yang akan

diukur dari subjek penelitian atau responden, yaitu:

Skor 1 = Ya

Skor 2 = Tidak

a. Mendukung = Skor jawaban > 75%

b. Tidak mendukung = Skor jawaban < 75%

5. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi setelah

seseorang memersepsikan suatu objek tertentu. Persepsi terjadi melalui

lima Indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

sentuhan. Pengetahuan manusia datang terutama melalui mata dan

telinga. Pengetahuan adalah elemen yang memudahkan orang dan

masyarakat untuk melakukan apa yang mereka lakukan (Rahmawati et

al., 2021).
32

Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif menurut Bloom

dalam Notoatmodjo dalam Rahmawati (2021) terdapat enam tingkatan,

yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahu

artinya mampu mengingat tentang apa yang telah dipelajarinya,

memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

obyek yang diketahuinya. Aplikasi artinya kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajarinya ke kondisi sebenarnya,

analisis artinya kemampuan untuk menjabarkan suatu obyek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih

ada kaitan satu sama lainnya, sintesis menunjuk pada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam satu

bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi yaitu kemampuan melakukan

penilaian terhadap suatu obyek.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, di

mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, bukan berarti seorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan

tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif

dan aspek negatif.

b. Tingkat Pengetahuan
33

Enam tingkat pengetahuan menurut (Mahendra et al., 2019), yaitu:

a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan

yang diterima.

b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

c. kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

luas.

d. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

yang nyata.

e. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

f. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan

untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

g. Evaluasi (evaluation) 11 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada
34

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan -

tingkatan diatas (Notoatmodjo dalam Rahmawati (2021) :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor >75 – 100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60 – 75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <60%

Hasil penelitian (Nur Fatimah et al., 2022) pengetahuan dan

pendidikan mempunyai hubungan dengan kunjungan ante natal care di

wilayah kerja puskesmas Galang tahun 2021. Hasil penelitian bahwa ibu

yang mencapai K4 hampir seluruhnya (94,4%) pengetahuan baik

dibandingkan dengan ibu yang pengetahuan kurang baik. Sedangkan ibu

yang tidak tercapai K4 seluruhnya (100,0%) pengetahuan kurang

dibandingkan dengan ibu yang pengetahuan baik, maka dapat

disimpulkan ada hubungan pengetahuan ibu dengan pencapaian K4.

6. Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, sehingga perbuatan

yang akan dilakukan manusia tergantung pada permasalahan dan


35

berdasarkan keyakinan atau kepercayaan masing-masing individu

(Rahmawati et al., 2021).

Menurut (Mahendra et al., 2019), sikap adalah suatu proses

penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau situasi

yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara

yang tertentu yang dipilihnya. Dari keterangan di atas ternyata sikap

mempunyai karakter, lemah kuatnya karakter sangat mempengaruhi

dari perilaku seseorang. Sikap yang kuat dimiliki oleh seseorang untuk

memeriksakan dirinya (ANC) akan membawa perilaku yang nyata

dalam pelaksanaan ANC.

b. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki

berbagai tingkatan (Pakpahan & Siregar, 2021), yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan

stimulasi yang diberikan (objek).

b. Merespons (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

c. Menghargai (Valuing)
36

Memberikan orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu

masalah atau suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut (Pakpahan, 2021) beberapa faktor yang ikut

berperan dalam membentuk sikap antara lain : Pengalaman pribadi,

Orang lain yang dianggap penting, Kebudayaan, Media massa,

Institusi/lembaga pendidikan dan lembaga agama, Faktor emosional.

