Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arthritis gout merupakan salah satu penyakit degenerative yang menjadi masalah,

Penyakit kronis arthritis gout dapat mengganggu aktifitas (2). Menurut WHO tahun 2015,

prevalensi penyakit arthritis gout di dunia mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua

kali lipat antara


BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Nyeri

2.1.1 Definisi Nyeri

2.3 Pengertian Kompres Hangat Kayu Manis

Secara teori kompres hangat bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah sehingga

meningkatkan sirkulasi darah kebagian yang nyeri, menurunkan ketegangan otot

sehingga mengurangi nyeri akibat spasme otot atau ketakutan otot maupun sendi

(potter&perry, 2010). Penambahan campuran kayu manis dalam terapi kompres hangat

dapat lebih meningkatkan terjadinya penurunan nyeri, karena kayu manis mengandung

anti inflamasi dan anti rematik yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan

sendi yang terjadi pada arhritis gout. Hal ini dikarenakan kayu manis mengandung

sinamaldehid yang dapat menghambat proses peradangan sehingga dapat mengatasi nyeri

arhritis gout. Minyak atsiri pada kayu manis mengandung eugenol, dimana eugenol

mempunyai rasa yang sangat pedas dan panas sehingga mampu membuka pori-pori kulit.

2.4 Konsep Kayu Manis

2.4.1 Definisi Kayu Manis

Tumbuhan kayu manis merupakan spesies dari genus Cinnamomum dengan famili

Lauraceae, berupa tumbuhan berkayu yang umumnya dikenal sebagai rempah-rempah

(Syarif, 2006 dalam Yulianis dkk, 2011). Tumbuhan ini tersebar di Asia Tenggara, Cina

dan Australia. Terdapat sekitar 250 spesies yang termasuk genus Cinnamomum. Empat

spesies yang utama adalah Cinnamomum zeylanicum (C. verum: ‘True cinnamon’, Sri
Lanka atau Ceylon cinnamon), C. loureirii (Saigon atau Vietnamese cinnamon), C.

burmanni (Korintje atau Indonesian cinnamon) dan Cinnamomum aromaticum (Cassia or

Chinese cinnamon). Cinnamomum burmanii merupakan jenis kayu manis yang berasal

dari Indonesia, dalam perdagangan Cinnamomum burmanii diberi nama Padang Kaneel

atau cassiavera eks. Padang (Andianto, 2011). Kulit kayu manis memiliki bau yang khas,

banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penyedap rasa makanan atau kue,

kayu manis berbau wangi dan berasa manis sehingga dapat dijadikan bahan pembuat

sirup dan rasa pedas sebagai penghangat tubuh. Kayu dari batang kayu manis dapat

digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, meubelair, dan kayu bakar

(Ferry, 2013).

Al-Dhubiab (2012) menyebutkan komponen kimia terbesar pada kayu manis adalah

alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri

dengan kandungan gula, protein, lemak sederhana, pektin dan lainnya. Ervina dkk (2016)

menyatakan bahwa hasil ekstraksi kulit batang Cinnamomum burmanii mengandung

senyawa antioksidan utama berupa polifenol (tanin, flavonoid) dan minyak atsiri

golongan fenol. Kandungan utama minyak atsiri kayu manis adalah senyawa

sinamaldehida dan eugenol. (Shan B, 2007). Chen et al (2014) menyebutkan bahwa

komponen mayor minyak atsiri yang terkandung pada daun Cinnamomum burmanii

adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%).

Identifikasi minyak atsiri batang C. burmannii dengan GC-MS dan LC-MS menemukan

adanya senyawa utama sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin

dan epi-catechin.
2.4.2 Langkah-langkah kompres hangat kayu manis

Tujuan :

Untuk mengurangi nyeri sendi pada penderita asam urat

Persiapan alat:

1. 20 gram bubuk kayu manis

2. Kayu manis kering

3. Alat penggiling

4. Air hangat

5. Baskom kecil

6. Handuk kecil/waslap

Cara pembuatan

1. kompres hangat)

Untuk mendapatkan bubuk kayu manis dapat dengan menggiling kulit kayu

manis. Cara meletakkannya yaitu serbuk kayu manis di campur dengan air hangat

secukupnya kemudian di lakukan kompres hangat selama kurang lebih 20 menit

(Sigit, 2017).

2. Untuk di oles

Pembuatan pasta kayu manis yaitu 20 gram bubuk kayu manis dilarutkan dalam

1 sendok makan air hangat 45℃ kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang nyeri

di tunggu 10-20 menit (Sigit, 2017).

