Anda di halaman 1dari 67

i

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.X DENGAN FOKUS


INTERVENSI BREAST CARE UNTUK MENGATASI TIDAK EFEKTIFAN
PEMBERIAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Oleh :
YUNA INDAH MAHARENA
NIM : 2019012443

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITASAN NUUR
TAHUN 2022

i
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk Kelulusan
Diploma III Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.X DENGAN FOKUS


INTERVENSI BREAST CARE UNTUK MENGATASI KETIDAK
EFEKTIFAN PEMBERIAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Oleh :
YUNA INDAH MAHARENA
NIM : 2019012443

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITASAN NUUR
TAHUN 2022

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap
dipertahankan di hadapan tim penguji Tugas Akhir pada Progam Studi Diploma
Keperawatan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas An Nuur.

Purwodadi, 09 Juni 2022

Pembimbing Utama

Ns.,Meity Mulya Susanti, M.Kes


NIDN. 0610057102

Mengetahui,
Ka.Prodi DIII Keperawatan

Wahyu Riniasih, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN. 0607028301

ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Yuna Indah Maharena, NIM


2019012443 dengan judul Proposal “ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS PADA Ny.X DENGAN FOKUS INTERVENSI
BREAST CARE UNTUK MENGATASI KETIDAK EFEKTIFAN
PEMBERIAN ASI PADA IBU POST PARTUM ”
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji

Penguji Utama Anggota Penguji

Fitriani, M.Kes. Ns.,Meity Mulya Susanti, M.Kes


NIDN. 0602078402. NIDN. 0610057102

Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan Ka.Prodi DIII Keperawatan

Ns., Suryani, M. Kep. Ns., Wahyu Riniasih, M.Kep.


NIDN. 0629108901 NIDN. 0607028301

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA Ny.X DENGAN FOKUS INTERVENSI BREAST CARE
UNTUK MENGATASI KETIDAK EFEKTIFAN PEMBERIAN ASI
PADA IBU POST PARTUM”, sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
program studi DIII Keperawatan di Universitas An Nuur Purwodadi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini mengalami hambatan dan kesulitan. Namun adanya bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns., Purhadi, M. Kep selaku Rektor Universitas An NuurPurwodadi
2. Ns., Suryani, M. Kep. Selaku Kepala Fakultas Sains dan Kesehatan
Universitas An Nuur Purwodadi
3. Ns., Wahyu Riniasih, M. Kep selaku Kepala Program Studi DIII
Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi
4. Ns, Meity MS, M.Kes selaku pembimbing dalam penyusunan Tugas
Akhir yang telah membantu, memberikan petunjuk dan pengarahan
serta semangat dan dorongan untuk menyelesaikan proposal Karya Tulis
Ilmiah ini
5. Bapak Ibu dosen Universitas An Nuur Purwodadi yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
6. Kedua orang tua, dua adik, keluarga, dan sahabat yang saya sayangi dan
saya cintai yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam meraih
cita-cita.
7. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang saling memberikan
semangat dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

iv
jauh dari sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran yang
membangun diharapkan dapat memperbaiki Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam
bidang kesehatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

v
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL KTI ....................... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI......................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 7
E. Sistematika Penulisan ................................................................... 8

BAB II KONSEP TEORI


A. Konsep Teori kasus.............................................................................10
1. Definisi..........................................................................................10
2. Klasifikasi......................................................................................11
3. Etiologi..........................................................................................11
4. Manifestasi Klinik.........................................................................12
5. Fisiologi.........................................................................................18
6. Patofisiologi..................................................................................21
7. Perubahan Psikologi Masa Nifas...................................................21
8. Pathway.........................................................................................24
9. Komplikasi....................................................................................25
10. Penatalaksanaaan...........................................................................25
B. Breast Care..........................................................................................28
C. Fokus Pengkajian................................................................................32
a. Pengkajian......................................................................................32
vi
b. Langkah-Langkah Penerapan asuahan Keperawatan.....................32
c. Diagnosa Keperawatan...................................................................35
d. Implementasi..................................................................................44
e. Evaluasi..........................................................................................45
f. Metodologi Penelitian....................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway............................................................................................24


Gambar 2.2 Breast Care.......................................................................................30

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Jadwal penelitian
Lampiran 5 Lembar Bimbingan Tugas Akhir Mahasiswa
Lempiran 6 Lembar permohonan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 7 Plagiaris

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi tidak ada

satupun makanan yang dapat menggantikan ASI. ASI adalah satu jenis

makanan yang mencakup seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,

psikologis, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,

unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti alergi serta antri inflamasi

(Syukrianti & Yeyen, 2019). ASI memiliki kandungan yang baik yang

tidak ada dalam susu formal, komposisi ASI selalu berubah sesuai dengan

kebutuhan bayi prematur maupun bayi cukup bulan, sehingga bayi yang

diberi ASI akan memiliki status gizi yang lebih baik jika di bandingkan

dengan yang diberi susu formula maupun makanan tambahan yang lain.

MenurutWorld Health Organization(WHO) 2009 terdapat 35,6%

ibu yang gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu-ibu di

Negara berkembang, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal

memberikan ASI ekslusif pada bayinya adalah kurang pemahaman ibu

tentang tehnik menyusui yang benar, sehingga sering terjadi penderita

puting lecet dan retak(Syukrianti & Yeyen, 2019).

1
2

Pemberian ASI eksklusif berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor

33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI

yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa

tambahan makanan maupun minuman lainnya. ASI menjadikan dunia

lebih sehat lebih pintar dan lebih sejahtera, kematian 823.000 anak anak

dan 20.000 ibu setiap tahun dapat dicegah melalui pemberian ASI. Hasil

Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa proposi pemberian ASI eksklusif di

Indonesia sebanyak 37,3%, sementara itu Indonesia berada pada peringkat

66 dari 107 negara menurut World Breastfeeding Trend Initiave(Kurniasih

& Hadi, 2020).

Dari hasil Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2016 menunjukkan angka kecukupan ASI di Indonesia hanya 27%,

Angka kecukupan tersebut masih sangat rendah namun setidaknya telah

mengalami peningkatan dibanding dengan hasil SDKI 2015 yaitu 17%

(Pebrianthy et al., 2021).