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.

c. Pengukuran Sikap Model Likert

Skala likert telah banyak digunakan oleh para peneliti guna

mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau

tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Untuk menskor

skala kategori likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai

kuantitatif seperti berikut ini :

a. Untuk pertanyaan/pernyataan positif (Favorable) dengan skor :

Sangat Setuju : 4, Setuju : 3, Tidak Setuju : 2, dan Sangat Tidak

Setuju : 1.
37

b. Untuk pertanyaan/pernyataan negatif (Unfaforable) dengan skor:

Sangat Setuju : 1, Setuju : 2, Tidak Setuju : 3 dan Sangat Tidak

Setuju : 4

7. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas sebelumnya, maka

kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut: Menurut Lawrence


38

Green, faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi kunjungan Antenatal

(Pakpahan & Siregar, 2021), (Mahendra et al., 2019) adalah :

Perilaku
Kesehatan

Faktor Faktor Enabling Faktor


Predisposisi Reinforcing

 Umur  Sarana  Petugas


 Pendidikan  Prasarana  Tokoh Agama
 Pengetahuan  Dukungan
 Sikap Suami
 Paritas

Ketepatan
Kunjungan ANC

Keterangan :

: Diteliti

: Diteliti

Sumber : (Pakpahan & Siregar, 2021), (Rachmawati, 2019), (Muayah, 2021)


Bagan 2.1. Kerangka Teori

G. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC)
39

Analisis yang
Peneliti Study Design Hasil
didapatkan
(Pratiwi, Penelitian dengan desain Dari hasil analisis data Hasil penelitian
2023) cross sectional ini dari 45 responden menyimpulkan Ada
merupakan penelitian sebanyak 219 ibu hubungan yang
analitik. Seluruh ibu hamil melakukan pemeriksaan signifikan antara
yang memeriksakan ANC secara rutin. pengetahuan ibu
kehamilannya di PMB hamil tentang
(Praktik Mandiri Bidan) antenatal care
“KN“ Tahun 2021 pada terhadap ketepatan
bulan Agustus sampai kunjungan antenatal
dengan Oktober 2021 ini selama pandemi
adalah populasi penelitian. COVID-19 di PMB
Pengambilan sampel “KN” tahun 2021
dilakukan secara total dan tidak ada
sampling. Jumlah sampel hubungan yang
yang digunakan 45 orang signifikan antara
ibu hamil. Teknik analisis sikap ibu hamil
data dilakukan dengan uji tentang antenatal
statistik non parametrik care terhadap
dengan tabulasi silang ketepatan
atau menggunakan uji Chi kunjungan antenatal
Square Test. selama pandemi
COVID-19 di PMB
“KN” tahun 2021.
(Wardani Metode penelitian analitik Bahwa pengetahuan ibu ada hubungan
,dkk. observasional. Populasi dengan nilai sig-p 0,001 pengetahuan ibu,
2022) dalam penelitian ini < 0,05), sikap dengan Sikap dan status
seluruh ibu hamil nilai sig-p 0,005 < 0,05, pekerjaan dengan
trimester III sebanyak 34 dan status pekerjaan ketepatan
orang dan sampel yang dengan nilai sig-p 0,015 kunjungan
diambil dengan dengan ketepatan Antenatal Care.
menggunakan Total kunjungan Ante natal Diharapkan kepada
Sampling. Metode Care. ibu hamil untuk
pengumpulan data yaitu Sebagai bahan
data primer, sekunder dan masukan dan sarana
tersier. Analisa data yang informasi yang
digunakan yaitu analisis dapat meningkatkan
univariat dan bivariat pengetahuan ibu
dengan uji chi-square. hamil khususnya
tentang pelayanan
antenatal care.
(Emilia, Jenis penelitian ini adalah Hasil analisis Terdapat hubungan
2021) menggunakan desain menunjukkan bahwa antara pengetahuan,
observational dengan terdapat hubungan sikap, dukungan
metode penelitian metode antara pengetahuan, suami dan
kuantitatif survei. dengan dengan keterjangkauan
Pendekatan yang ketepatan kunjungan akses dengan
dilakukan pada penelitian Antenataal Care (ANC) ketepatan
40

