Anda di halaman 1dari 43

TINGKAH LAKU SOSIAL ANAK PRASEKOLAH SAAT

MENJALANI RAWAT INAP DI BLUD RSUD


dr. H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

HASMAINI
20010085

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
MEULABOH
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Ini Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Tim Penguji


Proposal Skirpsi Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Medika Seramoe Barat

Meulaboh, September 2021

Pembimbing

Ns. Alfi Syahri, S.Kep., CH., M.K.M.


NIDN: 1320019701

Mengetahui
Program Studi Ners
STIKes Medika Seramoe Barat

Ns. Alfi Syahri, S.Kep., CH., M.K.M.


NIDN: 1320019701

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis masih bisa

menyelesaikan penyusunan Proposal ini. Adapaun judul pada Proposal ini adalah

“Tingkah Laku Sosial Anak Prasekolah Saat Menjalani Rawat Inap di BLUD

RSUD dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan” merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Penulis menyadari penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. T. Syamsul Bahri, selaku Ketua Yayasan Payung Negeri Aceh

Darussalam.

2. Ibu Siti Damayanti, SST., M.Keb., selaku Ketua STIKes Medika seramoe

Barat.

3. Ibu Fitri Apriani, M.Kep., selaku Wakil Ketua I STIKes Medika Seramoe

Barat

4. Ibu Nadia Rizka, S.Tr.Keb, M.Keb, selaku Wakil Ketua II STIKes Medika

Seramoe Barat

5. Bapak Azhar, S.Pd, MM., selaku Wakil Ketua III STIKes Medika Seramoe

Barat

6. Bapak Ns. Alfi Syahri, S.Kep., M.K.M., selaku selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

iii
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal dan juga selaku

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Medika seramoe Barat.

7. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberi dukungan semangat, doa

dan materi sehingga selesai perkuliahan ini.

8. Kepada para sahabat dan rekan kerja seperjuangan yang telah banyak

memberi bantuan dan dorongan kepada peneliti selama penulisan penelitian

ini

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat

kiranya kesejahteraan dilimpahkan Allah SWT kepada kita semua.

Meulaboh, September 2021

Penulis

HASMAINI

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ..............................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iv
DAFTAR SKEMA ..............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................viii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti.................................................................................4
1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan ..........................................................4
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan.............................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Perkembangan Anak Todler dan Anak Preschool.....................5
2.1.1 Definisi Anak ................................................................................5
2.1.2 Defenisi Pekembangan ................................................................6
2.1.3 Perkembangan Anak Sekolah .....................................................6
2.1.4 FaktorYang Mepengaruhi Perkembangan ..................................9
2.2 Rawat Inap (Hospitalisasi) ....................................................................13
2.2.1 Pengertian ...................................................................................13
2.2.2 Efek Rawat Inap (Hospitalisasi) Pada Anak ...............................13
2.2.3 Tingkah Laku Anak Saat Menjalani Rawat Inap Beserta
Stresor dan Reaksi Anak ..............................................................14
2.2.4 Memaksimalkan Manfaat dari Rawat Inap .................................17
2.2.5 Merawat Anak Rawat Inap Selama .............................................18
2.2.6 Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang di Rawat Inap ...............19
2.3 Kerangka Teori .......................................................................................21
2.4 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................22

BAB 3. METODELOGI PENELITIAN ...........................................................23


3.1 Desain Penelitian ...................................................................................23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................23
3.2.1. Tempat .......................................................................................23
3.2.2. Waktu .........................................................................................23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................23
3.3.1. Populasi ......................................................................................23

v
3.3.2. Sampel ........................................................................................24
3.4 Definis Operasional ...............................................................................25
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................25
3.6 Prosedur Penelitian ...............................................................................26
3.7 Pengolahan Data ...................................................................................27
3.8 Analisis Data..........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................29


LAMPIRAN

vi
DAFTAR SKEMA

2.1 Skema Kerangka Teori………………………………………………… 21


2.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian…………………………………… 22

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat pengambilan data dari STIKes Medika Seramoe Barat


Lampiran 2 : Surat balasan izin pengambilan data dari RSUD dr. H.Yuliddin
Away Tapaktuan

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkah laku manusia dewasa berbeda dengan anak-anak. Mereka lebih

mantap, lebih mengetahui bagaimana mengendalikan emosi atau perasaannya

mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar dan semuanya berjalan

dengan lancar. Beberapa tingkah laku dapat begitu saja terjadi. Anak harus

berkembang menuju kedewasaan karena anak merupakan individu yang

berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi

hingga remaja. Proses perkembangan ini menyita waktu lama sehingga

dianggap atau diterima sebagai hal yang normal. Anak harus belajar

bagaimana bertingkah laku sebagai orang dewasa (Samsunuwiyati, 2011).

Lingkungan rumah sakit dapat menyebabakan stress dan kecemasan

pada anak terutama pada tingkah laku anak. Ada anak yang dirawat di rumah

sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti

mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing

baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan

kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta

pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Emi, 2011).

Berdasarkan hasil pengamatan penulis (Nursalam, 2012), pasien anak

yang dirawat dirumah sakit masih sering mengalami stress rawat inap yang

berat, khususnya takut pengobatan, asing dengan lingkungan yang baru, takut

denngan orang yang tidak pernah dilihatnya termasuk petugas kesehatan.

1
2

Populasi anak yang dirawat di rumah sakit menurut Wong (2015),

mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat

dirumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks

dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya.

Mc Cherty dan Kozak mengatakan hampir empat juta anak dalam satu

tahun mengalami rawat inap (Lawrence J. cit Hikmawati, 2011). Rata-rata

anak mendapat perawatan selama enam hari. Selain membutuhkan perawatan

yang spesial dibanding pasien lain, anak sakit juga mempunyai keistimewaan

dan karakteristik tersendiri karena anak-anak bukanlah miniatur dari orang

dewasa atau dewasa kecil. Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat

penderita anak-anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat

orang dewasa (Murniasih, 2015).

Persiapan anak sebelum dirawat di rumah sakit didasarkan pada adanya

asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui akan menjadi

ketakutan yang nyata. Berdasarkan analisis data dari National Center for

Health Statistics terhadap pasien rawat jalan antara tahun 1995-2005

diketahui ada 585.992 pasien anak hingga remaja usia 18 tahun yang berobat.

Kebanyakan memang melakukan rawat jalan (Julie, 2012).

Selama anak dirawat di rumah sakit, berbagai tingkah laku anak yang

menunjukkan sebagai reaksi terhadap pengalaman rawat inap. Reaksi

tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia

perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem


3

pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya

(Nursalam, 2017).

Berdasarkan medical rekord Rumah Sakit Umum dr.H.Yuliddin Away

Tapaktuan, jumlah anak prasekolah yang dirawat sebanyak 130 orang dari

bulan Agustus 2020 sampai dengan bulan Juli 2021.

Berdasarkan alasan diatas peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut

untuk mengetahui tingkah laku sosial anak todler dan prasekolah saat

menjalani rawat inap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah tingkah laku sosial anak prasekolah saat

menjalani rawat inap di rumah sakit dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi tingkah laku sosial anak prasekolah saat

menjalani rawat inap di Rumah Sakit Yuliddin Away Tapaktuan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden

2. Mengidentifikasi tingkah laku sosial anak prasekolah


4

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk praktek

keperawatan dan riset keperawatan berikutnya.

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan fakta yang

ada tentang tingkah laku sosial anak prasekolah saat menjalani rawat

inap di rumah sakit sehingga berguna bagi penelitian selanjutnya

dalam ruang lingkup yang sama.

1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi petugas

kesehatan, khususnya perawat anak di rumah sakit tentang hal tingkah

laku sosial anak prasekolah saat menjalani rawat inap.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya memahami tingkah laku

sosial anak prasekolah saat menjalani rawat inap di rumah sakit.


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perkembangan Anak Todler dan Anak Preschool

2.1.1 Definisi Anak

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, Bahwa

anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Menurut Wong (2015), anak prasekolah adalah anak yang

mempunyai rentang usia tiga sampai enam tahun. Menurut WHO definisi

anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan sampai dengan

usia 19 tahun. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 23

tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih di

dalam kandungan. Anak merupakan aset bangsa yang akan meneruskan

perjuangan suatu bangsa, sehingga harus diperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya (Depkes RI, 2014).

Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia

12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga

merupakan masa golden age/masa kecemasan untuk kecerdasan dan

perkembangan anak (Loeziana Uce, 2015). Anak prasekolah adalah anak

yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak senang

berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia

prasekolah, anak membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan

5
6

ke toilet, berpakaian, dan makan sendiri (Potts & Mandeleco, 2012).

Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010), bawa usia 3-6 tahun anak-

anak dapat diajari menulis, membaca, dan belajar mengetik. Usia

prasekolah merupakan kehidupan tahun-tahun awal yang kreatif dan

produktif bagi anak-anak.

2.1.2 Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

sebagai hasil dari proses pematangan. Menurut nursalam (2017)

perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,

dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

2.1.3 Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Wong (2015), perkembangan anak todler dibagi atas

perkembangan kepribadian dan fungsi mental.

a. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian terdiri dari:

a) Perkembangan Psikososial

Tinjauan Erikson dalam Mary E.Muscari (2015) masalah

psikososial, mengatakan krisis yang dihadapi anak pada usia antara


7

3 dan 6 tahun disebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Dimana

orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, anak normal

telah menguasai perasaan otonomi, anak mengembangkan perasaan

bersalah ketika orang tua membuat anak merasa bahwa imajinasi

dan aktivitasnya tidak dapat diterima.

Anak usia prasekolah adalah pelajar yang enerjik, antusias dan

pengganggu dengan imajinasi yang aktif. Kesadaran moral mulai

berkembang. Mulai menggunakan alasan sederhana dan dapat

menoleransi penundaan kepuasaan dalam periode yang lama.

Pengalaman anak selama periode usia prasekolah umumnya

lebih menakutkan dibandingkan dengan periode usia lainnya, rasa

takut yang umumnya terjadi antara lain adalah; kegelapan,

ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur, binatang

terutama binatang yang besar, hantu, mutilasi tubuh, nyeri dan

objek serta orang-orang yang berhubungan dengan pengalaman

yang menyakitkan

Perasaan takut anak usia prasekolah mudah muncul dan

berasal dari tindakan dan penilaian orang tua. Memberikan anak

tidur dengan lampu tetap menyala dan menganjurkan bermain

untuk menghalau rasa takut dengan boneka atau mainan lain.

Menghadapkan anak dengan objek yang membuatya takut dalam

lingkungan yang terkendali.


8

b) Perkembangan Psikoseksual

Pada tahap ini anak todler termasuk pada tahap falik, dimana

masa ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif.

b. Perkembangan Mental

Menurut Donna L.Wong (2015), salah satu tugas yang

berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah

dan pelajaran sekolah. Disini terdapatnya fase praoperasional (Piaget)

pada anak usia 3-5 tahun. Fase ini meliputi fase prakonseptual pada usia

2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 4-7 tahun. Salah satu

trnsisi utama selama kedua fase adalah perpindahan dari pikiran

egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk

mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Selama periode prasekolah proses individualisasi-perpisahan

sudah komplit. Anak prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang

berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada

tahun-tahun sebelumnya (Wong, 2015).

Pada anak prasekolah mulai belajar praktik keagamaan,

perhiasan kecil dan simbol mulai memiliki arti praktis bagi anak

prasekolah. Tuhan dilihat dalam istilah manusia, tuhan dipahami

sebagai bagian dari alam (seperti halnya pohon, bunga, dan sungai).

Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah menyeramkan, seperti

monster atau setan.


9

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Wong (2015), ada beberapa faktor yang memepengaruhi

perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat

sosioekenomi, penyakit,bahaya lingkungan, stress pada masa kanak-

kanak dan pengaruh media.

a. Keturunan

Dalam semua budaya, sikap dan harapan berbeda sesuai

dengan jenis kelamin anak. Jenis kelamin dan determinan

keturunan sangat kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan

laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada

dimensi kepribadian dapat kita lihat seperti temperamen, tingkat

aktivitas, koresponsifan, dan kecendrungan ke arah rasa malu,

diyakini dapat diturunkan. Anak yang mengalami gangguan mental

atau fisik yang diturunkan akan mengubah atau mengganggu

pertumbuhan emosi,fisik dan interaksi anak dengan ingkungan

sekitar.

b. Nutrisi

Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap

perkembangan, dan efeknya ditunjukkan pada cara yang beragam

dan rumit. Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi

buruk dapat mempengaruhi perkembangan dari waktu implantasi

ovum sampai kelahiran. Selama masa bayi dan anak-anak,

kebutuhan kalori dan protein lebih tinnggi dibandingkakn pada


10

hampir setiap periode perkembangan pascanatal. Nafsu makan anak

akan berfluktuasi sebagai respon terhadap keberagaman sampai

ledekan pertumbuhan turbulen di masa remaja.

c. Hubungan Interpersonal

Pada masa anak-anak, hubungan dengan orang terdekat

memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam

perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. Anak yang

melakukan kontak dengan orang lain dapat memberikan pengaruh

pada anak yang sedang berkembang, tetapi dengan luasnya rentang

kontak dapt menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian

yang sehat.

d. Tingkat Sosioekonomi

Keluarga dengan perekonomian yang rendah mungkin

kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan

untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya

nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak. Pada keluarga

yang sosioekonomi yang rendah tidak mampu memenuhi nutrisi

yang lengkap untuk anaknya sehingga dapt mempengaruhi proses

perkembangan anak karna gizi yang masuk tidak memenuhi

kebutuhan anak.

e. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah

satu manifestasi klinis dalm sejumlah gangguan herediter.


11

Gangguan perumbuhan pada anak-anak terutama terlihat pada

gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk dwarfisme dan

sedikitnya satu anomaly kromosom. Gangguan pada pencernaan

dan gangguan absorpsi nutrisi tubuh pada anak akan memberi efek

merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

f. Bahaya Lingkungan

Agen berbahaya yang paling sering dikaitkan dengan resiko

kasehatan adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta

makanan yang terkonta minasi dari berbagai sumber telah

didokumentasikan dengan baik. Inhalasi asap rokok secara pasif

oleh anak sangat berbahaya dalam proses perkembangan anak.

g. Stres Pada Masa Kanak-Kanak

Dari sudut pandang fisiologis dan dan emosi pada intinya

stress adalah ketidak seimbangan antara tuntutan lingkungan dan

sumber koping individu yang mengganggu ekuilibrium individu

tersebut (Masten, 2012). Pada anak tampak lebih rentan mengalmi

stress bila dibandingkan dengan yang lain. Respon tehadap stressor

dapt berupa perilaku, psikologis, atau fisiologis. Dengan adanya

stres tersebut maka akan terbentuk stretegi koping yang dapat

melindungi dirinya dalam menghadapi stress. Kontak fisik dengan

anak dapat menyamankan dan menenangkan anak. Menggendong,

menyentuh atau memeluk anak menimbulkan relaksasi dan

kenyamanan serta memfasilitasi komunikasi. Melakukan rekreasi


12

atau jalan-jalan serta pemajanan anak pada pengaruh positif dapat

membantu membangun kekuatan dan keamanan anak.

h. Pengaruh Media Masa

Media dapat memperluaskan pengetahuan anak tentang

dunia tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk

mempersemppit perbedaan anatar-kelas. Namun media juga sangat

besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak, karena anak

masa kini terpikat seperti pada beberapa dekade lalu (Rowitz,

2012). Anak-anak masa kini lebih cendrung memilh media dan

figur olah raga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di

masa lalu anak lebih suka meniru orang tua atau walinya. Media

masa yang dapt mempengaruhi perkembangan anatara lain dapat

berupa materi bacaan/buku, film, dan televise.

Menurut Nuryanti (2015), faktor penghambat penyelesaian

tugas perkembangan yaitu tingkat perkembangan anak yang

mundur, tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk belajar dan

tidak mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak ada

motivasi, kesehatan yang buruk, cacat tubuh, dan tingkat

kecerdasan yang rendah.


13

2.2 Rawat Inap (Hospitalisasi)

2.2.1 Pengertian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rawat inap adalah

perawatan pasien dengan menginap atau dirumah sakit.

Menurut Steven (2011, dalam Manurung, 2015), rawat inap adalah

adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang

bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah sakit

perawatan. Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat

dikenal dari kelemahan untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada

perhatian tentang hari depan, tidak bermain atau ada daya tarik, kurang

perhatian tentang cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat

pandangan luas, ketergantungan dari orang-orang yang membantunya.

2.2.2 Efek Rawat Inap (Hospitalisasi) Pada Anak

Hampir satu abad setelah Dr. Armstrong mengekspresikan

kekhawatirannya mengenai efek emosional rawat inap pada anak,

komite Curtis (MOH, 1946) mengklaim bahwa dua dari elemen yang

paling mempengaruhi anak yang sedang sakit adalah perpisahan dan

lingkungan yang tidak dikenalnya. Namun kadang kala sebelum klaim

tersebut disadari, laporan ini juga berlaku untuk anak dirumah sakit,

yang situasinya tidak hanya menyebabkan perpisahan dari keluarga, dan

lingkungan yang tidak dikenalnya, tetapi juga menambah stres akibat

pengalaman nyeri dan membuat stress (Basfort & slevin, 2015).


14

Di tengah-tengah berkembangnya perhatian, pemerintah

mengadakan sidang komite, yang diketahui oleh Sir Harry Platt, untuk

memeriksa perawatan anak di rumah sakit. Laporan komite ini, The

Welfare of Children in Hospital (MOH, 1959), dan banyak

rekomendasinya, membentuk dasar untuk perubahan yang radikal.

Fokus laporan ditujukan untuk mengurangi distress pada anak selama

hospitalisasi (Nursalam, 2017)

Pada umumnya anak yang sudah agak besar jika dirawat di rumah

sakit akan timbul rasa takut baik pada dokter maupun pada perawat,

apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman mendapatkan imunisasi.

Dalam bayangannya, perawat atau dokter akan menyakiti dengan

menyuntik. Reaksi pertama selain ketakutan juga pasien kurang nafsu

makan bahkan anak yang masih kecil menangis, tidak mau minum susu

atau makan makanan yang diberikan (Ngastiyah, 2005).

2.2.3 Tingkah Laku Anak Saat Menjalani Rawat Inap Beserta Stresor

dan Reaksi Anak

Anak akan menunujukkan berbagai tingkah laku sosial sebagai

reaksi terhadap pengalaman rawat inap. Menurut Robert (2016),

tingkah laku mengarah ke moral (baik buruk), seperti cara kita bersikap

dan berbicara serta bergaul dengan anak,semuanya akan ditangkap

secara perlahan-lahan dan simulatif. Menurut Thorndike dalam

Muhibin Syah (2016) tingkah laku adalah menekankan pada proses


15

interaksi antara stimulus dan respon yang biasanya berupa pikiran,

perasaan atau gerakan. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang

menyangkut keaneka ragaman perasaan. Seperti takut, marah, sedih,

gembira, senang, benci, was-was dan juga dapat dianggap sebagai

perwujudan dari perilaku belajar (Syah, 2016).

Menurut Sarwono (2000, dikutip dalam Sunaryo, 2014), cirri-ciri

prilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan

sosial (perilaku atau tingkah laku sosial), kelangsungan perilaku,

orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik.

Menurut kamus bahasa Indonesia perilaku sosial adalah tanggapan,

reaksi individu (anak) terhadap rangsangan/ lingkungan dan berkenaan

dengan masyarakat.

Stresor utama dari rawat inap antara lain adalah perpisahan,

kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Reaksi anak terhadap

krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka,

pengalaman meeka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan, atau

hospitalisasi. Stresor utama dari masa bayi pertengahan sampai usia

prasekolah, terutama untuk anak-anak yang berusia 6 sampai 30 bulan,

adalah kecemasan akibat perpisahan, disebut juga depresi anaklitik

(Wong, 2015). Perilaku (tingkah laku) utama sebagai respon terhadap

stresor ini selama masa todler dan prasekolah adalah terjadinya fase

protes, putus asa, pelepasan/ adaptasi.


16

Selama fase protes, anak todler dan prasekolah bereaksi secara

agresif terhadap perpisahan dengan orang tua. Mereka menangis dapat

terus berlangsung hanya berhenti bila lelah dan berteriak memanggil

orang tua mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan kedudukan

mereka tidak dapat ditenangkan, perilaku lain yang diobserfasi yaitu

anak menyerang orang asing secara verbal (misal, “pergi”), menyerang

orang asing secara fisik (misal; menendang, menggigit, memukul,

mencubit). Anak mencoba kabur untuk mencari orang tuanya, mencoba

menahan orang tuanya secara fisik agar tetap tinggal. Perilaku-perilaku

tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari,

namun pada anak prasekolah fase protes tidak langsung dan kurang

agresif dibanding anak todler dan dilampiaskan pada benda lain.

Selama fase putus asa, tangisan berhenti dan muncul depresi, anak

tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk bermain atau

terhadap makanan, menarik diri dari orang lain, tidak komutatif.

Mundur ke perilaku awal (misal; mengisap ibu jari, mengompol,

menggunakan dot). Lamanya perilaku tersebut berlangsung bervariasi.

Fase pelepasan, tahap ini secara superfisial tampak bahwa anak

akhirnya menyesuaikan dirinya terhadap kehilangan. Anak tersebut

menjadi lebih tertarik pada lingkungan sekitar, bermain dengan orang

lain, dan tampak membentuk hubungan baru. Akan tetapi, tingkah laku

ini merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan merupakan tanda-tanda


17

kesenangan, pada anak prasekolah tahap ini terdapat otonomi, ragu-ragu

atau malu,inisiatif,rasa bersalah.

2.2.4 Memaksimalkan Manfaat dari Rawat Inap

Walaupun hospitalisasi sangat membuat stres bagi anak dan

keluarga, tetapi hal tersebut juga membantu untuk memfasilitasi

perubahan kearah positif antara anak dan anggota keluarganya.

a. Membantu perkembangan hubungan orang tua-anak

Rawat inap memberikan kesempatan kepada orang tua untuk belajar

mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua

mengetahui reaksi anak terhadap stres, seperti regresi dan agresif,

maka mereka cepat memberikan dukungan.

b. Memberikan kesempatan untuk pendidikan

Rawat inap memberikan kesempatan pada anak dan anggota

keluarga untuk belajar mengenai tubuh dan propesi kesehatan.

c. Meningkatkan pengendalian diri

Pengalaman menghadapi krisis seperti penykit atau rawat inap akan

memberikan kesempatan untuk pengendalian diri. Anak yang lebih

muda termasuk anak todler memberikan kesempatan untuk menguji

fantasinya melawan realitas yang menakutkan.

d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi


18

Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya, maka hal

tersebut akan membantu anak untuk belajar mengenai diri mereka.

Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan tim kesehatan.

2.2.5 Merawat Anak Rawat Inap Selama

Menurut Wong (2015), merawat anak selama rawat inap dapat

menjadi tantangan khusus. Sering kali perawat tidak familier enggan

anak yang mengalami gangguan seperti gangguan kognitif., dan mereka

dapat mengatasi perasaat ketidak amanan dan ketakutan mereka dengan

mengabaiakan atau mengisolasi anak. Pendekatan ini tidak hanya

bersifat nonsuportf tetapi juga dapat bersifat destruktif untuk rasa

percaya diri dan perkembangan obtimal anak, dan pendekatan tersebut

dapat menghambat kemampuan oranng tua untuk mengatasi stres

terhadap pengalaman.

Ketika anak masuk rumah sakit, kaji riwayat secara rinci terutama

dalam aktifitas perawatan diri. Selama wawancara usia perkembangan

anak dikaji. Menghindari menanyakan secara langsung tiangkat IQ

adalah tindakan yang paling baik, karena hal ini dapat membuat orang

tua merasa tidak nyaman dan sering kali menceritakan sedikit tentang

kemampuan anak yang sebenarnya.

Menyadari bahwa anak kesepian di rumah sakit, perawat

memastikan bahwa mainan dan aktifitas lain tersedia. Anak

ditempatkan dalam satu ruangan dengan anak lain yang kisaran usia
19

perkembangannya sama, lebih disukai ruangan dengan dua tempat tidur,

untuk menghindari stimulasi yang berlebihan. Selama rawat inap

perawat juga harus berfokus pada pengalaman yang akan meningkatkan

pertumbuhan anak.

2.2.6 Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang di Rawat Inap

Menurut Wong (2015), persiapan rawat inap merupakan hal yang

paling penting untuk anak, alasan mempersiapkan anak menghadapi

pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan

prinsip bahwa ketakutan akan ketidak tahuan (fantasi) lebih besar

daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur

ketidak tahuan dapat mengurangi ketakutan tresebut.

Beberapa pihak berwenang menganjurkan untuk untuk menyiapkan

anak usia 4 sampai 7 tahun sekitar 1 minggu sebelumnya agar mereka

dapat memahami informasi yang diberikan dan mengajukan pertanyaan.

Untuk anak yang lebih besar waktu yang diperlukan dapat lebih lama.

Akan tetapi, bagi anak kecil yang mulai berfantasi tentang apa yang

mereka observasi, 1 atau 2 hari sebelum masuk rumah sakit merupakan

waktu yang tepat untuk persiapan antisipasi.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengidentifikasi

diagnosis keperawatan dan perencanaan asuhan bagi setiap anak.

Riwayat keperawatan awal masuk adalah pengumpulan data yang


20

sistimatik tentang anak dan keluarga yang memungkinkan perawat

untuk merencanakan asuhan keperawatan secara individual. Selain

mengetahui riwayat keperawatan awal, perawat jiga harus

melakukan pengkajian fisik atau mendapatkan informasi dari

pemeriksaan medis sebelum merencanakan asuhan.

b. Diagnosa Keperawatan

Sejumlah diagnosa keperawatan merupakan hal yang sangat

penting pada asuhan keperawatan anak sakit dan atau rawat inap.

c. Intervensi

Rencana ansuhan yang efektif untuk anak yang di rawat inap

dibuat berdasarkan kebutuhan pasien dan keluarga yang

terindefikasi, dan juga apa yang telah diidentifikasi oleh perawat.

Tujuan utama perencanaan bagi anak yang sedang sakit dan atau

rawat inap adalah anak akan siap untuk rawat inap, anak akan

mengalami sedikit persiapan atau bahkan tidak sama sekali, anak

akan mempertahankan rasa pengendalian, anak akan menunjukkan

penurunan ketakutan terhasap cedera tubuh, anak akan mengalami

penurunan nyeri yang dapat diterima oleh anak, anak akan mendapat

kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan yang

tepat sesuai perkembangan, anak akan mendapatkan manfaat

maksimal dari rawat ianap.


21

d. Implementasi

Adapun implementasi terhadap anak yang dirawat antara lain

menyiapkan anak untuk di rawat, mencegah atau meminimalkan

perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian, mencegah atau

meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh.

2.3 Kerangka Teori

Tingkah laku sosial


anak prasekolah saat
menjalani rawat inap

Reaksi anak

Fase putus asa Fase protes Fase pelepasan


- Agresif - Depresi - anak akhirnya
- menangis - kurang aktif menyesuaikan dirinya
- berteriak memanggil - tidak tertarik terhadap kehilangan
orang tua untuk bermain - Anak tertarik pada
- menolak perhatian atau terhadap lingkungan sekitar
dari orang lain makanan - bermain dengan orang
- tidak dapat - menarik diri dari lain
ditenangkan orang lain - tampak membentuk
- anak menyerang - tidak komutatif hubungan baru
orang asing secara - Mundur ke - kepasrahan dan bukan
verbal perilaku awal merupakan tanda-tanda
- menyerang orang kesenangan
asing secara fisik - otonomi, ragu-ragu atau
malu,inisiatif,rasa
bersalah

Skema 2.1 Kerangka teori


22

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Anak yang mengalami rawat inap Tingkah laku


sosial anak
prasekolah
- Fase putus asa
- Fase Protes
- Fase pelepasan

Skema 2.2 : kerangka konsep penelitian tingkah laku sosial anak prasekolah

saat menjalani rawat inap

Keterangan: Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti


23

BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain ini

digunakan untuk mendeskriptifkan tentang tingkah laku sosial anak

prasekolah saat menjalani rawat inap.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum dr.

H.Yuliddin Away Tapaktuan, di ruang rawat inap anak R1 anak

(infeksi dan noninfeksi). Rumah Sakit Umum dr. H.Yuliddin Away

Tapaktuan dipilih sebagai lokasi penelitian karena Rumah sakit ini

merupakan rumah sakit tipe B rujukan wilayah selatan barat Aceh.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai dari bulan Desember 2021

sampai bulan Januari 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau

subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki subjek atau objek tersebut (hidayat, 2017).

23
24

Berdasarkan medical rekord Rumah Sakit Umum dr.H.Yuliddin

Away Tapaktuan, jumlah anak prasekolah yang dirawat sebanyak

130 orang dari bulan Agustus 2020 sampai dengan bulan Juli 2021.

3.3.2 Sampel penelitian

Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian akan lebih baik

representatif. Besar kecilnya jumlah sampel sangat di pengaruhi oleh

rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Makin

kecil populasi, presentasi harus semakin besar (Nursalam, 2017).

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

pengambilan 20-25% dari jumlah populasi (Arikunto, 2016). Tetapi

karena kemungkinan adanya keterbatasan jumlah sampel yang sesuai

kriteria yang di tentukan, maka diambil jumlah sampel 25% dari

jumlah populasi. Maka 25% dari 130 adalah 32,5. Dengan cara ini

maka jumlah sampel yang di peroleh adalah 32 anak.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik convineal sampling, dimana

penempatan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang

menyenangkan atau mengenakkan peneliti (Hidayat, 2009).


25

3.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur

Tingkah Tingkah laku Lembar Mengisi observasi Nominal


laku sosial sosial adalah observasi lembar peneliti
tindakan yang oleh observasi
diakukan oleh peneliti
tingkah laku
anak prasekolah
yang dapat anak,yaitu:
diamati, berupa 0 = tidak
reaksi terhadap
lingkungan 1 = ya
rumah sakit.

3.5 Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa lembar observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti

dengan berpedoman pada konsep. Instrument penelitian ini terdiri dari dua

bagian: yang pertama tentang data demografi anak yang berisi nomor

responden, jenis kelamin, umur, agama serta data yang berhubungan dengan

karakteristik responden yaitu: lama perawatan di rumah sakit, pengalaman di

rumah sakit sebelumnya, dan jenis penyakit sekarang. Data kedua berisi

pernyataan tentang tingkah laku sosial anak prasekolah saat dirawat dengan

menggunakan skala guttman, yaitu pilihan jawaban dengan rentang skala 0-1;

yaitu 0 = tidak, 1 = ya. Jumlah total pernyataan observaasi adalah 20. Dimana

hanya untuk melihat ada atau tidaknya perubahan tingkah laku anak saat

dirawat.
26

3.6 Prosedur Penelitian

a. Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan

permohonan izin kepada bagian tata usaha Fakultas Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (Stikes) Medika Seramoe Barat.

b. Mengajukan permohonan izin kepada KTU Rumah Sakit dr. H.Yuliddin

Away Tapaktuan

c. Setelah mendapat izin peneliti langsung ke ruangan. Dari kepala ruangan

lalu ke responden selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Peneliti menentukan kelompok anak yang diteliti (anak todler dan

prasekolah) yang berusia 1-6 tahun dan telah menjalani rawat inap lebih

kurang 1 hari di R1 Anak RSUD dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan.

e. Peneliti juga menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan peneliti. Kemudian menjelaskan kepada orang tua responden

tentang tujuan, manfaat dan efek penelitian ini.

f. Orang tua responden yang bersedia anaknya menjadi responden diminta

untuk menandatanganinya surat persetujuan.

g. Peneliti menentukan waktu yang tepat dalam mengumpulkan data dan

mengisi hasil observasi, pengobservasian anak dilakukan pada siang hari.

h. Peneliti membuat 20 hal yang diobservasi tentang masalah tingkah laku

anak saat menjalani rawat inap. Hasil wawancara dengan orang tua

responden dapat mendukung dalam pengisian kuesioner peneliti.

Pengelolaan atau analisa data dilakukan setelah semua data yang

diperlukan terkumpul.
27

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Proses ini

meliputi:

a. Proses editing

Pada tahap ini data diperiksa ketepatan dan kelengkapannya.

b. Proses coding

Data yang sudah terkumpul kemudian diberi kode secara manual oleh

peneliti sebelum diolah dengan komputer.

c. Proses entry

Data yang sudah dibersihkan selanjutnya dimasukkan ke dalam

program komputer.

d. Proses cleaning data

Semua data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa

kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan

data.

e. Proses saving

Data selanjutnya disimpan dan siap untuk dianalisis

3.9 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini mencakup analisa

univariat. Variabel menggunakan nilai mean sebagai acuan, dan standar

ketetapan yang sudah baku. Analisa univariat dalam penelitian ini untuk
28

mengukur distribusi karakteristik individu (data demografi responden),

karakteristik yang diukur akan diubah dari numerik menjadi katagorik, dan

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Adapun teknik

penghitungan dalam analisis univariat antara lain sebagai berikut;

Dengan keterangan:

 P    = Presentase

 X   = Jumlah kejadian pada responden

 N   = Jumlah seluruh responden


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta
Coles, Robert. (2013). Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan Nasional ( 2014 ) Kamus Besar Bahasa Indonesia
Cetakan ke delapan Belas Edisi IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta. Salemba Medika.
Julie, dkk. (2016). Association Of Maternal Nutrion Knowledge and Children In
Calabar South Local Government Area, Cross River State,Nigeria.
International Journal Of Home Science.2395-746. Nigeria
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medik
Nuryanti, L. (2008). Psikologi Anak. Jakarta. PT.Indeks
Notoadmojo, S. (2017). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. PT.
Renica cipta
Mar’at & Kartono (2010). Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang
Psikologi. Bandung. PT. Refika Aditama
Muscari, M. E. (2005). Panduan Belajar KeperawatanPediatrik Edisi 3. Jakarta.
EGC
Sunaryo. (2014). Psikologi untuk keperawatan (Edisi 2). Jakarta : EGC
Santrock, J. (2017). Perkembangan Anak Edisi 2. Jakarta. Erlangga
Somantri, S. (2012). Psikologi Anak Luarbiasa Bandung. PT. Refika Aditama
Wong. D.L. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta. EGC.

29
1
30

Lampiran 1

ISTRUMEN PENELITIAN

Tingkah Laku Sosial Anak Prasekolah Saat Menjalani Rawat Inap di R1 Anak

Keterangan : Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Karakteristik responden/anak, yang terdiri dari umur anak, jenis kelamin,

agama, lama perawatan yang sudah dilewati di rumah sakit saat ini,

tanggal/jam masuk rumah sakit, tanggal/waktu pengumpulan data,

pengalaman rawat inap sebelumnya, diagnose penyakit sekarang.

2. Pernyataan tingkah laku sosial anak.

I. Karakteristik Responden/Anak

Petunjuk pengisian:

Isilah data dibawah ini dan beri tanda check list (√) pada pertanyaan di bawah

ini pada kotak yang tersedia.

1. Umur Anak : Tahun Bulan

2. Jenis Kelamin : 0.Laki-laki


1.Perempuan

3. Agama : 0.Islam
1.Budha
2.Kristen
3.Hindu
4. Lama perawatan yang sudah
dilewati di rumah sakit saat ini : Jam/menit
31

5. Waktu pengumpulan data :


6. Pengalaman rawat inap
sebelumnya : tidak ada
ada

7. Diagnosa penyakit sekarang : 0. talasemia


1. tumor orbital
2. leukemia
3. gastro entestinal
4. TB
5. ginjal
6. neuroblastoma
7. post appendic
8. fraktur
9. hernia
32

II. Tingkah Laku Sosial Anak

Petunjuk; peneliti memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang

bersesuai jika anak menunjukkan tingkah laku sosial anak sebagaimana yang

diuraikan pada kolom disebelahnya.

Pengamatan Ke
No Pernyataan 1 2 3
ya tidak ya tidak ya tidak
1. Sering menangis
2. Berteriak memangil orang tua
3. Menolak perhatian orang lain
4. Menyerang orang yang tidak dikenal
secara verbal (misal; pergi, memaki/
mengeluarkan kata-kata kotor)
5. Menyerang orang yang tidak dikenal
secara fisik (misal: menendang,
menggigit, memukul, mencubit)
6. Mencoba menahan orang tuanya
secara fisik agar tetap tinggal
7. Melempar benda yang ada
disekitarnya
8. Rewel/ merengek
9. Tidak mau bermain
10. Tidak mau makan
11. Menarik diri dari orang lain dan tidak
mau bicara
12. Sering mengisap ibu jari
13. Sering menggunakan/ menghisap dot
14. Sering mengompol
15. Mau bicara dengan orang disekitarnya
16. Bermain dengan orang lain atau teman
sebaya
17. Merasa pasrah
18. Ragu-ragu dalam melakukan tindakan
19. Malu
20. Merasa bersalah
21. Mau berbicara dengan perawat
33

PERMOHONAN SEMINAR PROPOSAL

Kepada Yth,
Koordinator Skripsi
STIKes Medika Seuramoe Barat Meulaboh

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : HASMAINI
NIM : 20010086
Bidang Penelitian : Anak
Judul Skripsi : tingkah laku sosial anak prasekolah saat menjalani
rawat inap di R1 Anak
Pembimbing : Ns. Alfi Syahri, S.Kep, CH., M.K.M

Dengan ini mengajukan permohonan untuk dapat melaksanakan seminar proposal


skripsi
Meulaboh, November 2021
Pemohon,

(HASMAINI)
NIM : 20010086

Menyetujui untuk dilaksanakannya seminar Proposal skripsi pada:


Hari : Tanggal : Pukul : . WIB s.d selesai
Atas nama mahasiswa tersebut diatas dengan Dewan Penguji sebagai berikut:

No. JABATAN NAMA NIDN/NUPN/NMB


1 Pembimbing Ns. Alfi Syahri, 1320019701
S.Kep, CH., M.K.M
2 Penguji I Ns. Fitri Apriani,
M.Kep
3 Penguji II Siti Damayanti, SST.,
M.Keb

Meulaboh, November 2021


Koodinator Skripsi

Ns. Alfi Syahri, S. Kep, CH., M.K.M.-


NIDN 1320019701
34

Lampiran

Nama :
NIM :
Dosen Pembimbing :
Judul Penelitian :

No Tanggal Materi yang Saran Paraf


Dikonsul Pembimbing
-

-
35

Anda mungkin juga menyukai