Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN PEDAS, ALKOHOL


DAN OBAT TERHADAP KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROBOGAN

Oleh:
ALFIAN BUDI NUGROHO
NIM : 17021204

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, Januari 2021
PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN PEDAS, ALKOHOL


DAN OBAT TERHADAP KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROBOGAN

Oleh:
ALFIAN BUDI NUGROHO
NIM : 17021204

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, Januari 202

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan

dipertahankan dihadapan tim penguji proposal penelitian pada Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas An Nuur .

Purwodadi, 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Purhadi, S.Kep.M.Kes Ns. Christina Nur Wiyayati, S.Kep.M.H

NIDN : 0613047901 NIDN : 0630068301

Mengetahui,

Dekan Fk. Sains dan Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, S.Kep.,M.Kes Ns. Sutrisno, S.Kep.M.Kep

NIDN.0629107901 NIDN.0621127501

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal penelitian oleh Alfian Budi Nugroho, NIM 17021204 dengan judul
“HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN PEDAS, ALKOHOL
DAN OBAT TERHADAP KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROBOGAN”, telah dipertahankan
didepan penguji

Purwodadi, 2021

Penguji I Tanda Tangan

Ns. Nurulistyawan Tri P.,M.N.S


NIDN : 0629118601 ……………………

Penguji II Tanda Tangan

Ns. Purhadi, S.Kep.M.Kes


NIDN : 0613047901 ………………………

Penguji III Tanda Tangan

Ns. Christina Nur Wiyayati, S.Kep.M.H


NIDN : 0630068301 ………………………

Mengetahui
Dekan Fk.Sains dan Kesehatan Ka.Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, S.Kep.,M.Kep. Ns. Sutrisno, S.Kep.M.Kep.


NIDN. 0629107901 NIDN. 0621127501

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul

“Hubungan antara Konsumsi Makanan Pedas, Alkohol dan Obat terhadap

Kejadian Gastritis pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan” ini dapat

diselesaikan sehingga bisa diujikan.Proposal penelitian ini disusun sebagai salah

satu syarat guna melakukan penelitian.

Pada penyusunan proposal penelitian ini tentunya peneliti menemukan

banyak kendala sehingga dengan bantuan beberapa pihak skripsi penelitian ini

dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Ns. Anita Lufianti, S.Kep., M.Kes., M.Kep. selaku ketua Rektor

Universitas An Nuur.

2. Ibu Ns. Suryani, M.Kep, Selaku Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan

Universitas An Nuur.

3. Bapak Ns. Sutrisno, M.Kep. selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

Universitas An Nuur.

4. Bapak Ns. Purhadi, S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing I yang telah sabar

dalam membimbing untuk menyelesaikan proposal ini.

iv
5. Ibu Ns. Cristina Nur Widayati, S.Kep., MH.Kes. selaku pembimbing II yang

selalu memberi dukungan dan arahan dalam proses penyusunan proposal

penelitian ini

6. Seluruh dosen pada Program Studi S1 Keperawatan beserta staf yang telah

membantu selama proses pendidikan.

7. Bapak, Ibu, dan keuarga saya, yang selalu memberikan dukungan, kasih

sayang dan perhatiannya yang sangat luar biasa, serta memberikan doa,

semangat, motivasi, memberikan dukungan moril dan materil selama

pendidikan.

8. Teman-teman yang senantiasa mendukung pembuatan skripsi penelitian ini.

9. Serta berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Pada teknis penulisan maupun materi untuk itu kritik serta saran yang

membangun semua pihak sangat diharapkan demi menyempurnakan skripsi

penelitian ini. Apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan maupun

penulisan proposal penelitian ini penulis mohon maaf karena kesalahan

adalah milik kami sedangkan kesempurnaan milik Tuhan Yang Maha Esa.

Purwodadi, 2021

Penulis

Alfian Budi Nugroho

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................. 9
E. Keaslian Penelitian............................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan teori
1. Gastritis......................................................................... 13
a. Definisi gastritis .................................................... 13
b. Etiologi gastritis..................................................... 14
c. Klasifikasi gastritis................................................. 14
d. Manifestasi klinis gastritis..................................... 16
e. Pemeriksaan penunjang ......................................... 16
f. Komplikasi gastritis............................................... 17
2. Makanan pedas
a. Definisi makanan pedas......................................... 18
b. Manfaat makanan pedas......................................... 18

vi
3. Teori obat
a. Definisi obat........................................................... 22
b. Pengolongan obat................................................... 22
c. Pengaruh obat terhadap gastritis............................ 24
4. Teori alkohol
a. Definisi alcohol...................................................... 24
b. Pengolongan minuman alcohol`............................. 25
c. Factor determinan penyalahgunaan alcohol........... 26
d. Penyalahgunaan alcohol......................................... 28
e. Dampak minuman alcohol..................................... 30
f. Penggolongan peminum alcohol............................ 33
5. Remaja
a. Definisi remaja....................................................... 34
b. Batasan usia remaja................................................ 34
c. Perkembangan remaja............................................ 36
d. Perilaku kenakalan remaja..................................... 39
B. Kerangka Teori..................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN


A. Variable ............................................................................... 41
B. Hipotesis...............................................................................41
C. Jenis dan design penelitian................................................... 42
D. Populasi dan Sampel............................................................ 42
E. Definisi Operasional............................................................. 44
F. Metode pengumpulan data................................................... 45
G. Instrumen Penelitian............................................................. 47
H. Pengolahan Data dan Analisis Data..................................... 48
I. Etika Penelitian.................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 52
LAMPIRAN

vii

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................

Gambar 2.2 Kerangka Konsep.........................................................................

Gambar 3.1 Variabel ........................................................................................

Gambar 3.2 Rumus Populasi............................................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Pencarian Data

Lampiran 2. Surat Balasan Pencarian Data

Lampiran 3. Lembar Kuisioner

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6. Lembar From Kesediaan Sebagai Penguji

Lampiran 7. Lembar Jadwal Penelitian

Lampiran 8. Lembar Hasil Konsultasi

Lampiran 9. Lembar Cek Plagiarisme

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang

menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang

dipengaruhinya. Ada beberapa jenis penyakit, yaitu jenis penyakit menular,

penyakit tidak menular dan penyakit kronis (Laila, 2019). Perkembangan

penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di dunia

penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian, pada tahun 2005

di mana 60% kematian di antaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah

70 tahun (WHO, 2019). Penyakit tidak menular yang sering menjadi masalah

kesehatan di Indonesia salah satunya ialah Gastritis.

Gastritis umumnya dikenal dengan istilah sakit “maag” atau nyeri ulu

hati. Hal ini terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang dapat

mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung hingga terlepasnya

epitel mukosa supersial yang dapat menjadi penyebab utama pada gangguan

saluran cerna. Pelepasan epitel dapat merangsang untuk timbulnya proses

inflamasi pada lambung, ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri,

perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala (Sukarmin,

2019).

Sebagian besar masyarakat masih menganggap gastritis sebagai penyakit

yang ringan dan memiliki gejala yang sering banyak orang rasakan, namun

1
2

hanya menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa bahkan tidak

melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui pasien terdiagnosis

gastritis atau tidak. Gastritis yang dibiarkan akan bertambah parah dan

menyebabkan asam lambung meningkat, kemudian membuat luka atau ulkus

yang sering dikenal sebagai tukak lambung bahkan bisa disertai dengan

muntah darah. Hal ini dapat mengakibatkan fungsi lambung rusak dan dapat

meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung. (Sulastri, dkk 2019).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO (2019), mengadakan tinjauan

terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari

angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang

14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar

1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di

Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.

Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis

merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan.

Departemen Kesehatan RI (2018), Di Indonesia angka kejadian gastritis

merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit di Indonesia yaitu dengan

jumlah 30.154 kasus. Diare 143.696 kasus, Demam Berdarah Dengue (DBD)

121.334 kasus, Demam Tifoid dan Paratifoid 80.850 kasus, Demam yang

penyebabnya tidak diketahui 49.200, Dyspepsia 47.304 kasus, Hipertensi

36.677 kasus, Infeksi saluran napas 36.048 kasus, Pneumonia 35.647 kasus,

Apendiks 30.703 kasus. Dari penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan

Dasar (2018), angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia


3

cukup tinggi dengan prevelansi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa

penduduk. Didapatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian Gastritis

sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian

infeksi cukup tinggi sebesar 79,6% kasus penyakit gastritis termasuk ke dalam

10 besar kasus penyakit tidak menular. Data dari Puskesmas Grobogan di

dapatkan terdapat kasus baru pasien Gastritis sejumlah 234 kasus dan kasus

lama sejumlah 124. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat

seperti kebisaan mengkonsumsi makanan pedas, konsumsi obat dan alkohol.

Gastritis ini merupakan suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa

lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan

dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat,

makan makanan yang terlalu banyak bumbu pedas, mengkonsumsi protein

tinggi, kebiasaan mengkonsumsi makan-makanan pedas, dan minum kopi

terlalu berlebihan, konsumsi alkohol maupun obat-obatan (Huzaifah, 2019).

Menurut Puspadewi dkk (2018), pemilihan jenis makanan yang tepat

juga merupakan perilaku dalam pencegahan gastritis. Menyusun hidangan

makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang dengan

kebiasaan makan makanan yang digoreng, dikeringkan, mengandung santan

dan lemak hewani dapat memicu terjadinya gastritis. Pencegahan gastritis juga

dapat dilakukan dengan tidak mengkonsumsi minuman seperti : sirup, teh,

soda, alkohol dan kopi karena akan memicu meningkatnya asam lambung.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kurnia (2009), bahwa ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya gastritis yaitu
4

makan dalam jumlah kecil tapi sering, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak

merokok, tidak mengkonsumsi obat anti inflamasi dan rutin memeriksakan

diri ke dokter jika mengalami gejala gastritis seperti mual, kepala pusing dan

muntah.

Mengkonsumsi makanan terlalu banyak bumbu, pedas, tinggi asam dan

minuman yang mengandung soda serta kafein secara berlebihan akan

merangsang lambung dan usus untuk berkontraksi yang dapat menimbulkan

rasa panas dan nyeri di ulu hati dan di sertai mual dan muntah yang dapat

menurunkan nafsu makan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas > l x

dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat

menyebabkan iritasi pada lambung. Bakteri helicobacter phylori juga

merupakan salah satu penyebab terjadinya gastritis yang berasal dari makanan

yang terkontaminasi dan bisa menular melaui oral atau akibat memakan

makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut (Nauri, 2019 hal:

134).

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kejadian

gastritis yaitu karena mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. Seseorang yang

mengkonsumsi alkohol sangat rentan terhadap kejadian gastritis karena

konsumsi alkohol yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada

lambung dan saluran pencernaan lainnya. Menurut Brunner dan Sudarth

(2016) dalam Rukmana (2018), mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat

menyebabkan peradangan mukosa lambung. Disamping itu, menurut

Rukmana (2018), dalam gaya hidup mengkonsumsi alkohol akan merangsang


5

produksi asam lambung secara berlebihan dan penurunan daya tahan tubuh.

Oleh karena itu, untuk menghindari resiko kejadian gastritis dan terciptanya

derajad kesehatan yang lebih baik maka minuman jenis alkohol harus

dihindari.

Selain itu, konsumsi obat juga dapat menyebabkan gastristis. Penggunaan

Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) sebagai obat penekan nyeri dapat

mempengaruhi terjadinya gastritis melalui dua mekanisme yaitu mekanisme

lokal dan sistemik. Pada mekanisme lokal, gastritis terjadi karena OAINS

bersifat lipofilikdan asam, sehingga mempermudah penangkapan ion hidrogen

masuk mukosa lambungdan menimbulkan kerusakan. Pada mekanisme

sistemik, gastritis terjadi karena kerusakan mukosa akibat

produksiprostaglandin (PG) yang menurun secara bermakna, dimana PG

merupakan substansi sitoproteksi yang amat penting bagi mukosa lambung

(Fathan dkk, 2018).

Berdasarkan penelitian dari Almas dkk (2019) dengan hasil penelitian

menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan makan baik sejumlah 10

orang (27%), dan yang memiliki kebiasaan makan buruk berjumlah 27 orang

(73%). Responden yang mengalami gastritis sejumlah 32 orang (86,5%), dan

yang tidak terjadi gastritis sejumlah 5 orang (13,5%). Tabulasi silang

didapatkan hasil responden yang memiliki kebiasaan makan baik dan terjadi

gastritis sejumlah 8 orang (80%), dan yang tidak terjadi gastritis sejumlah 2

orang (20%). Dan yang memiliki kebiasaan makan buruk yang terjadi gastritis

sejumlah 24 orang (88,9%) yang tidak mengalami gastritis sejumlah 3 orang


6

(11,1%). Hasil uji Spearman Rank test p = 0,016 (< 0,05) dengan

kesimpulannya ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian gastritis pada

remaja usia 19-22 tahun di Desa Mayangan Kecamatan Jogoroto Kabupaten

Jombang.

Penelitian lain dari Fathan dkk (2019) tentang penggunaan OAINS yang

dapat mempengaruhi terjadinya gastritis dan didapatkan hasil bahwa

penggunaan OAINS sebagai obat penekan nyeri dapat mempengaruhi

terjadinya gastritis melalui dua mekanisme yaitu mekanisme lokal dan

sistemik. Pada mekanisme lokal gastritis terjadi karena OAINS bersifat

lipofilikdan asam, sehingga mempermudah penangkapan ion hidrogen masuk

mukosa lambungdan menimbulkan kerusakan. Pada mekanisme sistemik,

gastritis terjadi karena kerusakan mukosa akibat produksi PG yang menurun

secara bermakna, dimana PG khususnya PGE merupakan substansi

sitoproteksi yang amat penting bagi mukosa lambung.

Penelitian lain dari Syafii dan Andriani (2018) tentang faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya gastritis menyebutkan bahwa ada hubungan faktor

pola makan dengan kejadian gastritis dimana faktor pola makan yang tidak

baik beresiko terkena gastritis serta ada hubungan faktor penggunaan obat anti

inflamasi non steroid dan konsumsi alcohol dengan kejadian gastritis.