ini adalah pendekatan dengan nilai ρ= 0,001, kunjungan


Cross Sectional. Terdapat hubungan Antenataal Care
antara Sikap dengan (ANC)
ketepatan kunjungan
Antenataal Care (ANC)
dengan nilai ρ= 0,029,
terdapat hubungan
antara dukungan suami
dengan dengan
ketepatan kunjungan
Antenataal Care (ANC)
dengan nilai ρ= 0,032,
dan terdapat hubungan
antara keterjangkauan
akses dengan dengan
ketepatan kunjungan
Antenataal Care (ANC)
dengan nilai ρ= 0,041
(Muayah Jenis penelitian yang Hasil penelitian Bahwa ada
, 2021) digunakan adalah menunjukkan faktor- hubungan antara
metode penelitian faktor yang Tingkat pendidikan
Deskriptif analitik dengan berhubungan dengan dan pekerjaan
rancangan Cross ibu hamil tidak dengan ibu hamil
Sectional yang dimulai melakukan kunjungan tidak melakukan
dari bulan April sampai 6x sesuai standar yaitu kunjungan 6x
bulan Juli dilakukan tingkat pendidikan (p sesuai standar dan
terhadap 55 responden =0,00), tingkat tidak ada hubungan
ibu hamil yang diambil pekerjaan p =0,01), antara umur dengan
dengan teknik total tingkat pengetahuan (p ibu hamil tidak
sampling, data dikumpul =0,004), sikap (p =0,00) melakukan
dengan kuesioner dan dan yang tidak kunjungan 6x
dianalisis menggunakan berhubungan dengan sesuai standar
uji chi square. kunjungan Antenatal
Care (ANC) yaitu
umur ibu hamil (p
=0,85).
(Oktavia Penelitian yang digunakan Terdapat hubungan Terdapat hubungan
ni et al., adalah observational antara status pekerjaan antara status
2019) analitik dengan metode ibu pekerjaan ibu
cross sectional study, hamil dengan hamil dengan
kemudian dideskripsikan keteraturan kunjungan keteraturan
melalui tabel kontingensi antenatal care kunjungan antenatal
Hubungan Status (ANC) di wilayah kerja care
Pekerjaan dengan UPT Puskesmas (ANC) di wilayah
Keteraturan Kunjungan Cibuntu kerja UPT
melalui uji Chi Square dengan nilai Asymptotic Puskesmas Cibuntu
Test. Significance (2-sided)
sebesar 0,008
41
42

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep

adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi suatu pengertian.

Konsep dijabarkan ke dalam variabel-variabel yang dapat diamati dan diukur.

Adapun variabel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan faktor perilaku

yang dikemukakan oleh Lawrence Green adalah faktor predisposisi dan faktor

reinforcing. Sedangkan untuk faktor enabling tidak penulis lakukan penelitian

dikarenakan faktor enabling seperti sarana dan prasarana di tempat yang akan

diteliti sudah cukup memadai. Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independet Variabel Dependent

 Umur
 Pendidikan Ketepatan
 Paritas Kunjungan ANC
 Pengetahuan
 Sikap
 Dukungan
Suami

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

41
43

B. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan mengoperasionalkan variabel-variabel.

Semua konsep dan variabel didefinisikan dengan jelas sehingga kemungkinan

terjadinya kerancuan dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat

terhindar.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur


. Hasil Ukur
1. Ketepatan Jumlah kunjungan Cara Ukur : Observasi
Kunjungan ANC ibu yang sesuai Alat Ukur: Lembar Observasi
ANC dengan usia Skala Ukur: Ordinal
kehamilan dan standar Hasil Ukur:
pelayanan ANC 0. Tidak Tepat Jika kunjungan
ANC ibu tidak sesuai dengan
jumlah kunjungan ANC yang
telah dilakukan
1.Tepat jika kunjungan ANC ibu
sesuai dengan usia kehamilan
2. Umur Lamanya hidup dalam Cara Ukur : Wawancara
tahun yang dihitung Alat Ukur: Kuesioner
sejak dilahirkan Skala Ukur: Ordinal
sampai penelitian Hasil Ukur:
dilakukan. 1. Berisiko : < 20 thn / >35 thn
2. Tidak Berisiko 20-35 thn