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di provinsi Jawa Tengah

mencapai 56,1% dari bayi yang berjumlah 398.358 jiwa, Jawa Tengah

merupakan peringkat 6 terendah dari provinsi yang mencapai target

renstra(Khayati & Ulfa, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Grobogan pada tahun 2019 jumlah angka kelahiran hidup sebanyak

166.50/100.000 kelahiran, dan pada tahun 2020 sebanyak 145,71 / 100.000

kelahiran, pada tahun 2021 sebanyak 418.85/100.000 kelahiran, pada


3

tahun 2019 angka ibu hamil sebanyak 23.328 dan ibu bersalin sebanyak

21.593, pada tahun 2020 angka ibu hamil sebanyak 2.764 dan ibu bersalin

sebanyak 21.333 dan pada tahun 2021 ibu hamil sebanyak 21.447, ibu

bersalin sebanyak 20.110.

Banyak sebagian ibu yang tidak mengetahui manfaat ASI pada ibu

post partum di minggu pertama kelahiran merupakan hal yang sering di

jumpai, pada sebagian ibu, produksi ASI tidak mengalami peningkatan

sehari hari dan kegagalan pemberian ASI pada bayi. Ketidak cukupan ASI

pada minggu pertama kelahiran menimbulkan masalah pada ibu dan bayi,

intake cairan pada bayi berkurang sehingga terjadi kekurangan cairan di

tandai dengan rewel dan peningkatan suhu tubuh, ibu juga akan kelelahan

merawat bayi yang rewel sehingga menimbulkan kecemasan dapat

menyebabkan dampak negatif pada produksi susu dan reflek let

down(Fitriani & Apriliyani, 2020).

Pemicu gagalnya pemberian ASI khusus tidak hanya diakibatkan

oleh satu aspekyang mempengaruhi antaralain rendahnya wawasan para

ibu hal khasiat dari ASI serta metode menyusui yang betul, minimnya

pengarahan pengeluaran susu, kurangnya konseling laktasi, kurang

dukungan dari petugas tenaga kesehatan, ibu bekerja dan pemasaran susu

formula yang mempengaruhi pemikiran ibu(Inu Martina, 2021).

Produksi ASI juga dapat dipengaruhi oleh faktorkurangnya

penerapan perawatan payudara, untuk memperlancar produksi ASI

merupakan dengan penerapanperawatan payudara, ialah suatu tindakan


4

perawatan payudara yang dicoba berguna untuk mempengaruhi hipofise

agar mengeluarkan hormon prolaktin yang mempengaruhi banyak atau

sedikitnya jumlah produksi ASI dan hormon mempengaruhi pengeluaran

ASI(Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal et al., 2018).

Penanganan pada ibu post partum yang mengalami ketidakcukupan

ASI harus segera ditangani dengan tepat kunci utama di dalam

peningkatan produksi ASI secara fisiologis adalah dengan meningkatkan

frekuensi dan tingkat pengosongan payudara semakin cepat melakuakn

pengosongan payudara maka produksi ASI akan semakin banyak, upaya

yang dapat dilakukan untuk mengkosongkan payudara yaitu dengan

kompres hangat payudara, merupakan upaya yang paling praktis dilakukan

oleh ibu post partum secara mandiri karena alat dan bahan yang

dibutuhkan mudah ditemui serta biaya yang terjangkau. Kompres hangat

yaitu merupakan salah satu metode rangsangan pada otot payudara yang

dapat meningkatakan produksi dan peningkatan ASI menggunakan suhu

hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologis pada pembuluh darah dan

duktus laktiferus yang berada di payudara. Vasodilatasi dari pembuluh

yang pemperdarahi payudara akibat sensasai hangat yang diberikan pada

saat kompres mampu membawa prolaktindalam jumlah banyak didarah

untuk proses produksi ASI dan pelebaran dari duktus laktiferus mampu

mempermudah pengeluaran ASI sehingga pada bayi saat menghisap

pengeluaran akan lebih lancar(Fitriani & Apriliyani, 2020).


5

Breast Care ialah perawatan payudara yang dilakukan untuk

memperlancar ASI serta menghindari kesulitan pada saat menyusui

dengan melakukan cara pemijatan. Breast Care merupakanusaha dengan

perawatan khusus melaluipemberian rangsangan terhadap otot otot dada

ibu dengan cara massase yang diharapkan dapat merangsangan pada

kelenjar ASI agar dapat memproduksi air susu dengan mudah. Guna dari

massase payudara merupakan untuk menstimulasi pituitari melepas

hormon oktsitosin yang merangsang kontraksi sel miopitel alveoli dan

dampak pada pengeluaran ASI, perawatan payudara berguna memicu

payudara buat mempengaruhi hipofisis buat menghasilkan hormon

oktsitosin serta prolaktin(Hadriani & Hadati, 2019).

Berdasarkan pendataan yang saya lakukan di Puskesmas

Tawangharjo jumlah ibu hamil pada tahun 2019 sebanyak 896, tahun2020

sebanyak 936dan pada tahun 2021 sebanyak 829, sedangkan pada ibu

bersalin tahun 2019 sebanyak 961, tahun 2020 sebanyak 973, dan tahun

2021 sebanyak 919 (ibu hamil dengan ibu bersalin lebih banyak ibu

bersalin karena setiap persalinan pendatang luar wilayah juga masuk

laporan bersalin), kematian pada ibu melahirkan pada tahun 2019 tidak

ada, tahun 2020 sebanyak 2, tahun 2021 sebanyak 2, sedangkan pada bayi

pada tahun 2019 sebanyak 38, tahun 2020 sebanyak 31 dan pada tahun

2021 sebanyak 41.


6

Riset Wulan serta Gurusinga (2019) menperoleh adanya akibat

yang sangat penting pada volume ASI pada ibu post partum sebelum dan

sesudan breast care. Hasil riset Taqiyah Sunarti, serta Rais (2019)

mendapatkan sebelum dicoba masase payudara terdapat 81,3% ibu post

partum dikatagorikan mengalami bendungan ASI, serta setelah dilakukan

masase pengeluaran susu terlin penurunan bendungan ASI dari 81,3%

menjadi 18,8%.

Berdasarkan hasil wawancara yang saya peroleh dari responden di

Desa Selo mengatakan untuk memperlancar ASI sebagian besar biasanya

mengkonsumsi olahan daun kelor karena dipercaya dari turun

temurundapat memperlancar ASI dengan bahan alami, kemudian

didampingi mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, wortel, pepaya, pare.