Menurut Soetjiningsih (2018), usia adalah salah satu faktor resiko

terjadinya gastritis, terutama pada masa remaja adalah masa peralihan dari

yang sangat bergantung dengan orang tua ke masa yang penuh tanggung

jawab serta keharusan untuk sanggup mandiri. Permasalahan pola makan yang
7

timbul pada masa remaja yang mampu memicu timbulnya gastritis disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu para remaja memiliki kebiasaan tidak

sarapan dan biasanya para gadis remaja sering terjebak dengan pola makan

tidak sehat, menginginkan berat badan secara cepat bahkan sampai

menggangu pola makan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Grobogan di dapatkan 122 remaja yang mengalami gastritis yang berasal dari

data angka kejadian gastritis pada remaja kurun waktu sampai bulan Mei

2021. Studi pendahuluan yang dilakukan dengan kunjungan ke Puskesmas

Grobogan di dapatkan 12 orang yang menderita gastritis, 4 orang memiliki

kebiasaan makan makanan pedas, 3 orang mempunyai kebiasaan minum

alcohol dan 2 orang sering menggunakan obat pereda nyeri. Dengan adanya

pandemi covid-19, kunjungan pasien ke puskesmas di skrining dengan ketat

sehingga mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan antara Konsumsi Makanan Pedas, Alkohol dan Obat terhadap

Kejadian Gastritis pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan ? “.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan itu makan rumusan masalah dari penelitian ini adalah

Adakah Hubungan antara Konsumsi Makanan Pedas, Alkohol dan Obat

terhadap Kejadian Gastritis pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas

Grobogan?
8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan antara Konsumsi Makanan Pedas,

Alkohol dan Obat terhadap Kejadian Gastritis pada Remaja di Wilayah

Kerja Puskesmas Grobogan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebiasaan konsumsi makanan pedas pada remaja di

Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

b. Mengidentifikasi konsumsi minum-minuman beralkohol pada remaja

di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

c. Mengidentifikasi konsumsi obat pada remaja di Wilayah Kerja

Puskesmas Grobogan

d. Mengidentifikasi kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas

Grobogan

e. Mengetahui hubungan makanan pedas dengan kejadian gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

f. Mengetahui hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian gastritis

Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

g. Mengetahui hubungan obat dengan kejadian gastritis Wilayah Kerja

Puskesmas Grobogan

h. Menganalisa hubungan makanan pedas,alkohol dan obat dengan

kejadian gastritis Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan


9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat ilmu tentang hubungan

konsumsi makanan pedas, alkohol dan obat terhadap kejadian gastritis

pada remaja , serta penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap

kejadian gastritis.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Institusi

Sebagai masukan dan informasi tentang hubungan konsumsi makanan

pedas, alkohol dan obat terhadap kejadian gastritis pada remaja.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman tentang hubungan konsumsi makanan pedas, alkohol dan

obat terhadap kejadian gastritis pada remaja.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk mengurangi angka kejadian gastritis.

d. Bagi Responden

Penelitian ini dapat bermanfaat dapat memberikan informasi tentang

gastritis dan meminimalkan angka kejadian gastritis.


10

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian Almas dkk (2019) dengan judul Hubungan Kebiasaan Makan

dengan Kejadian Gastritis pada Remaja Usia 19-22 Tahun di Desa

Mayangan Jombang menyebutkan bahwa remaja cenderung memiliki

aktivitas yang banyak dan memiliki kebiasaan makan buruk misalnya,

ketidaktepatan waktu makan, kebiasaan makan junk food, makan pedas

dan sering mengalami stress. Kebiasaan ini jika dilakukan secara terus

menerus dapat menyebabkan penyakit gastritis. Metode dalam penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik crossectional.

Teknik sampling cluster sampling, sampel berjumlah 37 responden.

Variabel bebas kebiasaan makan, variabel terikat kejadian gastritis.Hasil

penelitian menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan makan baik

sejumlah 10 orang (27%), dan yang memiliki kebiasaan makan buruk

berjumlah 27 orang (73%). Responden yang mengalami gastritis sejumlah

32 orang (86,5%), dan yang tidak terjadi gastritis sejumlah 5 orang

(13,5%). Tabulasi silang didapatkan hasil responden yang memiliki

kebiasaan makan baik dan terjadi gastritis sejumlah 8 orang (80%), dan

yang tidak terjadi gastritis sejumlah 2 orang (20%). Dan yang memiliki

kebiasaan makan buruk yang terjadi gastritis sejumlah 24 orang (88,9%)

yang tidak mengalami gastritis sejumlah 3 orang (11,1%). Hasil uji

Spearman Rank test p = 0,016 ( < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini

adalah ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian gastritis pada


11

remaja usia 19-22 tahun di Desa Mayangan Jombang. Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel independen, dimana

peneliti akan meneliti konsumsi makanan pedas, konsumsi alcohol dan

konsumsi obat sedangkan penelitian terkait tersebut meneliti kebiasaan

makan. Populasi yang akan digunakan juga berbeda, peneliti akan

menggunakan populasi remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

sedangkan penelitian terkait di Desa Mayangan Jombang.

2. Penelitian oleh Fathan dkk (2019) dengan judul Hubungan Konsumsi Obat

OAINS dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa di Universitas di

lampung menyebutkan bahwa ada pengaruh dari konsumsi obat OAINS

sebagai penekan nyeri pada kejadian gastritis. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah konsumsi obat OAINS dan variabel terikatnya adalah

kejadian gastritis. Menggunakan desain penelitian kualitatif deskripsi

dengan 10 responden. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah pada jenis penelitian, dimana peneliti akan meneliti dengan jenis

penelitian kuantitatif sedangkan penelitian terkait menggunakan penelitian

kualitatif. Selain itu, variabel independen pada penelitian juga berbeda,

peneliti akan meneliti konsumsi makanan pedas, alcohol serta obat

sedangkan penelitian terkait meneliti konsumsi obat OAINS.

3. Penelitian oleh Syafi’I & Andriani (2018) dengan judul Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat di

Puskesmas Babbusalam Aceh menyebutkan bahwa jenis penelitian ini

adalah jenis penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan


12

di Puskesmas Babbusalam Aceh. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dengan jumlah

sampel dalam penelitian ini ketika dilakukannya penelitian yaitu

berjumlah 35 orang. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Terdapat

hubungan antara kebiasaan makan, merokok, minum alkohol dan kopi

terhadap kejadian gastritis. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada variabel independen, dimana peneliti akan meneliti

konsumsi makanan pedas, konsumsi alcohol dan konsumsi obat sedangkan

penelitian terkait tersebut meneliti kebiasaan makan, merokok, minum

alkohol dan kopi. Populasi yang akan digunakan juga berbeda, peneliti

akan menggunakan populasi remaja di Wilayah Kerja Puskesmas

Grobogan sedangkan penelitian terkait di Puskesmas Babbusalam Aceh


13
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Gastritis

a. Definisi gastritis

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung atau peradangan

lokal yang penyebaran nya pada mukosa lambung dan berkembang

dipenuhi bakteri yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal.

Karakteristik dari peradangan yaitu anoreksia, rasa penuh atau tidak

nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Sya’diyah, 2018)

Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013) Gastritis merupakan

peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus

atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis disebabkan

oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu,

beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya

sawar mukosa pelindung lambung.

Serta Sukarmin (2013) menyebutkan bahwa Gatritis merupakan

peradangan yang mengenai mukosa lambung, peradangan ini

mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam

gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang

timbunlnya proses inflamasi pada lambung.

13
14

b. Etiologi

Menurut Sya’diah (2018) menyebutkan penyebab gastritis adalah

sebagai berikut :

1) Gastritis akut erosif

Penyebab yang paling sering dijumpai adalah :

a) Obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin. Dalam dosis

rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.

b) Bahan kimia misalnya lysol.

c) Merokok.

d) Alkohol.

e) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,

pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan

suasana saraf pusat.

f) Refluks usus lambung.

2) Gastritis kronik

Pada gastritis ini, etiologi pada umumnya belum diketahui,

Gastritis kronik sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit

lain, misalnya : anemia pernisiosa, anemia defisiensi besi karena

adanya perdarahan kronis

c. Klasifikasi

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada

sebagian besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna.

Salah satu bentuk gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :


15

a) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang

terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muscolaris (otot-

otot pelapisan lambung)

b) Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada

penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dalam

berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,

menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

2) Gastritis Kronis

Menurut Muttaqin (2011) gastritis kronis adalah suatu peradangan

mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis

diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu :

a) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema,

serta perdarahan dan erosi mukosa.

b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan

mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus

dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini

merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal

dan sel chief.

c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya

nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler,

tipis, dan hemoragik


16

d. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga

muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa

pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut

dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri

epigastrum, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan

Lusiabah, 2010). Tanda dan gejala gastritis adalah :

1) Gastritis Akut

a) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan

pada mukosa lambung.

b) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang

sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa

lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.

c) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis

dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia

pasca perdarahan.

2) Gastritis Kronis

Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai keluhan.

Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause

dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

e. Pemeriksaan penunjang

Menurut Sya’diyah (2018) penderita di diagnosegastritis apabila

melakukan pemeriksaan:
17

1) Pemeriksaan darah

Tes digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. Pylari

dalam darah, hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien

pernahkontakdengan bakteri tersebut

2) Pemeriksaan feses

Tes ini memeriksa adakah H. Pylari atau tidak, tes hasil yang

positifmengidentifikasi terjadi infeksi dan hasil pemeriksaan

seperti warna feses merah kehitaman, bau sedikit amis.

3) Endoskopi saluran cerna atas

Untuk mengidentifikasi adanya ketidaknormal pada saluran

cerna bagian atas. Dilakukan dengan cara memasukkan selang

kecil melaluimulut dan masuk kedalam esophagus, lambung, dan

bagian atas usus kecil

4) Rontgen saluran cerna

Melihat adanya tanda- tanda gastritis atau penyakit pencernaan

lainnya. Biasanya pasien menelan cairan terlebih dahulu

berfungsicairan ini melapisi saluran cerna akan terlihat lebih

jelas di ronsen

f. Komplikasi

Menurut Sya’diyah (2018) menyatakan Gastritis mempunyai

komplikasi sebagai berikut:


18

1) Gastritis akut

Terdapat perdarahan di saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

hematemesi dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik.

Perdarahan SCBA sama dengan tukak peptik yang membedakan

penyebab utama adalah infeksi H. Pylari sebesar 100% pada

tukak lambung diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan

endoskopi

2) Gastritis Kronik

a) Perdarahan saluran cerna bagian atas

b) Ulkus

c) Perporasi

d) Anemia karena gangguan absorbs vitamin B12

2. Makanan pedas

a. Definisi makanan pedas

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap

saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar

bermanfaat bagi tubuh. Produk makanan atau pangan adalah segala

sesuatu yang berasal dari sumber hayati atau air, baik yang diolah

maupun tidak diolah yang diperuntukkan untuk makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto & Hidayati, 2010).

b. Manfaat makanan pedas


19

Menurut Handayani (2018 )menyebutkan manfaat makanan pedas

bagi kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Manfaat Konsumsi Makanan Pedas untuk Kesehatan

Beberapa makanan akan terasa lebih nikmat jika ditambahkan

cabai atau sambal agar rasanya lebih menggugah. Tahukah kamu,

terdapat banyak manfaat yang didapatkan dari konsumsi makanan

pedas untuk kesehatan. Faktanya, cabai sebagai bumbu masak

sudah digunakan sejak jaman dulu untuk mengobati radang dan

melancarkan sirkulasi darah. 

Ketika kamu mengonsumsi makanan pedas, maka darah dalam

tubuh akan mengalir lebih cepat dari biasanya. Sehingga, racun-

racun yang berada dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui

keringat. Selain itu, masih banyak manfaat kesehatan lainnya

yang bisa kamu dapatkan dari mengonsumsi makanan pedas,

seperti:

2) Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Salah satu manfaat dari konsumsi makanan pedas adalah dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari penyakit yang

menyerang. Manfaat ini didapatkan melalui konsumsi cabai dan

paprika yang terkenal akan kandungan vitamin C dan A-nya yang

sangat tinggi. Kedua jenis vitamin tersebut merupakan zat

antioksidan yang bermanfaat untuk melindungi tubuh dari


20

serangan penyakit. Dengan demikian, seseorang yang gemar

mengonsumsi cabai tidak mudah terserang penyakit.

3) Menurunkan Berat Badan

Manfaat makanan pedas lainnya untuk kesehatan adalah dapat

menurunkan berat badan. Rasa pedas dan terbakar di lidah saat

mengonsumsi cabai disebabkan karena adanya kandungan

senyawa capsaicin pada cabai. Ternyata, kandungan tersebut

dapat meningkatkan temperatur tubuh dan mempercepat kerja

metabolisme, sehingga kalori dalam tubuhmu dapat lebih cepat

terbakar.

4) Mencegah Kanker

Disebutkan juga kamu dapat mencegah kanker hanya dengan

konsumsi makanan pedas secara rutin. Kandungan capsaicin pada

cabai juga berkhasiat untuk menghambat atau bahkan mematikan

pertumbuhan sel-sel kanker tanpa merusak sel-sel sehat di

sekitarnya. Manfaat ini bisa didapatkan jika mengonsumsi cabai

dengan rutin.

5) Menyehatkan Jantung

cabai dapat mencegah terjadinya pembekuan darah. Kandungan

capsaicin terbukti efektif melawan inflamasi yang merupakan

penyebab dari penyakit jantung.

6) Bahaya Terlalu Banyak Konsumsi Makanan Pedas


21

Walaupun banyak manfaat yang diperoleh dari konsumsi

makanan pedas, tidak serta-merta kamu dapat mengonsumsinya

dengan porsi yang banyak. Perlu ada takaran yang pas agar

gangguan yang terjadi pada perut dapat dihindari. Berikut adalah

beberapa bahaya dari konsumsi makanan pedas yang terlalu

banyak:

7) Maag

Salah satu bahaya dari mengonsumsi makanan pedas adalah

maag. Jumlah cabai yang banyak dapat menyebabkan lambung

mengalami iritasi atau peradangan, yang umumnya disebut

penyakit maag. Bukan hanya itu, kamu juga dapat mengalami

diare dan sakit kepala karenanya.

8) Asam Lambung Naik

Seseorang yang kerap mengonsumsi makanan yang sangat pedas

dapat menyebabkan dampak buruk pada lambung. Pasalnya,

makanan pedas dapat memicu naiknya asam lambung yang

menyebabkan tenggorokan menjadi panas. Selain itu, dinding

lambung pun dapat mengalami iritasi dan kerusakan.

9) Mengiritasi Usus

Usus juga salah satu bagian dalam tubuh yang terbilang sensitif,

sehingga jika seseorang mengonsumsi makanan pedas terlalu

banyak maka bahaya dapat terjadi. Gangguan pada usus mungkin

sulit kamu hindari, sehingga menimbulkan iritasi


22

3. Teori Obat

a. Definisi

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi

yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia (Supardi, 2012)

b. Pengolongan obat

Macam-macam penggolongan obat :

1) Menurut kegunaannya obat dapat dibagi :

a) Untuk menyembuhkan (terapeutic)

b) Untuk mencegah (prophylactic)

c) Untuk diagnosa (diagnostic)

2) Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi :

a) Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah

obat yang digunakan melalui orang dan diberi tanda etiket

putih.

b) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah

obat yang cara penggunaannya selain melalui oral dan diberi

tanda etiket biru. Contohnya implantasi, injeksi, topikal,

membran mukosal, rektal, vaginal, nasal, opthal, aurical,

collutio/gargarisma.
23

3) Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi :

a) Lokal adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat,

seperti obat – obat yang digunakan secara topikal pemakaian

topikal. Contohnya salep, linimenta dan cream

b) Sistemis adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh.

Contohnya tablet, kapsul, obat minum dan lain – lain.

4) Menurut undang-undang kesehatan obat digolongkan dalam :

a) Obat narkotika (obat bius) Merupakan obat yang diperlukan

dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat

pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan

apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan

b) Obat Psikotropika (obat berbahaya) obat yang mempengaruhi

proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah

pikiran/perasaan / kelakuan orang.

c) Obat keras adalah semua obat yang mempunyai takaran

maksimum atau yang tercantum dalam daftar obat keras.

diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan

garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh

garis tepi.

d) Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan

tidak membahayakan bagi si pemakai dan diberi tanda

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.


24

c. Pengaruh konsumsi obat terhadap kejadian gastritis

Penggunaan obat dapat menyebabkan penyakit gastritis. Salah

satu obat yang dapat menyebabkan gastritis adalah Obat anti

inflamasi non-steroid(OAINS). Obat golongan ini merupakan

suatukelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obatada yang

berbeda secara kimia.Walaupundemikian,obat-obat ini ternyata

mempunyai banyak persamaan dalam efek samping maupun

efekterapi. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Oleh karena

itu, banyak golongan dalam obat ini sering disebut obat mirip aspirin

(Mary J, 2011).

Obat anti inflamasi non-steroid(OAINS) merusak mukosa

lambung melalui 2 mekanisme, yaitu topikal dan sistemik.

Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat

lipofilik dan asam, sedangkan efek sistemik OAINS yaitu kerusakan

mukosa yang terjadi akibat penurunan produksi prostaglandin secara

bermakna (Samidibrata, 2008).

4. Teori alkohol

a. Definisi alkohol (minuman keras)

Peraturan Menteri Perindustrian Nomer 71/MInd/PER/7/2012

tentang pengendalian dan pengawasan industri minuman beralkohol

mendefinisikan minuman beralkohol adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH), diproses dari bahan


25

hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi

dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Definisi ini terlihat jelas

berdasarkan batas maksimum etanol yang diizinkan adalah 55%.

Etanol dapat dikonsumsi karena diproses dari bahan hasil pertanian

melalui fermentasi gula menjadi etanol, yang merupakan salah satu

reaksi organik. Jika menggunakan bahan baku pati/karbohidrat,

seperti beras, ketan, tape, singkong maka pati diubah terlebih dahulu

menjadi gula oleh amylase untuk kemudian diubah menjadi etanol

(Hardiyani, 2014).

Alkohol atau minuman keras adalah minuman yang

mengandung etanol. Etanol sendiri merupakan bahan psikoaktif dan

konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran (Darmawan, 2010).

Sedangkan menurut Igbal (2012) alkohol adalah segala jenis

minuman yang memabukkan, sehingga dengan meminumnya menjadi

hilang kesadarannya.

b. Penggolongan minuman alkohol

Minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau

asal impor dikelompokan dalam golongan sebagai berikut (Irmayanti,

2013):

1) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang

mengandung etilalkohol atau etanol dengan kadar sampai dengan

5% (lima persen), Jenisminuman ini paling banyak dijual di

minimarket atau supermarket yaitu bir.Minuman tradisional yang


26

termasuk minuman golongan A yaitu tuak dengan kadar alkohol

4% . Konsumsi alkohol golongan A dengan kadar1 – 5%

seseorang belum mengalami mabuk, tetapi tetap memiliki efek

kurangbaik bagi tubuh.

2) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang

mengandung etilalkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 5%

(lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen). Jenis

minuman yang termasuk di golongan iniadalah aneka jenis anggur

atau wine. Alkohol pada kadar ini sudah cukuptinggi dan dapat

membuat mabuk terutama bila diminum dalam jumlahbanyak

terutama bagi yang tidak terbiasa mengkonsumsi

minumanberalkohol.

3) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang

mengandung etilalkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 20%

(dua puluh persen) sampaidengan 55% (lima puluh lima persen).

Jenis minuman yang termasuk dalamgolongan ini antara lain

whisky, liquor, vodka, Johny Walker, dan lain-lain.

c. Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol

Sarwono (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor

terjadinya penyalahgunaan alkohol, yaitu :

1) Sosial

Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif

sosial seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh


27

pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain

seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga

menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol.

2) Ekonomi

Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut

ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di

Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan

harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau

kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri

minuman keras baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan

periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar

bagi pendapatan negara (tax, revenue dan excise).

3) Budaya

Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah

alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak

dijumpai produk lokal minuman keras yang merupakan warisan

tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh

masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya

tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas

masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene

melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat

bertolak belakang.
28

4) Lingkungan

Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih

dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk

peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan

yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider

kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah

alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun

advokasi pada tingkatan decision maker.

d. Penyalahgunaan alkohol

Menurut Sudeen (2007) Penyalahgunaan alkohol dapat

diklasifikasikan menjadi 5 kategori utama menurut respon serta motif

individu terhadap pemakaian alkohol itu sendiri :

1) Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental.

Kondisi penggunaan alkohol pada tahap awal yang

disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembangnya, remaja selalu ingin mencari

pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba,

termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.

2) Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.

Penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama

teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu,


29

ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai

tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.

3) Penggunaan alkohol yang bersifat situasional.

Seseorang mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu

secara individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan

seseorang yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini

merupakan cara untuk melarikan diri dari masalah, konflik, stress

dan frustasi.

4) Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.

Penggunaan alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah

mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung

selama 1 bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku,

mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti di

lingkungan pendidikan atau pekerjaan.

5) Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.

Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik

ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat

(alkohol). Suatu kondisi dimana indidvidu yang biasa

menggunakan zat adiktif (alkohol) secara rutin pada dosis tertentu

akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti

memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan

macam zat yang digunakan.


30

Berdasarkan respon individu terhadap penyalahgunaan

alkohol seperti tersebut diatas, dampak yang diakibatkan oleh

individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan

ketergantungan adalah paling berat. Individu yang sudah berada

pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan akan dapat

berperilaku anti sosial. Perilaku agresif, emosional, acuh, dan

apatis terhadap permasalahan dan kondisi sosisalnya adalah sifat-

sifat yang sering muncul pada orang dengan penyalahgunaan dan

ketergantungan terhadap alkohol.

Pada fase eksperimental, rekreasional dan situasional,

dampak yang muncul biasanya diakibatkan oleh perilaku

kelompok remaja pemakai alkohol pada tahap ini. Kebut-kebutan

di jalan, pesta pora, aktivitas seksual, perkelahian, dan tawuran

adalah perilaku yang sering ditunjukkan oleh kelompok remaja

pemakai alkohol pada tahap awal ini.

e. Dampak Minuman Beralkohol

Darmawan (2010) menyatakan bahwa dampak negatif

penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1) Dampak Fisik

Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan

kebiasaan minum alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit

jantung dan syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati (liver

cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah studi


31

memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara

dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari

selama 25 tahun akan mengakibatkan serosis hati.

Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten

bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian

tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan,

larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui

berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol mengkatifkan ensim-

ensim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab

kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan

berlipatganda (multiplying) secara tak terkendali (Tarwoto dkk,

2010).

Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan darah

yang relatif lebih tinggi dibandingkan non peminum (abstainer),

demikian pula mereka lebih berisiko mengalami stroke dan

serangan jantung. Peminum kronis dapat pula mengalami berbagai

gangguan syaraf mulai dari dementia (gangguan kecerdasan),

bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori. Diduga

konsumsi alkohol yangberlebihan dapat menimbulkan defisiensi

thiamin, yaitu komponen vitamin B komplek berbentuk kristal

yang esensial bagi berfungsinya sistem syaraf.


32

2) Dampak Psikoneurologis

Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan,

serta dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga

menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,

kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya.

3) Dampak Sosial

Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana

perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,

perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini

menekan pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi

agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang

melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta

meningkatkan resiko kecelakaan.

Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan alcohol

dibedakan menjadi 2 kategori :

a) Pengaruh jangka pendek

Walaupun pengaruhnya terhadap individu berbeda-beda,

namun terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam

darah Blood Alkohol Concentration (BAC) dan efeknya.

Euphoria ringan danstimulasi terhadap perilaku lebih aktif

seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam

darah. Resiko intoksikasi (mabuk) merupakan gejala

pemakaian alkohol yang paling umum. Penurunan kesadaran


33

seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat

demikian juga nafas terhenti hingga kematian. Selain itu efek

jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangnya

produktifitas kerja. Alkohol juga dapat menyebabkan perilaku

kriminal. Ditenggarai 70% dari narapidana menggunakan

alkohol sebelum melakukan tindakkekerasan dan lebih dari

40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol

b) Pengaruh Jangka Panjang

Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka

panjang dapat menyebabkan penyakit khronis seperti kerusakan

jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker

saluran pencernaan, gangguan pencernaan lain (misalnya tukak

lambung), impotensi dan berkurangnya kesuburan,

meningkatnya resiko terkena kanker payudara, kesulitan tidur,

kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana

perasaan, sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi.

f. Penggolongan peminum alcohol

Menurut Ray dan Ksir (2013) penggolongan peminum alcohol menurut

frekuensi dan intensitasnya adalah

1) Rendah

Frekuensi minum alcohol dengan intensitas kurang dari 4 kali

setiap bulan. Dalam penelitian yang akan dilakukan, untuk

menentukan rendahnya perilaku minuman keras dihitung


34

berdasarkan nilai kuesione. Apabila kurang dari nilai cut off point

maka dinyatakan mempunyai perilaku miras rendah.

2) Tinggi

Frekuensi minum alcohol dengan kurang lebih satu kali setiap

minggu. Dalam penelitian yang akan dilakukan, untuk menentukan

rendahnya perilaku minuman keras dihitung berdasarkan nilai

kuesione. Apabila lebih dari nilai cut off point maka dinyatakan

mempunyai perilaku miras tinggi.

5. Remaja

a. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling

banyak terjadi konflik pada diri seseorang. Pada masa ini terjadi

perubahan-perubahan penting baik fisik maupun psikis. Masa ini

menunutut kesabaran dan pengertian yang luar biasa dari orang tua

(Sarwono, 2011).

Menurut Jahja (2011) masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada

umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

b. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja menurut WHO (2018) mendefinisikan bahwa

anak bisa dikatakan remaja apabila telah mencapai umur 10-19 tahun.
35

Sedangkan tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2011),

yaitu:

1) Remaja awal (early adolescence) usia 10-13 tahun Seorang remaja

pada tahap ini masih heran akan perubahanperubahan yang terjadi

pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru,

cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara

erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan

dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai

berfikir abstrak.

2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun Pada tahap ini

remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang

jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-

teman yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja

cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu

harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini mulai

timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan

berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai

mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3) Remaja akhir (late adolesence) 17-19 tahun Tahap ini adalah masa

konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan

pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


36

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-

orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan publik

c. Perkembangan remaja

Menurut Hurlock (2010) Perkembangan remaja meliputi

beberapa hal, yaitu :

1) Perkembangan fisik remaja

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat

perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak

laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada

anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak

laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah masa puber,

kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan.

Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh

usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung

mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang

lebih awal.

2) Perkembangan sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah

yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus


37

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang

sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan

orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus

membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit

adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok

sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial

yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai

baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru

dalam seleksi pemimpin.

Remaja dengan kepribadian yang labil dan pengaruh teman

pergaulan di masyarakat ataupun di lingkungan sekolah bisa

menjadikan remaja terjerat dalam lingkaran penyalahgunaan

alkohol. Remaja bisa mengkonsumsi alkohol karena orang tua

memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan, ini merupakan

sebuah pemicu penyalahgunaan uang tersebut. Selain itu juga

peredaran alkohol yang merajalela di perkotaan sampai ke pelosok

desa akan mempermudah remaja untuk mendapatkan alkohol.

3) Perkembangan emosi

Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode

“badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi

meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.


38

Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan

sosial dan menghadapi kondisi baru.

Pada masa ini remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya

dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan

dengan menggerutu, atau dengan suara keras mengritik orang-

orang yang menyebabkan amarah.

4) Perkembangan moral

Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat

mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya

kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan

harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan

diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.

Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep

moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip

moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode

moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.

5) Perkembangan kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan

sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan

mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman

mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam

hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk

memperbaiki kepribadian mereka.


39

Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai

dasar konsep mereka mengegfynai kepribadian “ideal”. Tidak

banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan

mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.

d. Perilaku kenakalan remaja

Menurut Sarwono (2010) membagi kenakalan remaja

menjadi empat bentuk:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:

perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2) Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang

lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, konsumsi miras, dan

hubungan seks bebas.

4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status

anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah,

membantah perintah.
40

B. Kerangka teori

Pengaruh obat terhadap Faktor yang mempengaruhi


gastritis : kebiasaan makan :

 Obat anti 1. Pengaruh teman sebaya


inflamasi non- 2. Aktivitas yang terlalu
banyak
steroid(OAINS).
3. Tingkat ekonomi
4. Kemajuan industri
Penyebab kejadian gastritis : :
makanan seperti, fastfood,
: makanan pedas, junk food
1. Pemakaian obat
inflamasi nonsteroid
Kejadian
2. Konsumsi alkohol yang Kebiasaan
Gastritis
berlebihan makan pedas
3. Kebiasaan makan Dampak makanan
buruk pedas
4. Bakteri
5. Stress yang berlebihan 1. Maag
Baik Buruk
6. Merokok.
2. Asam lambung naik

3. Mengiritasi usus

Keterangan :

Yang diteliti :

Yang tidak diteliti :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Sya’diah (2018), Wijaya & Putri (2013)


41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel penelitian

Menurut Hidayat (2017) menyatakan variabel penelitian adalah

karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek

lainnya. Variabel penelitian dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variable yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variable dependen (terikat) (Hidayat, 2017). Variabel

independen pada panelitian ini adalah makanan pedas, obat dan alkohol.

2. Variabel Dependen (tergantung/terikat)

Variabel dependen adalah variabel tergantung juga disebut kejadian,

manfaat, efek atau dampak (Hidayat, 2017). Variabel dependent pada

penelitian ini adalah gastritis.

B. Hipotesis Dan Kerangka Konsep

Menurut Hidayat (2017) menyebutkan hipotesis merupakan sebuah

pernyataan tentang pengaruh yang diharapkan antara dua variabel atau lebih

yang dapat diuji secara empiris. maka hipotesa yang dapat dirumuskan adalah:

Ha : “ada hubungan makanan pedas, obat dan alkohol dengan kejadian

gastritis pada remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan”

Ho : “tidak ada hubungan makanan pedas, obat dan alkohol dengan kejadian

gastritis pada remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan”

41
42

Sedangkan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

VARIABEL INDEPENDENT VARIABEL DEPENDENT

Makanan pedas, obat dan Gastritis


alkohol

Gambar 3.1 Variabel

C. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, Faenkel dan Wallen

(2013) menyebutkan penelitian korelasi merupakan suatu penelitian untuk

mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih

tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak

terdapat manipulasi variabel Penelitian ini akan menggunakan desaign cross

sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmojo, 2012).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009) menyatakan populasi merupakan seluruh

subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan

hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik

atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh remaja di Wilayah Kerja Puskesmas

Grobogan Kabupaten Grobogan sejumlah 122.


43

2. Sampel

Menurut Hidayat (2017) menyatakan sampel merupakan bagian

populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan

adalahaccidental sampling yaitu tekhnik yang digunakan dengan cara

responden yang ditemukan saat itu maka dapat dijadikan responden

penelitian(Hidayat, 2017).

Besaran jumlah sampel penelitian dapat di peroleh dari perhitungan

pengambilan sampel yang diketahui populasinya dengan rumus Slovin,

penggunaan rumus perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil minimal

sampel sebagai acuan dalam pengambilan sampel dari populasi yang ada

yaitu

Gambar 3.2 Rumus Populasi

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Jumlah sampel

d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (10%)


44

= 93,48 dibulatkan menjadi 94

Sehingga ditetapkan responden penelitian minimal 94 responden.

Peneliti juga mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan

peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:

a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel

(Notoadmojo, 2012) antara lain :

1) Bersedia menjadi responden

2) Remaja yang domisili di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan

b. Kriteria ekslusi, yaitu cirri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi dalam

penelitian yang akan dilakukan adalah

1) Remaja yang bekerja diluar kota

2) Remaja yang tidak bersedia menjadi responden.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

Hubungan antara konsumsi makanan pedas, alkohol dan obat terhadap

kejadian gastritis pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Grobogan

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Independent : Perilaku Kuesioner Hasil kuesioner Ordinal
Makanan konsumsi yang terdiri kemudian di olah
pedas makanan pedas dari 10 dengan rumus Cut Of
remaja di pertanyaan Point (COP) :
Wilayah Kerja
Puskesmas
Grobogan Jumlah skor yang
selama 1 bulan diperoleh dan
45

terakhir. dikategorikan:
1. Konsumsi
makanan pedas ≥
nilai COP
2. Tidak konsumsi
makanan pedas<
nilai COP
Alkohol Perilaku Lembar Hasil kuesioner
konsumsi kuesioner kemudian di olah
alkohol remaja yang terdiri dengan rumus Cut Of
di Wilayah dari 5 Point (COP) :
Kerja pertanyaan
Puskesmas
Grobogan Jumlah skor yang
selama 1 tahun diperoleh dan
terakhir dikategorikan:
1. Konsumsi alkohol
≥ nilai COP
2. Tidak konsumsi
alkohol< nilai
COP
Obat Riwayat Lembar Hasil kuesioner
konsumsi obat kusioner kemudian di olah
analgesik yang terdiri dengan rumus Cut Of
remaja selama dari 5 Point (COP) :
1 bulan pertanyaan
terakhir
Jumlah skor yang
diperoleh dan
dikategorikan:
1. Konsumsi obat ≥
nilai COP
2. Tidak konsumsi
obat< nilai COP
Dependent: peradangan Lembar Hasil dikategorikan: Nominal
Gastritis mukosa obervasi 1. Gastritis apabila
lambung yang terdiagnosis
terjadi pada gastritis oleh
remaja yang dokter
ditandai 2. Tidak Gastritis
dengan apabila tidak
timbulnya rasa terdiagnosis
nyeri selama 1 gastritis
bulan terakhir.
46

F. Metode dan prosedure pengumpulan data

a. Metode pengumpulan data

Menurut Hidayat (2017) menyatakan metode pengumpulan data

merupakan cara yang dilakukan dalam penggumpulan data penelitian.

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1) Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari

responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga

data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014).

Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner konsumsi makanan

pedas, alkohol, obat dan kejadian gastritis.

2) Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah data yang didapat dari

catatan, buku, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori,

majalah, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder

ini tidsk perlu diolah lagi (Sujarweni, 2014). Data sekunder dari

penelitian dengan cara mencari literatur kepustakaan baik dengan

buku maupun literatur jurnal di internet.

b. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini di lakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan studi pendahuluan pada remaja di Wilayah Kerja

Puskesmas Grobogan
47

2) Menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedure penelitian kepada calon

responden

3) Mengelompokan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan

memenui kriteria penelitian

4) Memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada responden

5) Melakukan penelitian dengan membagi kuesioner konsumsi makanan

pedas, alkohol, obat dan kejadian gastritis dalam satu waktu

6) Data dikumpulkan dan di analisa menggunakan program

komputerisasi.

G. Intrumen pengumpulan data

Instrumen merupakan suatu alat ukur penelitian, instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk

mengukur konsumsi makanan pedas, alkohol, obat dan kejadian gastritis.

Sebelum digunakan kuesioner di uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu,

agar kuesioner yang diberikan benar-benar valid dan layak untuk dipakai.

Adapun uji validitas dan reliabilitas adalah:

1) Uji validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Hidayat, 2017). Uji validitas pada

penelitian ini adalah menguji kuesioner yang akan digunakan pada saat

penelitia. Uji validitas akan dilakukan kepada 20 responden di Desa getas.

Dengan jumlah responden uji validitas akan yang ditentukan 20 maka


48

diketahui nilai r tabel 0.444. Sehingga seluruh hasil r hitung setiap item

kuesioner harus di atas nilai r tabel 0.444.

2) Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas

digunakan untuk mencari layak tidaknya kuesioner dipakai untuk

instrument penelitian. Hasil dari uji reliabilitas harus di atas dari 0.60

untuk mendapatkan hasil kuesioner dinyatakan reliable.

H. Rencana Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahap tahap

sebagai berikut :.

a. Coding

Pemberian kode variabel pada hasil penelitian untuk kemudahan

analisis dengan computer.

b. Editing

Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap materi yang telah

disusun. Editing data dilakukan sebelum proses pemasukan data, agar

data yang salah atau meragukan bisa diperbaiki.

c. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel.


49

d. Cleaning

Cleaning data adalah memastikan bahwa data yang telah dimasukkan

sesuai yang sebenarnya, apabila data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya dilakukan pembetulan.

2. Analisa data

Pada tahap ini data di olah dengan metode tertentu, dengan data

kuantitatif melalui proses komputerisasi. Metode analisa yang digunakan

yaitu :

1) Analisa Univariat

Hidayat (2017) menyebutkan analisis yang dilakukan terhadap

masing-masing dan hasil penelitian untuk mengetahui distribusi dan

presentase dari tiap variabel. Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk

analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Pada penelitian yang

akan dilakukan,analisa univariat dilakukan untuk mengetahui

presentase dari karakteristik responden, presentase konsumsi makanan

pedas, alkohol, obat dan kejadian gastritis.

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

dengan menggunakan uji statistic. Analisis bivariat dalam penelitian


50

yang akan dilakukan adalah untuk mencari korelasi dari variabel

independent yaitu konsumsi makanan pedas, alkohol dan obat dengan

variabel dependent yaitu kejadian gastritis pada remaja. Analisa yang

digunakan adalah uji korelasi chi square dimana uji tersebut

digunakan untuk variabel yang berskala nominal. Interprestasi dari

hasil uji tersebut adalah didasarkan besarnya nilai p (p-value) yang

dibandingkan dengan besarnya α = 0,05. Bila p < 0,05 berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna dan sebaliknya bila p >

0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara dua variabel tersebut

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan

rekomendasi dari Universitas An Nur Purwodadi untuk dapat melakukan

penelitian sesuai dengan judul penelitian.Setelah mendapatkan izin baru

melakukan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang

meliputi:

1. Prinsip manfaat

Yaitu penelitian yang akan dilaksanakan tidak mengakibatkan penderitaan

dan eksploitasi pada subjek dan peneliti secara hati-hati

mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat pada

subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia

a. Subjek berhak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden atau

partisipan penelitian.
51

b. Subjek berhak mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(righ to full disclosur).

c. Informed consent yaitu subjek akan mendapatkan informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian dan data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan

a. Mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment) yaitu

subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (tigh to privacy) meliputi anominity yaitu

data yang diberikan akan dirahasiakan dengan tanpa nama dan

confidentiality yaitu subjek akan dijamin kerahasiannya


52

DAFTAR PUSTAKA

Almas dkk (2019). Hubungan kebiasaan makan dengan kejadian gastritis pada
remaja usia 19-22 tahun di desa mayangan kecamatan jogoroto
kabupaten jombang). STIKes Insan Cendekia Medika Jombang

Darmawan, (2010). Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya.Bandung:


Remaja Rosdakarya

Faenkel dan Wallen (2013). How to Design and Evaluate. Research in Education
8th Edition. Boston

Fathan dkk, 2018. Hubungan Konsumsi OAINSterhadap Gastritis.


FakultasKedokteran. Universitas Lampung

Fathan dkk (2019). Hubungan Konsumsi OAINSterhadap Gastritis. Fakultas


Kedokteran, Universitas Lampung

Huzaifah, 2019. Hubungan pengetahuan tentang penyebab gastritis dengan


perilaku pencegahan gastritis (Relationship of knowledge about gastritis
causes with gstritis prevent behavior

Hardiyani, (2014). Perbedaan Pengendalian Emosi Marah antara Laki-laki dan


Perempuan pada Masa Dewasa Awal. http://psikologi.ub.ac.id

Handayani (2018). HubunganDukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien


Gastritis Di Puskesmas Jatinangor. Bandung :FIKUNPAD

Hidayat (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Igbal (2012). Hubungan Uretritis Gonore pada Pria dengan Minuman Beralkohol
di 2 Klinik IMS Bandung. Universitas Islam Bandung

Irmayanti, (2013). Penyalahgunaan Alkohol Di Kalangan Mahasiswa. skripsi.


UNMUH Surakarta

Kurnia (2009). KiatJitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran. Yagyakarta :Best


Publisher

Laila, 2019. Buku Panduan Perawatan kesehatan.Yogyakarta: Leutikaprio

Nauri, 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
53

Notoadmojo (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Puspadewi dkk.2018. Penyakit maag dan Gangguan pencernaan.
Yogyakarta:Kanisius

Riset Kesehatan Dasar (2018). Prevalensi52gastritis. Kementrian kesehatan RI

Rukmana (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis Di


SMA N 1 Ngaglik [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Aisyiyah
Yogyakarta

Ray dan Ksir (2013). Drugs, society and human behavior, 4thedition. St. Louis:
Mosby

Sukarmin, 2019. Keperawatan pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Sulastri, dkk 2019. Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis di Wilayah


KerjaPuskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Kabupaten Kampar Riau, Riau: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Syafii dan Andriani (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan


Aplikasi.Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Soetjiningsih (2018). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :


Sagung Seto

Sukarmin (2013). Keperawatan pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Suratun dan Lusiabah, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem. Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

Supardi, (2012). Farmakologi Obat-Obat Dalam Praktek Kebidanan.Yogyakarta:


Nuha Medika

Samidibrata, (2008). Diagnosis of nsaidgastropathy and its complications. Dalam:


Simadibrata MK, Abdullah M, SyamAF, editor.Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FK UI

Sarwono (2011). Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers

Sudeen (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Sujarweni, 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press
54

Wijaya & Putri (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa


Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Puskesmas Grobogan

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Nim :
Merupakan mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas An Nur Purwodadi
yang bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara
Konsumsi Makanan Pedas, Alkohol dan Obat terhadap Kejadian Gastritis pada
Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Grobogan” sebagai syarat kelulusan.
Peneliti ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara
sebagai calon responden. Kerahasiaan serta informasi yang akan diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara tidak
bersedia menjadi responden, maka saudara diperbolehkan menolak menjadi
responden penelitian. Apabila saudara menyetujui, maka saya mohon untuk dapat
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Hormat saya,
55

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
Umur :
Pekerjaan :
Menyatakan bersedia menjadi informan penelitian dari :
Nama :
Nim :
Judul : Hubungan antara Konsumsi Makanan Pedas, Alkohol dan Obat
terhadap Kejadian Gastritis pada Remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Grobogan

Persetujuan ini saya berikan secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun. Saya telah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan saya telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya akan menjawab semua pertanyaan
dengan sejujur-jujurnya.

Surakarta, ………………. 2021


Responden

(…………………………………)
56

KUESIONER PENGUMPULAN DATA

Kode (diisi peneliti) :

Tanggal :

A. Kuesioner Data Responden

Petunjuk pengisian: Saudara / Saudari akan mengisi informasi tentang data

pribadi. Jawablah pertanyaan ini dengan keadaan yang sebenarnya.

Berilah tanda ( ) pada jawaban yang Saudara / Saudari pilih.

Data Responden :

Nomer Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

B. Data Kebiasaan Makan Pedas


No Pernyataan kebiasaan makan Pedas Ya Tidak
1 Saya cenderung suka makanan yang pedas
2 Saya setiap hari makan makanan pedas
3 Saya cenderung suka ngemil makanan pedas
4 Ibu saya selalu memasak masakan pedas untuk di hindangkan
5 Makanan favorit saya adalah makanan yang pedas
6 Saat makan makanan seperti mie ayam atau bakso, saya selalu
menggunakan sambal dan saos
7 Saya cenderung tidak terlalu suka mengkonsumsi makanan
pedas secara berlebih
8 Saya jarang-jarang ngemil snack yang berasa pedas
9 Keluarga saya mengurangi masakan yang pedas
57

10 Perut saya tidak nyaman saat makan makanan pedas

C. Data Konsumsi Obat


No Pernyataan kebiasaan makan Pedas Ya Tidak
1 Dalam satu minggu terakhir saya mengkonsumsi obat
2 Saat perut saya terasa tidak nyaman, saat langsung
mengkonsumsi Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS)
3 Saya selalu menyiapkan obat antinyeri, untuk berjaga-jaga
apabila sewaktu-waktu merasakan sakit di perut atau yang lain
4 Saya membeli obat di apotik, tanpa konsultasi dengan dokter
sebelumnya
5 Dalam satu minggu saya selalu mengonsumsi obat untuk
meredakan nyeri

D. Data konsumsi miras


No Pernyataan Konsumsi minuman alkohol Ya Tidak
1 Saya beberapa kali mengkonsumsi minuman beralkohol
2 Dalam satu minggu terakhir saya pernah mengkonsumsi
alkohol
3 Saya mulai mengkonsumsi alkohol sudah 1 tahun yang lalu
4 Saya mengkonsumsi alkohol dengan teman-teman saya
5 Saya mengkonsumsi lebih dari 1 jenis minuman ber alkohol
58

Lampiran 7

Jadwal Penelitian

NO Tahap kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus


2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Judul
2 Studi Literatur
3 Studi
pendahuluan
4 Penyusunan
proposal
5 Ujian proposal
6 Perbaikan
7 Perijinan
penelitian
8 Pengambilan
data dan
penyusunan
laporan hasil
9 Ujian hasil

Anda mungkin juga menyukai