2.4.3 Kandungan Kayu Manis

Kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin,

kalsium oksalat, dammar, flafonoid, triterponoid, saponin dan zat penyamak. Kandungan
kayu manis (Cinnamomum Burmanni) yang berperan dalam inflamasi berasal dari

sinamaldehide. Kandungan sinamaldehide mampu masuk ke dalam sistemik tubuh

dengan terjadinya pelebaran pori-pori kulit, sinamaldehide di duga mampu menghambat

lipoxygenase yang merupakan mediator didalam tubuh mampu mengubah asam free

arachidonic acid menjadi leukotrienes. Jika leukotrinya menurun maka proses inflamasi

akan terlambat dan keluhan nyeri yang di rasakan berkurang (Arumningtyas, 2016).

2.4.4 Manfaat Kayu Manis

Kulit batang banyak di manfaatkan untuk membantu pengeluaran gas pada perut

kembung (karminatif), pengeluaran keringat (diaforetik), penambahan nafsu makan

(stomakik), menghilangkan rasa sakit (analgetik), melancarkan peredaran darah,

mengatasi sakit gigi dan sakit perut (Wulandari, 2017).

2.4.5 Efek Samping Kayu Manis

Badan pengawas keamanan makanan eropa pada menyebutkan toksisitas coumarin

dan di konfirmasi maksimal di anjurkan intake di toleleransi harian (TDI) dari 0,1 mg

kumarin per kg berat badan. Beberapa studi telah di gunakan antara 1 gram dan 6 gram

kayu manis, dosis yang sangat tinggi dapat menjadi racun (Hussein, 2015). Efek samping

dari kayu manis bila di konsumsi dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan,

diantaranya sebagai berikut:

1. Pusing

Mengkonsumsi kayu manis terutama dalam jumlah terkonsentrasi dapat

menyebabkan pusing (Hussein, 2015).


2. Iritasi kulit

Minyak kayu manis murni dapat mengiritasi kulit,bahkan menyebabkan sensasi

terbakar hal ini akan lebih berbahaya ketika mengenai alat kelamin (Hussein, 2015).

3. Menurunkan gula darah terlalu besar

Studi yang dilakukan di pakistan menyebutkan, mengkonsumsi bubuk kayu

manis secara rutin selama 20 haru dapat menurunkan gula darah sebesar 20%,

penurunan kadar gula terjadi karena kayu manis memiliki efek mempercepat

pengosongan lambung (34,5-37%) lebih cepat dibanding jika tidak mengonsumsi

bubuk kayu manis. Laju pengosongan lambung yang cepat akan memepersingkat

waktu transit makanan, sehingga mengurangi penyerapan glukosa (Lingga, 2012).

4. Gusi bengkak (Gangvitis)

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menggunakan produk oral seperti

permen karet, obat kumur dan pasta gigi dengan ekstrak kayu manis mungkin terkait

dengan pembengkakan gusi (Hussein, 2015).

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada pengaruh pemberian kompres kayu manis terhadap penurunan nyeri penderita

Arthritis Gout pada lansia Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Johan Pahlawan.

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4 Definisi Operasional

3.5 Instrumen Penelitian

3.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian.

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara

mendapatkan izin dari Ketua STIKes Medika Seramoe Barat Meulaboh dan Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Medika Seramoe Barat Meulaboh yang

ditujukan kepada UPTD Puskesmas Johan Pahlawan.

2. Tahap Pengumpulan Data

1. Setelah mendapatkan izin dari UPTD Puskesmas Johan Pahlawan peneliti

menjumpai pihak UPTD Pukesmas Johan Pahlawan untuk menjelaskan tujuan

penelitian dan peneliti akan melakukan penelitian pada pasien lansia yang

bekunjung.

2. Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur protokol kesehatan yaitu

menggunakan masker ketika melakukan pengumpulan data.

3. Peneliti menjumpai responden untuk mengumpulkan data awal dengan cara

melakukan wawancara, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang


pengaruh pemberian kompres kayu manis terhadap penurunan nyeri penderita

Arthritis Gout pada lansia.

4. Setelah data terkumpul, kemudian peneliti mengadakan terminasi dengan

mengucapkan terima kasih secara lisan atas kesediaan telah berpartisipasi dalam

penelitian.

3. Tahap A khir Pengumpulan Data

Setelah memenuhi jumlah sampel yang diteliti, peneliti melaporkan kembali

kepada pihak UPTD Puskesmas Johan Pahlawan pengumpulan data telah selesai

dilakukan dan memperoleh surat keterangan selesai melakukan pengumpulan data.

3.7 Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan tersebut sebelum diolah perlu beberapa langkah terlebih

dahulu untuk sampai pada tahap finalisasi pengolahan, adapun langkah-langkah tersebut

yaitu :

1. Editing

Dilakukan dengan memeriksa kembali kelengkapan data dan memperjelas serta

melakukan penyelesaian terhadap data yang telah dikumpulkan, semua instrumen

penelitian yang dibagikan oleh peneliti diisi secara lengkap oleh responden. Kemudian

peneliti merekap semua data hasil penelitian, baik data umum responden maupun data

tingkat nyeri Pre-Test dan Post-Test, selanjutnya di satukan untuk mempermudah dalam

pengolahan data.

2. Coding
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan,

pemberian kode ini sangat berguna agar pengolahan data lebih sederhana dan mudah

untuk dilakukan. Pada proses pengkodean umur, jenis kelamin, dan tingkat nyeri (Pre

Test dan Post Test). Dalam pengkodean tingkat nyeri Arthritis Gout menggunakan NRS

(Numeric Rating Scale) berdasarkan teori yang ada pada tinjauan pustaka.

3. Scoring (nilai)

Scoring dilakukan setelah pengkodean kemudian dilakukan pemberian nilai

sesuai skor yang telah ditentukan. Pada penelitian ini untuk lembar skala intensitas nyeri

(NRS) dengan kategori 0-10, dengan kriteria 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : nyeri

sedang, 7-9 : nyeri berat dan 10 : nyeri hebat : sangat hebat.

4. Entri data dan processing

Data jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode dimasukkan

kedalam program atau software komputer.Dalam penelitian ini menggunakan program

SPSS (Software package statistical analysis). Pada proses ini, peneliti memasukkan data

responden berupa nama dengan bentuk kode yang dilakukan secara berurutan umur,jenis

kelamin serta data tingkat nyeri arthritis gout (Pre test-Post test). Sehingga keseluruhan

data dapat benar-benar terkontrol dengan maksimal dan tidak terjadi kerancuan yang

dapat membingungkan peneliti sendiri.

5. Tabulating

Tabulating merupakan proses penyusunan data dalam bentuk tabel, yaitu tabel distribusi

frekuensi dan tabel silang dengan menggunakan bantuan program komputer. Dalam

proses tabulasi peneliti pertama-pertama mentabulasi frekuensi dari umur dan jenis

kelamin.
Sehingga peneliti dapat melihat distribusi kedua item tersebut untuk data tingkat

nyeri arthritis gout, maka peneliti pertama-pertama akan melakukan uji normalitas

terlebih dahulu dengan menggunakan uji kolmogorof-Smirnov Test.

Jika data distribusi normal maka akan dilakukan uji statistic parametic dengan

Paired T-test. Jika data distribusi tidak normal maka uji statistic yang digunakan adalah

uji statistic dengan uji Friedman.

3.8 Analisis Data

3.8.1 analisis Univariat

Analisis dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel, kemuadian data ini di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi umur dan

pendidikan responden yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

f1
P= x 100 %
n

Keterangan :

P : Persentase

f1 : Frekuensi teramati

n : Jumlah populasi

3.8.2 Analisa Bivariat

Sebelum dilakukan uji bivariat terlebih dahulu uji normalitas data setelah data

terkumpul kemudian di analisis menggunakan uji statistik dan dikelompokkan

sesuai jenis data masing-masing serta dimasukkan kedalam tabel.sebelum dilakukan

uji statistik uji normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data. Sampel

dalam penelitian ini sebanyak 48 orang (responden). Karena sampel lebih kecil dari

50 maka menggunakan uji Shapiro Wilk.


Data dikatakan berdistribusi normal jika hasil analisis Shapiro Wilk normalitas

¿50 dan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (p¿0,05), maka analisis hipotesis dapat

dilakukan dengan uji Wilcoxon di gunakan untuk menguji hipotesis yang memiliki

lebih dari dua kelompok data yang berpasangan karena individu dari setiap

kelompok data adalah individu yang sama. Bila data dikatakan berdistribusi tidak

normal atau lebih kecil dari 0,05 (p¿0,05), maka analisis hipotesis dapat dilakukan

dengan uji Shapiro Wilk (Andrian, 2018).

Anda mungkin juga menyukai