Kemudian wawancara selanjutnya dengan pertanyaan “Apakah ibu

mengetahui tentang perawatan payudara?” responden mengatakan tidak

tau cara melakukan perawatan payudara. Tujuan dari wawancara adalah

untuk menganalisa efektifitas breast care untuk meningkatkan kelancaran

ASI terhadap ibu post partum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas bagaimanakah asuhan keperawatan

maternitas pada Ny.X dengan fokus intervensi Breast Care untuk

mengatasi ketidakefektifan pemberian asi pada ibu post partum di

Puskesmas Tawangharjo ?
7

C. Tujuan Karya Tulis Ilmia

1. Tujuan Umum

Tujuan karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.

X Dengan Fokus Interfensi Breast Care Pada Ibu Post Partum Untuk

Mengatasi Ketidakefektifan Pemberian Asi ini adalah untuk

mengaplikasikan Breast Care pada Ny.X untuk memperlancar ASI di

Puskesmas Tawangharjo

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus karya tulis ilmiah yaitu diharapkan penulis mampu :

a. Megidetifikasi data pengkajian asuhan keperawatan maternitas

dengan pasien post partum

b. Melakukan identifikasi dan dan mampu merumuskan diagnosa

keperawatan dan analisa yang muncul pada pasien post partum

c. Membuat perencanaan asuhan keperawatan pada Ny.X dengan

masalah ketidakefektifan produksi ASI.

d. Melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan

mengaplikasikan Breast Care untuk kelancaran produksi ASI.

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yaitu aplikasi Breast

Care untuk melancarkan produksi ASI.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.X setelah

diberikan tindakan Breast Care.


8

D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Manfaat bagi profesi kesehatan

Dapat memberikan manfaat sebagai referensi perawat tentang

intervensi Breast Care untuk memperlancar produksi ASI pada

pengelolaan kasus masalah ibu post partum.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Diharapkan sebagai tambahan pengetahuan dan dapat dijadikan

masukan dalam melakukan pengkajian pada ibu post partum

dengan masalah ketidakefektifan produksi ASI dapat

dilakukan dengan Breast Care dengan diberikan edukasi kepada

ibu post partum.

3. Manfaat bagi masyarakat

Diharapkan sebagai tambahan pengetahuan pada masyarakat

terutama pada ibu post partum tentang pemahaman mengenai

Breast Care untuk memperlancar produksi ASI.

4. Manfaat bagi ibu post partum

Diharapkan dapat memberi manfaat bagi ibu post partum untuk

memperlancar produksi ASI.


9

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal karya tulis ilmiah dimulai dari:

BAB 1 Pendahuluan : Terdiri dari Latar belakang, Perumusan masalah,

Tujuan penulisan, Manfaat, Sistematika penulisan proposal karya tulis

ilmiah

BAB 2 Konsep Teori : Terdiri dari Penjelasan teori, Konsep pengkajian,

dan Metodologi yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian


BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Dasar Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas adalah masapemulihan dari 9 bulan kehamilan serta

cara kelahiran, masa diawali setelah ari ari keluar serta selesai kala

perlengkapan isi kembali seperti keadaan semula sebelum hamil,

berlangsungnya masa nifas sekitar 6 minggu (40 hari) sehingga ada

beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu

terjadi pengerutan pada uterus yang merupan suatu cara uterus kembali

ke kondisi semula sebelum hamil dan bobot cuma 60 gram, masa ini

merupakan periode kritis baik bagi ibu ataupun bayinya sehingga perlu

dicermati(Sophia Immanuela Victoria & Juli Selvi Yanti, 2021).

Masa setelah kelahiran merupakan tahap khusus dalam kehidupan

ibu dan bayi, untuk ibu yang pertama kali melahirkan, ibu menyadari

terdapat adanya perubahan kehidupan yang sangat berarti dalam

hidupnya, ditandai dengan pergantian emosional, pergantian fisik

secara derastis, ikatan keluarga dan aturan yang baru, termasuk

didalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu

disamping masa pasca melahirkan menjadi masa perubahan dan

penyesuaian sosial ataupun individu (Fiorent et al., 2021).

10
11

2. Klasifikasi Nifas

Tahap masa nifas menurut Anggraini 2010 tahap masa nifas dibagi

menjadi 3 :

a. Purperium dini

Waktu 0-24 jam podt partum. Purperium dini yaitu kepulihan

dimana ibu berdiri dan berjalan jalan, dianggap telah bersih dan

boleh melakukan hubungan suamu istri apabila setelah 40 hari.

b. Purperium intermedial

Waktu 1-7 hari post partum, purperium intermedial yaitu

krepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6 minggu.

c. Remote purpenium

Waktu 1-6 minggu post partum adalah waktu diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil dan waktu

persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk pulih sempurna

berminggu minggu, bulan dan bahkan bertahun.

3. Etiologi

Menurut Dwi Vivian, Sunarsih etiologi post partum dibagi menjadi 2:

a. Post partum dini

Post partum dini adalah atonia uteri, lasersasi jalan lahir, robekan

jalan lahir dan hematoma.

b. Post partum lambat

Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,

ubinvolusi didaerah inseri plasenta dari luka bekas secsio sesaria.


12

4. Manifestasi Klinis

1) Perubahansistemreproduksi

1. Involusi uterus

Menurut Yanti dan Sundawati (2011) involusi uterus atau

pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil. Kembalinya uterus ke

keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi,

proses involusi berlangsung selama 6 minggu.

2. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lochea

mengandung darah dan sisa jaringan decidua yang nekrotik dari

dalam uterus. Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang

mati akan keluar bersama dengan sisa-sisa cairan. Pencampuran

antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochia. Reaksi

basa/alkalis yang membuat organism berkembang lebih cepat

dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia

mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda- beda setiap wanita. Lochia

dapat dibagi menjadi lochia rubra, sunguilenta, serosa dan alba

(Yanti dan Sundawati, 2011).

Lochea terdiri dari 4 jenis, yaitu :


13

1. Lochea rubra / merah (cruentra)

Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post partum.

2. Lochea sanguinolente, cairan yang keluar berwarna merah

kecoklatan dan berlendir berlangsung dari hari ke 4-7.