3. Pendidikan Pendidikan formalCara Ukur : Wawancara


terakhir yang pernahAlat Ukur: Kuesioner
diselesaikan seorangSkala Ukur: Ordinal
ibu Hasil Ukur:
1. Pend. Rendah (Tingkat
SD/MI/Paket A dan tingkat
SMP/MTs/Paket B)
2. Pend tinggi (Tingkat
SMU/SMK dan yang
diselenggarakan oleh PT)
4. Paritas Banyaknya kelahiran Cara Ukur : Wawancara
yang pernah dialami Alat Ukur: Kuesioner
ibu hamil Skala Ukur: Ordinal
Hasil Ukur:
1. ≥2 kali:Primipara
2. <2 kali : Multipara
5. Pengetahuan Segala sesuatu yang Cara Ukur : Wawancara
44

diketahui responden Alat Ukur: Kuesioner


tentang Ketepatan Skala Ukur: Ordinal
Kunjungan kehamilan Hasil Ukur:
1. Kurang (<60%)
2. Cukup (Skor 60-75%)
3. Baik (Skor >75-100%)
6. Sikap Respons atau reaksi Cara Ukur : Wawancara
ibu hamil tentang Alat Ukur: Kuesioner
kunjungan ANC Skala Ukur: Ordinal
Hasil Ukur:
1. Kurang (<60%)
2. Cukup (Skor 60-75%)
3. Baik (Skor >75-100%)
7. Dukungan Dukungan adalah Cara Ukur : Wawancara
Suami suatu tindakan yang Alat Ukur: Kuesioner
diberikan oleh suami Skala Ukur: Ordinal
kepada istri Hasil Ukur:
1. Tidak Mendukung (<75 %)
2. Mendukung (Skor >75%)

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang berisi kesimpulan

sementara tentang hubungan antara beberapa variabel yang memungkinkan

untuk dibuktikan secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan umur dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

2. Ada hubungan pendidikan dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

3. Ada hubungan paritas dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.

5. Ada hubungan sikap dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.


45

6. Ada hubungan dukungan suami dengan ketepatan kunjungan ANC pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Tahun 2024.


46

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional

yaitu jenis penelitian dengan metode kuantitatif yang mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

kuesioner berupa cek lis atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama

(point time approanch) yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering tahun 2024.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari pengajuan judul penelitian hingga

seminar akhir yaitu bulan Februari sampai dengan April 2024. Lokasi penelitian

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Sungai tering sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh populasi yang ada (total sampling).

45
47

a. Kriteria inklusi

1) Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering

2) Bersedia menjadi responden

3) Data lembar observasi lengkap

b. Kriteria eksklusi

1) Tinggal luar wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering

2) Tidak bersedia menjadi responden

3) Data lembar observasi tidak lengkap

D. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Tering, yaitu :

a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan35adalah lembar kuesioner yang telah diisi oleh

responden

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah daftar kunjungan pemeriksaan

kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tering.

E. Pengolahan Data

a. Editing

Setelah selesai melakukan penelitian, maka lembar wawancara

dikumpulkan dan peneliti melakukan pemeriksaan ulang dari lembar

wawancara dengan benar dan tidak ada tertinggal satu kuesioner pun.
48

b. Coding

Mengubah data responden dan hasil wawancara demografi tersebut

yakni dengan memberi pengkodean (Bilangan) seperti Pendidikan “SD”

diberi kode 1, “SMP” diberi kode 2, “SMA” diberi kode 3, “D3/S1” diberi

kode 4.

c. Entry data

Setelah peneliti mengubah data responden dan hasil observasi ke

dalam bentuk angka (Kode), selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut

ke dalam program komputer yaitu dalam bentuk master tabel.

d. Tabulating

Selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut ke dalam bentuk

distribusi frekuensi tabel-tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan peneliti untuk mempermudah pengolahan data berikutnya.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariabel

Analisis univariabel digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

subyek. Karakteristik subyek yang dideskripsikan menggunakan data distribusi

frekuensi.

2. Analisis Bivariabel

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

apakah signifikansi atau tidak dengan kemaknaan 0,05 dengan menggunakan

uji chi-square.

a. Jika ρ hitung ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.


49

b. Jika ρ hitung > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.


