Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KUALITATIF PEMANIS BUATAN NATRIUM SIKLAMAT


PADA SELAI ROTI SAMAHANI DI KOTA ACEH BESAR

Diajukan Kepada
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
Untuk Penyusunan Tugas Akhir KTI

Oleh :

AFISTZ LULLAH
NIM : 1340292018059

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN BANDA ACEH

YAYASAN HARAPAN BANGSA DARUSSALAM

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Roti menjadi salah satu makanan sampingan yang banyak disukai oleh
masyarakat Indonesia. Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk
dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau
bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti,
2004). Roti selai Samahani merupakan roti yang digemari di aceh terutama dijual
di Aceh Besar. Roti tawar yang berbentuk persegi panjang yang diberi selai
ditengahnya. Diberi nama samahani karena terdapat nama daerah samahani di
Aceh Besar yang merupakan awal mula roti itu berasal. Roti selai ini sangat
disukai oleh masyarakat aceh dan para pendatang. Yang membuat roti ini digemari
adalah selainya yang enak, selai yang bahannya terbuat dari telur Ayam Kampung,
santan dan gula itu dikenal dengan sebutan Selai Srikaya. Karena kelezatannya,
roti ini semakin banyak digemari (Zikha, 2018).
Seiring perkembangan zaman modern sekarang, banyak ditemukannya
produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) untuk
mendapat banyak keuntungan karena harganya relatif lebih murah. Salah satu
bahan makanan yang sering ditambahkan pada selai adalah BTP, yaitu pemanis
butan berupa siklamat. Natrium siklamat digunakan untuk melengkapi kenikmatan
selai. Siklamat mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi dari gula alami
dan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan gula alami. Dalam
kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin dan siklamat maupun campuran
keduanya sering ditambahkan ke dalam berbagai jenis jajanan anak-anak seperti
makanan ringan (roti), cendol, limun, makanan tradisional dan sirup (Yulianti,
2007). Batas maksimum siklamat yang diperbolehkan dalam selai berdasarkan
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 adalah 3 g/kg berat bahan ( Sofia,
2018 ).
Efek yang ditimbulkan dari mengonsumsi sakarin dan siklamat adalah
memutuskan plasenta pada bayi dan akan menimbulkan dampak dermatologis bagi
anak, mengakibatkan kanker kandung kemih, menyebabkan tumor paru, hati,
limfa serta akan terjadi pengecilan testis, kerusakan kromosom dan sebagai
pencetus tumor (Nurlailah dkk,2017). Efek yang ditimbulkan dari pemanis
buatan tidak langsung seketika terjadi tetapi membutuhkan waktu yang lama
karena terus berakumulasi didalam tubuh manusia (Lestari D, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Effendi, dkk (2016), bahwa selai
roti samahani yang dijual di kota Lhoksemawe positif mengandung pemanis
sintetis Natrium Siklamat dan kadar pemanis tersebut dibawah 3 g/kg dan itu
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 adalah 3 g/kg berat bahan. Adapun
hasil penelitian Hartini,dkk (2020), sebanyak 24 sampel selai yang terdiri dari selai
stroberi (S) , selai nenas (N), selai coklat (C) dan selai blueberry (B) ( keempat sampel
diambil dari empat penjual yang berbeda (kode 1-6), menyatakan hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa dari 24 sampel selai diperoleh 6 sampel yaitu N1, C2, N3, C3,
B3 dan C4 yang memiliki kadar siklamat melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan.
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Selai roti
samahani yang dijual di kota Aceh besar dan Banda Aceh dikarenakan memiliki
banyak peminat yang mengomsumsi roti tersebut. Dimana ada kemungkinan besar
produsen selai roti samahani menggunakan pemanis buatan seperti siklamat, oleh
sebab itu peneliti tertarik untu melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kualitatif Natrium Siklamat Pada Selai Roti Samahani Yang Dijual Di Aceh
Besar”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah selai roti
samahani yang dijual di kota Aceh Besar mengandung pemanis buatan natrium
siklamat ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapaun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada
selai roti samahani yang dijual di Aceh Besar terdapat pemanis buatan natrium
siklamat.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberi pengetahuan terhadap masyarakat luas bahwa dalam
satu jenis makanan bisa saja ditambahkan pemanis.
2. Dapat memberikan informasi tentang keamanan pangan yang bersifat
kimiawi terutama zat pemanis buatan.
3. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya para
konsumen, agar terhindar dari makanan yang mengandung zat pangan
yang berbahaya dan diharapkan sebagai konsumen agar lebih selektif
dalam membeli produk minuman yang dijual di kawasan aceh besar dan
dimanapun kita berada.
Adapun Manfaat penelitian bagi peneliti :