3. Lochea serosa, lochea ini berwarna kuning kecoklatan

karena mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserelasi

plasenta muncul pada hari ke 7-14 postpartum.

4. Lochea alba / putih, bisa berlangsung selama 2-6 minggu

post partum.

2) Cervix

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulasi dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan

korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk

cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu

hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi

dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun

demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu

sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar,

tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,

terutama pada pinggir sampingnya (Yanti dan Sundawati, 2011).


14

1) Ovarium dan tuba fallopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi esterogen dan

progresterone menurun, sehingga menimbulkan mekanisme

timbal balik dari sirklus menstruasi. Dimana dimulainya

kembali proses ovulasi sehingga wanita bisa hamil kembali.

2) Vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yangsangat besar selama proses persalinan dan akan kembali

secara bertahap dalam waktu 6-8 minggu post

partum.Perubahan vulva, vagina dan perineum. Selama

proses persalinan vulva, vagina dan perineum mengalami

penekanan dan peregangan, setelah beberapa hari persalinan

kedua organ ini hendak kembali dalam keadaan kendor,

rugae timbul lagi pada minggu ketiga. Untuk ukuran vagina

akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum

persalinan pertama (Wulandari, 2009). Perubahan pada

perineum terjadi pada saat perineum mengalami robekan.

Robekan secara spontan ataupun mengalami episiotomi

dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, melakukan

latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut

serta bisa mengencangkan vagina hingga tingkat

khusus(Wulandari, 2009).
15

3) Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastreotinal selama hamil dipengaruhi oleh beberapa

hal, diantaranya tingginya kadar progesterone yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan

kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.

Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun.

Namun demikian, faal usus memerlukan 3-4 hari untuk

kembali normal (Yanti dan sundawati, 2011). Beberapa hal

yang berkaitan dengan perubahan sitem pencernaan antara

lain (Yanti dan Sundawati, 2011).

4) Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid

yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu

sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun

sehingga menyebabkan peenurunan fungsi ginjal. Fungsi

ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirka (Saleha, 2009)

5) Perubahan sistem endokrinPerubahan system perkemihan

Selama masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin. Hormone-hormon yang berperan pada

proses tersebut antara lain (Wulandari, 2009).


16

6) Hormone plasent

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone

yang diproduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun

dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta

(human placenta lactogen) menyebabkan kadar gula darah

menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin

(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

dalam3 jam sehingga hari ke 7 post partum dan sebagai

onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum. Selama

masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin. Hormone-hormon yang berperan pada

proses tersebut, antara lain (Wulandari, 2009).

7) Hormon pituitari

Hormone pituatari antara lain :

Horrmon prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin darah

meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui

menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin

berperan dalam peembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi

folikel pada minggu ke 3 dan LH tetap rendah hingga

ovulasi terjadi.
17

8) Hipotalamik pituitary ovarium

Hopotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya

mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui

maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui

mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca salin berkisar

16% dan 45% setelah 12 minggu pasca salin. Sedangkan

pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan

menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan

dan 90% setelah 24 minggu.

9) Hormone oksitosin

Hormone oksitosin disekresikan dari keenjar otak bagian

belakang, berkerja terhadap otot uterus dan jaringan

payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, hormone oksitosin

berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat

merangsang produksi ASI dan ekresi oksitosin, sehingga

dapat memantu involusi uteri.

10) Hormone estrogen dan progesterone

Volume darah selama kehamilan, akan meningkat. Hormone

estrogen yang tinggi memperbeesar hormone anti diuretic

yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan

hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang

mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.


18

Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding

vena, dasar panggul, perineum serta vulva dan vagina.

11) Perubahan sistem musculoskeletal

Perubahan sistem muskulosskeletal terjadi pada saat umur

kehamilan semakin bertambah, adaptasinya mencakup:

peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat

pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun

demikian, pada saat post partum system musculoskeletal

akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini

dilakukan segera setelah melahirkan, untuk meembantu

mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri

(Reeder, 2011).

1. Fisiologi

a. Involusi uterus

Invonsi adalah proses kembalinya uterus keadaan uterus

menjadi 1.000 gr. Selama masa nifas dua hari setelah pelahiran

uterus mulai berinovasi, sekitar 4 minggu setelah pelahiran

uterus kembali keukuran sebelum hamil.Invesio uteri pada

waktu persalinan disebabkan oleh kesalahan dalam memberi

pertolongan pada kala III. Kejadian inversio uteri sering

disertai dengan adanya syok. Perdarahan merupakan faktor

terjadinya syok, tetapi tanpa perdarahan syok tetap dapat terjadi

karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum


19

infundibulo-pelvikum, serta ligamentum rotundum. Syok

dalam hal ini lebih banyak bersifat neurogenik. Pada kasus ini,

tindakan operasi biasanya lebih dipertimbangkan, meskipun

tidak menutup kemingkinan dilakukan reposisi uteri terlebih

dahulu (Sulistyawati, 2009).

b. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira kira sebesar telapak

tangan, dengan cepat luka ini dapat mengecil pada akhir

minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm,

penyembuhan luka bekas plasenta khas. Pada permulaan nifas

bekas plasenta mengandsung banyak pembuluh darah besar

tersumbat oleh trombus.

c. Perubahan servik dan vagina

Pada servik terbentuk sel sel otot terbaru karena adanya

kontraksi dan retraksi segera setelah lahir terjadi edema

struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal

melebar dan tampak bercelah, vagina teregang pada waktu

persalinan namun akan kembali ke ukuran normal, berubah

kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti

tidak hamil dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,

produksi mukus normal dengan ovulasi.


20

d. Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa, dan lochea mempunyai bau yang amis

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda

bedapada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan

endometrial, darah limfe. Lochea mengalami perubahan karena

proses involusi.

Tahap lochea yaitu :

1) Rubra

Locha muncul pada hari pertama hingga hari ketiga masa

post partum, warnanya merah mengandung darah dari luka

pada plasenta dan serabut.

2) Sanguinoletal

Lochea merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran

pada hari ketiga sampai kelima post partum.

3) Sarosa (pink kecoklatan)

Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan

warnanya kekuningan atau kecoklatan terdiri atas sedikit

darah lebih banyak serum.