50

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Indah Rachmawati, Ratna Dewi Puspitasari, E. C. (2017). Faktor-faktor yang


Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil Factors Affecting
The Antenatal Care (ANC) Visits on Pregnant Women. Medical Journal of
Lampung University, 7(November), 72–76. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/
index.php/majority/article/view/1748
Diknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. https://luk.staff.ugm.ac.id/
bahasa/Indonesia/2008Depdiknas-KamusBahasaIndonesia.pdf
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur 2020. 1–23.
Fransiska Wijaya, J., Tanamal, C., Arif, J., & Syahputri, F. (2022). Tingkat
pendidikan ibu hamil dan keteraturan pemeriksaan ANC. J Prima Medika Sains,
4(2), 37. https://doi.org/10.34012/jpms.v4i2.2960
Indarti, I., & Nency, A. (2022). Pengetahuan, Dukungan Suami, Sosial Ekonomi dan
Jarak Tempat Tinggal Terhadap Perilaku Ibu Hamil dengan Kunjungan ANC.
SIMFISIS Jurnal Kebidanan Indonesia, 1(4), 157–164.
https://doi.org/10.53801/sjki.v1i4.49
Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8
Tahun 2016 Tentang Buku yang digunakan oleh Satuan Pendidikan. Resma,
3(2), 13–22.
Kemenkes. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru
Lahir. https://drive.google.com/file/d/ 13OowLt338BV8B1 096O7sjxFBVq1
835ez/ view?pli=1
Kemenkes RI. (2020). Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Terpadu. Health Statistic,
III(3), 38–47. https://repository.binawan.ac.id/1451/4/Pages from Pelayanan
Antenatal Terpadu_Bab II.pdf
Mahendra, D., Jaya, I. M. M., & Lumban, A. M. R. (2019). Buku Ajar Promosi
Kesehatan. Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Vokasi UKI, 1–
107.
Marfuah, S., & Kurniati, P. T. (2023). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. http://e-
repository.stikesmedistra-indonesia.ac.id/xmlui/bitstream/handle/
123456789/973/Buku Ajar ASKEB pada Kehamilan_Wiwit Desi dkk.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
Muayah. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan ibu hamil tidak melakukan
kunjungan 6x sesuai standar di praktik mandiri bidan sm ciledug. STIKes Bhakti
Pertiwi Indonesia, 5(2), 72–82. file:///C:/Users/HP/Downloads/70-Article Text-
192-3-10-20230719.pdf
Munirah. (2016). Sistem Pendidikan di Indonesia antara Keinginan dan Realita.
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2(2), 233–245.

48
Nisyatun, & Yantina, Y. (2023). INOVASI “KUPAT SEHATI (KUNJUNGAN K1
DAN K4 SEHAT SAMPAI PERSALINAN NANTI)” DESA SIDOKAYO
KECAMATAN ABUNG TINGGI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2023. Jurnal Perak Malahayati, 5(1), 15–20.
https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/ PERAKMALAHAYATI/
article/view/10168
Nur Fatimah Sam Pohan, Lasria Simamora, & Edy Marjuang Purba. (2022).
Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kunjungan Antenatal
Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Galang Tahun 2021. Jurnal Rumpun Ilmu
Kesehatan, 2(3), 36–43. https://doi.org/10.55606/jrik.v2i3.572
Oktaviani, S., Argadireja, D. S., & Firdaus, F. A. (2021). Hubungan Status Pekerjaan
dengan Keteraturan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Tahun 2019. Prosiding
Pendidikan Dokter, 7(1), 13–19.
Pakpahan, M., & Siregar, D. (2021). Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. In
Yayasan Kita Menulis.
Rahmadhanti, I. dkk. (2023). Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents (Vol. 135, Issue 4).
Rahmawati, P. M., Abidin, Z., & Nurul Huda. (2021). Buku Ajar Psikologi.
Susanti, & Ulpawati. (2022). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Buku Pintar Ibu
Hamil. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Buku Pintar Ibu Hamil, 1(69), 5–
24..
Kemenkes RI. (2023). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Najdwah Emilia (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Terhadap
Ketepatan Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Bulurokeng Tahun 2020.
UIN Alauddin Makassar.
Wardani Fina Kusuma.,Yuka Oktafirnanda., Sri Rintani Sikumbang. (2022). Analisis
Faktor Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di Desa
Seumanah Jaya Aceh Timur. Jurnal Riset Kebidanan Indonesia.
Pratiwi Ni Putu Mirah Nova., Komang Ayu Purnama Dewi., Putu Ayu Ratna
Damayanti. (2023). Hubungan Sikap dan Pengetahuan Pada Ibu Hamil Tentang
Antenatal Care Terhadap Ketepatan Kuinjungan Selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA.
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2004). Varney’s Midwifery. Jones Bartlett
Publishers.
WHO. (2016a). Standards for improving quality of maternal and newborn care in
health facilities. Who, 2021, 84. http://www.who.int
WHO. (2016b). WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive
Pregnancy Experience (New Guielines).
https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/250796/9789241549912-eng.pdf?
sequence=1
Yulizawati. (2021). Konsep Kebidanan. Indomedia Pustaka.
KUESIONER PENELITIAN

