Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL

HUBUNGAN IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DENGAN


KEJADIAN BAYI ASFIKSIA
DI RSUD. H. MOH. ANWAR SUMENEP

Oleh :
NOVITASARI
NPM. 721640201

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
HUBUNGAN IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DENGAN
KEJADIAN BAYI ASFIKSIA
DI RSUD. H. MOH. ANWAR SUMENEP

PROPOSAL

Proposal ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana
Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan (S1).
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja

Oleh :
NOVITASARI
NPM. 721640201

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

HUBUNGAN IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DENGAN


KEJADIAN BAYI ASFIKSIA
DI RSUD. H. MOH. ANWAR SUMENEP

NOVITASARI
NPM. 721640201

PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL NOVEMBER 2022

Oleh:
Pembimbing Utama

(MUJIB HANNAN, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes.)


NIDN.0718088202

Pembimbing Serta

( AHMANIYAH, S.ST., M.Tr.Keb.)


NIDN.0726058501

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan (S1)

(SRI YUNITA SURAIDA SALAT,S.ST.,Bdn.,M.Kes)


NIDN.0706068702

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposalinidiajukan oleh :
Nama : NOVITASARI
NPM : 721640201
ProgramStudi : Kebidanan (S1)
Judul Proposal : Hubungan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis dengan
Kejadian Bayi Asfiksia di RSUD. H. Moh. Anwar
Sumenep

Proposalinitelahdiuji dan dinilai Oleh Dewan PengujiProposal


Program Studi Kebidanan (S1)
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja
Pada tanggal ……………………..

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Mujib Hannan, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes ( )

Anggota Penguji : Syaifurrahman Hidayat,S.Kep,.Ns.,M.Kes ( )

Anggota Penguji: : Ahmaniyah.S.ST.,M.Tr.Keb ( )

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan (S1)

(SRI YUNITA SURAIDA SALAT,S.ST.,Bdn.,M.Kes)


NIDN.0706068702

Disetujui oleh
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

(SYAIFURRAHMAN HIDAYAT, S.Kep., Ns., M.Kep.)


NIDN.0721048603

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan PROPOSAL ini dengan judul “Hubungan Ibu hamil
Kekurangan Energi Kronis dengan Kejadian Bayi Asfiksia di RSUD. H. Moh.
Anwar Sumenep”.
Penyusunan Proposal ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta
dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkan peneliti
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Sjaifurrachman, S.H., C.N., M.H Selaku Rektor Universitas Wiraraja

2. Syaifurrahman Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Wiraraja.

3. Sri Yunita Suraida Salat. Selaku Ketua Program Kebidanan (S1) Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Wiraraja.

4. Mujib Hannan, S.KM, S.Kep, Ns, M.Kes . Selaku pembimbing utama dalam
penelitian ini atas bimbingan dan arahannya dalam menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini.

5. Ahmaniyah, S.ST., M.Tr.Keb. Selaku pembimbing serta dalam penelitian ini atas
bimbingan dan arahannya dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

6. dr. Erliyati, M.Kes. Selaku Direktur RSUD. dr. H. Moh. Anwar Kabupaten
Sumenep.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.


Untuk itu saya sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari
segenap pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan ilmu
yang bermanfaat bagi pembaca.

Sumenep, November 2022

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Konsep Kehamilan......................................................................... 6
2.2 Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Kehamilan..................... 15
2.3 Konsep Bayi Baru Lahir................................................................ 24
2.4 Asfiksia Neonatorum..................................................................... 29
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN............................................... 34
3.1 Kerangka konsep penelitian........................................................... 34
3.2 Hipotesis penelitian........................................................................ 35
BAB 4 METODE PENELITIAN..................................................................... 36
4.1 Desain dan Rancangan Penelitian.................................................. 36
4.2 Kerangka Kerja (Frrame Work).................................................... 37
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................................ 38
4.4 Variabel Penelitian......................................................................... 40
4.5 Definisi Operasional...................................................................... 41
4.6 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data...................................... 42
4.7 Analisa Data................................................................................... 44
4.8 Etika Penelitian.............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 50
Lampiran .......................................................................................................... 53

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Definisi Oprasional Hubungan ibu hamil kek dengan kejadian bayi asfiksia. .41

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1Kerangka konsep penelitian hubungan ibu hamil KEK dengan kejadian bayi
asfiksia. (Jumiarni, 2016).............................................................................34

Gambar 4. 1 Skema rancangan case control hubungan ibu hamil KEK dengan kejadian
bayi asfiksia.................................................................................................36

Gambar 4. 2Kerangka kerja penelitian hubungan ibu hamil KEK dengan kejadian bayi
Asfiksia........................................................................................................37

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan data awal.........................................................................53

Lampiran 2 Surat persetujuan untuk melakukan Studi Pendahuluan di lingkungan RSUD


dr. H. Moh. Anwar Sumenep.......................................................................54

Lampiran 3 Lembar bimbingan proposal........................................................................55

Lampiran 4 Ceklist pengumpulan data penelitian................Error! Bookmark not defined.

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi ibu hamil perlu mendapatkan perhatian karena sangat berpengaruh

pada perkembangan janin yang dikandungnya. Sejak janin sampai berumur dua

tahun atau 1000 hari pertama kehidupan kecukupan gizi sangat berpengaruh

terhadap perkembangan fisik dan kognitif. Kurangnya gizi pada masa ini juga

dikaitkan dengan resiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu

kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan

diabetes. Pada masa kehamilan gizi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi

untukdirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin karena gizi janin

tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi ibu juga harus tetap terpenuhi

(Kemenkes R1,2016).

Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat

menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Wanita hamil beresiko mengalami

KEK jika memiliki LILA<23,5cm. Ibu hamil dengan KEK beresiko melahirkan

bayi asfiksia. Asfiksia akan membawa resiko kematian, gangguan pertumbuhan

dan perkembangan anak. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin

sebelum lahirm umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah

ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kaelainan tali pusat,

1
2

atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah

persalinan (Depkes 2008).

Zat gizi merupakan zat yang terkandung dalam makanan yang diperlukan

tubuh untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal bagi

organ-organ tubuh. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi

dan zat gizi, peningkatan ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, sehingga kekurangan zat gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

janin (Susilowati, 2016). KEK juga dapat menjadi penyebab tidak langsung

kematian ibu dan bayi. Kejadian Ibu hamil dengan KEK di Indonesia pada tahun

2017 berjumlah sebanyak 14,8% dari semua kasus kehamilan, sedangkan pada

tahun 2018 meningkat menjadi 17,3%. Sedangkan di Jawa Timur kasus ibu hamil

dengan KEK selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, data tahun 2017

berjumlah sebanyak 45,928% dari semua kasus kehamilan, pada tahun 2018

meningkat drastis menjadi 52,289%, dan pada tahun 2019naik sedikit menjadi

54,697%, sedangkan pada tahun 2020 turun sedikit menjadi 53,455%.(Profil

Kesehatan Jawa TimurTahun 2020).

Pertumbuhan janin yang buruk dapat menyebabkan asfiksia saat lahir dan

komplikasi-komplikasi seperti hipoglikemi dan hipotermia neonatal. Berdasarkan

data dari RSUD. H. Moh. Anwar Sumenep, angka kejadian asfiksia neonatrum

pada tahun 2020 terdapat 43 kasus sedangkan ditahun 2021 meningkat menjadi 50

kasus,. Dampak dari asfiksia neonatrum selain kematian neonatal, dapat juga

menyebabkan kelainan neurologis dalam bentuk serebral palsi atau retardasi

mental. Asfiksia neonatorum pula merupakan salah satu penyebab kegagalan


3

sirkulasi dan gagal jantung pada cukup bulan, kejang pada neonatal, dan juga

terjadinya gagal ginjal (Tahir, 2012).

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti memandang perlu untuk

melakukan penelitian terkait pengaruh status gizi ibu hamil (KEK) terhadap bayi.

Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang dapat

terjadinya pada kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronisdengan Kejadian Bayi Asfiksia di RSUD. H. Moh.

Anwar Sumenep”.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar berlakang diatas, rumusan masalah yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis dengan Kejadian Bayi Asfiksia di RSUD. H. Moh.

Anwar Sumenep?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui hubungan ibu hamil kekurangan energi kronis dengan

kejadian bayi asfiksia di RSUD. H. Moh. Anwar Sumenep.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasikasus ibu hamil KEK di RSUD. H. Moh. Anwar

Sumenep.

2. Mengidentifikasikejadian bayi asfiksia di RSUD. H. Moh. Anwar

Sumenep.
4

3. Menganalisis pengaruh ibu hamil KEK terhadap kejadian bayi asfiksia di

RSUD. H. Moh. Anwar Sumenep.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1. Bagi Fakultas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya dengan cara menambah jumlah

sampel dan objek penelitian.

2. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka ibu hamil

dengan gizi buruk di Puskesmas dengan cara screening pada saat ibu hamil

melakukan antenatal care untuk mencegah komplikasi lebih lannjut

terhadap ibu hamil atau janin yang dikandungnya.

3. Bagi Rumah Sakit

Dari hasil penelitian ini diharapkan pihak Rumah Sakit lebih

waspada ketika menangani kasus persalinan dengan ibu hamil KEK,

sehingga bisa meminimalkan dampak kematian pada ibu dan bayi.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dapat meningkatkan perhatian ibu hamil terhadap

asupan gizinya sehingga dapat menurunkan prevalensi asfiksia, komplikasi

pada bayi lahir, atau Angka Kematian Ibu atau Bayi.


5

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharpkan bagi tenaga kesehatan khususnya yang ada di Desa lebih

meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil terutama yang beresiko tinggi

sehingga kejadian komplikasi persalinan bisa dihilangkan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KonsepKehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, maka kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, yaitu

trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke-13 hingga minggu ke-27, dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-

28 hingga minggu ke-40). (Prawirohardjo, 2014).

Menurut (Manuaba, 2010) Kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari: ovulasi, migrasi, spermatozoa, dan ovum.

2.1.2 Tanda Gejala

1. Tanda pasti kehamilan

a. Teraba bagian janin

b. Gerakan janin

c. Terdengar denyut jantung janin

d. Pemeriksaan rontgent Ultrasonografi (USG)

2. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Peningkatan suhu basal tubuh

b. Perubahan pada kulit

6
7

c. Perubahan payudara

d. Pembesaran perut

e. Epulis

2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan

1. Uterus

Uteus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gr, menjadi

1.000 gr, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan ukuran muka

belakang 22 cm (Sastrawinata, 1983).

2. Vagina

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva

tanpak lebih merah, agak kebiruan (lividae) disebut tanda Chadwick

(Winkjosastro, 2007), Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam

kehamilan reaksi asam pH 3,5 – 6,0. Reaksi asam ini mempunyai sifat

bakterisida (Sastrawinata, 1983).

3. Ovarium

Pada salah satu ovarium dapat diketemukan corpus lutenum

graviditatis, tetapi setelah bulan ke-IV corpus lutenum ini mengisut

(Sastrawinata, 1983).

4. Payudara / Mamae

Puting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya dan

biasanya mengeluarkan colostrum. Areola mammae melebar lebih tua

warnanya, pembesaran buah dada disebabkan hipertrofi dari alveoli

(Sastrawinata, 1983).
8

Perubahan payudara pada ibu hamil pertama terasa nyeri karena

terdapat timbunan air dan garam yang mendesak saraf sensorik.

Pembuluh darah makin tampak sebagai tanda persiapan pembentukan

ASI (Manuaba, 1998).

5. Serviks Uteri

Serviks uteri karena hormon estrogen mengalami

hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak, kelenjar-

kelenjar serviks akan berfungsi lebih dan mengeluarkan sekresi lebih

banyak (Winkjosastro, 2007).

6. Darah

Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun

erythrocytnya; tetapi penambahan volume plasmanya yang disebabkan

oleh hydraemia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun

(Sastrawinata, 1983).

2.1.4 Kebutuhan Kesehatan Ibu Hamil

Menurut (Sri Widatiningsih, 2017) kebutuhan ibu hami lmeliputi:

1. Kebutuhan oksigen

Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen antara 15 – 20% selama kehamilan. Akibat desakan rahim (>32

minggu) dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam sekitar 20 - 25% dari biasanya. Tujuan pemenuhan

kebutuhan oksigen adalah untuk mencegah / mengatasi terjadinya

hipoksia, melancarkan metabolisme, menurunkan kerja pernafasan,

menurunkan beban kerja otot jantung (myocard).


9

2. Nutrisi

Perubahan fisiologis tubuh ibu hamil merupakan masa stress

fisiologik yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrien. Makanan

wanita hamil harus lebih diperhatikan karena dipergunakan untuk

mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan, pertumbuhan dan

perkembangan janin, mempercepat penyembuhan luka persalinan dalam

masa nifas, cadangan untuk masa laktasi, dan penambahan berat badan.

3. Personal Hygiene

a. Gigi dan Mulut

Jaringan gusi cenderung hipertrofi yang menyebakan plak

mudah terbentuk di darah antara gusi dan gigi. Ibu hamil harus

menggosok gigi dengan benar sampai bersih dengan sikat yang

lembut agar tidak melukai gusi.

Memeriksakan gigi pada saat hamil juga sangat diperlukan

untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.

b. Mandi

Ibu hamil hendaknya mandi minimal satu kali sehari karena

banyak berkeringat. Hindari air yang terlalu panas atau terlalu

dingin. Sebaiknya mandi dengan cara guyur / shower biasa.

c. Genetalia

Ibu hamil mengalami peningkatan pengeluaran pervaginam

(leukorrhea), oleh karena itu genetalia harus sering dibersihkan

dengan air terutama setelah defekasi / miksi. Arah pembersihan dari

depan dahulu menuju ke anus, lalu dikeringkan memakai tisu /


10

handuk dari depan kebelakang. Sabun / pembersih hanya digunakan

untuk bagian luar saja. Jangan memakai celana ketat. Jika memakai

pantyliners harus sering diganti untuk mencegah pertumbuhan

bakteri.

d. Pakaian

Sebaiknya ibu hamil mengenakan pakaian yang longgar dan

mudah menyerap keringat (dari bahan katun). Gurita /

korsetdapatdipakai untuk menyangga uterus, dipasang di bawah

perut / tidak menekan perut. Hindar ikorset yang terlalu menekan

daerah panggul dan paha.

4. Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

Peningkatan frekuensi miksi pada awal kehamilan dan akhir

kehamilan perlu dipastikan bahwa tidak disertai dengan rasa panas /

nyeri (disuria) saat miksi atau adanya darah dalam urine yang

merupakan tanda Infeksi Saluran Kemih (ISK). Tidak ada solusi

untuk menurunkan frekuensi, hanya perlu ditekankan bahwa

peningkatan frekuensi miksi adalah normal. Anjurkan mengurangi

minuman yang mengandung kafein (teh, kopi).

b. Buang Air Besar (BAB)

Kemungkinan terjadinya obstipasi pada wanita hamil

disebabkan oleh kurangnya gerak badan, sering terjadi muntah dan

kurang makan pada hamil muda, peristaltik usus kurang karena

pengaruh hormon, peningkatan absorbsi air di kolon karena


11

pengaruh hormonal, tekanan pada usus oleh pembesaran uterus,

kurang intake serat dan air, serta konsumsi tablet zat besi.

5. Seksualitas

Hubungan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk

mempertahankan kehidupan. Seksual tidak hanya terbatas pada aktifitas

seksual (intercourse) saja, tetapi pengertian lebih luas“love & affection”.

Masalah dapat timbul selama masa hamil akibat kurangnya pengetahuan /

informasi tentang aspek seksual dalam kehamilan. Pada umumnya

masalah seksual ini masih jarang dibicarakan / didiskusikan, karena

pengaruh nilai dan perasaan tabu. Pada trimester I hubungan seksual

boleh dilakukan selama tidak ada kontraindikasi seperti perdarahan

pervaginam, adanya riwayat abortus berulang, ibu dengan abortus

iminens, prematurus iminens. Pada trimester II biasanya gairah seksual

meningkat.Tidak ada kontraindikasi, disarankan untuk memodifikasi

posisi & tidak melakukan penetrasi terlalu dalam. Pada trimester III

biasanya gairah seksual dipengaruhi oleh rasa tidak nyaman & body

image. Tidak ada kontaindikasi kecuali Ketuban Pecah Dini (KPD) dan

sudah ada pembukaan, disarankan untuk modifikasi posisi & melakukan

dengan lembut dan hati-hati.

6. Istirahat / Tidur

Istirahat / tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil,

karena istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan

jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan

janin dan juga membantu wanita tetap kuat untuk mencegah penyakit,
12

juga dapat mencegah keguguran, tekanan darah tinggi, dan masalah-

masalah lain. Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam pada malam hari dan

1 jam pada siang hari.

7. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadapsuatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid

tetanus dianjurkan untuk menurunkan angka kematian bayi karena

infeksi tetanus.Vaksinasi tetanus toksoid (TT) dasar dilakukan dua kali

selama hamil.

2.1.5 Pelayanan Antenatal

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Timur (2012) pelayanan antenatal adalah

pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,

dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam

Standart Pelayanan Kebidanan (SPK).

Dalam penerapannyameliputi:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Pemeriksaan Tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) biladiperlukan

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)


13

9. Tatalaksana kasus

10. Temuwicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca

persalinan.

Menurut Saifuddin (2008) jadwal kunjungan antenatal tersebut yaitu :

1. Kunjungan I (KI) : sebelum umur kehamilan 16 minggu

Menurut Pedoman Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak

(PWS KIA, 1998) kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Kunjungan I (KI) Akses

KI akses ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali

periksakehamilan) tanpa memandang umur kehamilan atau lebih dari

16 minggu.Contoh : ibu hamil 20 minggu yang datang untuk ANC

pertama kalinya.

b. Kunjungan I (KI) Murni

KI murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali

periksa kehamilan) pada umur kehamilan 4-16 minggu.

2. Kunjungan II (K2) : (24-28 minggu)

3. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk:

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Penapisan pre eklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan

perkemihan

c. Mengulang perencanaan persalinan

d. Pemberian imunisasi TT-II


14

4. Kunjungan IV (K4) : umur kehamilan 36 minggus ampai akhir,

dilakukan untuk:

a. Sama seperti kegiatan kunjunga II dan III

b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

c. Memantapkan rencana persalinan

d. Mengenali tanda-tanda persalinan

e. Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi

2.1.6 Kehamilan dengan Resiko Tinggi

Menurut Rochjati (2011) Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil

yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi

pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan

bayinya. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka yang disebut skor.

Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil.

Berdasarkan skor kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan

kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi

hidup sehat.

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak

ibu maupun janinnya yang memberikan dampak kurang menguntungkan

baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetap tidak

darurat.
15

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor>12

Kehamilan dengan faktor risiko:

a. Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat

bagi jiwa ibu atau bayinya, membutuhkan dirujuk tepat waktu dan

tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya

penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

b. Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya

meningkat. Yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah

sakit atau dokter spesialis.

2.2 Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Kehamilan

2.2.1 Definisi KEK

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.

Ibu KEK menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik)

yang mengakibatkan timbulnya keadaan malnutrisi atau keadaan patologis akibat

secara relative atau absolute satu atau lebih zat gizi dan gangguan kesehatan pada

ibu (Sipahutar, dkk., 2013).

Kekurangan energi kronis yang memiliki dampak buruk terhadap

kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan

KEK jika Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).

2.2.2 Faktor Penyebab Resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)

1. Jumlah asupan makanan

Kebutuhan makanan ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan

wanita yang tidak hamil. Kebiasaan makan mempunyai hubungan yang

nyata positif dengan status gizi. Hal ini berarti kebiasaan makan lebih baik
16

mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan status gizi ibu hamil.

(Ismail, 2014).

2. Usia ibu hamil terlalu muda atau tua

Usia mempengaruhi status gizi ibu hamil. Seorang ibu yang masih

sangat muda, bahkan masih tergolong anak-anak kurang dari 18 tahun

masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ia hamil,

maka bayi yang dikandungnya akan bersaing dengan si ibu muda untuk

mendapatkan zat gizi, karena sama-sama mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Persaingan ini mengakibatkan ibu mengalami kekurangan

energy kronis (KEK).

Sementara, ibu yang hamil di usiaterlalutua juga membutuhkan

energy yang besar untuk menunjang fungsi organnya yang semakin

melemah. Dalam hal ini, persaingan untuk mendapatkan energy terjadi

lagi. Oleh karena itu, usia kehamilan yang sesuai adalah 20 tahun hingga

34 tahun.

3. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan social ekonomi keluarga akan memberikan kesempatan

ibu untuk menyediakan makanan bagi keluarganya. Keadaan social yang

dapat mempengaruhi status gizi diantaranya jumlah anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah, kepadatan penduduk, keadaan dapur untuk

mengolah makanan, ketersediaan air bersih untuk keperluan rumah tangga.

Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi status gizi terutama ibu

hamil. Keadaan ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi, diantaranya

pekerjaan ayah, pendapatan per bulan, harga pangan di pasaran. Ini semua
17

mempengaruhi ketersediaan makanan dalam rumah tangga yang

mengakibatkan status gizi anggota keluarga (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).

4. Penyakit / infeksi

Wanita yang mendapat cukup asupan tapi memiliki riwayan

menderita sakit pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian pula

pada wanita yang tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan

tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. Penyakit atau

gizi buruk merupakan factor yang dapat mempengaruhi kesehatan pada

wanita (Supriasa, 2012).

5. Paritas

Paritas dimana kehamilan memerlukan tambahan zat gizi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah membentuk sel darah merah, janin

dan plasenta, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan

melahirkanakan semakin banyak kehilangan cadangan zat gizi ditubuh

sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, dan usia hamil, usia muda perlu

tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk mendapatkan

asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal

ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

6. Tingkat pendidikan

Pendidikan selain merupakan modal utama dan menunjang per

ekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan makanan untuk

rumah tangga. Tingkat pendidikan formal mempunyai peran yang cukup


18

besar dalam menentukan sikap dan perilaku ibu terhadap kegiatan

pemilihan makanan (Ismail, 2014).

7. Status gizi ibu hamil

Status gizi pada trimester pertamaakan sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan

organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan

janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat dan jika tidak terpenuhi

plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi

kemampuannya dan mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk

mengetahui status gizi ibu hamil tersebut dengan menggunakan beberapa

cara antara lain dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil,

mengukur kadar haemoglobin, dan mengukur lingkar lengan atas (LILA)

(Marni 2012). LILA adalah pengukuran antropometri yang dapat

menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui

resiko KEK atau gizi kurang. Kategori KEK adalah LILA kurangd ari 23,5

cm atau dibagian merah pita LILA (Supriasa, 2013).

Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat rata-rata

untuk umur tertentu merupakan factor untuk menentukan jumlah zat

makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar.

Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah

pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

Lengan harus dalam posisi bebas, lengan bahu dan otot lengan dalam

keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik
19

dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya

tidak rata.

2.2.3 Cara Penanganan KEK

Kekurangan energy kronis (KEK) dapat dicegah dan ditangani melalui

berbagai langkah, antara lain:

1. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

berpedoman umum gizi seimbang.

2. Hidup sehat.

3. Tunda kehamilan.

4. Memberikan penyuluhan mengenai gizi seimbang yang diperlukan oleh

ibu hamil (Supariasa, 2013).

Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan

protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan

makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan

atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Bahan gizi utama dan rekomendasi

harian dan kebutuhan ibu hamil, yaitu zat-zat gizi penting yang dibutuhkan ibu

selama hamil terdiri dari

1. Energi

Kebutuhan energy pada trimester I sedikit sekali meningkat.

Setelah itu, sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus

membesar sampai pada akhir kehamilan. Energy tambahan selama

trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan

volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan

lemak. Sepanjang trimester III, energy tambahan dipergunakan untuk


20

pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan

energy selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150

kkal sehari pada trimester I, dan 350 kkal pada trimester II dan III

(Arisman, 2010).

2. Protein

Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat di dalam

tubuh setelah air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk

jaringan baru. Kekurangan asupan protein dapat menghambat

pertumbuhan janin. Dibutuhkan lebih banyak protein selama kehamilan

sibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan protein diperlukan

untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar

75 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan

wanita yang tidak hamil. Mengkonsumsi makanan berprotein merupakan

cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan

protein. Produk hewani seperti daging, ikan, telur, susu, keju, dan hasil

laut merupakan sumber protein. Selain itu protein juga bias didapat dari

tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, dan lainnya

(Arisman, 2010).

3. Lemak

Lemak merupakan sumber energy terbesar dalam tubuh.

Berfungsi sebagai cadangan energy tubuh bagi ibu saat melahirkan,

pelarut vitamin A, D, E, K dan asam lemak. Asam lemak omega 3 dan 6

juga diperlukan untuk perkembangan system syaraf, fungsi penglihatan

dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai bantalan bagi organ-organ


21

tertentu seperti biji mata dan ginjal. Konsumsi lemak dianjurkan tidak

melebihi 25 kalori dalam porsi makanan sehari-hari dari total kebutuhan

energy. Sumber lemak antara lain daging, susu, telur, mentega dan

minyak tumbuhan (Arimas, 2010).

4. Zat besi

Kebutuhan ibu hamil akan Fe terus meninngkat (untuk

pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan

besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil adalah 1.040 mg. dari

jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg

sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian

50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah

sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak

ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Karena itu, suplementasi

zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang berstatus

gizi baik (Arisman, 2010).

5. Kalsium

Metabolism kalsium selama hamil berubah mencolok, meskipun

mekanisme keterjadiannya belum sepenuhnya terpahami. Kadar kalsium

dalam darah ibu hamil susut sampai 5% ketimbang wanita yang tidak

hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 gr,

dengan kecepatan 7, 110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I, II,

dan III. Asupan anjuran ialah sekitar 1200 mg/ hari bagi ibu hamil

berumur diatas 25 tahun, dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia

lebih muda (Arisman, 2010).


22

6. Asam folat

Asam folat merupakan satu-satunyavitamin yang kebutuhannya

selama hamil berlipat dua. Sekitar 24-60% wanita, baik di negara sedang

berkembang maupun yang telah maju, mengurangi kekurangan asam

folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil.

Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari

setelah ovulasi atau pada 28 hari pertaa kehamilan karena otak dan

sumsum tulang belakang dibentukpada minggu pertama kehhamilan.

Dengan demikian, pemberian suplementasi harus dilaksanakan sebelum

konsepsi terjadi. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per

hari, masing-masing pada trimester I, II, III (Arisman, 2010).

7. Kobalamin (Vitamin B12)

Anemis pernisiosa yang disertai dengan rasa letih yang parah

merupakan akibar dari defisiensi B12. Vitamin ini sangat pentingdalam

pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia persiniosa biasanya tidak

disebabkan oleh kekurangan B12 dalam makanan, melainkan oleh

ketiadaan faktor intrinsik, yaitu sekresi gaster, yang diperlukan untuk

penyerapan B12. Gejala anemia ini meliputi rasa letih dan lemah yang

hebat, diare, depresi, mengantuk, mudah tersinggung dan pucat. Diantara

vitamin B kompleks, vitamin B12 memang unik karena sangat jarang

didapat dari tanaman, tetapi banyak di dalam daging atau produk olahan

dari binatang. Bersama asam folat, vitamin ini menyintesis DNA dan

memudahkan pertumbuhan sel (Arisman, 2010).


23

8. Vitamin D

Kekurangan vitamin D selama hamil dapat menimbulkan

gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa

hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi,

dan osteomalasia pada ibu. Insidensi dapat ditekan dengan pemberian 10

µg (400 IU) per hari. Kekurangan vitamin D kerap menjangkiti ibu hamil

yang bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentuhan dengan sinar

matahari sehingga sintesis vitamin D di kulit tidak terjadi (Arisman,

2010).

9. Yodium

Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin

menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya berkembang menjadi

kretinisme karena peran hormon tiroid dalam perkembangan dan

pematangan otak menempati posisi strategis. Kerusakan saraf akibat

hipotiroidisme yang terjadi pada akhir kehamilan tidak separah jika hal

ini terjadi di awal kehamilan. Oleh karena itu, koreksi terhadap

kekurangan yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selama tiga bulan

pertama kehamilan. Anjuran asupan perhari untuk ibu hamil dan

menyusui adalah sebesar 200 µg (Food and Nutrition Board of The

National cademy of Sciences in the United States), dalam bentuk

pemberian garam beryodium, pemberian suplementasi pada hewan

ternak, pemberian minyak beryodium peroral atau injeksi (Arisman,

2010).
24

2.3 Konsep Bayi Baru Lahir

2.3.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh, 2013).

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat

bawaan) yang berat (Sitiatava, 2012).

2.3.2 Karakteristik bayi baru lahir

1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun

sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal,

serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9. Kuku telah agak panjang dan lemas.

10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah

menutupi labia minora (pada bayi perempuan).


25

11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

12. Eliminasi, urine, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

2.3.3 Asuhan segera bayi baru lahir dan penanganan BBL

1. Definisi

Asuhan pada bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Ani

Rukmawati, dkk, 2012).

2. Tujuan asuhan bayi baru lahir normal

Secara umum, tujuan atau aspek penting dari asuhan bayi baru

lahir normal adalah sebagai berikut:

a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu.

b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya

dengan segera.

c. Menjaga pernapasan.

d. Merawat mata (Sitiava Rizema Putra, 2012).

3. Penanganan bayi baru lahir

Menurut Ani Rukmawati, dkk, 2012 dalam bukunya yang

berjudul Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, terbitan Refika Aditama,

Bandung penanganan awal dimulai sejak proses persalinan hingga

kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan esensial neonatal yang meliputi:


26

a. Persalinan bersih dan aman.

Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku

(standar) dan di tatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi

yang tepat.

b. Memulai / inisiasi pernapasan spontan.

Begitu bayi lahir segera lakukan inisiasi pernapasan spontan

dengan melakukan penilaian sebagai berikut:

1) Segera melakukan penilaian awal pada bayi secara tepat dan

cepat (0-30 detik).

2) Evaluasi data yang terkumpul buat diagnosa dan tentukan

rencana untu k asuhan bayi baru lahir.

3) Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan

mempertimbangkan atau menanyakan 4 pertanyaan: apakah air

ketuban jernih, pernapasan bayi spontan, tonus / kekuatan otot

cukup, apakah bayi cukup bulan. Jika jawaban tersebut “YA”

maka bayi dapat diberikan kepada ibu untuk menciptakan

hubungan emosional.

c. Cara memotong tali pusat.

1) Menjepit tali dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali

pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm

dari klem.

2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan

tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong

tali pusat di antara 2 klem.


27

3) Mengikat tali pusat dengan jarak kurang lebih 1 cm dari

umbilicus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat

dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu

memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.

4) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya

kepada ibu.

d. Stabilisasi temperature tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.

Pencegahan kehilangan panas, bayi baru lahir tidak dapat

mengatur temperature tubuhnya sendiri secara memadai, dan dapat

dengan cepat kedinginan jika kehilangan tidak segera di cegah.

e. Pemberian ASI.

Pada hari pertama kelahiran bayi apabila penghisapan

puting susu cukup adekuat maka akan menghasilkan secara bertahap

10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah 10-14 hari usia

bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 600-800 ml ASI (kisaran 600-

1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi.

f. Pencegahan infeksi.

Saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk

melakukan tindakan pencegahan infeksi sebagai berikut:

1) Cuci tangan setelah dan sebelum melakukan tindakan.

2) Memakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem, gunting dan

benang tali pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi atau steril.


28

Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan

baru (jangan menggunakan bola karet penghisap dari satu bayi

ke bayi yang lain).

4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.

5) Pastikan bahwa timbangan, pita ukur, thermometer, stetoskop,

dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi

dalam keadaan bersih.

g. Pencegahan infeksi mata.

Pemberian tetes mata profilaktik (larutan petratnitrat 1%)

atau salep (salep tetrasiklin 1% atau salep mata eritromisin 5%).

Tetes mata atau salep mata di berikan dalam 1 jam pertama setelah

kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan

efektif jika tidak di berikan dalam satu jam pertama kelahiran.

h. Pemberian Vit K1.

Bayi baru lahir harus mendapatkan injeksi Vit K1 mg IM

setelah satu jam kontak kulit dengan ibu untuk mencegah

pendarahan BBL akibat kekurangan vitamin K1 yang dapat dialami

sebagian BBL.

i. Pemberian imunisasi.

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama penularan dari ibu ke bayi.

Imunisasi hepatitis di berikan 1 jam setelah pemberian vit K.


29

j. Pemeriksaan bayi baru lahir.

Pemeriksaan BBL di lakukan pada:

1) Saat bayi di klinik (dalam 24 jam)

2) Saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3

hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

2.4 Asfiksia Neonatorum

2.4.1 Pengertian

Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak bernapas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai

dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai asidosis (Hidayat, 2013).

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak

mendapatkan cukup oksigen selama proses kehamilan (Mendri & Sarwo prayogi,

2017). Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas

spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2

yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut, (Jumiarni, Mulyati

& Nurlina, 2016).

2.4.2 Etiologi

Pengembangan paru-paru neonates terjadi pada menit-menit pertama

kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, bila terjadi gangguan

pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia

janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan

atau segera setelah kelahiran (Jumiarni, 2016). Penyebab kegagalan pernapasan

pada bayi yang terdiri dari factor ibu, factor plasenta, factor janin dan factor

persalinan (Jumiarni, 2016).


30

Factor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi karena hipoventilasi

akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam, usia ibu kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahunn,, gravid empat atau lebih, social ekonomi rendah,

setiap penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin

seperti kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru / TBC, ginjal,

dengan gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Factor plasenta meliputi solusio

plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak

menempel pada tempatnya. Factor janin atau neonatus meliputi tali pusat

menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan

lahir, gemeli, IUGR, premature, kelainan congenital pada neonatus dan lain-lain.

Factor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain

(Jumiarni, 2016).

2.4.3 Patofisiologi Asfiksia

Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam keadaan

kontriksi dan hamper seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-

paru sehingga darah dialirkan melalui duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta

namun suplai oksigen melalui plasenta ini terputus ketika bayi memasuki

kehidupan ekstrauteri (Masruroh, 2016). Hilangnya suplai oksigen melalui

plasenta pada masa ekstrauteri menyebabkan fungsi paru neonatus diaktifkan dan

terjadi perubahan pada alveolus yang awalnya berisi cairan kemudian digantikan

oleh oksigen (Behrman, 2012). Proses penggantian cairan tersebut terjadi akibat

adanya kompresi dada (toraks) bayi pada saat persalinan kala II dimana saat

pengeluaran kepala, menyebabkan badan khususnya dada (toraks) berada dijalan

lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam paru dikeluarkan
31

(Manuaba, 2013). Setelah toraks lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan

terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir, sehingga

menimbulkan perluasan permukaan paru yang cukup untuk membuka alveoli

(Manuaba, 2013). Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli membuat

pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah, namun karena

inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat sehingga mampu menimbulkan

tekanan yang lebih besar ke dalam intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat

dikeluarkan (Hall & Guyton, 2014). Selain itu, pernapasan pertama bayi timbul

karena ada rangsangan-rangsangan seperti penurunan PO2 dan pH, serta

peningkatan PCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta, redistribusi

curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh dan berbagai

rangsangan taktil (Behrman et al., 2012). Namun apabila terjadi gangguan pada

proses transisi ini, dimana bayi tidak berhasil melakukan pernapasan pertamanya

maka arteriol akan tetap dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap terisi cairan.

Keadaan dimana bayi baru lahir mengalami kegagalan bernapas secara spontan

dan teratur segera setelah dilahirkan disebut dengan asfiksia neonatorum (Fida &

Maya, 2012). Menurut Price & Wilson (2012) gagal napas terjadi apabila paru

tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi

darah arteri dan pembuangan karbon dioksida (Price & Wilson, 2012). Proses

pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah pada difusi gas pada alveoli.

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dengan kapiler paru dan CO2

kapiler dengan alveoli (Hidayat, 2014). Proses difusi gas pada alveoli dipengaruhi

oleh luas permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabelitas membran,

perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen dan afinitas gas (Hidayat, 2014).
32

2.4.4 Manifestasi Klinis

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang

dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon

terhadap refleks rangsangan (Sembiring, 2017).

2.4.5 Klasifikasi

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila

nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai

skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi

baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena

resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit

seperti penilaian skor apgar). Asfiksia neonatorum di klasifikasikan (Fida &

Maya, 2012) :

1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan

tindakan istimewa.

2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi

jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan

kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan

henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
33

menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,

pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

2.4.6 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan diagnostik yang

dilakukan pada pasien asfiksia berupa pemeriksaan:

1. Analisa Gas Darah (AGD)

2. Elektrolit Darah

3. Gula Darah

4. Baby gram (RO dada)

5. USG (kepala
BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangkakonseppenelitian

Faktor Penyebab Faktor Penyebab Preklamsia


KEK A. Faktor Ibu
1. Usia 1. KEK
2. Penyakit 2. Penyakit Pembuluh
3. Parietas Darah
4. Pendidikan 3. Usia
5. Status gizi B. Faktor Plasenta
1. Solusio plasenta
2. Perdarahan plasenta
3. Plasenta kecil
4. Plasenta tipis
5. Plasenta tidak Kejadian
menempel pada Bayi Asfiksia
tempatnya
C. Faktor Janin
1. Tali pusat menumbung
2. Tali pusat melilit leher
3. Kompresi tali pusat
4. Gemeli
5. IUGR
6. Premature
7. Kelainan congenital
D. Faktor Persalinan
1. Partus lama
2. Partus dengan
tindakan

Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti

Gambar 3. 1Kerangka konsep penelitian hubungan ibu hamil KEK dengan


kejadian bayi asfiksia. (Jumiarni, 2016)

34
35

Berdasarkan dari kerangka konsep diatas faktor penyebab asfiksia

terdiri dari :

1. Faktor ibu meliputi : KEK, Penyakit pembuluh darah dan Usia.

2. Faktor placenta meliputi : Solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta

kecil, plasenta tipis dan plasenta tidak menempel pada tempatnya.

3. Faktor janin meliputi : Tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher,

kompresi tali pusat, gemeli, IUGR, premature dan kelainan congenital.

4. Faktor persalinan meliputi : Partus lama dan partus dengan tindakan.

3.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara tehadap

permasalahan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

2002). Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Ada hubungan antara ibu hamil KEK dengan kejadian bayi Asfiksia
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Nursalam,2001).

Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan case

control yaitu penelitian untuk mendapatkan gambaran akibat dari suatu

permasalahan (kasus) yang ada saat ini, dengan cara mengidentifikasi kelompok

kasus dan kontrol terlebih dahulu, kemudian diidentifikasi dengan faktor risiko

terjadinya pada masa lalu (Riyanto, 2011).

Berikut skema rancangan case controlpada penelitian ini :

Kejadian kasus
Menilai faktor Retrospektif pada saat ini
risiko

Ibu hamil KEK


Kejadian bayi
Retrospektif
asfiksia (kasus)
Ibu hamil tidak
KEK

Ibu hamil KEK


Kejadian bayi tidak
Retrospektif
asfiksia (kontrol)
Ibu hamil tidak
KEK

Gambar 4. 1 Skema rancangan case control hubungan ibu hamil KEK dengan
kejadian bayi asfiksia

36
37

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)


Populasi
Populasi pada kasus = 30 dan populasi pada
kontrol = 30
Bulan November 2021 s/d Oktober 2022

Sampel

Ibu hamil yang melahirkan di RSUD. dr. H. Moh. Anwar Sumenep


Bulan November 2021 s/d Oktober 2022
Sebanyak 223 Ibu bersalin

Sampling
Metode pengambilansampel
dengan cara Simple random sampling

Pengumpulan data
Di peroleh dari Rekam medis pasien kemudian
di salin dalam bentuk ceklist yang sesuai
dengan data yang akan diteliti

Analisa data
Dengan cara tabulasi data dan
Uji Chi Square dan OR

Penyajian hasil
Dengan cara proporsional yang
menggambarkan hubungan pada setiap variabel

Gambar 4. 2Kerangka kerja penelitian hubungan ibu hamil KEK dengan kejadian
bayi Asfiksia
38

4.3 Populasi, Sampel dan TeknikSampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi pada

kasus = 30 dan populasi pada kontrol = 30 bulan November 2021 s/d Oktober

2022

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).Subyek

dalam penelitian ini adalah Ibu hamil yang melahirkan di RSUD. dr. H. Moh.

Anwar Sumenep bulan November 2021 s/d Oktober 2022 sebanyak 223 Ibu

bersalin.

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu dan Bayi yang dilahirkan diRSUD. dr. H. Moh. Anwar Sumenep

bulan November2021 sampai dengan Oktober 2022.

b. Ibu melahirkan yang memiliki catatan pemeriksaan LILA pada masa

kehamilan.

c. Bayi baru lahir memiliki catatan nilai APGAR SCORE pada saat

kelahiran.
39

2. Kriteria Ekslusi

a. Ibu melahirkan yang tidak memiliki catatan pemeriksaan LILA pada

masa kehamilan.

b. Bayi baru lahir tidak memiliki catatan nilai APGAR SCORE pada saat

kelahiran.

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan

teknik Simple random samping yaitu suatu sampel yang tediri atas sejumlah

elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

Pada penelitian ini besar sampel ditetapkan berdasarkan rumus besar

sampel untuk penelitian case control seperti dibawah ini :

n=
( Z1−α /2 √2 P2 ( 1−P2 ) + Z1− β √ P 1 ( 1−P1 ) + P2 ( 1−P2 )
( P1−P 2)
2
) 2

Keterangan :
Zα : derivate baku alfa (1,96)
Zβ : derivate baku beta (0,84)
P2 : proporsi paparan pada ibu hamil tidak KEK
P1 : proporsi paparan pada ibu hamil KEK
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P : proporsi total
40

Dengan mensubtitusikan nilai-nilai tersebut, maka didapat:

( )
2
1,96 √ 2.0,24 .0,76+0,84 √ 0,61.0,39+0,09.0,91
n❑ =
( 0,3 )
n=¿ ¿

n=
( 1,96.0,6+0,84.0,47+
( 0,3 )
0,08
) 2

n=
( 1,76+0,39+
( 0,3 )
0,08
2
)
n=
( ( 0,3) )
1,646 2

2
n ¿ ( 5,4 ) n=29,16 dibulatkan menjadi 30

Berdasarkan rumus di atas, dengan proporsi 9% yang diambil dari

kepustakaan maka diperoleh besar sampel 30. Jadi, besar sampel untuk kelompok

kasus dan kontrol masing-masing berjumlah 30 bayi, dengan total sampel 60 bayi.

4.4 VariabelPenelitian

Variabel adalah suatu ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok (orang, benda, situasi), yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok tersebut (Nursalam @ Pariani, S, 2001). Dalam penelitian ini

menggunakan variable independen dan variable dependen.

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (Alimul, 2007). Variabel independen pada penelitian

ini adalah ibu hamil KEK.


41

4.4.2 Variabel Dependen

Variable dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel independent (Alimul, 2007). Variabel dependen pada penelitian

ini adalah kejadian bayi asfiksia.

4.5 DefinisiOperasional

Tabel 4. 1Definisi Oprasional Hubungan ibu hamil kek dengan kejadian


bayi asfiksia
Skala
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skor
Pengukuran
Variabel Adalah salah satu Melihat hasil RM Pasien Ordinal 1= Ibu
independen keadaan malnutrisi. pengukuran dan KEK
Ibu hamil Ibu KEK menderita LILA pada ibu lembar 2= Ibu
KEK kekurangan makanan yang terdapat di ceklist tidak
yang berlangsung RM. KEK
menahun (kronik) 1. KEK = < 23,5
yang mengakibatkan cm
timbulnya keadaan 2. Tidak KEK = ≥
malnutrisi atau 23,5
keadaan patologis
akibat secara relative
atau absolute satu
atau lebih zat gizi
dan gangguan
kesehatan pada ibu
(Sipahutar, dkk.,
2013)
Variabel Merupakan keadaan Melihat APGAR RM Pasien Ordinal 1=Bayi
dependepen dimana bayi tidak SCORE bayi dan Asfiksia
Kejadian bernapas secara yang terdapat di lembar 2= Bayi
bayi spontan dan teratur RM. ceklist tidak
asfiksia segera setelah lahir Klasifikasi Asfiksia
keadaan tersebut asfiksia dengan
dapat disertai dengan nilai AS :
adanya hipoksia, 1. Ringan = 7-
hiperkapnea, dan 10
sampai asidosis 2. Sedang = 4-6
(Hidayat, 2013). 3. Berat = 0-3
42

4.6 PengumpulanData dan PengolahanData

4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah data RM pasien yang sudah dilakukan pengolahan data

oleh petugas Rekam Medis RSUD H. Moh. Anwar Sumenep yang tersimpan di

pusat data Rumah Sakit yang hanya bisa di akses oleh petugas yang berwenang.

Rekam Medis (RM) merupakan dokumen yang berisi tentang identitas,

pemeriksaan, pengobatan, tidakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada

pasien.

4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2022, yang

bertempat di RSUD. H. Moh. Anwar Sumenep.

4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari Direktur RSUD. H. Moh. Anwar

Sumenep, peneliti mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku, yaitu dengan

cara memaparkan kepada petugas maksud dan tujuan penelitian, judul penelitian,

data apa saja yang dibutuhkan dalam penyusunan proposal dan skripsi. Alat

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang berisi

catatan dari pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk dijadikan sampel

penelitian, sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian bisa dipenuhi dengan

baik.
43

4.6.4 Pengolahan Data

Setelah peneliti mendapatkan data yang sesuai dengan penelitiannya,

kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara :

1. Editing

Editing data merupakan proses melengkapi dan merapikan data

yang telah dikumpulkan dalam proses pengumpulan data. Pada penelian

ini data yang dibutuhkan diantaranya :

c. Pada Ibu ( Umur, Pendidikan dan Diagnosa )

d. Pada Bayi ( Diagnosa )

2. Coding

Coding merupakan suatu proses pemberian angka pada setiap item

yang akan dilakukan penelitian untuk memudahkan proses analisa data

yang diantaranya :

a. Pada Ibu

Kode 1 untuk Ibu dengan KEK

Kode 2 untuk Ibu bukan dengan KEK

b. Pada Bayi

Kode 1 untuk Bayi dengan Asfiksia

Kode 2 untuk Bayi bukan dengan Asfiksia

3. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian yang di inginkan peneliti dalam bentuk tabel frefekuensi

(Notoatmojo, 2012). Tujuan tabulating data pada penelitian ini adalah

untuk menegtahuai hubungan antar variabel yang dijadikan penelitian.


44

4. Interpretasi Data

Setelah dilakukan tabulasi data maka selanjutkan data di

interpretasikan sesuai dengan nilai yang di dadapat dalam setiap variabel

yang diteliti. Pada penelitian ini menyajikan data umum dan data khusus

yang meliputi umur, pendidikan, diagnosa ibu dan diagnosa anak dalam

bentuk tabel frekuensi.