4) lochea (kuning putih) : 10-14 hari

Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10 warnanya leih

pucat, putih kekuningan lebih banyak mengandung


21

leukosit, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang

mati.

Lochea terus keluar sampai 3 minggu, bau normal seperti

menstruasi, jumlah keluaran rata rata 240-270 mg.

2. Patofisiologi

Dalam masa post partum, alat alat genetalia interna maupun

esterna akan berangsur angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil, perubahan alat genetalia dalam keseluruhan disebut

involusi, disamping involusi terjadi perubahan perubahan penting

lain yakni mengkonsentrasikan dan timbulnya laktasi yang terakhir

karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar kelenjar mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-

pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks

ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti

corong,bantuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam

cincin ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasio yang

meregang sewaktu kehamilan dan perlu setelah janin lahir

berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

3. Perubahan Psikologi Masa Nifas

Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi

periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:


22

a. Taking In (istirahat/penghargaan)

Sebagai suatu masa keter-gantungan dengan ciri-ciri ibu

membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,

menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan

bersikap sebagai penerima, menunggu apa yang disarankan dan

apa yang diberikan. Disebut fase taking in, karena selama

waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan perlindungan

dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya

sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan

cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena

faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat

untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu, kondisi

tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

b. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih)

Terjadi hari ke 3 - 10 post partum. Terlihat sebagai suatu usaha

ter-hadap pelepasan diri dengan ciri-ciri bertindak sebagai

pengatur penggerak untuk bekerja,kecemasan makin menguat,

perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas

keibuan. Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk

mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan

keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.

Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi

dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu berespon
23

dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar

dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki

keinginan untuk merawat bay-inya secara langsung.

c. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode

ini biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi

oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada

saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap

perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap

kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,

kebebasan dan hubungan sosial.


24

4. Pathway

Post Partum Taking in

Lochea Keluar Vagina dan


parineum
Perkemihan Prolaktin meningkat Kehadiran orang baru

Kurang perawatan Infasi bakteri Hormon steroid menurun Isap bayi adekuat Isap bayi tidak adekuat Ganggua
n pola
tidur

Nyeri
Nyeri akut
akut Resiko
Resikoinfeksi
infeksi Penurunan Oksitosin meningkat Bendungan ASI
Fungsi ginjal

Duktus dan alveoli kontraksi Payudara bengkak

Efektif ASI tidak keluar


Menyusu tidak efektif
Menyusu tidak
Breast Care

Bayi menyusui
Breast care
Gambar 2.1 Pathway
(suwono,2019)
25

5. Komplikasi

a. Perdarahan masa nifas di definisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari500 ml pada saat kelahiran lewat vagina.

b. Robekan jalan lahir.

c. Retensio plasenta, tertinggalnya sebagian plasenta.

d. Interversio uteri.

e. Ruptur uteri.

f. Sakit kepala hebat, nyeri epigastrik, penglihatan kabur.

g. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas atas.

h. Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih

6. Penatalaksanaan

Breast care baik dilaksanakan sebelum dan sesudah melahirkan, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan Breast

Care setelah melahirkan :

1) Pelaksanaa perawatan payudara

a. Persiapan alat :

1) Baby oil secukupnya.

2) Kapas secukupnya.

3) Waslap, 2 buah.

4) Handuk bersih, 2 buah.

5) Bengkok.

6) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin).


26

7) BH yang bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari

katun.

b. Persiapan Ibu :

1) Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan

keringkan dengan handuk.

2) Baju ibu bagian depan dibuka.

3) Pasang handuk

c. Pelaksanaannya :

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

Breast Care pasca persalinan, yaitu :

1) Puting susu di kompres dengan kapas minyak selama 3-4

menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.

2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan

jari telunjuk diputar kedalam 20 kali dan keluar 20 kali.

3) Penonjolan puting susu

(a) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali.

(b) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.

d. Pengurutan payudara

1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan.

2) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting susu

sebanyak 30 kali.

3) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk

mengeluarkan colostrum.
27

4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat meminum parasetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

5) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.

Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin

secara bergantian selama 3-5 menit (air hangat dahulu kemudian air

dingin). Kemudian pakailah BH yang menyangga payudara.

2) Kunjungan knkf ( kunjungan neonatus kunjungan nifas)

Neonatus bayi yabg baru lahir berusia 0-28 hari

Kunjungan neonatus yaitu pelayana sesuai standar yang diberikan

tenaga kesehatan sedikitnya 3 kali selama periode 0-28 hari, fasilitas

kesehatan atau kunjungan rumah :

Kunjungan Neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN-2) dilakukan pada kurun waktu hari 3-7

hari setelah lahir

Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari 8-

28 hari setelah lahir

3) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum antara lain kesadaran penderita, keluhan yang terjadi

setelah persalinan.
28

4) Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu post partum spontan antara lain:

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan

pernafasan.

b) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c) Payudara : putting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.

d) Lochea : Lochea rubra, lochea sangiolenta, lochea serosa,lochea alba.

e) Luka jahitan episiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda

tanda infeksi.

B. Breast Care

1. Definisi Breast Care (Perawatan Payudara)

Breast care adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk

memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui

dengan melakukan pemijatan. Perawatan payudara sangat penting

dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara

merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok

bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Azwar,

2008).

Perawatan payudara adalah merupakan suatu tindakan yang

dilaksanakan baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang

dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.

Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi dan

mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar


29

pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya pembengkakan dan

kesulitan menyusui. Selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar

tidak mudah terkena infeksi.

2. Manfaat Breast Care

a. Manfaat breast care post partum antara lain melancarkan refleks

pengeluaran ASI atau refleks let down, cara efektif meningkatkan

volume ASI peras/perah, serta mencegah bendungan pada

payudara/payudara bengkak (Roesli, 2008). Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Breastcare

Postpartum terhadap produksi ASI.

Berikut adalah manfaat dari melakukan Brast Care:

1) Untuk menjaga kebersihan payudara

2) Untuk menghindari penyulit saat menyusui, antara lainputing

susu lecet, ASI tidak lancar berproduksi, pembengkakan

payudara.

