Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN SAFETY


DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA PASIEN
STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP
RSUP H ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021

OLEH :

AHMAD FAUZAN
NIM : 1902017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020 -2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN


SAFETY DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA
PASIEN STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP
RSUP H ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021

Yang telah dipersiapkan oleh :

AHMAD FAUZAN
NIM : 1902017

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk Dipertahankan di


hadapan Tim Penguji Proposal

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan


Institut Kesehatan Sumatera Utara

Pembimbing

(Dameria Br Ginting,S.Kep,Ns,M.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Sumatera Utara

(Dameria Br Ginting,S.Kep,Ns,M.Kep)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Dengan Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN SAFETY


DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA PASIEN STROKE
DI RUANGAN RAWAT INAP RSUP H ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2021

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

AHMAD FAUZAN
NIM : 1902017

Telah Diseminarkan dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Proposal Pada 10


Februari 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk Di lanjutkan ke
Penelitian

Tim Penguji Ketua Penguji

(Dameria Br Ginting,S.Kep,Ns,M.Kep)

Penguji Penguji II
I

Minaria Togatorop, S.Kep,Ns,M.Kep) (Eka Isrnail, S.Kep,Ns,M.Kep)

Mengetahui Ketua Progam Studi


Ilmu Keperawatan Program Sarjana

(Basri,S.Kep,Ns,M.Kep)

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety
dengan Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan Rawat Inap
RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021”. Penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Insititut Kesehatan
Sumatera Utara
Selesainya penelitian ini karena adanya bantuan moril, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof, Dr, H. Paul Sirait, SKM., MM., M.Kes Dan Drs. Asman
Karo–Karo, MM, selaku Pendiri Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ferrial Paesha Sirait, M.Sc, Selaku Ketua Yayasan Insititut
Kesehatan Sumatera Utara.
3. Ibu Diana SKM, M.Kes, selaku Rektor Insititut Kesehatan Sumatera Utara.
4. Ibu Mazly Astuty. S.Kep., Ns. M.Kep, selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik Insititut Kesehatan Sumatera Utara
5. Ibu Martalehna, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Wakil Rektor II Bidang
Administrasi Insititut Kesehatan Sumatera Utara.
6. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Bidang Kerja Sama Insititut Kesehatan Sumatera
Utara.
7. Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Insititut Kesehatan Sumatera Utara
8. Bapak Basri, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Program Akademik.
9. Ibu Maita Sarah, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Program Profesi.

iv
10. Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku Pembimbing dalam
penelitian ini yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam
kesempurnaan penelitian.
11. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Staf Kependidikan Insititut Kesehatan
Sumatera Utara.
12. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan
13. Orang tua/ keluarga

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Stroke.........................................................................................8
1. Pengertian Stroke...............................................................................8
2. Klasifikasi Stroke..............................................................................8
3. Etiologi Stroke.................................................................................11
4. Patofisiologi Stroke.........................................................................12
5. Tanda dan Gejala Stroke.................................................................13
6. Faktor Resiko Stroke.......................................................................15
7. Pemeriksaan Penunjang...................................................................18
8. Penatalaksanaan Stroke...................................................................18
B. Konsep Pasien Safety............................................................................19
1. Defenisi Pasien Safety.....................................................................19
2. Standar Pasien Safety......................................................................21
3. Tujuh Langkah Menuju Pasien Safety............................................23
4. Insiden Pasien Safety.......................................................................29
5. Kategori Pasien Safety....................................................................31
C. Konsep Pengetahuan Perawat................................................................32
1. Defenisi Pengetahuan......................................................................32

vi
2. Tingkatan Pengetahuan...................................................................32
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.......................................35
4. Cara Mengukur Pengetahuan..........................................................36
5. Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Pasien Safety................37
D. Kerangka Konsep..................................................................................40
E. Hipotesis Penelitian...............................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................................42
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................42
C. Populasi dan Sampel..............................................................................42
D. Defenisi Operasional.............................................................................43
E. Aspek Pengukuran.................................................................................44
F. Metode Pengumpulan Data...................................................................45
G. Teknik Analisa Data..............................................................................45

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga

ini menjadi kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun

(Smeltzer & Bare, 2018). Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (Susilo, 2020).

Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan

Stroke Non Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi

karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke

otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hampir 83% pasien mengalami

stroke jenis ini. Stroke Non Hemoragik dibedakan menjadi tiga yaitu

Stroke Trombotik adalah proses terbentuknya thrombus hingga menjadi

gumpalan. Stroke Embolik adalah pembuluh arteri tertutup bekuan darah.

Hipoperfusion Sistemik adalah gangguan denyut jantung yang disebabkan

oleh aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang (Pudiastuti, 2016).

Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat

meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang

1
aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit

stroke (Aulia dkk, 2018). Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai

penyakit yang menyerang usia produktif, karena generasi muda sering

menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat.

Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula

yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat

terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2018).

Orang yang menderita stroke, biasanya mengalami banyak

gangguan fungsional, seperti gangguan motorik, psikologis atau perilaku,

dimana gejala yang paling khas adalah hemiparesis, kelemahan

ekstremitas sesisi, hilang sensasi wajah, kesulitan bicara dan kehilangan

penglihatan sesisi sehingga dibutuhkan penerapan pasien safety (Irfan,

2020).

Pasien safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat

asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment resiko, identifikasi

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan

mencegah terjadinnya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (Kemenkes, 2016).

Kesalahan yang mengakibatkan pasien cedera dapat berupa

ketidaktepatan identifikasi pasien yang berakibat kesalahan atau

2
keterlambatan diagnosis, kegagalan dalam bertindak, kesalahan

pengobatan, dan kesalahan dosis atau metode dalam pemberian obat.

Sasaran keselamatan pasien lainnya yang perlu diperhatikan untuk

menghindari cedera pada pasien berupa peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,

dan pengurangan resiko jatuh (Leape, et al, 1993, dalam Kohn, Corrigan,

& Donaldson, 2020).

Upaya penerapan patient safety sangat tergantung dari

pengetahuan perawat. Apabila perawat menerapkan patient safety didasari

oleh pengetahuan yang memadai, maka perilaku patient safety oleh

perawat tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Seorang perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan harus memiliki pengetahuan yang

benar, keterampilan, dan sikap untuk menangani kompleksitas perawatan

kesehatan. Tanpa pengetahuan yang memadai, tenaga kesehatan termasuk

perawat tidak bisa menerapkan dan mempertahankan budaya keselamatan

pasien (Myers, 2017).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam seseorang

mengambil keputusan namun tidak selamanya pengetahuan seseorang

bisa menghindarkan dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya,

misalnya perawat yang tingkat pengetahuannya baik tidak selamanya

melaksanakan keselamatan pasien dengan baik karena segala tindakan

yang akan dilakukan beresiko untuk terjadi kesalahan (Notoatmodjo,

2017).

3
Pengetahuan tentang patient safety adalah hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar

pengetahuan tentang patient safety manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan tentang patient safety seseorang mencangkup

ingatan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam

ingatan. Pengetahuan tentang patient safety atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan tentang patient safety akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan tentang patient

safety (Myers, 2017).

Stroke masih menjadi masalah kesehatan yang utama karena

merupakan penyebab kematian kedua di dunia. Sekitar 795.000 orang di

Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya, sekitar 610.000

mengalami serangan stroke yang pertama. Stroke juga merupakan

penyebab 134.000 kematian pertahun (WHO, 2019). Penyakit stroke juga

menjadi penyebab kematian utama hampir seluruh Rumah Sakit di

Indonesia dengan angka kematian sekitar 15,4%. Prevalensi penyakit

stroke meningkat seiring bertambahnya umur, terlihat dari kasus stroke

tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas

(43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%

(Riskesdas, 2018). Prevalensi penyakit stroke pada umur ≥15 tahun 2013

4
di Sumatera Utara naik dari 7,4% menjadi 12,2% diamana juga terjadi

peningkatan pada usia 15-24 tahun (0,2 % menjadi 2,6%) usia 25-34

tahun (0,6% menjadi 3,9%) usia tahu 35-44 tahun (2,5% menjadi 6,4%)

(DinKes Sumut, 2019).

Hal ini sesuai dengan penelitia yang dilakukan Lestari, W (2018)

tentang “Hubungan Pengetahuna Perawat tentang Patient Safety dengan

Penerapan Patient Safety pada Pasien Stroke di Rawat Inap di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul” didapatkan hasil sebagian besar penerapan

pasien safety dalam kategori baik dan sedang yaitu 16 (38,1%) dengan

pvalue=0.000. sehingga dapat disimpulkan ada hubungan bermakna

antara pengetahuan dengan penerapan pasien safety pada pasien stroke.

Penelitian lain juga dilakukan Linda Aiken (2019) mengenai pengaruh

pengetahuan perawat terhadap rasio keselamatan hidup pasien stroke

didapatkan bahwa seorang perawat yang menangani enam pasien dan

60% perawat dengan pengetahuan tinggi, risiko kematian pasien 33%

lebih rendah dibandingkan seorang perawat yang menangani delapan

pasien dan hanya 30% perawat saja yang dengan pengetahuan yang

rendah dengan pvalue=0.001 sehingga dapat diartikan ada pengaruh

pengetahuan perawat terhadap rasio keselamatan hidup pasien stroke.

Survey awal yang dilakukan peneliti di RSUP. H Adam Malik

Medan pada tanggal 25 Januari 2021 ditemukan pasien stroke sebanyak 8

orang dan 2 orang diantaranya mengalami dekubitus. Pada saat peneliti

mewawancarai 10 orang perawat, didapatkan data 2 orang perawat

memahami tentang prinsip patient safety, 3 perawat menjawab dengan

5
ragu-ragu dan 5 perawat mengatakan sudah lupa, hal ini menggambarkan

bahwa pengetahuan perawat tentang patient safety masih kurang.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety

dengan Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan Rawat

Inap RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan Perawat

tentang Pasien Safety dengan Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke

di Ruangan Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

“Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety dengan

Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan Rawat Inap

RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Distribusi Frekuensi pasien safety dengan penerapan

pasien safety pada pasien stroke di Ruangan Rawat Inap RSUP. H.

Adam Malik Medan Tahun 2021

b. Mengetahui Distribusi Frekuensi pengetahuan perawat dengan

penerapan pasien safety pada pasien stroke di Ruangan Rawat Inap

RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021

6
c. Mengetahui Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety

dengan Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan

Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perawat

khususnya di unit keperawatan tentang penerapan pasien safety pada

pasien stroke di Ruangan Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan

2. Bagi Institusi

Melalui pimpinan prodi keperawatan penelitian diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan reverensi bagi mahasiswa keperawatan

pada pasien yang mengalami stroke dengan penerapan pasien safety.

3. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan

penelitian di bidang keperwatan khususnya yang berhubungan dengan

penerapan pasien safety pada pasien stroke.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya, sehingga memperkaya ilmu pengetahuan dimasa

mendatang dan melanjutkan penelitian dengan variabel yang berbeda.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stroke

1. Pengertian Stroke

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan

hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian

(WHO), 2019). Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang timbul

mendadak karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang

menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat. Dampak dari

penyakit stroke diantaranya keterbatasan aktivitas (Pinzon & Asanti,

2020). Stroke merupakan sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala

hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang

berkembang cepat (dalam detik atau menit) (Junaidi, 2017).

2. Klasifikasi Stroke

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang

terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar

pada sirkulasi serebrum.

Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:

1) Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik

dalam waktu kurang dari 30 menit

8
2) Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit

neurologis membaik kurang dari 1 minggu

3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke

4) Completed Stroke

Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:

1) Trombosis

Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis

temporalis, poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis,

vertebralis 10 (spontan atau traumatik); Gangguan darah:

polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

2) Embolisme

Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark

miokardium, penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung,

katup prostetik, kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli

aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri

vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral,

karsinoma.

3) Vasokonstriksi

4) Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).

Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik

berdasarkan penyebab: lakunar, thrombosis pembuluh besar

dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik (Dewanto dkk,

2019).

b. Stroke Hemoragik

9
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% - 20% dari

semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum

mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang

subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Beberapa

penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum

hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura

aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena 11

(MAV), trauma, penyalahgunaan kokain, amfetamin, perdarahan

akibat tumor otak, infark hemoragik, penyakit perdarahan sistemik

termasuk terapi antikoagulan (Price & Wilson, 2017).

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga

kategori, antara lain :

a. Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis

fokal atau saraf pusat yang timbul secara mendadak dan

menghilang beberapa menit sampai beberapa jam. Stroke ini

bersifat sementara, namun jika tidak ditanggulangi akan berakibat

pada serangan yang lebih fatal.

b. Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu

perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke

dimana defisit neurologisnya terus bertambah atau gangguan pada

sistem saraf pusat mengalami gangguan.

c. Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal

sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana

fungsi sistem saraf menurun pada saat onset atau serangan lebih

10
berat. Stroke ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen jika

tidak segera ditanggulangi (Arya, 2016).

3. Etiologi Stroke

Menurut Smeltzer dan Bare (2018) stroke biasanya diakibatkan oleh

salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :

a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau

leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis,

yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Secara umum,

trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara

sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat

mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya

menyumbat arteri serebral tengah atau cabangcabangnya yang

merusak sirkulasi serebral (Valante dkk, 2015).

c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia

terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai

darah ke otak (Valante dkk, 2015).

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien

dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada

tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif.

Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian

suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau

11
permanen fungsi otak dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau

sensasi.

4. Patofisiologi Stroke

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti

yang terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan

metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen (AHA, 2015).

Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral dan

arteri karotis interna yang ada di leher (Guyton & Hall, 2019). Adanya

gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera

pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :

a. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang

menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat

yang selanjutnya akan terjadi iskemik.

b. Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik.

c. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan

jaringan otak.

d. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang

interstitial jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2018).

Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan

perubahan pada aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat

dan melampaui batas krisis terjadi pengurangan darah secara drastis

dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah arteri di otak akan

menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal

sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik berusaha

12
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada.

Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi pembuluh darah

awalnya adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan

aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (AHA, 2015).

Penyempitan atau penyumbatan pada arteri serebri media yang

sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas

kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan

girus lateral presentralis dan 2 postsentralis. Kelemahan tangan

maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.

Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai

darah ke otak belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat

hantaran jarasjaras utama antara otak dan medula spinalis. Kekuatan

otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan

dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis

(Jyh-Geng, et al., 2015) sedangkan fungsi paling utama lengan dan

tangan adalah untuk berinteraksi dengan lingkungan (Krakauer, 2015).

5. Tanda dan Gejala Stroke

a. Kehilangan motorik

1) Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal seperti

hemiparesis (lumpuh sebelah badan kanan/kiri saja)

2) Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti

terkena cabai (terbakar)

3) Mulut mencong, lidah moncong, lidah mencong bila

diluruskan.

13
4) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.

b. Kehilangan komunikasi

1) Bicara jadi pelo

2) Sulit berbahasa kata yang diucapkan tidak sesuai dengan

keinginan/gangguan berbicara berupa pelo, cegal dan kata-

katanya tidak bisa dipahami (afasia).

3) Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap.

4) Bicara tidak ada artinya.

5) Tidak memahami pembicaraan orang lain.

6) Tidak mampu membaca dan penulis.

c. Gangguan persepsi

1) Penglihatan terganggu, penglihatan ganda (diplopia)

2) Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan.

d. Defisit intelektual

1) Kehilangan memori/pelupa

2) Rentang perhatian singkat

3) Tidak bisa berkonsentrasi

4) Tidak dapat berhitung

5) Disfungsi kandung kemih tidak bisa menahan kemih dan sering

berkemih (Junaidi, 2017).

6. Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

14
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan

faktor yang berupa karakteristik atau sifat pada seseorang yang

dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya suatu penyakit

tertentu. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi yaitu

faktor yang berupa karakteristik atau sifat pasien yang tidak dapat

diubah. Contoh dari faktor ini yaitu usia, jenis kelamin, dan faktor

genetik (Goldstein dkk, 2020).

1) Usia

Risiko mengalami stroke akan semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya usia (Pinto & Caple, 2020).

Menurut hasil penelitian Saraswati (2019), diketahui bahwa

pada orang lanjut usia pembuluh darah lebih kaku kareana

adanya plak. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi

(penuaan) yang terjadi secara alamiah. Pada saat umur

bertambah kondisi jaringan tubuh sudah mulai kurang fleksibel

dan lebih kaku, termasuk pembuluh darah (Farida, 2019).

2) Jenis kelamin

Menurut Bornstein (2019), survey ASNA (ASEAN

Neurologic Association) melakukan penelitian berskala cukup

besar di 28 rumah sakit seluruh indonesia. Penelitian dilakukan

pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit

(hospital based study) dengan analisis penelitian ini, dapat

diperoleh gambaran bahwa penderita laki-laki lebih banyak

dari perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor

15
risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi. Lebih tingginya

kejadian stroke pada laki-laki diduga karena jenis kelamin

laki-laki berhubungan dengan faktor risiko stroke lainnya

yakni kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol (Wirasakti,

2017).

Gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan stroke

berulang karena laki-laki lebih cenderung mempunyai

kebiasaan suka memakan makanan siap saji disaat makan

siang saat bekerja dan selesai bekerja. Hormon juga

mempengaruhi lakilaki lebih banyak terkena stroke daripada

perempuan, karena laki-laki tidak memilki hormon estrogen

dan progesteron (Farida, 2019).

3) Faktor genetik

Riwayat stroke dalam keluarga ada hubungannya

dengan stroke berulang. Terkait dengan riwayat stroke di

keluarga, orang dengan riwayat stroke yakni 7,75 kali

dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarga.

Keturunan dari penderita stroke diketahui menyebabkan

perubahan dalam penanda aterosklerosis awal yaitu proses

terjadinya timbunan lemak di bawah lapisan dinding pembuluh

darah yang dapat memicu terjadinya stroke (Aguslina, 2015).

Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan

mengesankan bahwa riwayat stroke dalam keluarga

mencerminkan suatu hubungan antara faktor genetis dengan

16
tidak berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah dalam

arteri koronia. Karena orang yang terkena stroke gennya

sangat berpengaruh terhadap keturunannya (Farida, 2019).

b. Faktor yang dapat dimodifikasi

Faktor yang dapat dimodifikasi terdiri dari tingkatan pertama dan

kedua.

1) Tingkat pertama faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi,

diurutkan dari tingkat banyaknya kejadian yaitu hipertensi,

diabetes mellitus, merokok, fibrilasi atrium dan disfungsi

ventrikel kiri.

2) Tingkatan kedua yaitu terdiri dari kolesterol, hiperlipidemia,

asimtomatik karotid stenosis, sickle cell disease, terapi hormon

esterogen, diet, obesitas, alkohol, migrain, dan hiperkoagulasi.

Kebanyakan dari faktor risiko yang tingkatan kedua ini,

memiliki hubungan dengan pengembangan faktor risiko tingkat

pertama, misalnya obesitas merupakan faktor risiko untuk

terjadinya hipertensi dan diabetes (Goldstein dkk, 2020).

Faktor risiko yang umumnya menyebabkan stroke yaitu

tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah tidak boleh

melebihi 140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi akan

menyebabkan tingginya tekanan di dinding arteri sehingga bisa

menyebabkan bocornya arteri otak, bahkan ruptur pada arteri otak

yang akan mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik. Tekanan

17
darah tinggi juga bisa menyebabkan stroke iskemik yang

dikarenakan oleh adanya atherosclerosis (Silva dkk, 2019).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan pada pasien dengan

stroke menurut (Pudiastuti, 2016) ialah :

a. Angiografi serebral pemeriksaan ini untuk menentukan penyebab

utama dari stroke seperti mendeteksi apakah terjadi obstruksi arteri

atau perdarahan.

b. Ultrasonografi Doppler untuk mengidentifikasi artiovena atau biasa

disebut dengan masalah sistem arteri pada karotis (munculnya

plak).

c. CT Scan untuk menggambarkan terdapat edema, iskemia,

hematoma dan adanya infark.

d. Fungsi Lumbal untuk memeprlihatkan apakah terdapat tekanan

normal, hemoragik, malforasi arterial arterivena (MAV).

e. Sinar X untuk mengambarkan perubahan yang terjadi pada kelenjar

lempeng pineal yang berlawanan dari masa yang meluas.

f. EEG adalah menilai masalah yang didasarkan oleh gelombang otak

dan memeperlihatkan daerah lesi yang lebih jelas.

8. Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksanaan stroke terbagi atas 2 bagian besar yaitu fase

akut dan fase pasca akut. Fase akut biasanya saat keadaan medis

belum kembali stabil, namun lesi patologik sudah kembali pulih

(Setyopranoto, 2016). Pada fase ini tindakan keperawatan lebih

18
berfokus pada fungsi vital serta memfasilitasi perbaikan neuron.

Menurut (Wirawan, 2019).

Berakhirnya fase akut stroke yaitu 48 sampai 72 jam.

Prognosis buruk dipertimbangkan pada pasien yang masuk dalam

keadaan koma. Sedangkan sebaliknya pasien yang masuk dalam

keadaan sadar penuh memiliki atau dapat dipertimbangkan dengan

prognosis yang lebih diharapkan. Tindakan utama atau prioritas pada

fase ini ialah dengan mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang

baik (Smeltzer & Bare, 2018).

Fase pasca akut atau fase rehabilitasi stroke adalah fase

mengembalikan pada kondisi sebelum terserang stroke. pada fase ini

tujuan utama yang diinginkan ialah dapat mengoptimalkan kembali

kapasitas fungsional sehingga mampu melakukannya sendiri,

penaganan pada fase ini biasanya diberikan latihan atau terapi fisik

(Smeltzer & Bare, 2018).

B. Konsep Pasien Safety

1. Definisi Pasien Safety

Konsep keselamatan pasien (patient safety) secara mendasar

diartikan sebagai “freedom from accidental injury” oleh Institute Of

Medicine (IOM). Sejalan dengan batasan tersebut, Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendefinisikan

keselamatan pasien sebagai bebas dari cedera (harm) yang seharusnya

tidak terjadi atau potensial cedera akibat dari pelayanan kesehatan

yang disebabkan error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan

19
atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan (Wardhani,

2017).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017

tentang Keselamatan Pasien, keselamatan pasien adalah suatu sistem

yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi

asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.