1. Memperoleh hasil dan penemuan dari kegiatan penelitian,


2. Menambah ilmu pengetahuan baru,
3. Sebagai motivasi peneliti yang lain bahwa setiap kegagalan dari
penelitian adalah awal dari kesuksesan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Roti
Salah satu bentuk industri pengolahan adalah roti. Roti merupakan salah satu
bentuk makanan pokok yang cukup diminati masyarakat Indonesia. Sebagai
contoh roti manis ataupun sejenis roti basah lainnya yang sering dikonsumsi oleh
sebagian masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan.
Umumnya mereka memiliki roti karena roti dapat dijadikan makanan alternatif
pengganti nasi. Selain itu roti merupakan makanan instan yang siap saji (Noor
dkk, 2004).
Roti mempunyai berbagai macam jenis, salah satunya yaitu roti manis. Roti
manis adalah roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur
empuk, diberi bermacam-macam isi dengan bentuk yang bervariasi. Roti termasuk
makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan roti yaitu tepung terigu, gula, susu, margarin, ragi,
telur, garam, dan air. Sebagai bahan penunjang biasanya ditambahkan bahan
tambahan pada roti yang berfungsi untuk memperbaiki tekstur, aroma, dan cita
rasa dari roti tersebut (Eddy Setyo,2004).
2.2 Selai
Selai termasuk produk olahan pangan yang berasal dari buah-buahan. Pada
saat ini, permintaan selai meningkat karena sarapan menggunakan roti telah
menjadi kebiasaan masyarakat. Selai yang beredar di pasar umumnya berupa selai
oles kemasan dengan cara penyajian yang praktis dan lebih mudah dalam
penyajiannya dan dapat menjadi alternatif produk pangan yang dapat dikonsumsi
bersama roti untuk sarapan pagi.Pada dasarnya, buah-buahan dapat dimanfaatkan
untuk berbagai jenis makanan olahan sehingga dapat di konsumsi menjadi bentuk
yang lain namun tetap memiliki gizi misalnya diolah menjadi selai, manisan, sari
buah, sirup dan jelli. Selai merupakan produk makanan dengan konsistensi gel
atau semi padat yang di buat dari bubur buah. (Lestari, 2011).

2.2.1 Pembuatan Bubur Buah Langsat


Buah langsat dipilih atau disortasi untuk memisahkan buah langsat dengan
kualitas yang baik, kemudian dibuang bagian yang tidak akan digunakan,
kemudian langsat dicuci bersih dengan air mengalir, Kemudian dipotong kecil-
kecil, kemudian dilakukan penghalusan dengan menggunakan blender.
2.2.2 Pembuatan Selai Langsat
1. Bubur buah langsat kemudian dipanaskan selama 3 menit.
2. Kemudian ditambahkan konsentrasi sukrosa (gula pasir) sesuai perlakuan
dan pektin 1,5%.
3. Kemudian dimasak hingga mengental selama ±25 menit.
4. Kemudian didinginkan. ( Khairun Mutia, 2016 ).
2.3 BTP
Saat ini BTP san gat dibanyak digunakan pada bahan makanan untuk
menambah cita rasa pada makanan tersebut. Bahan tambahan tersebut diantaranya
adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet, pemanis dan
pengental. Pengunaan BTP ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu penambahan secara
sengaja dan alami. Penambahan secara sengaja yaitu menambah bahan tambahan
pangan ke dalam bahan pangan tersebut sedangkan alami adalah pembentukan
pengawet yang alami dari campuran bahan tersebut (Siaka, 2009).
Berikut adalah 10 BTP yang diperkenankan untuk digunakan di indonesia
berdasarkan regulasi yang berlaku dikelompokan ke dalam jenis-jenis BTP antara
lain sebagai berikut:
a) Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan agar terlihat menarik.
b) Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada
makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
c) Pengawet, yaitu BTP berfungsi untuk mencegah fermentasi, pengasaman
atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba.
d) Antioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses
oksidasi lemak, sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
e) Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah mengempalnya makanan
f) Penyedap rasa, aroma dan penguat rasa, yaitu BTP yang dapat
memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan juga aroma.
g) Pengatur keasaman, yaitu BTP yang digunakan untuk mengasamkan
makanan
h) Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya
makanan.
i) Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses
pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu
pemanggangan.
j) Sekuestran yaitu, BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam
makanan. ( Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 )
Tabel 2.1. Jenis Bahan Tambahan Makanan yang Dibatasi dan yang Dilarang
Penggunaannya
JENIS BAHAN
No. KELOMPOK KETERANGAN
TAMBAHAN
1. Bahan Pemantap Propilenglikol Dibatasi
2. Bahan Pemutih Benzoil peroksida Dibatasi
3. Bahan Pewarna Amaran karmin Dibatasi
Kurkumin Dibatasi
4. Bahan Pengawet Dietilpirokarbonat (DEP) Dilarang
Kloroform Dilarang
Nitrofuran Dilarang
Asam benzoat Dibatasi
Metil p-hidroksi benzoat Dibatasi
Propil p-hidroksi benzoat Dibatasi
Natrium nitrit Dibatasi
5. Bahan Pemanis Dulsin dan P. 4000 Dilarang
Sintetis
1
Natrium Siklamat (≤ 1
2 Dibatasi
g/org/hari)

Natrium Sakarin (≤ 1 Dibatasi


g/org/hari atau ≤ 15 mg/kg
bb/hari)

6 Pembentuk Cita Rasa Komarin Dilarang


Safrol Dilarang
Minyak Kalamus Dilarang
Sinamil antranilat Dilarang
7. Bahan Antioksidan Asam askorbat Dibatasi
BHA Dibatasi
Tert-butihidrokinon Dibatasi
Tokoferol Dibatasi
8. Bahan Anti busa Dimetilpolisiloksan Dibatasi
9. Bahan Pengental Metilsellulosa CMC Dibatasi
Asam alginat Dibatasi
(Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/1985)

2.3 Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan
untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan
kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,
memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia
sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman
dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan
dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan
substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006). Berdasarkan proses produksi bahan
pemanis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pemanis alami dan pemanis
sintetis (buatan). Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Tanaman
penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum Officinarum L.) dan bit
(Beta Vulgaris L.). Bahan pemanis yang dihasilkan oleh kedua tanaman tersebut
dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Pemanis sintetis atau buatan merupakan
bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak
memiliki nilai gizi. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak
digunakan adalah natrium sakarin, natrium siklamat dan aspartam (Putra,
2011).
2.3.1 Pemanis alami
Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis
yang alami adalah tebu ( Saccharum officanarum L ) dan bit (Beta vulgaris L).
Kedua jenis tanaman ini sering disebut gula alam atau sukrosa. Selain sukrosa ada
jenis pemanis alami lain yang sering digunakan antara lain: D-Glukosa, D-
Fruktosa, Laktosa, Sorbitol. Gula alami ini tidak ada serat kasar, tidak ada vitamin
dan kecil mineral, akan tetapi tetap mengandung kalori 394 kkal dalam setiap
100gr bahan. Gula alami merupakan sumber kalori, semua bahan-bahan yang
bernilai seperti vitamin dan mineral akan hilang selama proses pengolahan dan
pemurnian (Lestari, 2011).
A. Glukosa
Glukosa ini mempunyai sifat kemanisan 0,74 kali dari sukrosa, glukosa juga
dikenal D-glukosa, Dextrosa, Glucolin, Dextropur, Dextrosol, gula darah, gula
anggur, dan gula sirup jagung. Rumus molekul C 6H12O6 dengan berat molekul
180,16. Glukosa Merupakan senyawa utama sumber tenaga organisme hidup.
Dapat terikat dalam senyawa glukosida dan dalam di-dan oligosakarida, dalam
selulosa dan pati (polisakarida) dan dalam glikogen. Dalam darah manusia kadar
normalnya 0,08-0,1%. Urin penderita diabetes mellitus biasanya mengandung 3-
5% glukosa (Tranggono dkk, 1990).
B. Fruktosa
Fruktosa adalah satu-satunya ketosa yang di dapat di alam, dengan rumus
molekul C6H12O6. Fruktosa merupakan isomer dari glukosa dan galaktosa.
Fruktosa dikenal sebagai gula buah, gula yang paling manis dari glukosa dan di
dapatkan bersama-sama glukosa dan sukrosa dalam buah-buahan, sayuran dan
madu. Sejalan dengan perkembangan teknologi pangan, produk fruktosa ini
merupakan gula yang sangat manis dan harganya murah, sehingga pemakaian
HFCS sebagai pemanis tambahan oleh industri makanan meningkat (Desmawati,
2017).
C. Laktosa

Laktosa Merupakan senyawa disakarida terdiri dari galaktosa dan glukosa

yang khusus terdapat dalam susu sehingga disebut juga sebagai gula susu. Rumus

molekul C12H22O11. Tingkat kemanisan laktosa hanya 0,4 kali kemanisan

sukrosa. Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui

melalui reaksi antara 10 glukosa dan galaktosa. Kegunaan laktosa bagi tubuh

adalah sama dengan karbohidrat lainnya, tetapi harus dipecah dulu menjadi

glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase pada saluran pencernaan. Laktosa

merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan kalori susu

(35-45%), disamping itu galaktosa yang merupakan hasil hidrolisa laktosa

berfungsi penting untuk perkembangan fungsi otak (Yohmi, 2001).


2.3.2 Pemanis buatan
Gula sintetis adalah bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis
dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi, dibuat dengan bahan-bahan kimia
di laboratorium atau dalam suatu industri dengan tujuan memenuhi produksi gula
yang belum cukup dipenuhi oleh gula alami khususnya gula tebu. Contohnya:
sorbitol, sakarin,sukrorisa dan siklamat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 208/Menkes/Per/IV/1985 diantara semua pemanis buatan hanya beberapa
yang diizinkan penggunaannya. Pemanis buatan yang dimaksud adalah siklamat,
sakarin dan aspartam dengan jumlah yang dibatasi dengan dosis tertentu.
Meskipun sakarin dan siklamat tergolong dalam bahan tambahan pangan yang
diizinkan oleh pemerintah, namun kewaspadaam terhadap jenis pemanis buatan
tersebut perlu dilakukan. Mengingat tidak semua paham betul tentang bahan
tambahan pangan, penggunaannya, dan pengolahan. Berbagai efek negatif akan
muncul jika penggunaan sakarin dan siklamat yang tidak sesuai aturan yang telah
ditetapkan (Lestari, 2011).
Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan bagi penderita
diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan
secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan dapat langsung digunakan
konsumen hanya dengan menambahkan ke dalam makanan atau minuman sebagai
pengganti gula. Propaganda penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan
dengan isu-isu kesehatan seperti pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan
gigi dan mencegah peningkatan kadar glukosa darah. Namun demikian,
penggunaan pemanis buatan tidak selamanya aman bagi kesehatan ( Usmiati &
Yuliani 2004 ).

Tabel 2.2. Pemanis Buatan, Jumlah Kalori, Tingkat Kemanisan, ADI dan
Sifat
Tabel 2.3.2 Pemanis Jumlah Tingkat ADI
kalori/ Kemanisan (mg/kg
Buatan,
gram Kali dari badan) Sifat
Jumlah Sukrosa
Kalori,
Alitam 1,4 2.000 0,34 Dapat dicerna oleh enzim
pencernaan.
Acesulfame-K 0 200 15 Dibandingkan dengan pemanis
lain, pemanis Ace lebih stabil
Aspartam 0,4 180 50 Stabil dikeadaan kering, namun
tidak tahan panas.
Neotam 0 7.000 0-2 Terurai secara cepat dan dibuang
sempurna.

Sakarin 0 300 5 Dapat menyebabkan pertumbuhan


tumor dan bersifat karsinogenik
pada pemakainya.
Siklamat 0 30 0-11 Dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan tumor kandung
kemih, paru, hati dan limpa.
Sukralosa 0 300 0-15 Dapat pada kondisi panas. Tidak
dapat dicerna oleh tubuh.

(Sumber: SNI 01-6993-2004 BPOM, 2004)

2.4 Natrium Siklamat

Gambar 2.1. Struktur kimia Siklamat


Natrium siklamat merupakan salah satu jenis pemanis buatan yang diizinkan
diindonesia tapi dibatasi pemakaiannya didalam makanan dan minuman yang
diatur dalam Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 adalah 3 g/kg berat
bahan. Natrium siklamat sebagai pemanis buatan berbentuk kristal putih, tidak
berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis.
Natrium siklamat saat ini banyak digunakan didalam bidang industri baik makan
dan minum. Natrium siklamat berfungsi sebagai penegas cita rasa (flavor
enhancer) terutama cita rasa buah. Pengunaan natrium siklamat digunakan sebagai
pengganti gula untuk orang yang terkena penyakit diabetes. Berdasarkan hasil
penelitian, pemberian natrium siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada tikus
percobaan, dapat menyebabkan tumor, kandung kemih (SNI 01-6993-2004).
Natrium Siklamat (C6H11NHSO3Na) umumnya dalam bentuk garam kalsium,
kalium. Natrium Siklamat berbentuk Kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna.
Siklamat mudah larut dalam air dan etanol serta juga bersifat tahan panas (Handayani
dkk, 2015). Sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu
tinggi misalnya pangan dalam kaleng (Cahyadi,2006).
2.5 Tujuan penggunaan pemanis sintetis
Penggunaan Pemanis Sintetis Pemanis ditambahkan kedalam bahan pangan
mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
a) Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan
penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik
disarankan untuk menggurangi masukan kalori perharinya. Pemanis sintetis
merupakan salah satu bahan pangan yang menggurangi masukan kalori.
b) Pada industri pangan, minuman termasuk industri rokok, pemanis sintetis
dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi, karena
pemanis sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi
juga harganya lebih murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di
alam.
c) Sebagai penyalut obat. Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak
menyenangkan. Oeh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari
obat tersebut biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering
digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan
tidak mengumpal.
d) Menghindari kerusakan gigi Pada pangan seperti permen lebih sering
ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa
manis yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja
sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak
gigi.
e) Menghindari Kerusakan Gigi pada pangan seperti permen biasanya sering
ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa
manis yang lebih tinggi dari pada gula, pemakaian dalam jumlah sedikit
saja sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak
merusak gigi (Cahyadi, 2006)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan menggunakan metode pengendapan dari metode analisa kualitatif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Akademi Analis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa Darussalam Februari sampai Juni
tahun 2020.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah selai roti samahani yang beredar di
kota Aceh Besar.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Selai roti samahani
yang dijual di kota Aceh Besar. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipet ukur 10 ml,
pipet ukur 25 ml, bola pengisap, cawan penguap, gelas ukur 50 ml, gelas ukur 100
ml, batang pengaduk, pipet tetes, corong kaca, kertas saring, kertas lakmus,
hotplate, waterbath, erlenmeyer 100 ml, gelas beaker 100 ml, gelas arloji dan
timbangan analitik.
3.4.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel Selai, Aquadest, Eter, NaOH 10%,
H2SO4 Pekat, HCl 10%, HCl pekat, NaNO 2 10%, BaCl2 10% dan karbon aktif.

.
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Analisis Kualitatif Siklamat ( SNI 01-2893-1992)
a. Selai 5 gr dimasukan dalam erlenmeyer 100 ml berisi 50 ml aquades.
b. Jika sampel berwarna ditambah karbon aktif (1 sendok stainless) untuk
menetralkan warna, disaring menggunakan kertas saring.
c. Filtrat ditambah 10 ml HCl 10% dan 10 ml BaCl 2 10%, biarkan 30 menit.
d. Disaring,filtrat ditambah 10 ml NaNO 2 10%.
e. Panaskan dalam penangas air suhu 70 oC.
f. Jika terdapat endapan putih BaSO 4 positif mengandung siklamat.
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/93725244-Analisis-profitabilitas-pada-home-industri-roti-
selai-samahani-di-kecamatan-kuta-malaka-kabupaten-aceh-besar-studi-kasus-usaha-
bapak-darwin.html

file:///C:/Users/ASUS-PC/Downloads/7886-61-16645-2-10-20180809.pdf roti

Anda mungkin juga menyukai