3) Untuk menonjolkan puting susu

4) Menjaga bentuk buah dada agar tetap bagus

5) Untuk memperbanyak produksi ASI

3. Prosedur Tindakan Breast Care

Perawatan payudara dimasa menyusui sangat berpengaruh pada

proses pemberian ASI. Payudara yang bersih, sehat, terawat dengan

baik dapat membantu melancarkan produksi ASI, sehingga pemberian

ASI menjadi lebih mudah dan bayi lebih nyaman saat


30

Gambar 2.2 Breast Care

( Junis Khensi )

Pelaksanaan perawatan payudara antara lain :

a. Persiapan alat :

1) Baby oil secukupnya.

2) Kapas secukupnya.

3) Waslap, 2 buah.

4) Handuk bersih, 2 buah.

5) Bengkok.

6) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin).

7) BH yang bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari

katun.

b. Persiapan Ibu :

1) Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk.

2) Baju ibu bagian depan dibuka.

3) Pasang handuk

c. Pelaksanaannya :
31

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

Breast Care pasca persalinan, yaitu :

4) Puting susu di kompres dengan kapas minyak selama 3-4

menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.

5) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan

jari telunjuk diputar kedalam 20 kali dan keluar 20 kali.

6) Penonjolan puting susu

(a) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali.

(b) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.

d. Pengurutan payudara

a. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan.

b. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting susu

sebanyak 30 kali.

c. Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk

mengeluarkan colostrum.

d. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat meminum parasetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

e. Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.

Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat

dan dingin secara bergantian selama 3-5 menit (air hangat

dahulu kemudian air dingin). Kemudian pakailah BH yang

menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan Breast

Care, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi


32

dapat berlangsung dengan sempurna. Disamping pengurutan,

Breast Care pada ibu juga hampir sama dengan Breast Care

pada ibu selama hamil, yaitu menjaga kebersihan, penggunaan

bra yang tepat, asupan nutrisi yang baik serta istirahat yang

cukup.

C. Fokus Pengkajian

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien

menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012) yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

2. Langkah Langkah Penerapan Asuhan Keperawatan

Pengkajian menurut Margaretha (2017) antara lain:

a. Biodata pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku,bangsa

suami/istri).

b. Keluhan Utama

Keluhan utama diperlukan untuk mengetahui masalah yang berkaitan

dengan masa nifas, misalnya klien merasa mulas, sakit pada jalan

lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwai & Wulandari,

2010).
33

c. Riwayat Haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa hari, apakah ada

keluhan selama haid, HPHT/HPMT).

d. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama

menikah, beraapa kali).

e. Riwayat obsterik

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, apakah

pernah abortus, jumlah anak, caraa persalinan yang lalu.

2) Riwayat Persalinan Sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, penolong persalinan, BB

bayi, kelaianan fisik, kondisi anak saat ini.

f. Riwayat KB

Jenis kontsepsi yang pernah digunakan setelah persalinan, jumlah

anak yang direncanakaan.

g. Pola Nutrisi

Pola nutrisi dan menu makanan yang di konsumsi, jumlah, tipe

makanan, dan frekuensi.

h. Pola istirahat tidur

Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengusik

tidur, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,

apakah mudah tergaanggu dengaan suara- suara.


34

i. Pola eliminasi

Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan

adakaah inkontinesia, hilangnya control blas,Pola BAK, frekuensi

dan warna. Pola BAB, frekuensi, konsitensi, rasaa khawatir BAB

karena luka perineum.

j. Personal Hygiene

Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan

kebersihan genetalia, pola berpakian, tata rias rambut dan wajah.

k. Aktifitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melaahirkan,

kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi , kemampuan

bekerja dan menyusui.

l. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Tingkat kesadaran

2) BB,TB,LL,Tanda- tanda vital : TD,S,RR,N.

3) Kepala : Rambut, Wajah, mata (Conjungtiva), hidung, mulut,

fungsi pengecapan, pendengaran dan leher.

4) Breast : Kebesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,

keadaanarieola, dan putting susu.Kepenuhan atau

pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi, laktasi,/ kolostrum.

Perabaan pembesaran getah bening di ketiak.

5) Abdomen ; Teraba lembut, Tekstur Doughi (kenyal), musculas

rectus, abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi,


35

striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras lunak, boggy),

lokasi, kontraksi, uterus, nyeri, perabaan distensi bilas.

6) Anogenital : Amati bentuk, ragangan, udema vagina, keadaan

liang vagina, (licin, kendur lemah) adakah hematom, nyeri,

tegang perineum. Keadaan luka episiotomy, ochimosis, edema,

kemerahan, eritema, drainage. Lochia (Warna, jumlah, bau,

bekuan daraah atau konsistensi,1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa ≥ 10

hr alba), Anus Hemoroid dan thrombosis pada anus.

7) Muskuloskeletal : Ciri human, edema, tekstur kulit, nyeri bila

dipalpasi, kekuatan otot.

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Tim Pokja SDKI SIKI DPP PPNI, 2018) diagnosa keperawatan

pada ibu post partum primipara adalah:

1. Menyusui tidak efektif bd ketidak adekuatan suplai ASI (D.0029)

Kategori : Fisiologis

Subjektif : Nutrisi dan cairan

(1) Definisi : Kondisi dimana bayi dan ibu mengalami ketidakpuasan

atau kesukaran pada proses menyusui.

(2) Gejala dan tanda mayor :

Subjek : Kelelahan maternal, kecemasan maternal

Objektif : Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI

tisdak menetes/memancar, Nyeri atau lecet terus menerus setelah

minggu kedua.
36

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus

menerus, bayi menangis saat disusui.

(3) Tujuan umum :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu

diharapkan status menyusui membaik (L.03029)

(4) Kriteria hasil :

a. Peletakan bayi pada payudara ibu meningkat

b. Pancaran ASI meningkat

c. Suplai ASI adekuat meningkat

d. Pembengkakan payudara menurun

(5) Intervensi :

Konseling laktasi (I. 03093)

Definisi : Memberikan bimbingan tehnik menyusui yang tepat

dalam pemberian makanan bayi.

a) Observasi

(1) Identifikasi kebiasaan emosional ibu saat akan dilakukan

konseling laktasi

(2) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui

(3) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses

menyusui
37

b) Terapeutik

(1) Gunakan teknik pendengsar aktif

(2) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar

c) Edukasi

Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu

2. Nyeri akut bd agen pencedera fisik (D.0077)

Kategori :Psikologis

Subkategori :Nyeri dan kenyamanan

(1) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau melambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan

(2) Tanda dan gejala mayor

Subjektif : mengeluh nyeri

Objektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur.