Menurut Vincent (2008) dalam Tutiany, dkk (2017)

menyatakan bahwa keselamatan pasien didefinisikan sebagai

penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari hasil yang buruk atau

injury yang berasal dari proses perawatan kesehatan. Definisi ini

membawa beberapa cara untuk membedakan keselamatan pasien dari

kekhawatiran yang lebih umum mengenai kualitas layanan kesehatan.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk melakukan

pencegahan serta perbaikan yang diakibatkan dari kesalahan

pelayanan kesehatan terhadap pasien.

2. Standar Pasien Safety

20
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan

penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi

rumah sakit. Standar keselamatan pasien rumah sakit disusun

mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan

oleh Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,

USA tahun 2002 yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

perumahsakitan di Indonesia (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien

terdiri dari tujuh standar, yaitu :

a. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk

kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

b. Mendidik pasien dan keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki

proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui

pengumpulan data, menganalisis secara intensif kejadian tidak

21
diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja serta keselamatan pasien.

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

keselamatan pasien secara terinterasi dalam organisasi melalui

penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit”.

2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan

atau mengurangi kejadian tidak diharapkan.

3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan

pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit

serta meningkatkan keselamatan pasien.

5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya

dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan

pasien.

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan

orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan

dengan keselamatan pasien secara jelas.

22
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi

staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan

pasien.

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

1) Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan

infromasi internal dan eksternal.

2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

3. Tujuh Langkah Menuju Pasien Safety

Menurut Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(Kemenkes RI, 2015), dalam menerapkan standar keselamatan pasien

maka rumah sakit harus melaksanakan tujuh langkah menuju

keselamatan pasien. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien yaitu

sebagai berikut.

a. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien

Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

Langkah Penerapan:

1) Bagi Rumah Sakit

Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang

menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah

terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan

fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan

23
kepada staf, pasien, dan keluarga. Pastikan rumah sakit

memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas

individual bila mana ada insiden, tumbuhkan budaya pelaporan

dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit dan

lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian

keselamatan pasien.

2) Bagi Unit/Tim

Pastikan rekan sekerja Anda merasa mampu untuk

berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan

bilamana ada insiden dan demonstrasikan kepada tim anda

ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit Anda untuk

memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi

proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang

tepat.

b. Pimpinan dan Dukung Staf Anda

Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang

penerapan program keselamatan pasien rumah sakit Anda.

Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit

Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yang

bertanggung jawab atas keselamatan pasien, identifikasi di tiap

bagian rumah sakit orang-orang yang dapat diandalkan untuk

menjadi “penggerak” dalam menerapkan program keselamatan

pasien, prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat

24
direksi/ pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit

dan masukkan keselamatan pasien dalam semua program

latihan staf rumah sakit Anda dan pastikan pelatihan ini diikuti

dan diukur efektivitasnya.

2) Untuk Unit/Tim

Nominasikan “penggerak” dalam tim Anda sendiri

untuk memimpin gerakan keselamatan pasien, jelaskan kepada

tim Anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka

dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien dan

tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan

identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit

Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam

manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal

tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien

dan staf, kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem

pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh

Direksi/Pimpinan rumah sakit dan gunakan informasi yang

benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden

dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan

kepedulian terhadap pasien.

25
2) Untuk Unit/Tim

Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk

mendiskusikan isuisu keselamatan pasien guna memberikan

umpan balik kepada manajemen yang terkait, pastikan ada

penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen

risiko rumah sakit, lakukan proses assesmen risiko secara

teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan

ambillah langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko,

pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai

masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko.

d. Kembangkan Sistem Pelaporan

Pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan

kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS).

Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit

Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan

insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke

KKP-RS.

2) Untuk Unit/Tim

Berikan semangat kepada rekan sekerja Anda untuk

secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden

yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena

mengandung bahan pelajaran yang penting.

26
e. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien

Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan

pasien.

Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit

Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara

jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses

asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya,

pastikan pasien dan keluarga mereka mendapatkan informasi

yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden dan berikan

dukungan, pelatihan, dan dorongan semangat kepada staf agar

selalu terbuka kepada pasien dan keluarga.

2) Untuk Unit/Tim

Pastikan tim Anda menghargai dan mendukung

keterlibatan pasien dan keluarganya bila terjadi insiden,

prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga

bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka

informasi yang jelas dan benar secara tepat dan pastikan segera

setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan

keluarganya.

f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien

Dorong staf Anda melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

Langkah penerapan:

27
1) Untuk Rumah Sakit

Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk

melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi penyebab dan kembangkan kebijakan

yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis

Akar Masalah (Roor Cause Analysis/ RCA) yang mencakup

insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun

melakukan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) untuk

proses risiko tinggi.

2) Untuk Unit/Tim

Diskusikan dalam tim Anda pengalaman dari hasil

analisis insiden dan identifikasi unit atau bagian lain yang

mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah

pengalaman tersebut secara lebih luas.

h. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk

melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit

Gunakan informasi yang benar dan jelas yang

diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden,

dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat,

solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem

(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau

28
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang

menjamin keselamatan pasien, lakukan asesmen risiko setiap

perubahan direncanakan, sosialisasikan solusi yang

dikembangkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Kemenkes RI dan beri umpan balik kepada staf tentang setiap

tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan.

2) Untuk Unit/Tim

Libatkan tim Anda dalam mengembangkan berbagai

cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan

lebih aman, telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat

tim Anda dan pastikan pelaksanaannyadan pastikan tim Anda

menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden

yang dilaporkan.

4. Insiden Pasien Safety

Menurut PMK No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan

Pasien, Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari

kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak

cedera, dan kejadian potensial cedera. Adapun jenis-jenis insiden yang

ditetapkan dalam PMK No. 11 Tahun 2017 adalah sebagai berikut.

a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat

berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

29
Contohnya obat-obatan LASA (look a like sound a like) disimpan

berdekatan.

b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu kejadian insiden yang

belum sampai terpapar ke pasien. Contohnya suatu obat dengan

overdosis lethal akan diberikan kepada pasien, tetapi staf lain

megetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan

kepada pasien.

c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil

tindakan yang seluruhnya diambil (omission) yang dapat

mencederai pasien tetapi cedera tidak terjadi karena:

1) “keberuntungan” (misalnya pasien yang menerima suatu obat

kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat); dan

2) “peringatan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah

diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera dietahui secara

dii lalu diberikan antidotumnya sehingga tidak menimbulkan

cedera berat).

d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah kejadian yang

mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu

tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan (omission)

dan bukan karena penyakit dasarnya (underlying disease) atau

kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis

atau bukan kesalahan medis. Contoh KTD yaitu pasien yang

diberikan obat A dengan dosis lebih kareba kesalahan saat

30
membaca dosis obat pada resep sehingga pasien mengeluhkan efek

samping dari obat tersebut.

e. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan

kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan

membutuhkan intervensi untuk memperthankan kehidupan, baik

fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit

atau keadaan pasien. Kejadian sentinel biasanya dipakai untuk

kejadian tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi

pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait

dengan keseriusan cedera yang terjadi misalnya amputasi pada

lokasi yang salah, dll, sehingga pencarian fakta-fakta terhadap

kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada

kebijakan dan prosedur yang berlaku.

5. Kategori Pasien Safety

a. Advers drug events (ADE)/ medication error (ME) ketidak

cocokan obat/ kesalahan pengobatan)

b. Renstraint use (kendali penggunaan)

c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)

d. Pressure ulcers (tekanan ulkus)

e. Blood Product safety / administration

f. Pressure ulkus (tekanan ulkus)

g. Blood product safety adminsitration (keamanan

produkdara/administrasi)

h. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)

31
i. Immunization program (program imunisasi)

j. Falls(terjatuh)

k. Blood strean-vaskular ccatheter care (aliran darah-perawatan

kateter pembuluh darah)

l. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor

incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan

pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)

C. Konsep Pengetahuan Perawat

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan hal ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2017).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin

luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa bukan

berarti seseorang yang pendidikan rendah pengetahuannya mutlak

rendah. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh oleh pendidikan formal (Wawan & Dewi, 2016).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2017), pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

32
seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan. Notoadmojo

(2017) membagi Pengetahuan berdasarkan kognitif mempunyai enam

tingkatan, yaitu

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu inimerupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

makan makanan bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

33
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan

dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi

masih didalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapatdilihatdari penggunaan

katakerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suetu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah

menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang pernah

ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

penilaian dari materi-materi yang telah diperoleh. Penilaian itu

34
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan

antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2017) yaitu:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan

karena pendidikann adalah salah satu upaya untuk mencari

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku individu atau kelompok manusia dalam

memenihi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami oleh seorang individu bisa

menambah pengetahuan

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan wawancara

atau memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pada pengisian

angket pengetahuan yang dinilai hanyalah pengetahuan pada tingkat

dua yaitu memahami (Notoatmodjo, 2017).

35
Selain itu pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan

cara yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam

bentuk jawaban lisan maupun tulisan. Menurut Arikunto (2017)

pertanyaan tes yang biasa digunakan dalam pengukuran pengetahuan

ada dua bentuk yaitu:

a. Bentuk Objektif

Bentuk objektif ini adalah tes yang menjawabnya dapat

diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan

sebelumnya. Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi

ragam objektif yaitu

1) Tes benar – salah

2) Tes pilihan ganda

3) Tes pelengkap melengkapi

b. Bentuk Subjektif

Tes subjektif adalah alat pengukur pengetahuan yang

menjawabnya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti seperti

tes objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban

yang diberikan oleh para responden. Pengetahuan atau penilaian

pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi apabila

pertanyaaan dijawab dengan benar oleh responden ≥75%,cukup

apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden 56%-

74% dan rendah apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden <56%.

36
5. Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pasien Safety

a. Peran perawat dalam menerapkan keselamatan pasien

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat

mematuhi standart pelayanan dan SOP yang ditetapkan.

Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan

keperawatan. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga

tentang asuhan yang diberikan. Menerapkan kerjasama tim

kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan

keluarganya. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah

terhadap kejadian tidak diharapkan. Mendokumentasikan dengan

benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

dan keluarga.

Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien antara lain :

Budaya safety meningkat dan berkembang Komunikasi dengan

pasien berkembang Kejadian tidak diharapkan menurun. peta KTD

selalu ada dan terkini, Resiko klinis menurun, Keluhan dan litigasi

berkurang, Mutu pelayanan meningkat, Citra rumah sakit dan

kepercayaan masyarakat meningkat.

Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan

pasien adalah Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan

mematuhi standart. Melakukan pelayanan keperawatan

berdasarkan kompetensi. Menjalin hubungan empati dengan

pasien. Mendokumentasikan secara lengkap asuhan. Teliti,

37
obyektif dalam kegiatan. Mengikuti peraturan dan kebijakan

institusi. Peka terhadap terjadinya cedera.

b. Perilaku patient safety

Perilaku mencakup 3 domain, yakni: pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan atau praktik (practice)

(Notoatmodjo, 2003). Mengukur perilaku dan perubahannya

khususnya perilaku patient safety juga mengacu kepada 3 domain

tersebut., secara rinci dikaitkan dengan program patient safety

dijelaskan sebagai berikut :

1) Pengetahuan tentang patient safety

Pengetahuan tentang patient safety adalah mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang tentang patient safety . Pengetahuan

tentang patient safety meliputi :

a) Pengetahuan tentang risiko yang bisa saja terjadi bila tidak

menerapkan program patient safety.

b) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau

mempengaruhi keselamatan pasien.

c) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan yang tersedia.

d) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan dan kesalahan.

Pengukuran pengetahuan patient safety seperti tersebut

diatas adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket. indikator pengetahuan patient

safety adalah tingginya pengetahuan responden tentang patient

38
safety, atau besarnya persentase kelompok responden tentang

variabel-variabel atau komponen-komponen patient safety.

2) Sikap terhadap patient safety

Sikap terhadap patient safety adalah pendapat atau penilaian

orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan patient safety,

yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel yaitu :

a) Sikap terhadap risiko yang bisa terjadi bila tidak.

menerapkan program patient safety

b) Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau

mempengaruhi keselamatan pasien.

c) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

d) Sikap untuk menghindari kecelakaan dan kesalahan.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun

tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus

atau objek yang bersangkutan.

3) Praktik patient safety

Praktik patient safety atau tindakan untuk patient safety adalah

semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka patient

safety. Tindakan atau praktik patient safety ini juga meliputi 4

faktor yaitu : Aspek perilaku di dalam patient safety:

a) Tindakan atau praktik sehubungan dengan risiko yang bisa

saja terjadi bila tidak menerapkan patient safety.

39
b) Tindakan atau praktik sehubungan faktor-faktor yang

terkait dan/atau mempengaruhi keselamatan pasien.

c) Tindakan atau praktik sehubungan fasilitas pelayanan yang

tersedia.

d) Tindakan atau praktik sehubungan untuk menghindari

kecelakaan dan kesalahan.

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah atau

kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau

dikur (Notoatmodjo, 2020). Adapun yang diteliti saat ini adalah Hubungan

Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety dengan Penerapan Pasien

Safety pada Pasien Stroke di Ruangan Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik

Medan Tahun 2021. Lebih jelasnya kerangka konsep ini dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Perawat Pasien Safety pada Pasien


1. Baik Stroke
2. Cukup 1. Baik
3. Kurang Baik 2. Kurang Baik

Bagan 2.1
Kerangka Konsep

40
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, sampai terbukti melalui data terkumpul (Arikunto, 2017) .

Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety

dengan Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan

Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional Study, dimana variabel dependen (penerapan

pasien safety) dan variabel independen (pengetahuan perawat) diukur pada

saat yang sama pada waktu penelitian berlangsung (Notoatmodjo, 2020).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus

2021 di RSUP. H. Adam Malik Medan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan berkualitas yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian hasilnya akan

ditarik kesimpulannya (Notoatmodjo, 2020). Populasi pada penelitian

ini adalah semua perawat yang bekerja di Ruangan Rawat Inap

Neurologi di RSUP. H. Adam Malik Medan yang berjumlah sebanyak 30

orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari objek yang akan di teliti atau

perwakilan dari keseluruhan populasi (Arikunto, 2017). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

42
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel

(Santjaka, 2011). Besar sampel dalam penelitian ini yaitu semua

populasi dijadikan sampel.

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015)

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang

memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel

penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, defenisi operasional

variabelnya sebagai berikut :

1. Pasien Safety

Pasien safety adalah suatu asuhan pasien lebih aman yang meliputi

assesment resiko, identifikasi pengelolaan hal yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinnya

cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan kategori ya dan

tidak. Cara ukur yaitu dengan angket, dimana didapatkan hasil ukur

yaitu baik jika skor 76%-100%, cukup jika skor 56%-75%, dan kurang

baik jika skor <56% dengan skala ukur ordinal.

43
2. Pengetahuan Perawat

Pengetahuan didefinisikan sebagai tingkat pemahaman

responden tentang patient safety. Alat ukur yag digunakan yaitu

kuesioner dengan cara ukur berupa angket. Hasil ukur yang

didapatkan yaitu baik jika skor 76%-100%, cukup jika skor 56%-75%,

dan kurang baik jika skor <56% dengan skala ukur ordinal.

E. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yaitu proses pengukuran dengan menetapkan

angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, setiap

jenis fenomena/peristiwa menggunakan aturan tertentu yang menunjukkan

jumlah atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti ( Sugiyono, 2015).

1. Aspek pengukuran terhadap pasien safety dapat diukur dengan skala

likert yang dikategorikan sebagai ya dan tidak yang dapat

dikategorikan sebagai berikut (Prasetyo, 2017):

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% - 100% (23-30 tindakan)

dari yang diharapkan.

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% - 75% (17-22 tindakan)

dari yang diharapkan.

c. Kategori kurang baik yaitu menjawab benar <56% (<17 tindakan)

dari yang diharapkan

2. Aspek pengukuran terhadap tingkat pengetahuan dapat diukur dengan

menggunakan skala pengukuran pengetahuan yang dapat dikategorikan

sebagai berikut (Arikunto, 2017):

44
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% - 100% (16-20 soal) dari

yang diharapkan.

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% - 75% (12-15 soal) dari

yang diharapkan.

c. Kategori kurang baik yaitu menjawab benar <56% (<12 soal) dari

yang diharapkan

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang

memuat pertanyaan-pertanyaan yang menggali informasi tentang

variabel dependen dan variabel independen.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh laporan dari

RSUP. H. Adam Malik Medan. Data demografi serta nama, umur dan

jenis kelamin dan pendidikan.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yang

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

(Notoatmodjo,2020). Pada penelitian ini, analisa univariat dilakukan

untuk mengetahui distribusi frekuensi penerapan pasien safety dan

pengetahuan perawat di Ruangan Rawat Inap di RSUP. H. Adam

45
Malik Medan yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase (Notoatmodjo,2020).

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua Variabel yang diduga

berhubungan analisis hasil uji statistic dengan menggunakan chi-

Square test. Analisis data menggunakan derajat kemaknaan signifikan

0,05. Hasil analisis dibandingkan dengan niai p, dimana bila nilai p ≤

0,05 artinya secara statistik bermakna dan apabila nilai p > 0,05

artinya secara statistik tidak bermakna.

46
DAFTAR PUSTAKA

Aguslina, Fazidah. (2015). Determinan kejadian stroke pada penderita rawat inap
pada RSUP Haji Adam Malik Medan. Fakultas ilmu kesehatan
masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan

American Heart association (AHA). (2015). Health Care Research : Coronary


Heart Disease.

Arikunto, Suharsimi. (2017). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arya, W.W. (2016). Strategi Mengatasi & Bangkit dari Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Aulia dkk, (2018). Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius

Bornstein, N.M. .(2019). Stroke Practical Guide for Clinicians. Switzerland:


Karger

Dewanto, G. dkk. (2019). Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana


Penyakit Saraf. hal.25. Jakarta: EGC.

Dinkes Sumatera Utara. (2019). Buku profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Dourman. (2018). Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta : Cerdas Sehat

Farida I, & Amalia .(2019). Mengantisipasi stroke. Yogyakarta : Bukubiru.

Goldstein L.B., Adams R.,Alberts M.J., Appel L.J., Brass L.M., Cheryl D.,
Bushnell., Culebras A., DeGraba T.J., Gorelick P.B., Guyton J.R., Hart
R.G., Howard G., Hayes M.K., Nixon J.V., Sacco L., (2020). Primary
Prevention of Ischemic Stroke. American Heart Association. 37.
Available from: http://stroke.ahajournals.org/content/37/6/1583.short

Guyton, A. C., Hall, J. E., (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022

Irfan, Muhammad (2020). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi Pertama. Penerbit
Graha Ilmu:Yogyakarta.

Junaidi, Iskandar., (2017). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.

Jyh-Geng, Yen, Ray-Yau Wang, Hsin-Hung, Chen, & Chi-Tzong Hong. (2015).
Effectiveness of Modified Constraint-Induced Movement Therapy on
Upper Limb Function in Stroke Subjects. Acta Neurologica Taiwanica.
Vol 14 (No1)

i
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Info DATIN Situasi Kesehatan Jantung.
Jakarta. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit


(Patient Safety). Edisi III. Jakarta.

Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. (2020). Institute of Medicine : To Err is
Human: Building a Safer Health System. Washington DC: National
Academy Press.

Krakauer J W. (2015). Arm Function after Stroke: From Physiology to Recovery.


Seminar in neurology. Vol. 25(4): 384-95.

Lestari, W (2018). Hubungan Pengetahuna Perawat tentang Patient Safety dengan


Penerapan Patient Safety pada Pasien Stroke di Rawat Inap di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul. Jurnal Keperawatan. Vol 1 No 2

Linda Aiken (2019). pengaruh pengetahuan perawat terhadap rasio keselamatan


hidup pasien stroke. Jurnal Keperawatan. Vol 5 No 1

Myers, David G. (2017). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Notoatmodjo, S. (2017). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2020). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Pinto, S & Caple, C. (2020). Stroke: Risk and Protective Factors. Glendale,
Calofornia: Cinahl Information System.

Pinzon R dan Asanti. (2020). Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan,


Perawatan dan Pencegahan. Yogyakarta : Andi Offset.

Prasetyo. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Price, Wilson. (2017). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-Proses


Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Pudiastuti.(2016). Penyakit Pemicu stroke . Yogyakarta. Nuha Medika

Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Saraswati, Sylvia. (2019). Faktor penyebab stroke. Diakses dari alamat


http://www.penyebab stroke ringan dan komplikasi stroke.com/

ii
Setyopranoto, I., (2016). Stroke: Gejala dan Penatalaksaan. Cermin Dunia
Kedokteran 185. 38(4): 247-250

Silva, G.S., Koroshetz, W.J., & Gonzalez, R.G., et al. (2019). Causes of ischemic
stroke : Acute Ischemic Stroke, New York : Springer

Smeltzer & Bare. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.

Susilo. (2020). Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu


Pendekatan Baru Millenium III. Bangkalan : IDI.

Tutiany, dkk. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Manajemen Keselamatan Pasien.


Jakarta : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Valente et al. (2015). Ischemic Stroke Due to Middle Cerebral Artery M1


Segment Occlusion: Latvian Stroke Register Data. Proceedings of the
Latvian Academy of Sciences, Volume 69, Issue 5, Pages 274–277.
Diakses pada 21 Januari 2016 pada
http://www.degruyter.com/view/j/prolas.2015.69.issue5/prolas-2015-
0042/prolas-2015-0042.xml

Wardhani, Viera. (2017). Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Malang:


UB Press.

Wawan & Dewi M. .(2016). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika

WHO. (2019). Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke.


doi:http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/index.html.

Wirasakti, B. Z. (2017). Korelasi faktor-faktor resiko stroke dengan jenis


patofisiologi stroke di RSUD Yogyakarta periode 1 Januari-31
Desember 2011. Diperoleh dari http://repository.uii.ac.id

Wirawan, R. (2019). Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer.


Volume 59. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta, diakses dari:
indonesia.digitaljournals.or

iii
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

“HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN


SAFETY DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA
PASIEN STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP
RSUP H ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021”

Peneliti : Ahmad Fauzan

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Inkes Sumatera


Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dan
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Inkes Sumatera
Utara Medan. Saya berharap jawaban yang anda berikan adalah berdasarkan
tanggapan anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan
jawaban dan identitas anda. Informasi yang anda berikan akan digunakan untuk
membangun ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud yang
lainnya.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas. Anda dipersilahkan memilih
untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun.
Jika anda bersdia menjadi peserta penelitian ini, silahkan anda menandatangani
formulir persetujuan di bawah ini.

Medan, 2021
Peserta

( )

i
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN SAFETY
DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA PASIEN
STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP
RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021

A. Karakteristik Responden
1. No :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
B. Pasien Safety
No Tindakan Ya Tidak
Indentifikasi pasein dengan benar
1 Cara mengindentifikasi pasien yaitu dengan menggunakan
minimal dua identitas pasien yaitu dengan meminta
menyebutkan nama pasien dan tanggal lahir pasien sambil
melihat gelang indentitas pasien
2 Untuk indentifikasi pasien tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien
3 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
pemberian obat
4 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
mengambil sampel darah untuk pemeriksaan klinis
5 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
melakukan tindakan keperawatan
6 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
pemeriksaan penunjang seperti : (Xray,EKG,Echo dll)
7 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
pemberian tranfusi darah
8 Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum
pengambilan spesimen seperti sputum,urine dan lain lain
untuk pemeriksaan klinis
9 Apakah sudah ada SPO tentang identifikasi pasien yang
konsisten dilaksanakan diruangan
Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
10 Bila ada perintah secara lisan melalui telepon, saya
mencatat perintahnya(write back), kemudian membacakan
kembali(read back) isi dari perintah, lalu mengkorfirmasi

ii
ulang (repeat back) perintah yang ditulis
11 Bila keadaan tidak memungkinkan, seperti keadaan darurat
di ICU, IGD diperbolehkan tidak melakukan pembacaan
kembali (read back)
12 Apakah dalam komunikasi efektif saat melapor dan serah
terima pasien sudah dengan cara SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recomendation)
13 Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang komunikasi
efektif dalam pelayanan keperawatan
Meningkatkan Keamanan Obat – Obatan yang Harus
Diwaspadai
14 Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang pemberian obat
dengan prinsip enam benar
15 Apakah sudah ada SPO tentang penyimpanan obat High
alert
16 Apakah obat High alert tidak boleh disimpan di ruang
rawat kecuali jika dibutuhkan secara klinis di ruangan
tertentu seperti IGD, ICU dan kamar operasi
17 Apakah obat High alert yang disimpan pada unit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada
area yang diawasi ketat (restricted)
Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang
Benar, Pembedahan pada Pasien yang Benar
18 Apakah rumah sakit sudah menggunakan suatu tanda yang
jelas dan juga dapat dimengerti untuk mengidentifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan lokasi (site marker)
19 Apakah rumah sakit sudah menggunakan lembaran
checklist untuk memverifikasi pada saat serah terima
perawat sebelum tindakan operasi
20 Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang memastikan
Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar,
Pembedahan pada Pasien yang Benar
Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
21 Apakah perawat saat bertugas dirumah sakit sudah
melakukan 6 langkah cuci tangan
22 Apakah semua perawat sudah memahami 5 momen cuci
tangan menurut WHO.
23 Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang cuci tangan yang
bertujuan mengurangi risiko infeksi.
Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
24 Apakah perawat menerapkan proses pengkajian awal risiko
pasien jatuh ?
25 Apakah dilakukan pengkajian ulang bila terjadi perubahan
kondisi seperti: pemberian obat penenang, obat hipertensi,
obat psikotropik dll.
26 Pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien dengan risiko

iii
jatuh sedang(skor 6-13) dilakukan 2 kali dalam satu shif
dinas.
27 Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien risiko jatuh
ringan( skor 0-5) yaitu : pagar pengaman tempat tidur
dinaikkan dan libatkan pasien/keluarga pada program
keamanan ini.
28 Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien risiko jatuh
Sedang (Skor 6-13) yaitu : pasangkan gelang khusus
(warna kuning) sebagai tanda risiko jatuh sekaligus beri
tanda risiko pasien jatuh pada pintu kamar pasien/ tempat
tidur pasien
29 Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien risiko jatuh
Tinggi (Skor ≥ 13 yaitu : kunjungi dan monitor pasien
setiap 1 jam, dan pasang restrain jika pasien gelisah.
30 Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang risiko pasien
jatuh yang bertujuan mengurangi risiko terjadinya pasien
jatuh saat dirawat di rumah sakit.

Sumber Tutiany, dkk (2017)


C. Pengetahuan Perawat
1. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan
2. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda
dengan memberikan tanda (x) pada pilihan data demografi dan pada
lembar kuesioner pilihan.
Soal
1. Yang di maksud Patient safety adalah :
a. Proses di RS yang memberikan pelayanan kepada pasien secara
aman, tentang identitas, menejemen resiko, pelaporan dan analisi
insiden.
b. Suatu sistem di RS dimana untuk mengatasi cedera pada pasien
c. Suatu proses tindakan yang diambil dalam penanganan pasien
gawat darurat
d. Suatu proses pengamanan pasien terhadap resiko jatuh dari tempat
tidur.
2. Berapakah komponen pasien safety?
a. 3 komponen
b. 4 komponen
c. 5 komponen

iv
d. 6 komponen
3. Maksud dari ketepatan identifikasi pasien adalah
a. Sebagai tanda pasien yang akan menerima pengobatan
b. Untuk menganalisa untuk menyesuaikan jenis pengobatan
c. Tindakan untuk menghindari resiko salah pasien
d. Untuk menganalisa pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan pengobatan dan untuk kesesuaian pengobatan
4. Di bawah ini yang bukan merupakan kesalahan identifikasi pada
pasien adalah
a. Pasien dalam keadaan tidak sadar terebius atau tersedasi
b. Pasien tidak sadar tapi memakai gelang identitas yang benar
c. Pasien disorientasi
d. Pasien yang bertukar tempat tidur atau lokasi
5. Bagaimana cara penandaan identitas pasien
a. Gelang identitas : nama, alamat
b. Gelang identitas : nama, tanggal lahir
c. Gelang identitas : nama, nomor registrasi, tanggal lahir
d. Gelang identitas : nomer registrasi saja
6. Apakah tujuan dilakukannya komunikasi yang efektif dalam kegawat
daruratan
a. Untuk mempercepat penyembuhan
b. Untuk BHSP
c. Untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keamanan pasein
d. Mengurangi resiko infeksi
7. Yang termasuk cara berkomunikasi untuk mengembangkan suatu
kebijakan dalam prosedur untuk perintah lisan di rumah sakit antara
lain :
a. Mencatat perintah secara lengkap kemudian di read back
b. Hanya mencatat yang di pahamai
c. Di limpahkan pada teman dinas
d. Tidak mencatatat perintah dan tidak di read back

v
8. Bagaimana cara komunikasi efektif antar petugas kesehatan
a. Perawat yang menerima perintah mendengarkan advis dan
langsung menjalankan perintah
b. Perawat penerima advis mencatat dan menjalankan advis
c. Melimpahkan advis kepada petugas yang lebih berkompeteen agar
resiko terjadi kekeliruan bisa di minimalisir
d. Perawat penerima advis mencatat advis dan mengkonfirmasi ulang
apakah sudah akurat sebelum memberikan tindakan / pengobatan
9. Apa saja yang termasuk obat yang perlu diwaspadai
a. Obat-oabat yang terlihat mirip dan kedengaran mirip
b. Obat yang membuat alergi salah satu pasien
c. Obat-obat yang pemberiannya pada malam hari
d. Obat yang dibawa pasien dari rumah
10. Ada berapa prinsip pemberian obat :
a. 5 benar
b. 6 benar
c. 8 benar
d. 10 benar
11. Untuk meningkatkan keamanan terhadap obat yang perlu diwaspadai
bisa dilakukan hal-hal di bawah ini, kecuali
a. Orientasi terhadap obat dan tempat penyimpanan
b. Semua obat yang perlu di waspadai di RS di simpan di farmasi saja
c. Pemberian label pada obat-obatan yang perlu di waspadai
d. Tempat khusus untuk menyimpan obat dan membatasi akses
12. Untuk mencegah resiko infeksi pada pasien terkait pelayanan
kesehatan yaitu
a. Melakukan hand hygiene ( cuci tangan )
b. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
c. Memilih pasien berdasarkan jenis panyakit tampa melihat prioritas
d. Memakai APD agar tidak tertular penyakit
13. Di bawah ini yang bukan termasuk dalam 5 momen cuci tangan adalah
a. setelah kontak dengan pasien

vi
b. sebelum kontak dengan pasien
c. setelah kontak dengan cairan pasien
d. setelah mendokumentasikan identitas pasien
14. Kapan di lakukan cuci tangan (hand hygiene)
a. Sebelum dan sesudah kepasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik
c. Setelah terkena cairan tubuh pasien
d. A b c benar
15. Apa saja yang perlu di kaji dari pasien seputar pengurangan resiko
jatuh
a. Umur dan jenis kelamin
b. Riwayat penyakit dan pengobatan
c. Riwayat jatuh, konsumsi alkohol dan obat, gaya berjalan dan
keseimbangan, alat bantu berjalan
d. Pasien sadar atau tidak
16. Kapan dilakukan pengkajian resiko jatuh
a. Saat pasien sudah berada di kamar rawat inap
b. Saat pengkajian awal pertama kali di lakukan di UGD
c. Saat pasien mengalami jatuh dari tempat tidur
d. Sebelum pasien dipindah tempat
17. Bagaimana penanganan terhadap pasien bila di tentukan pasien
tersebut termasuk dalam pasien resiko jatuh
a. Pasien di ikat tidak jatuh
b. Pasien di beri tanda berupa gelang resiko jatuh
c. Dijaga perawat dan keluarga selama 24 jam
d. Dimasukkan di ruang isolasi
18. Siapa yang memberi tanda lokasi yang akan di operasi pada pasien
a. Perawat UGD yang menangani pertama kali
b. Dokter jaga UGD saat pasien tiba
c. Dokter operator / yang melakukan tindakan
d. Petugas radiologi
19. Maksud dari proses verivikasi preoperatif adalah

vii
a. Melakukan informed consent
b. Memastikan dokumentasi
c. Melakukan laporan ke keluarga pasien
d. Memastikan lokasi, prosedur dan pasien yang benar
20. Dalam memastikan lokasi pembedahan, apa yang di gunakan pada saat
serah terima perawat sebelum operasi
a. Lembaran cheklist dan status pasien
b. Hanya informed consent
c. Hanya advis dokter
d. Obat-obatan

Sumber Tutiany, dkk (2017)

viii
Medan, 13 Januari 2021

Nomor : 039 / FIKES-INKESSUMUT / I /2021


Lampiran :-
Hal : Survey Pendahuluan

Kepada Yth.
Direktur RSUP H.Adam Malik Medan
Di-
Tempat

Dengan Hormat,

Bersama surat ini datang menghadap Bapak/Ibu, mahasiswa/i program studi S1 - Ilmu
Keperawatan Institut Kesehatan Sumatera Utara :

Nama : Ahmad Fauzan


NIM 1902017
Program Studi : S1 - Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi :”Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pasien Safety Dengan
Penerapan Pasien Safety Pada Pasien Stroke Di Ruangan Rawat
Inap Rsup H Adam Malik Medan”

Sehubungan dengan penyusunan Skripsi, kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu kiranya


dapat mengizinkan dan memberikan data terkait dengan kebutuhan penelitian ini.

Segala bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi
perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan diumumkan atau diberitahukan pada pihak
lain.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan bantuannya diucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Institut Kesehatan Sumatera Utara

Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners,


M.Kep Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan

ix
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS KESEHTAN INSITITUT KESEHATAN SUMATERA
UTARA

Nama Mahasiswa : Ahmad Fauzan


NIM : 1902017
Dosen Pembimbing : Ibu Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety dengan
Penerapan Pasien Safety pada Pasien Stroke di Ruangan Rawat
Inap RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2021

No Hari/Tanggal Materi Konsul Saran Paraf Dosen


1 Rabu,9- Konsultasi Judul Tambahkan judul
Desember-2020

2 Sabtu,12- Konsul Judul ACC Judul


Desember-2020 Lanjut BAB 1

3 Rabu, 3- Pembahasan BAB 1 Sesuaikan paragraf pertama


Februari-2021 dengan paragraf selanjutnya.

4 Kamis,4- Pembahasan BAB 1 Letakkan paragraf data


Februari-2021 fenomena diakhir. Lanjut
Bab II

5 Jumat,5 Februari- Pembahasan BAB II & Poin-poin pembahasan di


2021 BAB III buat dengan bentuk
paragraf dan populasi
sampel lebih di jelaskan
6 Sabtu, 6- Pembahasan BAB II ACC Proposal
Februari-2021 & BAB III

x
Dosen Pembimbing

(Dameria Br Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep)

xi
Kepada Yth :
Ketua Program Studi IlmuKeperawatan Program Sarjana
Fakultas Ilmu Kesehatan

Insititut Kesehtan Sumatera Utara

_Di Medan

Bersama ini
Nama :Ahmad Fauzan
NIM :1902017
Datang menghadap untuk mengajukan Judul Skripsi saya agar dapat diperiksa selanjutnya :

1. HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN SAFETY DENGAN PENERAPAN


PASIEN SAFETY PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP RSUP H ADAM MALIK
MEDAN.

Demikianlah saya sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Medan, 12 Desember 2020


Hormat Saya

( AHMAD FAUZAN )

Catatan :
.......................................................................................................................................................................................
.......................................
.......................................................................................................................................................................................
...................

Mengetahui, Disetujui Oleh,


Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Dosen Pembimbing
Program Sarjana

Dameria Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep Dameria Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep

Jl. Jamin Ginting. Kelurahan. Lau Cih. Kecamatan. Medan Tuntungan. Medan.Sumatera Utara Tel 0618363410 Fax.0618362941

www.inkessu.ac.id

xii
BERITA ACARA PERBAIKAN

Proposal Dengan Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PASIEN SAFETY


DENGAN PENERAPAN PASIEN SAFETY PADA PASIEN
STROKE DI RUANGAN RAWAT INAP
RSUP H ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021

Yang dipersiapkan oleh :


AHMAD FAUZAN
NIM: 1902017
Telah Diseminarkan dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Proposal
Pada Tanggal 10 Februari 2021 dan dinayatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Dilanjutkan Kepenelitian

Tim Penguji

KetuaPenguji

(Dameria Br Ginting,S.Kep.,Ns.M.Kep)
Tim Penguji Saran/Masukan Tanda Tanggan
Minaria Togatorop, 1. Tambahkan survei awal di latar
S.Kep,Ns,M.Kep belakang tentang stroke di rsup H adam
malik dan kejadian dekubitus
2. Pengetahuan perawat tentang
penerapan pasien safety
3. Form pasien safety hanya untuk
observasi
4. Jelaskan aspek pengukuran
Eka
Isrnail,S.Kep,Ns,M.Kep 1. Jelaskan populasi dan teknik
pengambilan sampel
2. Jelaskan kategori pasien safety
3. Jabarkan defenisi operasional
seperti paragraf
4. Cari jurnal tentang penerapan dan
tidak penerapan pasien safety

Mengetahui
Ketua Progam Studi Ilmu Keperawatan
Program Sarjana

(Basri,S.Kep,Ns.M.Kep)

xiii

Anda mungkin juga menyukai