4.7 Analisa Data

Setelah dilakukan proses pengolahan data umum dan data khusus dalam

bentuk tabel frekuensi. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel

independen dan dependen maka dilakukan crostabs/tabulasi silang antar variabel

karena pada penelitian ini menggunakan total sampling. Pada penelitian ini

menggunakan analisis univariat dan bivariat yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

menganilis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmojo,2012). Analis ini

digunakan untuk memberikan gambaran umum terhadap data hasil

penelitian. Data pada penelian ini yang dilakukan analisis univatiat

diantaranya data umur ibu, pendidikan, hasil pengukuran lila, hasil

APGAR Score bayi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang bermaksa secara statistik

antara variabel independen dengan variabel dependen dengan uji chi


45

square menggunakan program SPSS. Pada penelitian ini untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara ibu hamil KEK dengan kejadian

bayi Asfiksia melalui uji chi square dengan nila α = 0,05, jika p< 0,05

maka terdapat hubungan dan jika nilai p> 0,05 maka tidak terdapat

hubungan.

Setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas

dengan variable terikat, maka uji dapat dilanjutkan dengan perhitungan

Odds Ratio (OR) untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan dengan

rumus sebagai berikut: (Hastono,2006)

Rumus Odds rasio

a /c axd
¿= =
b /d b /c

a/c= Jumlah kasus yang terpapar

b/d = Jumlah kasus yang tidak terpapar

Rumus Koefisien Kontingensi Untuk Melihat Derajat Hubungan:


2
X axd
¿ 2+n
=
X b /c

Keterangan :

χ 2 = Chi Square

n = jumlah sampel

Hasil pengukuran nilai koefisien kontingensi dibandingkan

dengan Cmaks untuk melihat derajat hubungan antar variabel, semakin

dekat nilai Koefisien Kontingensi dengan nilai C maksimal, maka


46

semakin kuat hubungan yang terjadi. Adapun rumus C maksimal adalah

sebagai berikut: Cmaks = (m-1)/m

Keterangan :

m = jumlah katagori terbesar

4.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan permohonan ijin

kepada Direktur RSUD. H. Moh. Anwar Sumenep untuk mendapatkan

persetujuan, Kemudian peneliti menjelaskan subyek yang akan diteliti dengan

masalah etika yang meliputi :

4.8.1 Anominity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data (angket) yang akan diberikan oleh

petugas Rekam Medis Rumah Sakit, lembar tersebut hanya akan diberi kode

nomor.

4.8.2 Confidentility

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.


50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. ProsedurPenelitian, Jakarta :Rineka Cipta

Arisman, (2010). Ibu Hamil Dengan Kekurangan Energi Kronis. Diambil kembali
dariGSNingrum:https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/4132/5/chapter
%20ll.pdf

Asrinah, dkk, 2014.Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: GrahaIlmu,


2014

Elisabeth SiwiWalyani, Amd. 2017. AsuhanKebidanan Masa Nifas Dan


Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.(1998, 1998)

Hidayat, Ahmad Aziz Alimul, 2007, AsuhanNeonatus, EGC, Jakarta

Jenny J. S..Sondakh, M.Clin.Mid. 2013. AsuhanKebidananPersalianan& Bayi


Baru Lahir. PenerbitErlangga.

Jumiarni. (2016). Asfiksia Neonatorum. KA Wahyu: http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/4767/8/DAFTAR%20Pustaka.pdf.

Kusuma, n. d. (2015). pemeriksaan diagnostik. Retrieved from i pertama:


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/583/8/daftar%20pustaka.pdf

Machfoeds, Irham, 2010 MetodelogiPenelitianKualitatif dan


Kuantitatif,Fitramaya, Yogyakarta

Manuaba, m. (1998). perubahan anatomi fisiologi pada kehamilan. Diambil


kembalidarilaludmila:http://eprints.umpo.ac.id/4202/3/3%20bab
%ii.pdf

Margono, S, 2007,MetologiPenelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT.Rineka


Cipta, Jakarta

Mansjoer, 2001, Kapita SelektaKedokteran, EGC, Jakarta


51

Mochtar, Rustam., 2003. Sinopsis Obstetri :ObstetriOperatif, ObstetriSosial,


Edisi 2, PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta

Muliarini. (2015). Definisi Kekurangan Energi Kronis. Nin Mira:


http/repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7531/4/BAB%20ll
%20%281%29.pdf.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan


Professional, edisi 1, Jakarta : Salemba Medika.

R.I,.Kementrian Kesehatan. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Rochjati, Poedji, 2003, Skrining Antenatal pada Ibu Hamil Pengenalan Faktor
ResikoDeteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Surabaya: AUP.

Saifudin, A.B., dkk (ed). 2010. Buku Panduan PraktisPelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: YPB-SP.

Atava, S. (2012). Definisi Bayi Baru Lahir. S Rejeki:


https://jurnal.mitrahusada.ac.id/index.php/emj/article/download/41/2
0.

Supriasa. (2013). Teori Ibu Hamil KEK. Diambil kembali dari AP Prabayukti:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/468/3/BAB%20ll.pdf

Sastrawinata. (1983). Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Pada


KehamilanRetrieved from P ISMAYANA:
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/117/1/kti-ismayana-lengkap

Sembiring. (2017). Asfikisia Neonatorum . NPSAD Kasidi:


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/468/3/Bab%20ll.pdf.

Widatiningsih, s. (2017). kebutuhan kesehatan ibu hamil. Retrieved from babII:


Http://repository.unjaya.ac.id/3488/8/daftar%20pustaka.pdf
52

Winkjosastro. (2007). serviks uteri. Diambil kembali dari n aini:


http://repository.um.surabaya.ac.id/3599/3/bab_2.pdf
53

Lampiran

Lampiran 1 Surat permohonan data awal


54

Lampiran 2 Surat persetujuan untuk melakukan Studi Pendahuluan di lingkungan


RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep
55

Lampiran 3 Lembar bimbingan proposal/skripsi


LEMBARBIMBINGANPROPOSAL/SKRIPSI

Nama : Novitasari

NPM : 721640201

Judul Skripsi : HUBUNGAN IBU HAMIL KEKURANGAN


ENERGI KRONIS DENGAN KEJADIAN BAYI
ASFIKSIA DI RSUD. H. MOH. ANWAR
SUMENEP

Dosen Pembimbing Utama : Mujib Hannan, S.KM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

No Tanggal Bab Masukan Paraf

Mengetahui,

DosenPembimbing

(Mujib Hannan, S.KM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)


LEMBARBIMBINGANPROPOSAL/SKRIPSI

Nama : Novitasari

NPM : 721640201

Judul Skripsi : HUBUNGAN IBU HAMIL KEKURANGAN


ENERGI KRONIS DENGAN KEJADIAN BAYI
ASFIKSIA DI RSUD. H. MOH. ANWAR
SUMENEP

Dosen Pembimbing Serta : Ahmaniyah, S.ST.,M.Tr.Keb

No Tanggal Bab Masukan Paraf

Mengetahui,

DosenPembimbing

(Ahmaniyah, S.ST.,M.Tr.Keb)

56
Lampiran 4 Cheklist pengumpulan data peneitian

Cheklist Pengumpulan Data Peneitian


Nama Ibu Tanggal lahir Nilai APGAR
No Pendidikan Nila LILA
(inisial) (Umur) SCORE bayi

57
58

Anda mungkin juga menyukai