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri.

(3) Tujuan umum


38

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu

diharapkan tingkat nyeri menurun (L.08066)

(4) Kriteria hasil :

a) Klien mengatakan keluhan nyeri berkurang

b) Keluhan nyeri meringis menurun

c) Klien menunjukan sikap protektifmenurun

d) Klien tidak tampak gelisah

(5) Intervensi :

Manajemen nyeri (l.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau

fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat dan konstan.

a) Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.

5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

b) Terapeutik
39

1) Berikan teknik norfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

2) Fasilitasi istirahat dan tidur

c) Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

2) Jelaskan straegi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

d) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

3. Risiko infeksi bd kurang perawatan (D.0147)

Katolegori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan proteksi


1) Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
2) Faktor risiko :
a) Penyakit kronis (mis.diabetus melitus)
b) Efek prosedur invansif
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
3) Tujuan umum :
Setelah dilakukan keperawatan selama waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi
menurun dengan ( L.14137)
4) Kriteria hasil :
a) Demam
b) Kemerahan
c) Nyeri
d) Bengkak
40
5) Intervensi :
Pencegahan infeksi ( I.14539)
Definisi : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme
patogenik.
a) Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

d) Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4) Perahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

e) Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan ketika batuk
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

f) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu

4. Gangguan Pola Tidur (D.0055)


Kategori : fisiologis

Subkategori : Aktivitas/istirahat

1) Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu untuk tidur

dikarenakan akibat dari faktor eksternal.

2) Gejala dan tanda mayor

Subjektif : mengeluh sulit untuk tidur, sering terjaga, tidak puas

untuk tidur, pola tidur berubah, istirahat yang tidak cukup.

Gejala dan tanda minor

Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

3) Tujuan Umum:

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan

pola tidur membaik (L.05045)


41

4) Kriteria Hasil :

a) Keluhan sulit tidur menurun

b) Keluhan tidak puas tidur menurun

c) Keluhan pola tidur berubah

d) Keluhan sulit tidur menurun

e) Keluhan istirahat tidak cukup menurun

5) Intervensi:

Dukungan Tidur (L.05174)

a) Observasi

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur


2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisikdan/atau psikologis)
3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh,
alkohol,makanan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

b) Terapeutik

(1) Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,kebisingan,

suhu, matras, dan tempat tidur)

(2) Batasi waktu tidur siang jika perlu

(3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur

(4) Tetapkan jadwal tidur ruti


42

(5) Lakukan prosedur untuk meningkatkankenyamanan (mis

pijat, pengaturan posisi,terapi akupresur)

(6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atautindakan untuk

menunjang siklus tidur terjaga

c) Edukasi

(1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

(2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

(3) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang

menggangu tidur

(4) Anjurkan penggunaan obattidur yang tidak mengandung

supresor terhadap tidur REM

(5) Ajarkanfaktor-faktor yang berkontribusi terhadap

gangguan pola tidur (mis psikologis:gaya hidup, sering

berubah shift bekerja)

(6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi

lainya.

5. Gangguan eliminasi urine b.d ketidakmampuan mengakses toilet

(mis. Imobilitas) (D.0040)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Eliminasi

1) Definisi : Disfungsi eliminasi urin

2) Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Desekan berkemih (urgensi), urin menetes, sering buang

air kecil, nokturia, mengompol, enuresis.

Objektif : Distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas, lovume

residu meningkat.
43
3) Tujuan umum : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

waktu tertentu diharapkan Eliminasi urine membaik (L.04034)

4) Kriteria hasil :

a) Sensasi berkemih meningkat

b) Distensi kandung kemih meningkat

c) Frekuensi BAK membaik

d) Karakteristik urine membaik

5) Inervensi :

Dukungan perawatan diri BAB dan BAK (I.11349)

a. Observasi

(1) Identifikas kebiasan BAB/BAK sesuai usia

(2) Monitor intergritas kulit pasien

b. Terapeutik

(1) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan

eliminasi

(2) Jaga privasi selama eliminasi

(3) Ganti pakaian pasien selama eliminasi, jika perlu

(4) Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu

(5) Sediakan alat bantu (mis. Kateter eksernal, urinal) jika

perlu

c. Edukasi

(1) Anjurkan BAB/BAK secara rutin

(2) Anjurkan kekamar mandi/toilet, jika perlu


44
4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien

dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang

lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,

1994, dalam Potter & Perry, 1997).


45

5. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan (Sitanggang, 2019).

6. Metodologi Penelitian

a) Jenis Rencana Dan Pendekatan Penelitian

Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah

menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan

menggunakan konsep dan teori keperawaan maternitas dengan post

partum. Data yang telah didapatkan dari hasil melakukan asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan dianogsa,

merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi

hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori

Asuhan keperawatan maternitas dengan post partum. Analisa yang

dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada persamaan antara

teori yang ada dan kondisi pasien diruangan (Transfer, 2019).

b) Fokus Studi

Karya tulis ilmiah ini berfokus pada pengelolaan asuhan keperawatan

maternias post partum primipara dengan fokus intervensi teknik

menyusui cradle hold untuk memberikan pengetahuan pada ibu post

partum.
46

c) Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini yaitu peralatan/fasilitas dalam memudahkan

pekerjaan dan untuk mencapai hasil baik saat mengumpulkan data

oleh peneliti.

d) Metode pengambilan data

Pengambilan data dalam karya tulis ilmiah dalam menggunakan

metode sebagai berikut :

1) Wawancara, yaitu kegiatan menanyai langsung responden yang

diteliti dengan instrument yang dapat digunakan berupa pedoman

wawancara, daftar periksa atau checklist.

2) Observasi, yaitu pengamaan langsung pada responden untuk

mengetahui perubahan atau hal – hal yang akan dieliti dengan

instrument yang dapat digunakan berupa lembar observasi dan

panduan pengamatan.

3) Studi dokumen atau teks, yaitu pengkajian dari dokumen tertulis

seperti buku teks, majalah, surat kabar, surat – surat, laporan

dinas, dan catatan kasus.

Teknik pengkajian dalam penulisan karya tulis ilmiah yaitu

dengan data yang diperoleh langsung dari klien/keluarga (data

primer) dan data yang didapatkan dari catatan, buku, laporan

pemerintah (data sekunder).


