Anda di halaman 1dari 54

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAH UAN PERAWAT DENGAN SIKAP

PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PATIENT SAFETY


DI RSUD H.A.SULTHAN DG. RADJA
BULUKUMBA

PROPOSAL

OLEH

INDRIANI
NIM. A.18.10.026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN SIKAP
PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PATIENT SAFETY
DI RSUD H.A.SULTHAN DG. RADJA
BULUKUMBA

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

OLEH
INDRIANI
NIM. A.18.10.026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN SIKAP


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PATIENT SAFETY
DI RSUD H.A.SULTHAN DAENG RADJA
BULUKUMBA

PROPOSAL
Disusun Oleh :

INDRIANI
NIM. A.18.10.026

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Adam, S.Pd, M.Kes) (Dr.hj.Fatmawati, S. Kep, Ns, M. Kes)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada saya selaku penulis. Tak lupa pula salam dan

shalawat dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dalam hal ini

penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Faktor–factor yang

mempengaruhi sikap perawat dalam pelaksanaan patient safety Di Ruang Inap

Bedah Di Rsud H. Andi Sutan Dg. Radja Bulukumba” dengan tepat waktu.

Proposal ini merupakan sebuah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan (S.Kep) pada program studi S1 Keperawatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

Bersamaan dengan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Muh. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bulukumba

yang telah menyiapkan sarana dan prasarana sehingga proses belajar mengajar

berjalan dengan baik

2. Dr. Muriyati., S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba

yang memberikan motivasi dalam bentuk kepedulian sebagai orangtua yang

membimbing penulis selama penyusunan proposal penelitian ini.

3. Dr. A. Suswani Makmur., SKM, S.Kep, Ns, M.Kes selaku wakil ketua 1

dalam bidang akademik yang merekomendasikan pelaksanaan penelitian

4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian

5. Adam,S.Pd,M.Kes selaku pembimbing utama yang telah bersedia memberikan

bimbingan dari awal hingga akhir penyusunan proposal ini

iii
6. Dr.hj.Fatmawati,S.Kep,Ns,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

bersedia memberikan bimbingan dari awal hingga akhir penyusunan proposal

ini.

7. Edison siringoringo,s.kep,Ns,M.kep, selaku penguji I yang telah meluangkan

waktunya untuk menguji hasil penyusunan proposal ini

8. Nurlina,S.kep,Ns,M.kes, selaku penguji II yang telah meluangkan waktunya

untuk menguji hasil penyusunan proposal ini

9. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas

bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan kepada penulis

selama proses perkuliahan

10. Khususnya kepada kedua orang tua saya beserta keluarga yang selalu

memberikan do’a dan dukungannya kepada penulis dalam menuntut ilmu

11. Teruntuk kepada teman saya terima kasih telah hadir dan selalu ada

memberikan dorongan dan dukungan selama penyusunan proposal ini

berlansung

12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

saya selama penyusunan proposal ini berlangsung

Saya selaku penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna,

dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Penulis

juga berharap semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, serta

kepada semua pihak khususnya bagi dunia pendidikan keperawatan di Indonesia.

iv
Akhir kata hanya kepada Allah SWT, penulis memohon semoga berkah dan

rahmat serta melimpah kebaikan-Nya senantiasa tercurahkan kepada semua pihak

yang telah membantu dan memberikan dukungannya hingga terselesaikannya

proposal ini.

Bulukumba, Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................6

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8

A. Tinjauan Teori .............................................................................................8

1. Pengertian patient safety....................................................................8

2. Tujuan patient safety..........................................................................9

3. Satandar keselamatan pasien............................................................10

v
4. Sasaran keselamatan pasien.............................................................13

5. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien......................................19

6. Pelaporan insideh keselamatan pasien.............................................20

B. Tinjauan tentang pengetahuan secara umum................................................21

1. Pengetahuan perawat terhadap patient safety....................................21

C. Tinjauan tentang sikap..................................................................................24

1. Sikap perawat terhadap patient safety...............................................24

2. Tindakan sikap..................................................................................26

D. Kerangka teori............................................................................................27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN...................28

A. Kerangka Konsep.......................................................................................28

B. Definisi Konseptual....................................................................................28

C. Variabel Penelitian.....................................................................................29

D. Definisi Operasional ..................................................................................29

E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................31

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................32

A. Desain Penelitian .......................................................................................32

B. Waktu dan Populasi Penelitian ..................................................................32

C. Populasi dan Sampel .................................................................................32

D. Instrumen Penelitian ..................................................................................35

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................35

F. Alur Penelitian ...........................................................................................37

G. Teknik Pengolahan dan Analisi Data ........................................................38

H. Etika Penelitian ..........................................................................................39

vi
I. Analisis Data..............................................................................................41

J. Jadwal Penelitian .......................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................43

vii
viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 kerangka teori..............................................................................27

Gambar 3. 1 kerangka konsep.........................................................................28

Gambar 4. 1 alur penelitian.............................................................................37

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keselamatan pasien merupakan inti dari mutu pelayanan

kesehatan. Untuk mencapainya, diperlukan komitmen yang kuat dari

individu maupun tim. Kombinasi dari berbagai elemen di rumah sakit,

secara bersama-sama menghasilkan sebuah situasi yang berisiko tinggi.

Untuk dapat memahami risiko yang ada dalam sebuah proses yang

kompleks pada pelayanan medis/ kesehatan, diperlukan informasi tentang

berbagai kasus error dan nearmissed yang pernah dan dapat terjadi. Dari

situ kita dapat belajar untuk menutup kesenjangan yang ada, mengurangi

morbiditas dan mortalitas untuk mencapai mutu pelayanan yang

diharapkan (WHO Patient Safety Curiculum, 2011)

Keberagaman dan kerutinan pelayanan di rumah sakit apa bila

tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya kejadian tidak

diharapkan (KTD) atau adverse event, yang mengancam keselamatan

pasien (Depkes, 2006)

Keselamatan pasien membuat pasien pasien lebih aman yang

meliputi assement resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

resiko dan mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan.

Patient safety rumah sakit merupakan salah satu tempat yang memberikan

pelayanan kesehatan pada pasien, dengan berbagai macam jenis tenaga

2
kesehatan disentaranya adalah perawat dan dokter. Tenaga kesehatan yang

bekerja di rumah sakit bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan dalam mengelolaan manajemen resiko keselamatan

pasien di rumah sakit (Kemenkes,2011)

Sasaran keselamatan pasien dalam akreditasi yang dilakukan oleh

komite akreditasi rumah sakit mengacu pada JCI serta (Perkemkes) nomor

1691 tahun 2011 tentang patient safety di rumah sakit pada pasal 8 ayat 2

menyebutkan bahwa sasaran keselamatan pasien terdiri enam poin tersebut

adalah ketetapan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi efektif;

peningkatan keamanan obat, kepastian tepat lokasi, tepat pasien operasi

pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; serta pengurangan

risiko jatuh (Permenkes, 2011)

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelengarakan

keselamatan pasien, melalui pelayanan yang menerapkan standar

keselamatan pasien, pelaksanaan keselamatan pasien dilakukan berupa

identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu di waspadai kepastian tepat lokasi,tempat

prosedur, tempat pasien operasi,pengurangan resiko infeksi terkait

pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien jatuh (Permenkes,

2017)

Keselamatan pasien telah menjadi isu global termasuk juga untuk

rumah sakit. Keselamatan pasien sudah menjadi hal yang sangat

memperhatikan bagi setiap rumah sakit dalam mencapai suatu akreditasi

atau pengakuan dan pencapain kualitas pelayanan dan kesehatan bagi

3
pasiennya. Faktor keselamatan kesehatan pasien juga dapat menjadi tolak

ukur menentukan kualitas dari rumah sakit itu sendiri, ada 6 hal yang akan

menjadi sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu, ketepatan

identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian lokasi tepat prosedur,

tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan dan pengurangan resiko pasien jatuh. (Permenkes,2017)

Keselamatan pasien adalah sebuah transformasi budaya, dimana

budaya yang di harapkan adalah budaya keselamatan, budaya tidak

menyalahkan, budaya lapor dan budaya belajar, dalam proses ini

diperlukan upaya transformasional yang menyangkut intervensi multi

tingkat dan multi dimensional yang terfokus pada misi dan strategi

organisasi,leadership style, serta budaya organisasi keberhasilan

transformasi 70%-90 % ditentukan oleh peran leadership dan sisanya(0%-

30%) oleh peran managership (Adib, 2012)

Keselamatan pasien merupakan proses yang di jalankan oleh

organisasi yang bertujuan membuat layanan pada pasien menjadi lebih

aman.proses tersebut mencakup pengkajian resiko identifikasi dan

pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan

belajar dari suatu keadaan atau kejadian, menindak lanjuti suatu

kejadian,dan menerapkan solusi yang tepat untuk mengurangi resiko

tersebut terjadi kembali (Yeni dkk, 2021).

Patient safety merupakan suatu system dimana rumah sakit

membuat pasien menjadi lebih aman, system ini mencegah terjadinya

4
cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Keselamatan pasien merupakan proses yang di jalankan oleh organisasi

yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman.

Proses tersebut mencakup pengkajian resiko, identifikasi dan pengelolaan

risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari

suatu keadaan atau kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan

menetapkan solusi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut terjadi

kembali (Ernawati, 2020).

Pelayanan keperawatan dengan berfokus pada patient safety

merupakan salah satu pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada

tujuan yang berfokus pada penerapan asuhan keperawatan yang

berkualitas, sehingga dapat memberikan suatu pelayanan yang berkualitas

kepada pasien yang mengunakan jasa. Kemampuan memberikan

pelayanan asuhan keperawatan secara profesional sesuai standar

keperawatan sangat tergantung pada bagaimana kinerja perawat rumah

sakit dalam menerapkan standar asuhan keperawatan di rumah sakit

(Marianti dalam febri, 2021)

Hasil pengamatan singkat yang dilakukan oleh peneliti pada saat

praktek dirumah sakit umum daerah H.Andi Sulthan Daeng Radja

Bulukumba, melihat situasi di salah satu ruang perawatan ternyata masih

ada beberapa perawat yang tidak memakai alat pelindung diri (APD) yaitu

sarung tangan dan masker saat melakukan perawatan terhadap pasien. Saat

ditanya kepada perawat pelaksana, hal ini tidak di lakukan karena perawat

5
lupa memakai alat pelindung diri (APD ), kadang keburu - buru apalagi

disaat keluarga pasien memanggil perawat dengan kepanikan terhadap

keluarga yang sakit, melihat kejadian tersebut bukanlah factor segaja atau

mengabaikan namanya safety hanya karena factor kelalaian. hal ini tidak

disadari bahwa apa yang dilakukan dapat membahayakan kepada diri

sendiri pasien, keluarga pasien dan orang lain.

Rumah Sakit Umum Daerah H.Andi Sultan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu rumah sakit sebagai rumah

sakit rujukan wilayah selatan selatan propinsi Sulawesi Selatan yang

terletak dijalan Srikaya no 17 Bulukumba , yang ditunjang oleh tenaga

medis, paramedis, non paramedic dan tenaga lainnya. Adapun jumlah

tenaga perawat yang ada di RSUD H. Andi sultan daeng radja kabupaten

bulukumba yaitu sebanyak 366 orang.( Rekam Medik 2021 ). Dengan jenis

tenaga yang terdiri dari tenaga ASN, dan Non ASN ( tenaga kontrak dan

tenaga sukarela ), Tenaga perawat tersebut bertugas di beberapa ruang

perawatan yang terdri dari ruang inap, ruang IGD, ruang poli klinik, ruang

isolasi, ruang pemulasan jenazah, ruang ICU, ruang NICU, ruang OK, dan

ruang lainnya.

Data yang diperoleh dari ruang perawatan IGD dengan jumlah

sebanyak 44 perawat pelaksana. Berdasarkan tingkat pendidikan terdiri

dari S1 keperawatan sebanyak 23 orang dan Profesi Ners sebanyak 19,

Alasan peneliti ingin melakukan penelitian di ruang perawatan

IGD dikarenakan bahwa dimana diketahui pasien ruang IGD sangan

memerlukan perawatan yang ekstra maka peneliti tertarik untuk

6
melakukan penelitian mengenai hubungan untuk melakukan penelitian

mengenai “Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dalam

pelaksanaan patient safety diruang IGD RSUD H.A,Sulthan daeng radja

kabupaten bulukumba” merupakan pasien pasca bedah yang sangat

memerlukan perawatan yang extra. Berdasarkan uraian tersebut atas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap perawat dalam pelaksanaan patient

safety diruang bedah RSUD H.A.Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun

2022 “

B. Rumusan masalah

Berdasarakan uraian latar belakang diatas dimana sikap perawat

masih acuh menggunakan alat pelindung diri (APD) kadang dimana dapat

membuat resiko cedera pada pasien dalam melaksanakan perawatan

terhadap pasien, hal ini dapat merugikan keselamatan kerja diri sendiri

bahkan pada orang lain. Maka dari itu peneliti dapat merumuskan masalah

penelitian ini yaitu “ Adakah “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Sikap perawat dalam pelaksanaan patient safety diruang bedah RSUD

H.A.Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2022 “

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap

perawat dalam pelaksanaan patient safety diruan bedah RSUD H.Andi

Sulthan Daeng Radja Bulukumba.

7
2. Tujuan khusus, adapun tujuan khusus pada penelian ini adalah:

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap bedah RSUD H.A

Sultan Daeng Radja Bulukumba.

b. Untuk mengidentifikasi sikap perawat dengan pelaksana patient

safety di ruang rawat inap bedah RSUD H.A Sultan Daeng Radja

Bulukumba.

c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap

perawat dalam pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap

bedah RSUD H.A Sultan Daeng Radja Bulukumba.

D. Manfaat peneliti

1. Bagi RSUD H.A Sultan Daeng Radja Bulukumba, sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan pelayanan keselamatan pasien

khususnya pada perawat ruangan rawat inap bedah.

2. Bagi perawat, sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan

pelaksanaan keselamatan pasien dalam upaya peningkatan

pelayanan rumah sakit.

3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman di bidang

pelaksanaan patient safety.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk

dikembangkan pada penelitian selanjutnya

8
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Tinjauan teori tentang Patient safety

a. Pengertian patient safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel

untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan

yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan keselamatan pasien

merupakan prioritas, isu penting dan global dalam pelayanan

kesehatan. keselamatan pasien merupakan penghindaran, pencegahan

dan perbaikan dari kejadian yang tidak di harapkan atau mengatasi

cedera-cedera dan proses pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu

sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal

ini termasuk :assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006). Menurut Kohn, Corrigan &

Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan

atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient

9
safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi

pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk

meminimalkan resiko.Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan

pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,

\implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnyaresiko

b. Tujuan patient safety.

Adapun tujuan dari keselamatan pasien Simamora (2018) adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan

masyaarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksana program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

2. Klasifikasi patien safety

Keselamatan pasien merupakan salah satu isu utama dalam

pelayanan kesehatan.patien safety merupakan suatu yang jauh lebih

penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai resiko bagian

dari pelayanan kepada pasien (pinzon 2008)

10
TAPS dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis

insiden keselamatan pasien yang luas:

1. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses

administrasi, investigasi, perawatan, komunikasi dan pembayaran. Ini

adalah jenis kejadian umum yang dilaporkan (berkisar antara 70% -

90% tergantung pada penelitian).

2. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi,

termasuk diagnosis yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah

dan kesalahan dalam pelaksanaan tugas.

3. Standar keselamatan pasien.

Ketentuan peraturan tentang patient safety tidak terlepas dari

pemberian layanan berbasis keselamatan pasien yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan seluruh elemen di rumah sakit

berupa kepentingan pasien, pendidikan pasien/keluarga, meningkatkan

kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan terutama dalam

menerapkan komunikasi efektif serta serta melakukan supervisi secara

berkala (Permenkes Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/ 2011).

Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan. Permenkes

RI No.11 Tahun 2017 pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa keselamatan

pasien dalam kesinambungan pelayanan merupakan upaya fasilitas

pelayanan kesehatan di bidang keselamatan pasien dalam

keseninambungannya pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

dan antar unit pelayanan.

11
Kriteria dari standar keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan (Priyoto dan Tri Widyastuti, 2014) meliputi:

a. Adanya koordinasi terhadap pelayanan secara menyeluruh pada

pasien.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan pasiendan kelayakan sumber daya secara

berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan antar

unit dapat berjalan dengan baik.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang telah mencakup peningkatan

dari komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan , pelayanan

kesehatan primer, dan tindak lanjut lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan,

aman, dan efektif.

Penggunaan metode peningkatan kinerja. Penggunaan metode

peningkatan kinerja merupakan suatu kegiatan berupa mendesain proses

baru atau memperbaiki proses yang telah ada, mengawasi, dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden,

dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta

keselamatan dari pasien itu sendiri. Kriteria dari standar penggunaan

metode peningkatan kinerja meliputi:

a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses

perancangan yang baik.

12
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan

pengumpulan data kinerja.

c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi

semua kejadian dan secara proaktif melakukan evaluasi 1 proses

kasus risiko tinggi setiap tahunnya.

d. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua

data dan informasi hasil evaluasi dan analisis.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

Standar dari peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasien ini merupakan kegiatan pimpinan dalam:

a. Mendorong dan menjamin pelaksanaan keselamatan pasien dalam

organisasi melalui penerapan tujuh langkah menuju keselamatan

pasien.

b. Menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko

keselamatan pasien dan menekan atau mengurangi insiden secara

proakif.

c. Menciptakan komunikasi dan koordinasi antar individu dan unit

yang berhubungan dengan dalam mengambil keputusan tentang

keselamatan pasien.

d. Mengalokasikan sumber daya yang layak untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja dari fasilitas pelayanan

kesehatan serta meningkatkan keselamatan pasiennya.

13
e. Mengukur dan mengkaji daya guna konstribusi setiap unsur

dalam meningkatkan kinerja dari fasilitas pelayanan kesehatan

dan kes elamatan pasien

Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien, Permenkes RI No.11

Tahun 2017 pasal 11 ayat (1) menyatakan pendidikan bagi staf tentang

keselamatan pasien merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang

bertujuan untuk meningkat untuk meningkatkan dan memelihara

kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam

pelayanan pasien. Mendidik staf tentang keselamatan pasien merupakan

aspek yang sangat penting dalam kelangsungan rumah sakit dalam

meberikan pelayanan yang berkualitas terhadap para pasien (Priyoto dan

Tri Widyastuti, 2014). Kriteria standar pendidikan staf tentang

keselamatan pasien bahwa setiap fasilitas pelayanan harus melaksanakan:

a. Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru

mengenai keselamatan pasien.

b. Mengintregasikan keselamatan pasien dalam setiap kegiatan pelatihan

dan memberikan pedoman yang jelas tentang pelaporan dan insiden.

c. Menyelanggarakan pelatihan mengenai kerjasama tim untuk

mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam melayani

pasien.

4. Sasaran keselamatan pasien.

Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik

dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang

bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta

14
solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Diakui bahwa desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat

mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang

menyeluruh. Adapun enam sasaran keselamatan pasien menurut

Permenkes RI No. 11 tahun 2017 adalah :

1. Ketepatan identifikasi pasien

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Kesalahan

karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir

semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien dalam keadaan terbius,

mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat

tidur/kamar/lokasi rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat

sirtuasi lain. Maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali

pengecekan, yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai

individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan ; dan kedua,

untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu

tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif

dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya

pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,

darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan.

Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk

15
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam

medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan

lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk

identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan

penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah

sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang

operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu

proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan

dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi

untuk dapat diidentifikasi.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan

peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk

elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi

kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan

atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang

lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti

melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit

pelayanan. Rumah sakit secara kolabratif mengembangkan suatu

kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk

mencatat (memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil

16
pemeriksaan oleh penerima perintah kemudian penerima perintah

membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan

mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang

adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga

menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan

kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi

dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU

3. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan

untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar

dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk

mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional

pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk

pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada

aliran darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun

infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai

organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses

kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang

menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima

secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

17
4. Pengurangan risiko pasien jatuh

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan

untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus

jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat

inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan

yang disediakan dan fasilitasnya. Rumah sakit perlu mengevaluasi

risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko

cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh,obat

dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan,

serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut

harus diterapkan rumah sakit.

5. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan

untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-

alert). Bila obatobatan menjadi bagian dari rencana pengobatan

pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan

keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat

yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius, obat

yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan

seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Obat-

obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah

pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja. Kesalahan ini

bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di

unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan

18
terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat.

Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi

kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan

obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit

konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk

membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data

yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga

mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit

konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label

secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area

tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang

tidak sengaja/kurang hati-hati.

6. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan

untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien. Salah

lokasi, salah prosedur, pasien salah pada operasi, adalah sesuatu yang

mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan

ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak

adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di

dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk

verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak

adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang

tidak mendukung komunikasi terbuka antar angota tim bedah,

19
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak

terbaca dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang

sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di

dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.

5. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien.

Dalam merancang sistem program keselamatan pasien seperti

kegiatan memonitor dan mengevaluasi insiden melalui laporan, mengkaji

insiden secara intensif, dan melakukan perubahan bila diperlukan sesuai

kondisi rumah sakit. Sistem perancangan mengacu kepada tujuan yang

ingin dicapai rumah sakit seperti visi dan misi dan lebih diprioritaskan

faktor berpotensi pasien mengalami insiden (Permenkes Nomor 1691/

Menkes/Per/VIII/2011).

Permenkes RI No.11 Tahun 2017 pasal 5 ayat (6) menyatakan

untuk tercapainya keselamatan pasien ada tujuh langkah menuju

keselamatan pasien yang terdiri atas:

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

2. Memimpin dan mendukung staf.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.

4. Mengembangkan sistem pelaporan.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan

pasien.

20
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan

pasien

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi KTD

sebagai berikut:

a. Meletakkan barang-barang pribadi tidak jauh dari pasien.

b. Menyediakan pegangan tangan sebagai bantuan agar tidak jatuh

di ruangan.

c. Menyesuaikan posisi sandaran tempat tidur pasien ketika tidur

atau tidak tidur.

d. Mengunci rem tempat tidur terkunci agar tidak goyang.

e. Memastikan kursi roda pasien ketika stasioner.

f. Menggunakan alas kaki yang nyaman

g. Menyesuaikan cahaya lampu pada malam hari dan siang hari.

h. Merapikan lantai ruang pasien bersih dan kering dan rapi

i. Membantu pasien turun atau naik ke tempat tidur.

6. Pelaporan insiden keselamatan pasien.

Sistem pelaporan insiden KTD bertujuan untuk menurunkan

kejadian dan mengevaluasi dan mengoreksi sistem keselamatan pasien

dan menerapkan sistem non blaming (tidak menyalahkah orang lain).

Pelaporan insiden meliputi KTD, KNC dan KTC dan dikelola oleh

TKPRS bersifat rahasia, anonim (tanpa ada identitas), tidak mudah

diakses oleh orang lain dan dijamin keaamannya untuk menjaga hal yang

tidak diinginkan. Sesuai format laporan insiden yang terjadi dilaporkan

paling lambat 2 x 24 jam kepada TKPRS. Selanjutnya dilakukan analisis

21
dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan

untuk ditanggulangi bersama dan dilakukan pengkajian supaya tidak

berulang (Permenkes 1691/Menkes/ Per/ VIII/ 2011).

Insiden keselamatan pasien dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dari proses perawatan,

pengobatan dan pencegahan menyebabkan cedera pada pasien akibat

melaksanakan suatu tindakan medis atau tidak mengambil tindakan

yang seharusnya diambil.

2. Kejadian Tidak Cedera (KTC). Kejadian sudah terjadi namun tidak

menimbulkan insiden.

3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Kejadian insiden tetapi belum

sampai terpapar. Seperti pemberian obat yang salah tetapi belum

obat belum sampai kepada pasien.

4. Kejadian Potensial Cedera (KPC). Kejadian berpeluang besar

mengalami kecelakaan seperti kejadian penempatan obat yang

berdekatan seperti obat LASA (Look Alike Sound Alike)

5. Kejadian Sentinel. Kejadian mengakibatkan kematian atau cedera

yang serius yang disebabkan kesalahan prosedur atau kebijakan

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Permenkes

No. 1691 Tahun 2011).

B Tinjauan tentang pengetahuan secara umum

a. Pengetahuan perawat terhadap patient safety.

Sunaryo (2015) menyatakan pengetahuan merupakan hasil dari

tahu yang terjadi lewat proses sensoris, khususnya mata dan telinga

22
terhadap suatu objek. Ada 6 tingkatan pengetahuan dalam aspek

kognitif yaitu:

1. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu hal

yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami merupakan kemampuan manusia untuk menjelaskan

objek yang diketahui dengan benar.

3. Penerapan adalah kemampuan manusia untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi nyata.

4. Analisis yaitu kemampuan manusia untuk menguraikan objek

kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5. Sintesis artinya kemampuan manusia untuk menghubungkan

bagian-bagian menjadi bentuk keseluruhan yang baru

6. Evaluasi merupakan kemampuan manusia untuk melakukan

penilaian terhadap objek tertentu.

Sunaryo (2015) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang

dipengaruhi banyak faktor yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas

pengetahuannya.

23
b. Informasi,

Informasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan hingga

menyebarkan informasi dengan tujuan untuk mempengaruhi

pengetahuan masyarakat. Sebagai sarana komunikasi, berbagai

bentuk media massa seperti radio, surat kabar, televisi,, majalah,

dan lainnya mempengaruhi terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

c. Sosial dan ekonomi.

Sosial dan Ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Status ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status

sosial ekonomi ini memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan.

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di

sekitar individu. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut.

e. Pengalaman.

Pengalaman meurpakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran dari pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja

yang dikembangkan dapat memberikan pengetahuan.

24
f. Usia.

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus

mengetahui pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam patient

safety, tujuan patient safety, upaya patient safety serta perlindungan diri

selama bekerja. Pelaksanaan patient safety merupakan suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Di dalam sistem

tersebut meliputi penilaian risiko seperti risiko jatuh, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden atau kejadian tidak diharapkan, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2008).

C. Tinjau tentang sikap

a. Sikap perawat terhadap patient safety.

Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Sunaryo (2015) sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Gerungan yang dikutip

Sunaryo (2015) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan

seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai

adanya perasaann tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut

25
untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu yang

dipilihnya. Sunaryo (2015) menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

sikap adalah kecendrungan individu untuk melakukan respons tertutup

terhadap stimulus ataupun objek tertentu di lingkungan sekitarnya.

Ada 4 tingkatan sikap menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Sunaryo

(2015) yaitu:

1. Menerima, pada tingkatan ini individu ingin dan memperhatikan

rangsangan yang diberikan.

2. Merespons, pada tingkatan ini individu dapat memberikan

jawaban jika ditanya dan dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan.

3. Mengharrgai, pada tingkatan ini individu mengajak orang lain

untuk mendiskusikan suatu masalah yang dihadapi.

4. Bertanggung jawab, pada tingkatan ini individu akan bertanggung

jawab terhadap risiko yang telah dipilihnya.

Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menunjukkan sikap

yang positif dalam mendukung pelaksanaan patient safety sehingga dapat

melaksanakan tugasnya secara aman dan nyaman. Sikap positif yang

dilakukan oleh perawat akan menunjang perawat dalam meminimalisir

risiko yang akan terjadi. Sikap perawat terhadap pelaksanaan pastient

safety ini dapat berupa mencuci tangan saat akan bersentuhan dengan

pasien, pemakaian sarung tangan dan mas ker agar mencegah terjadinya

kontak dengan pathogen. (WHO, 2007)

26
b. Tindakan sikap.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overtbehavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan (support) dari

pihak lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkatan

pertama.

2. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai

dengan adalah contoh indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia

sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya sendiri kebenaran tindakannya tersebut. Perawat

harus menunjukkan sikap yang positif dalam mendukung program

patient safety sehingga melaksanakan praktik keperawatan secara

aman. Sikap mendukung pencegahan penularan penyakit dengan

27
mencuci tangan adalah salah satu komponen precaution standard yang

efektif dalam mencegah transmisi infeksi. SSelain itu penggunaan alat

pelindung diri seperti sarung tangan dan masker untuk mencegah

risiko kontak dengan phatogen (WHO, 2007)

B. Kerangka teori

Patient safety

(Menurut setiowati, 2010)

Pengetahuan Sikap
- Menerima, pada tingkatan ini
- Pengertian patient safety
- unsur-unsur yang ada dalam individu ingin dan memperhatikan
patient safety rangsangan yang diberikan.
- tujuan patient safety - Merespons, pada tingkatan ini
- upaya patient safety
individu dapat memberikan
- serta perlindungan diri
selama bekerja (Depkes RI, jawaban jika ditanya dan dapat
2008) menyelesaikan tugas yang
diberikan.
- Menghargai, pada tingkatan ini
individu mengajak orang lain
untuk mendiskusikan suatu
masalah yang dihadapi.
- Bertanggung jawab, pada
tingkatan ini individu akan
bertanggung jawab terhadap risiko
yang telah dipilihnya.
(Suryono ,2015)

Gambar.2.1

28
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel Dependen

1. Pengetahuan Pelaksanaan
2. Sikap perawat patien safety

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Penghubung Antar Variabel

Gambar.3.1

B. Definisi konseptual

Definisi konseptual merupakan gambaran Dan arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti dengan kemampuan kreatif atau

inovatif diakhiri konsep atau ide baru (Alimnur,2017)

1. Pengetahuan

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk

mendorong pelaksanaan program patient safety. Perawat harus

mengetahui pengertian patient safety, unsur-unsur yang ada dalam

patient safety, tujuan patient safety, upaya patient safety serta

perlindungan diri selama bekerja. Pelaksanaan patient safety

29
merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman.

2. Sikap

sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Gerungan yang dikutip

Sunaryo (2015) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan

seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai

adanya perasaann tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut

untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu yang

dipilihnya.

C. Variabel dan Definisi Operasional

a. Variabel penelitian.

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Variabel

dari penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.

b. Variabel independen.

Variabel independen dari penelitian ini yaitu pengetahuan perawat,

sikap perawat.

c. Variabel dependen.

Variabel dependen dari penelitian ini adalah pelaksanaan patient safety.

D. Definisi operasional.

Definisi operasional dari variabel diatas adalah :

1. Pengetahuan perawat tentang patient safety adalah segala sesuatu

yang diketahui atau dipahami oleh perawat mengenai patient safety.

Aspek pengukuran variabel pengetahuan.

30
Untuk mengetahui pengetahuan perawat diukur melalui 20

pertanyaan , apabila responden menjawab benar maka diberi nilai 2

sedangkan responden yang menjawab salah akan diberi nilai 1.

Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat dalam

pelaksanaan sasaran keselamatan pasien. Nilai maksimal dari

keseluruhan skor yaitu 20 x 2 = 40.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel

independen yakni pengetahuan perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto,

2010):

1. Pengetahuan kurang , jika responden menjawab benar ≤10

pertanyaan atau jumlah nilai responden ≤50% dari total skor (1 -

20).

2. Pengetahuan baik , jika responden menjawab benar >10

pertanyaan atau jumlah nilai responden >50% dari total skor (21-

40).

2. Sikap perawat tentang patient safety adalah kecendrungan perawat

untuk menunjukkan sikap positif dalam menanggapi suatu kondisi

atau keadaan untuk mendukung pelaksanaan patient safety sehingga

dalam melaksanakan tugasnya secara aman dan nyaman.

Aspek pengukuran sikap.

Aspek pengukuran variabel sikap dikategorikan menjadi tiga

tingkatan dari skala likert, yaitu sangat setuju, setuju, dan tidak

setuju. Apabila responden menjawab tidak setuju maka diberi nilai 1,

31
untuk responden yang menjawab setuju diberi nilai 2 seangan

responden yang menjawab sangat setuju diberi nilai 3. Untuk

mengetahui sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang

diperoleh dari jawaban kuesioner mengenai sikap responden melalui

17 pertanyaan. Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang

dapat diperoleh dari penilaian sikap responden ialah sebanyak 3 x 17

= 51. Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian

dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto,

2010):

1. Sikap buruk, jika skor yang diperoleh responden <56% atau 1-17

2. Sikap sedang, jika skor yang diperoleh 56-75% atau 18- 34

3. Sikap baik, jika skor yang diperoleh >76% atau 35-51

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

sebenarnya harus di uji secara empiris, hipotesis dalam penelitian ini yaitu

“Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap perawat dalam

pelaksanaan patient safety diruang bedah RSUD H.A.Sulthan Daeng Radja

Bulukumba’. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru di

dasarkan pada teori yang relapan belum di dasarkan padafakta empiris yang

dapat diporoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis dapat dinyatakan

jawaban teoritis pada rumusan masalah penelitian belum dijawaban yang

empiris (Setyawan, 2021).

32
BAB IV

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei analitik

dengan pendekatan cross sectional. Hal ini dikarenakan peneliti ingin

melihat hubungan antara pengetahuan perawat, dan sikap perawat, ruangan

dengan pelaksanaan patient safety di ruang IGD, dimana penilitian ini

hanya dilakukan pada waktu yang bersamaan (Nursalam, 2017)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang IGD RSUD H.Andi Sulthan

Daeng Radja Kabupaten bulukummba.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai juni 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas pada

ruang perawatan IGD di RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja

Bulukumba tahun 2022 yang berjumlah 44 perawat.

2. Sampel

Merupakan bagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimiliki

populasi tersebut.bila populasi besar, dan peneliti ini tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

33
keterbatasan dana,tenaga dan waktu maka penelitian dapat

menggunakan sampel yang di ambil dari populasi (sugiono, 2017)

Rumus pengambilan sampel:


2 2
N Z 1−α / 2 σ
2 2 2
( N −1) d Z 1−α/ 2 σ

2 2
(44)(1,96) (3)
( 44−1 ) 0,52+(1,96)2 (3)2

44 .3,84 . 9
43 . 0,25+3,84 . 9

1,520,69
10,75+ 34,56

1,52064
49,31

¿ 33

Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

44 orang perawat

3. Teknik sampling

Sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel,untuk

menentukan berapa jumlah sampel yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

melakukan proses penelitian (Sugioyono, 2014)

Adapun teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini yaitu

metode probality sampling dengan mengunakan tekhnik pengambilan

sampel yaitu sampel random sampling disebut juga simple (sederhana),

dengan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih

34
semua atau setiap individu yang ditemui dan telah memenuhi yang telah

ditentukan dalam pemilihihan hingga jumlah sampel yang dibutuhkan

tersebut dapat terpenuhi ( Dharma,2017).

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang dapat dijadikan sampel dengan

memenuhi syarat yang telah ditentukan, sedangkan Kriteria eksklusi yaitu

kriteria yang tidak dapat dijadikan sampel karena tidak memenuhi syarat

(Hidayat, 2017).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu:

a. Kriteria Inklusi:

1. Perawat pelaksana di ruang perawatan melati.

2. Perawat yang bersedia jadi responden.

3. Perawat yang ada ditempat saat penelitian.

b. Kriteria Eksklusi:

1. Perawat yang sedang Cuti

2. Perawat atau non perawatan

3. Perawat yang sedang Tugas Belajar

D. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan oleh

peneliti yang digunakan untuk mengobservasi, mengukur atau menilai

suatu fenomena dan juga secara tertulis berupa pedoman wawancara,

35
pengamatan, dan daftar yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang sudah

disiapkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari

responden (Nursalam, 2017).

1. Instrument penelitian untuk variabel independen adalah membagikan

lembar koesioner dalam mengenai pengetahuan dan sikap perawatan.

2. Instrumen penelitian untuk variabel dependen adalah membagikan

lembar koesioner dengan pendekatan skala liker. Masing-masing item

pertanyaan diberi penilaian angka (skor) untuk pengetahuan jika salah

diberi skor (1) dan benar (2) sedangan untuk penilain nilai sikap jika

menjawab tidak setuju diberi nilai (1) untuk setuju diberi nilai (2)

sedangan yang menjawab sangat setuju diberi nilai (3).

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi

wawancara berstruktur, observasi, angket, pengukuran, atau melihat data

statistic (data sekunder) seperti dokumentasi (Hidayat, 2017).

1. Data primer.

Data primer yang digunakan merupakan data yang diperoleh melalui

wawancara dari kuesioner, yaitu pengetahuan, sikap keselamatan

pasien.

2. Data sekunder.

Data sekunder merupakan data umum tentang RSUD H.A Sultan

Daeng Radja Bulukumba data tentang perawat kesehatan, serta data

lainnya yang relevan dengan tujuan penelitian.

36
F. Alur Penelitian

Proposal Penelitian:

Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan sikap perawat dalam pelaksanaan


pasien safety di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba

Hipotesis:
Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan sikap perawat dalam
pelaksanaan pasien safetydi RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten
37 Bulukumba
Populasi:
Populasi dalam penelitian ini diruang melatih sebanyak 32 perawat

Sampel:
30 perawat dengan menggunakan Simple Random Sampling

Instrumen Penelitian:
Lembar Kuesioner

Tempat penelitian:
Diruang Bedah Melati RSUD H.A Sulthan Daeng
Radja Kabupaten Bulukumba

Ijin Penelitian
Stikes PHB LITBAN

Pengumpulan Data

V. Indevenden V. Devenden
Iklim Organisasi Analisa Data Kepuasan Kerja Perawat

Univariat Bivariat

Hasil

Kesimpulan Dan
Saran

Gambar 4.1 Alur penelitian

38
F. Teknik pengelolaan data dan analisa data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data

atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Setiadi 2013).

a. Editing

Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpulan data.

b. Coding

Coding adalah menklafisikan jawaban-jawaban dari para

responden kedalam bentuk angka/bilangan.

c. Processing

Processing adalah suatu proses untuk memproses data agar data

yang sudah dimasukkan dianalisis.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah terjadi kesalahan atau tidak.

e. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

2. Analisis data

Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoadmodjo, 2010) Variabel penelitian meliputi usia, jenis kelamin,

39
tingkat pendidikan, pengalaman mengikuti pelatihan patien safety,

pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja perawat, beban kerja

perawat, supervise kepala ruangan, dan pelaksanaan patien safety yang

akan disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Analisis bivariate, analisis bivariate dilakukan terhadap dua

variabel yang di duga berhubungan atau berkolerasi (notoadmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini analisis bivariate digunakan untuk melihat

berhubungan antara variabel independen meliputi pengetahuan perawat,

sikap perawat, beban kerja perawat, supervise kepala ruangan dengan

variabel dependen yaitu pelaksanaan patient safety.

G. Etika Penelitian

1. Prinsip kejujuran

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menanamkan asas

kejujuran pada penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti tidak

melakukan plagiarisme dalam proses penulisan dan peneliti

menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada responden serta

memberikan hasil data yang sebenarnya dalam penelitian.

2. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi adalah hak kebebasan dari responden untuk

menentukan pilihannya terkait ketersediaan u ntuk turut serta dalam

pelaksanaan penelitian. Responden harus memperoleh informasi secara

lengkap terkait pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan serta

peneliti menggunakan inform consent untuk menunjukkan bahwa data

yang diperoleh hanya digunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam,

40
2016). Dalam penelitian ini, peneliti telah memberikan informasi terkait

manfaat, tujuan, dan proses dalam penelitian sehingga responden

berhak untuk memilih bersedia mengikuti proses penelitian atau

menolak ikut serta.

3. Prinsip kerahasiaan

Prinsip kerasahasiaan digunakan dengan tidak menyebarluaskan

informasi dari responden dan hanya peneliti yang mengetahuinya.

Dalam penelitian ini, peneliti menjaga identitas dan data dari responden

yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian serta hanya menggunakan

data responden hanya untuk pengembangan ilmu

d. Prinsip keadilan

Pada prinsip keadilan, peneliti bersikap adil baik sebelum, selama,

dan setelah responden ikut serta dalam penelitian tanpa ada sebuah

diskriminasi (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini, peneliti bersikap

adil dengan tidak membedakan responden dan memberikan informasi

yang sama pada seluruh responden

e. Prinsip Kemanfaatan

Penelitian yang dilaksanakan harus dengan tidak adanya

penderitaan bagi responden serta dihindarkan dari dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Selain itu, peneliti diharuskan memikirkan

keuntungan dan risiko yang didapatkan. Dalam penelitian ini, tidak

terdapat penderitaan atau kerugian yang ditimbulkan karena responden

cukup mengisi lembar kuesioner dan lembar ceklist.

41
H. Analisa Data

Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan kerakteristik setiap variabel penelitian

(notoadmodjo, 2010).Variabel peneletian meliputi usia, jenis

kelamin,tingkat pendidikan, pengalaman mengikuti pelatihan patien

safety, pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja perawat, beban

kerja perawat, supervise kepala ruangan, dan pelaksanaan patien safety

yang akan disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap

variabel.

Analisis bivariate, analisis bivariate dilakukan terhadap dua

variabel yang di duga berhubungan atau berkolerasi (notoadmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini analisis bivariate digunakan untuk melihat

berhubungan antara variabel independen meliputi pengetahuan perawat,

sikap perawat, beban kerja perawat, supervise kepala ruangan dengan

variabel dependen yaitu pelaksanaan patient safety.

42
I. Jadwal penelitian

Bulan

No Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Penetapan
Panitia
2 Penyusunan
Buku Panduan
3 Penetapan
Pembimbingan
Dan Penguji
4 Pengajuan Judul

5 Screening Judul
& Acc Judul
Dari
Pembimbing
6 Pembimbingan
Proposal
7 Pendaftaran
Ujian Proposal
8 Ujian Proposal

43
DAFTAR PUSTAKA

Aryani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang


mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety.
Tesis. Yogyakarta: Universitas Diponegoro.
Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S. (2013). Hubungan
pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan
pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage
Tahuna. Manado. Jurnal Keperawatan,1 (1), 1-7.
Ballard, K.A.,(2003). Patient safety : a shared responsibility. Online Journal
of Issues in Nursing. 8 (3), 3-10.
Ernawati yeni, I.E.,(2020).Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
perawat terhadap penerapan sugical patient safety fase time out di
instalasi bedah sentral Rsud Dr moh shaleh kota probolinge.Stikes
majapahit, mojokerto.
Cahyono, J.B.S. (2012).Membangun budaya keselamatan pasien dalam
praktek kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.
CHS, Consorsium Health Science (1989). Pengembangan keperawatan
sebagai profesi di Indonesia, Makalah Seminar CHS. Jakarta:
Anonim.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien
rumah sakit, Depkes RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik:
Jakarta : Anonim.
Gibson, James, L. Jhon M, Ivancevich dan James H.Donnelly, Jr. (1996).
Organisasi: perilaku, struktur, proses (8th ed.). Jakarta : Binarupa
Aksara.
Ginting, D, S..(2014). Hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat
dengan penerapan standar joint comission international tentang
keselamatan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP H. Adam Malik
Medan (Tesis).Universitas Sumatera Utara, Medan.
Juliana, B.B,(2012).Penggunaan Apd untuk pencegahan penyakit akibat kerja
pada perawat
KKPRS.(2008).Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. Depkes
RI.Jakarta: Anonim
KKPRS.(2015). Sembilan solusi keselamatan pasien, Diakses Maret 20,
2018, dari http://www.inapatientsafety.persi.co.id.
Kohn, L.T, Corrigan, J.M, & Donaldson.M.S. (2000).To err is human :
building a safer health system. Committee on quality of health care in
America, Institute of Medicine: Editors.
Lestari, Ferdika dan Wardi.(2012). Kitab undang-undang tentang kesehatan
dan kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Buku Biru.

44
Majid, A. (2011).Keperawatan perioperatif (1st ed.). Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Myers, S.A. (2012). Patient safety and hospital accreditation: a model for
ensuring success. New York: Springer Publishing Company.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novayanti, Deby.(2015). Pengaruh karakteristik, pengetahuan, dan
keterampilan perawat terhadap pelaksanaan keselamatan pasien rawat
inap di RSUP H. Adam Malik Medan (Tesis). Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Nursalam.(2012).Manajemen keperawatan.Jakarta: Salemba Medika..
Permenkes RI No.11. (2017). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta:
Anonim.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). (2008).Panduan
nasional keselamatan pasien, Jakarta: Anonim.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, (2001).Standar praktik keperawatan
profesional, Jakarta: Anonim.
Priyoto dan Tri Widyastuti.(2014).Kebutuhan dasar keselamatan pasien.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rollinson, D & Kish (2010). Care concept in advanced nursing. St.
Louis.Mosby: A Harcourt Health Science Company.
Rusmanto (2013).Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat dalam kepatuhan minum obat anti filarial di RW 2
Kelurahan Pondok Aren (Skripsi). UINSH, Jakarta.
Sunaryo (2004).Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: EGC.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun (2009).Tentang
kesehatan, Jakarta: Anonim.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun (2009).Tentang
rumah sakit, Jakarta: Anonim.
Utarini, A. (2012).Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 15(4), 3-7.
Veronika, S. (2019).Gambaran pengetahuan,sikap dan tindakan terhadap
penyakit hipertensi (Skripsi). Politeknik kesehatan kemenkes: medan
Wawan dan Dewi (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, perilaku
manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO.(2007).Collaborating centre for patient safety solutions.Diakses Maret
21, 2018, dari http://www.who.int.

45

Anda mungkin juga menyukai