No. Responden :

A. Petunjuk pengisian

1. Kuesioner ini terdiri atas 6 bagian

2. untuk identitas responden, isilah titik- titik yang telah disiapkan

3. mohon semua pertanyaan dijawab

4. terima kasih atas kesediaannya dan kerja samanya

B. Identitas responden

1. Nama : ……………...….

2. Usia : ...……………….

3. Pendidikan : ...……………….

a. Tidak sekolah/ tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SLTP/Sederajat

d. Tamat SLTA/Sederajat

e. Akademi/Perguruan Tinggi

4. Ini kehamilan yang ke berapa? ...……………….

5. Alamat : ...……………….

6. Pekerjaan : ...……………….
C. Sikap

1. Petunjuk

a. Beri tanda cek list (√) pada salah satu kolom (SS, S, R, TS, atau STS).

b. Jawaban SS (sangat setuju), S (Setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak

setuju).

2. Pertanyaan

NO Aspek Sikap SS S TS STS


1. Pemeriksaan kehamilan penting untuk
memastikan ibu dan janin sehat
2. Pemeriksaan kehamilan penting untuk
memastikan ibu dan janin sehat
3. Pemeriksaan kehamilan dapat menekan risiko
kematian ibu dan janin
4. Pemeriksaan kehamilan diperlukan kalau ada
gangguan
5. Pemeriksaan kehamilan penting untuk
mendeteksi adanya kelainan
6. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya kepada
bidan/dokter
7. Pada saat memeriksakan kehamilan, ibu harus
mendapatkan keterangan tentang kesehatan ibu
dan janinnya
8. Pemeriksaan kehamilan ke puskesmas/bidan
praktik/dokter sebaiknya minimal 6 kali
9. Pemberian imunisasi TT dapat mencegah
penyakit tetanus pada ibu dan bayi
10 Penyakit yang timbul selama kehamilan akan
sembuh sendiri
D. Tingkat Pengetahuan

Petunjuk pengisian: berilah tanda centang (√) pada kolom Benar atau Salah yang

sesuai dengan yang ibu ketahui.

1. Menurut ibu apa manfaat pemeriksaan kehamilan ?

a. Mengetahui kondisi ibu dan janin

b. Untuk melakukan pemasangan KB

c. Untuk mendapatkan pengobatan penyakit

d. Untuk mendapatkan susu ibu hamil secara gratis

2. Menurut ibu, sebaiknya kapan ibu memeriksakan kehamilan untuk pertama

kalinya ?

a. Setelah usai kehamilan >4 bulan

b. Segera setelah ibu telat mendapat menstruasi

c. Bila ada keluhan kehamilan saja

d. Jika sudah ada tanda-tanda akan melahirkan

3. Menurut ibu, paling sedikit berapa kali ibu harus memeriksakan kehamilan

selama kehamilannya?