47

e) Etika Penelitian

Etika saat penelitian untuk melindungi hak – hak calon respon yang

akan menjadi bagian penelitian. Data dari (Kurniawati, 2021) etika

penelitian sebagai berikut:

1) Informen concent, merupakan bentuk persetujuan responden agar

mengetahui maksud dan tujuan peneliti.

2) Anonymity, merupakan bentuk menjaga kerahasiaan responden

dengan tidak mencantumkan identitas responden secara lengkap

mulai dari nama, alamat, dan lain sebagainya tetapi cukup

memberikan inisial yang menunjukan identitas responden tersebu.

3) Confidentialy, merupakan usaha menjaga kerahasiaan informasi

yang telah diberikan responden dengan menyimpannya dalam

bentuk file dan diberikan pasword dan data bentuk laporan asuhan

keperawatan disimpan di ruang rekam medis rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Fiorent, Z., Purba, N. H., Hartini, F., & Laga, J. (2021). Implementasi Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Post Partum. 2, 292–301.

Fitriani, H., & Apriliyani, D. (2020). Kompres Hangat Payudara untuk


Meningkatkan Kecukupan ASI Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas
Cimahi Tengah The Effectivity of Worm Compress on Breast Milk Supply
Among Post-Partum in Primary. Kesehatan Kartika, 15(023), 11–17.

Hadriani, H., & Hadati, R. (2019). Efektivitas Pijat Oksitosin Dan Breast Care Pada
Ibu Bersalin Terhadap Pengeluaran Article history : Public Health Faculty
Received in revised form 12 July 2019 Universitas Muslim Indonesia Accepted
12 July 2019 Address : Available Email : Phone : Menyusu. 2(3), 218–230.

Inu Martina. (2021). Analisis Faktor Penghambat Keefektifan Peran Konselor Asi
Dalam Melakukan Konseling ASI Di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu
Kesehatan MAKIA, 11(1), 16–23. https://doi.org/10.37413/jmakia.v11i1.145

Khayati, F. N., & Ulfa, Z. D. (2019). Dukungan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
Bekerja. Jurnal SMART Kebidanan, 5(2), 11.
https://doi.org/10.34310/sjkb.v5i2.197

Kurniasih, A., & Hadi, E. N. (2020). Partisipasi Ibu Dalam Bidang Ekonomi
Terhadap Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Di Indonesia (Analisis Hasil
Sdki 2017). Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh), 6(2), 124–133.
https://doi.org/10.37598/jukema.v6i2.903

Pebrianthy, L., Sartika, S., & Dewi, S. (2021). Relationship Of Nutrition Fulfillment
and Anxiety Level With Breast Milk Expenditure In Post Partum Mothers at
PMB Nelly Mariana Harahap Padangsidimpuan. 9(1), 21–30.

Siregar, A. D. (2019). Proses Keperawatan Sebagai Acuan Dalam Penerapan


Asuhan Keperawatan. http://dx.doi.org/10.31227/osf.io/a2smr

Sophia Immanuela Victoria, S. I. V., & Juli Selvi Yanti, J. S. Y. (2021). Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Pelaksanaan Senam Nifas. Jurnal Kebidanan
Terkini (Current Midwifery Journal), 1(1), 45–55.
https://doi.org/10.25311/jkt/vol1.iss1.313

Syukrianti, S., & Yeyen, F. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui
Dengan Kelancaran Asi di Rsud Rokan Hulu. Jurnal Doppler Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai, 3(1), 33–41.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/views/424

48
45
49

Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, S., Safitri, I., Ariana, S., & Catur Wijayanti, A.
(2018). Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kelancaran Produksi Asi.
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 8(1), 13–19.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/189

Margaretha. L.2017. Konsep Dasar Post Partum. Diakses dari repository.ump.ac.id,


diakses tanggal 10 November 2020.
47

Lampiran 1
47

Lampiran 2
49

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth.
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program
Studi DIII Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi :

Nama : Yuna Indah Maharena


NIM : 2019012443
Prodi : Program Studi DIII Keperawatan
Alamat : Ds. Selo kecamatan Tawangharjo Kab. Grobogan
Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul
“AsuhanKeperawatan Maternitas Pada Ny.x Dengan Fokus
Intervensi Breast Care Untuk Mengatasi Ketidak Efektifan
Pemberian Asi Pada Ibu Post Partum”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi
Bapak/Ibu sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia untuk menjadi responden, maka
diperbolehkan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila selama pengambilan data tedapat hal-hal yang tidak diinginkan
maka Bapak/Ibu berhak untuk mengundurkan diri. Apabila Bapak/ Ibu
menyetujui, maka saya mohon kesediannya untuk menandatangani
lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian ini.

Purwodadi, 8 Agustus 2022

Yuna Indah Maharena

NIM 2019012443
50

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian


yang sedang dilaksanakan oleh peneliti, dengan ini saya menyatakan diri
untuk (BESEDIA/ TIDAK BERSEDIA) sebagai responden dalam
penelitian :

Judul Penelitian : “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.X


Dengan Fokus Intervensi Breast Care Untuk
Mengatasi Ketidak Efektifan Pemberian ASI Pada
Ibu Post Partum”
Nama : Yuna Indah Maharena

NIM : 2019012443

Institusi : Program Studi DIII Keperawatan

Saya mengerti bahwa resiko yang ditimbulkan dari penelitian ini


adalah kecil. Namun demikian saya berhak mengundurkan diri dari
penelitian ini tanpa ada sanksi atau kehilangan hak. Saya mengerti bahwa
catatan penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin selegal mungkn.
Semua berkas yang mencantumkan identitas saya akan dihilangkan dan
semua jawaban dari saya akan digunakan untuk keperluan pengolahan
data dan hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data. Demikian
secaa sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, saya bersedia
berperan dalam penelitian ini.

Purwodadi, 8 Agustus 2022

(Responden)
51

Lampiran 5

Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Pengajuan Tema
3 Studi pendahuluan
4 Penyusunan proposal
5 Ujian Proposal
6 Revisi ujian proposal
7 Perijinan penelitian
8 Pengambilan data
9 Penyusunan laporan hasil
10 Sidang KTI
11 Pengumpulan dokumen
52

Lampiran 6
53

Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai