PROPOSAL
OLEH :
Oleh :
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan
dihadapan Komisi penguji Proposal pada ujian siding Proposal Progrm Studi Ilmu
Keperwatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam
Pembimbing :
PROPOSAL
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Proposal ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan ole orang ain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Peneliti
Puji dan syukur Peneliti Panjatkan kepala uhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal yang
berjudul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur
PENDAHULUAN
akan tetapi di eraglobalisasi ini masalah kesehatan semakin banyak salah satunya
penyakit asma. Asma merupakan penyakit kronik yang mengenai jalan napas pada
paru-paru. Penyakit ini dapat terjadi di semua kalangan usia. Saat ini penyakit
diindonesia. Hal ini di sebabkan oleh pengelolahan asma yang tidak terkontrol
yang di tambah lagi dengan sikap pasien dan dokter yang sering kali meremehkan
berkelanjutan dan lebih parah nya dapat menyebabkan kematian seketika pada
sekitar 235 juta dengan angka kematian lebih dari 80% di negara-negara
sebesar
7,4% pada dewasa dan 8,6% pada anak-anak, berdasarkan jenis kelamin
6,3% laki-laki dan 9,0% perempuan, dan berdasarkan ras sebesar 7,6% ras kulit
risiko terkena asma 1,92 kali (95% CI 1,51 – 2,42) dibandingkan dengan yang
tidak obesitas.3 Willebordse et al., 2013, dalam penelitiannya tentang Perbedaan
antara Jenis Kelamin pada Hubungan antara Asma dengan Berat Badan Berlebih
dengan berat badan berlebih memiliki risiko terkena asma 1,31 kali (95% CI
terdapat faktor lain yang berhubungan dengan risiko kejadian penyakit asma.
dan pekerjaan
(4,0%), dan Bali (3,9%).Obesitas sebagai salah satu faktor risiko terjadinya asma
tahun 2017 menyatakan bahwa prevalensi obesi tas pada penduduk dewasa
sebesar 33, 5%. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, tercatat obesitas pada
sedikit penurunan menjadi 29,3%. Angka ini bernilai 2 kali lipat persentase
Tabel 6.1.1
Prevalensi Asma berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Provinsi, Riskesdas 2018
aktivitas fisik, dan aktifitas sosial. Asma juga dapat menyebabkan gangguan pola
tidur, sering merasa Lelah dan mudah frustasi pada penderitanya. (Gazotti et al,
2013).
ditandai serangan berulang berupa sesak napas dan mengi, keadaan tersebut
bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang (WHO,
2013). Gejala asma berulang sering menyebabkan gangguan sulit tidur, rasa
lelah keesokan hari, tingkat aktivitas berkurang, prestasi sekolah dan absensi
kerja buruk (Fitriani et al, 2011). Penderita asma Indonesia sebesar 7,7% dengan
Berdasarkan Data Pravelensi Asma diatas maka dan survey awal kepada di
Rs GrandMed Lubuk Pakam. Hal ini yang membut peneliti tertarik untuk
Tidur Pada Pasien Asma Dirumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2021.
1.2. Rumusan Masalah
pasien asama
yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien asma. Melalui penelitian ini
lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien
asma.
TINJAUAN PUSTAKA
dyspnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari (PDIP, 2015;
GINA 2017). Asma adalah gangguan pada bronkial dengan ciri bronkospasme
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan nafas,
inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos
asma yaitu sensitisasi, inflamasi dan serangan asma. Ketiga proses ini dipengaruhi
oleh dua factor genetic dan faktor lingkungan, sensitasi, yaitu individu dengan
risiko genetic alergik/atopi, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras) dan
lingkungan (allergen, sensitasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
dirinya.
Faktor pemicu tersebut adalah alergen dalam ruangan: tungau, debu rumah,
binatang berbulu (anjing, kucing, tikus), jamur, ragi dan pajanan asap rokok.
Inflamasi yaitu individu yang telah mengalami sensitasi, belum tentu menjadi
asma. Apabila telah terpajan dengan pemacu (enhancer) akan terjadi proses
inflamasi pada saluran napas. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses
pemacu tersebut adalah rinovirus, dan ozon. Serangan asma yaitu, setelah
mengalami inflamasi maka bila individu terpajan oleh pencetus (trigger) maka
Faktor pencetus asma adalah semua faktor pemicu dan pemicu ditambah
dengan aktivitas fisik, udara dingin, histamin dan metakolin. Secara umum faktor
1. Alergen
Reaksi alergi bermula pada tubuh yang terkena paparan alergen lalu
pada sel mastosit yang mengandung mediator yang dapat memicu terjadinya
reaksi alergi. Bila tubuh terkena paparan kembali dengan alergen yang sama
maka alergen tersebut akan berikatan dengan IgE yang menempel pada sel
mastosit. Ikatan yang terjadi antara alergen dan antibodi IgE memicu sel
pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya
inflamasi non steroid (AISN), atau dapat juga terjadi karena mendapatkan
pemicu seperti debu dan buku binatang di tempat kerja yang mengakibatkan
infeksi saluran pernapasan atas yang berulang. Ini disebut dengan occupational
3. Tekanan jiwa
Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang
segera setelah olahraga atau aktifitas fisik yang cukup berat. Lari cepat dan
6. Obat-obatan
Pasien asma biasanya sensitive atau alergi terhadap obat tertentu. Obat
(Depkes, 2013).
7. Polusi udara
Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu , asap pabrik atau
kendaraan , asap rokok , asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida
2.2 Etiologi
Gejala asma bersifat episodic, berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat
di dada. Gejala biasanya timbul atau memburuk terutama malam atau dini hari
(PDIP, 2012). Setelah pasien asma terpajan alergen penyebab maka akan timbul
dispnea, pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha
menggerakan tenaga lebih kuat untuk bernapas. Kesulitan utama terletak saat
namun sulit untuk memaksa udara keluar dari bronkiolus yang sempit karena
mengalami edema dan terisi mukus. Akan timbul mengi yang merupakan ciri khas
asma saat pasien berusaha memaksakan udara keluar. Biasanya juga diikuti batuk
tekanan nadi). Pada pasien asma kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat
asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap
terapi konvensional, dan serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam (Sandiy,
2014). Asma dapat bersifat fluktuatif (hilang timbul) yang berarti dapat tenang
tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala
olahraga berat, infeksi saluran pernapasan, asap rokok dan stress (Gina, 2011).
Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, pada asma
alergik, biasanya disertai pilek atau bersim. Meski pada mulanya batuk tidak sertai
baik yang mukoid, putih dan terkadang purulen. Terdapat sebagian kecil pasien
asma yang hanya mengalami gejala batuk tanpa disertai mengi, yang dikenal
asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi
paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut,
begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan spirometer untuk
mengukur denga kapasitas vital paru (KPV). Semakin rendah kemampuan fungsi
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh
binatang, obat-obatan (antibitik dan aspirin) dan spora kamur. Asma ekstrintik
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi
non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangana sma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronik dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat
berkembang menjadi asma gabungan. Bentuk asma ini biasanya dimulai pada
c) Asma gabungan
Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering
Gejala asma terdiri dari dipsnea, batuk dan mengi. Gejala yang disebutkan
terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada. Menuirut Clark (2013),
Asma ditandai dengan kontriksi spastik dari otot polos bronkiolus yang
bronkiulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal. Antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus pada penderita asma. Bila seseorang dapat terpapar alergen maka
antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibody yang
telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
gabungan dari semua factor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkiolus maupun sekresi mukus akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkiolus maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus dan
iritan dan mediator inflamasi merupakan konsekuensi dari adanya cedera pada
membran dasar dan deposisi kolagen pada dinding bronkial. Perubahan ini dapat
menyebabkan sumbatan saluran nafas secara kronis seperti yang dijumpai pada
dahak yang kental dan gangguan mukosilliar. Adanya obstruksi pada klien asma
dapat berupa sumbatan yang menyeluruh dan penyempitan jalan nafas berat,
2011).
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup
1. Edukasi
Tujuan dari seluruh edukasi adalam membantu pasien agar dapat melakukan
penatalaksanaan dan mengontrol asma. Edukasi terkait dengan cara dan waktu
lain-lain.
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh pasien
pajaran pencetus menyebabkan perubahan pada asma, dan daya ingat serta
mandiri. Pemeriksaan faal paru, respon pengobatan saat serangan akut, deteksi
Pasien asma ada yang mudah mengenali faktor pencetus namun ada juga
yang dapat sebagai pencetus serangan seperti alergen yang dihirup, pajanan
lingkungan kerja, polutan dan iritan di dalam dan di luar ruangan, asap rokok,
Pengobatan asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral
adalah:
1. Pheneumothoraks.
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
kegagalan napas.
2. Phneumomediastinum.
mediastinum kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasilin yang
mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam
rongga dada.
3. Atelektasi
4. Aspergilosis
oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata,
6. Bronchitis
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang untuk dapat berfungsi secara normal, maka seseorang memerlukan istirahat
dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur tubuhmelakukan proses
yang optimal. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan
bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga
dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing
regional (BSR) yang terletak pada batang ottak (Agustin, 2012). RAS merupakan
system yang mengatur seluruh tinggakt kegiatan susunan saraf pusat termasuk
kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesendalon dan bagian atas pons.
Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar. Neuron dalam RAS akan
disebabkan
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
tnda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur nya.
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda
Menurut Pradita (2015) tanda fisik dan psikologis yang dialami yakni :
a) Tanda fisik
Tanda fisik ditunjukan dengan ciri-ciri ekspresi wajah (era gelap di sekitar
mata bengkak dikelopak mata. Konjungtiva kemerahan dan tidak mampu untuk
Menarik diri apatis an respon menurun merasa tidak enak badan, malas
keputusan menurun.
dan menkan pusat otak agar dapat tidur dan bangun, saraf perifer
pergerakan mata,
otak untuk tidur dan bangun. Reptcular aktiviting system (RAS) dibagian
stimulus visual, audiototi, nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus
oleh pelepasan serum kerotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang
dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya
kategori yaitu dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement
– REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat Non – Rapid Eye
Movement–NREM,(Asmadi.2008).
1. Tidur REM
Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut bisa
disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan nyenyak sekali, namun fisiknya
yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai
dengan mimpi, otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat
(mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis
tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolism meningkat, tanda tanda
orang yang mengalami kehilangan tidur REM yaitu, cenderung hiperaktif, emosi
Menurut Asmadi (2008), merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur
NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau
tidak tidur. Tanda - tanda tidur NREM ini antara lain : mimpi berkurang, keadaan
dan gerakan bola mata lambat. Pada tidur NREM ini mempunyai empat tahap
masing – masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak.
a) Tahap I
tidur. Ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi
lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan
b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus. Tahap ini
ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun,
c) Tahap III
Merupakan tahap fisik yang lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit
e) Keadaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap
V. Tahap ini merupakan tahap tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang
masuk pada tahap V, yang ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola
mata yang berkecepatan lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap ini
berlangsung sekitar 10 menit, dan dapat pula terjadi mimpi. Selama tidur
Tidur REM
Tahap II
Tahap III
keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur. Pada perilaku pre –
sleep ini, misalnya, sesorang pergi ke kamar tidur lalu berbaring dikasur atau
berdiam diri merebahkan badan dan melemaskan otot, namun belum tidur.
Bila tidak bangun, baik itu disengaja ataupun tidak, maka orang tersebut telah
memasuki tahap II. Begitu seterusnya sampai tahap IV. Pre–sleepTahapI Tahap II
Tahap III Tahap IV Tahap II Tidur REM Tahap III . Setelah selesai tahap IV, ia
akan kembali memasuki tahap III dan selanjutnya tahap II. Ini adalah fase tidur
NREM. Dan ketika memasuki tahap V, ini disebut tidur REM. Bila telah terlalui
semua, maka orang tersebut telah melalui siklus tidur pertama baik NREM
maupun REM. Siklus ini berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian
siklus ini tidak lagi dimulai dari awal tidur, yaitu pre – sleep dan tahap I, tetapi
langsung tahap II ke tahap selanjutnya seperti pada siklus yang pertama. Semua
siklus ini berakhir ketika orang tersebut terbangun dari tidurnya (Asmadi. 2012).
2.6.6 Pola Tidur Normal
Salah satu teori menyatakan bahwa tidur adalah saar memulihkan dan
mempersiapkan energi untuk periode bangun berikutnya , denyut nadi saat tidur,
memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Tidur
REM terluhat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan
penyimpanan memori dan pmbelajaran. Secara umum ada dua efek fsikologis dari
tidur yaitu efek pada system saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Potter & Perry, 2010).
2.6.8 Gangguan tidur
1. Insomnia
dan kualitas tidur. Tiga macam insomnia, yaitu: insomnia inisial 9initial
(internal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur
2. Hypersomnia
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit liver, dan
diabetes milietus.
3. Parasomnia
4. Narkolepsi
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak
terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama
dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau
endokrin.
5. Apnea tidur dan mendengar
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM
(Nuraini, 2015).
Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda-beda, ada yang dapat
terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa tidur ataupun tidak
2012).
1. Faktor Lingkungan
Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin,, suasana yang tidak gaduh (tenang), dan
penerangan yang tidak terlalu terang akan membuat seseorang tersebut tertidur
suasana yang ramai dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi
tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang untuk tidur dengan
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, gaduh, kotor, terang dan
panas akan dapat menghambat seseorang untuk tidur. Pengaruh tidur faktor
serta kebiasaan teman saat tidur. Jika anada tidur dengan seseorang yang
mempunyai kebiasaan mengdengkur bisa membuat anda sulit untuk tidur atau
1. Suara / Kebisingan
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur. Suara yang rendah lebih
sering membangunkan orang pada tahap tidur tahap I, sementara suara pada
Ventilasi yang baik adalah ensensial untuk tidur yang tenang (Potter &
Perry, 2010). Kelembapan ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering
karena apabila kelembapan rungan tidak diatur maka seseorang tidak akan
dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan
amandel. Persyaratan ventilasi yang baik adalah luas lubang ventilasi tetap
keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Luas ventilasi rumah <10%
2010).
yang penat / Lelah setelah seharian melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur
kotor ataupun bauk maka bisa dikatakan itulah faktor utama dari susahnya
antara luas lantai ruangan dengan jumlah anggota dalam satu ruang yang
minimum 3m2/orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni >2 orang, kecuali
untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun (Potter & Perry, 2010).
cahaya yang normal adalah cahaya disiang hari lebih terang apabila
yang yang terlalu terang (Potter & Perry, 2010). Pencahayaan alami ruangan
adalah cahaya penerangan yang bersumber dari sinar matahari (alami), yaitu
5. Suhu Ruangan
seseorang gelisah. Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang (Potter &
Perry, 2010). Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan
antara 24 – 34℃.
2. Suhu basah yaitu suhu yang menunjukan bahwa udara telah jenuh oleh
uap air, umumnya lebih rendah dari suhu kering, yaitu antara 20-15℃.
yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25℃, dan yang tidak
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Amxiety
(HRS-A), yang terdiri dari 7 kelompok gejala, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan kepikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang
banyak.
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan
kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan
7. Tingkah laku / sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi
Kualitas Tidur
Pada pasien
asma
Kualitas Tidur
Baik
Buruk
Lingkungan
Kualitas Tidur
Psikologi (Stress dan
cemas)
METODE PENELITIAN
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu
saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan
(Nursalam.2003)
berdasarkan survey awal yang dilakukan pada studi penelitian pendahuluan angka
sebanyak 25 orang dan ada masalah terkait kepatuhan diet di Rumah Sakit
Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari - Juni 2021. Untuk
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
No. Uraian 2021 2021 2021 2021 2021 2021
Kegiatan 1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Bimbingan Proposal BAB
(I,II, dan III)
3 Persentase dan Seminar
Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pengumpulan Data
6 Analisa Data
7 Penulisan Hasil
penelitian BAB
(IV,V dan VI)
8 SidangPROPOSAL
9 Pengumpulan
PROPOSAL
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 25 pasien asma yang sedang menerima
Lubuk Pakam.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
dengan cara mengambil semua anggota populasi yang masuk dalam kriteria.
kriteria, diperoleh sampel untuk variabelkualitas tidur pada pasien asma sebanyak
25 responden yang sedang menerima dan menjalani pengobatan penyakit asma di
a. Kriteria inklusi
2002) yaitu :
data
b. Kriteria eksklusi
(Notoatmodjo, 2002).
Pasien asma dengan penyakit paru lain nya seperti pneumonia, infeksi saluran
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari
data primer yang berasal dari kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang faktor
– faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien asma ditanyakan pada 25
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber yang kedua, dari
tempat penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari rekam medik
3.5.1 Variabel
subjek penelitian ke subjek lain misalnya tinggi badan, berat badan, jenis
Asma
Kualitas Tidur
3.5.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
(ACT). Hasilnya ada tiga golongan yaitu terkontrol penuh (skor ACT 25),
terkontrol sebagian (skor ACT 20-24), dan tidak terkontrol (skor ACT ≤ 19 ).
Skala Kualitas tidur adalah skor yang diperoleh dari responden yang telah
versi bahasa Indonesia, yang terdiri dari 7 (tujuh) komponen, yaitu kualitas tidur
subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur,
1 = 1 kali seminggu,
Ada dua Kualitas tidur baik jika skor interpretasi pada PSQI versi bahasa
Indonesia yaitu: Kualitas tidur dikatakan baik nilainya ≤ 5 dan buruk > 5.
a. Editing
b. Coding
analisa data.
c. Prosesing
d. Cleaning
a. Analisis Univariat
(Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode
b. Bivariat
hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk ordinal digunakan dengan uji chi-
Aggarwal A.N et al., 2006. Prevalence and Risk Factors for Bronchial Asthma in
Indian Adults: A Multicentre Study. The Indian Journal of Chest
Diseases & Allied Sciences. Vol: 4.
Astuti P dkk., 2011. Prevalensi dan Gejala Klinis Obstruktive Sleep Apnea (OSA)
pada Pasien Asma. J Indon Med. 61(7).
Braido F et al.,2008. Sleep Disturbances and Asthma Control: A Real Life Study.
Asian Pacific Journal Of Allergy And Immunology. 26: 27-33.
Buysse et al., 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new
Instrument for Psychiatric Research and Practice. Psychiatry Research.
28:193-213.
Dahlan, M.S., 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta :
Salemba Medika hal. 130.
Nama :
Usia :
Alamat :
Dirumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
Selalu Sering
Kadang kadang
Jarang
Tidak pernah
Selalu Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Tidak pernah
3 kali/lebih sehari
Tidak terkontrol
Cukup terkontrol
f) Kedinginan dimalam
hari
g) Kepanasan dimalam
hari
h) Mimpi buruk
i) Terasa nyeri