a. Minimal 6 kali, secara teratur selama masa kehamilan, yaitu 2 kali pada 3

bulan pertama, 1 kali pada 3 bulan ke 2, 3 kali pada 3 bulan ke 3

b. Tiap bulan setelah kehamilan ibu > 4bulan

c. Jika ibu memiliki keluhan/penyakit dan bila obat yang diberikan bidan

telah habis

d. Minimal 3 kali secara teratur selama kehamilan yaitu, 1 kali pada 3 bulan

pertama, 1 kali pada 3 bulan kedua, dan 1 kali pada 3 bulan ketiga
4. Menurut ibu, kepada siapa saja ibu dapat memeriksakan kehamilan?

a. Tenaga Kesehatan (Bidan/ Dokter/ Perawat)

b. Dukun/paraji

c. Orang tua

d. Tokoh agama

5. Menurut ibu, tempat yang dapat melakukan pemeriksaan kehamilan adalah?

a. Rumah dukun/paraji

b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

c. Masjid

d. Rumah Sendiri

6. Menurut ibu obat yang perlu ibu dapatkan pada saat memeriksakan kehamilan

adalah?

a. Obat-obatan yang diberikan bidan sesuai dengan sakit ibu. Misal : obat

batuk, pilek

b. Jamu-jamuan

c. Vitamin dan penambah darah

d. Tidak tahu, yang penting obat yang diberikan bidan

7. Menurut ibu, apakah manfaat dari mengonsumsi tablet tambah darah?

a. Untuk meningkatkan nafsu makan

b. Untuk meningkatkan tekanan darah

c. Untuk mencegah kurang darah/anemia

d. Tidak tahu

8. Menurut ibu, manfaat imunisasi TT adalah?

a. Menghindari penyakit kurang darah

b. Ibu dapat melahirkan dengan lancar


c. Mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir

d. Mempersiapkan agar ASI ibu banyak

9. Minimal berapa tablet ibu hamil harus mengonsumsi tablet tambah darah

selama kehamilan?

a. Minimal 90 tablet selama kehamilan

b. Minimal 60 tablet selama kehamilan

c. Minimal 30 tablet selama kehamilan

d. Setiap hari selama kehamilan.

E. Dukungan suami

Petunjuk : berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” yang sesuai

dengan ibu yang alami/ rasakan. No.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah suami bersedia untuk mendampingi ibu saat

pemeriksaan kehamilan?

2. Apakah suami berharap kehamilan normal dan bayi

sehat?

3. Pakah suami menganjurkan ibu periksa kehamilan ke

pelayanan kesehatan?

4. Apakah suami menyediakan dana untuk ibu

memeriksakan kehamilan?

5. Apakah suami memberi izin untuk memeriksakan

kehamilan?

6. Apakah suami tidak membimbing ibu dalam menjaga

kehamilan?
7. Apakah suami mengabaikan keluhan- keluhan selama

masa kehamilan?

8. Apakah suami membantu ibu mencari informasi

tentang kesehatan selam masa kehamilan?

9. Apakah suami selalu mengingatkan ibu untuk

memeriksakan kehamilan?

10. Apakah suami memperhatikan asupan gizi ibu selama

kehamilan?

11. Apakah suami memberi perhatian khusus selama

kehamilan sehingga ibu merasa diistimewakan?

12. Apakah suami kurang menghargai perubahan emosi

ibu?

13. apakah suami tidak pernah mengingatkan ibu

meminum tablet tambah darah?

14. Apakah suami tidak pernah menanyakan tentang hasil

pemeriksaan kehamilan yang dilakukan?

15. Apakah suami selalu memperhatikan kesehatan ibu

selama masa kehamilan?


F. Ketepatan Jadwal ANC
(diisi oleh peneliti dengan melihat buku pemeriksaan ANC/register)

LEMBAR OBSERVASI

HPHT TAFSIRAN USIA TRIMESTER I TRIMESTER II TRIMESTER III KETEPATAN

PERSALINAN KEHAMILAN (0-12 MINGGU) (>12 – 24 (>24 MINGGU- KUNJUNGAN

MINGGU) PERSALINAN) ANC

Anda mungkin juga menyukai