ROTI KEPANG
Dosen Pembimbing :
Zulfiana Dewi, SKM., MP
Ir.Ermina Syainah, MP
Rahmani, STP., MP
Disusun Oleh :
Ahmad Reza Fadhian P07131116084
Hernawati Amalia P07131116096
Nadia Susiyana P07131116116
Pratiwi Lisdayanti P07131116122
Septi Diah Lestari P07131116125
Yesi Amalia Hasmi P07131116132
Memasukkan telur dan air sedikit demi sedikit, aduk hingga kalis
Roti kepang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengovenan
Tinggi awal : 3,2 cm
Tinggi akhir : 3,7 cm
3,73,2
Daya Kembang Pengovenan = 100% = 15,63%
3,2
4.2 Pembahasan
Salah satu bahan utama pembuat roti yaitu tepung terigu. Tepung yang
digunakan dalam pembuatan roti merupakan tepung yang mengandung protein
tinggi sebesar 11-13% protein. Protein dalam tepung terigu sangat bermanfaat
dalam pembuatan roti karena dapat memberikan sifat mudah dicampur,
difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah digiling. Pada proses
pembuatan roti, gula berfungsi sebagai makanan ragi (yeast) untuk membantu
jalannya proses fermentasi sehingga adonan roti dapat mengembang. Gula juga
memberi rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma. Telur dalam pembuatan
roti berfungsi membentuk suatu kerangka yang bertugas sebagai pembentuk
struktur. Telur dapat memberikan pengaruh pada warna, rasa, dan
melembutkan tekstur roti dengan daya emulsi dari lesitin yang terdapat pada
kuning telur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat. Fungsi lainnya
adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat adonan
dikocok sehingga udara menyebar rata pada adonan (Astawan, 2008).
Penggunaan garam dengan jumlah yang sedikit berfungsi sebagai
pembentuk cita rasa pada pembuatan roti. Garam adalah suatu bahan pengeras
yang apabila tidak digunakan akan membuat adonan agak basah. Garam juga
memperbaiki pori-pori roti dan tekstur akibat kuatnya adonan dan membantu
pembentukan warna. Garam juga membantu mengatur aktifitas ragi roti pada saat
fermentasi. Garam akan mencegah pembentukan dan pertumbuhan bakteri yang
tidak diinginkan dalam adonan yang diragikan. Fungsi garam paling penting
lainnya yaitu membantu aktifitas amilase dan menghambat aktifitas protease pada
tepung. Adonan tanpa garam akan lengket dan susah dipegang (Koswara 2009).
Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan
membentuk sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9.
Makin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air meningkat
dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air yang
memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Air yang digunakan dalam industri makanan pada
umumnya harus memenuhi persyaratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak
mempunyai rasa dan tidak menggangu kesehatan. Apabila air yang digunakan
tidak memenuhi persyaratan dalam pembentukan pati atau tepung maka dapat
meningkatkan kadar abunya sehingga mutu pati menurun (Gumbiro, 1987).
Pada praktikum pembuatan roti kepang ini, kami menggunakan pula bahan
berupa permifan. Permifan merupakan suatu produk yang didalamnya berisi
khamir yang mana merupakan suatu jenis mikrooranisme yang berperan dalam
pengembangan roti.
Pada proses fermentasi, udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada
saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh
oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses
fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap
di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang
elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan
(penambahan volume) adonan.
5.1 Kesimpulan
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pembuatannya melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan
pemanggangan dalam oven.
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki dan mikroba yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis
khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti.
Menurut daya kembang roti yang dihitung berdasarkan hasil praktikum yang
telah kami lakukan, diketahui bahwa daya kembang roti pada fermentasi kedua
(52,38%) lebih besar daripada daya kembang roti pada proses pengovenan
(15,63%).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Tips Seputar Roti. Tersedia dalam http://www.wood-press.com.
Diakses 18 Maret 2016.
Anonim. 2012. Pelatihan Penerapan Metode HACCP. European Committee for
Standardization.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press.
Desrosier, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia-Press.
Fennema, O.R. Editor. 1996. Food Chemistry, 3rd ed. New York: Marcel
Dekker.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Roti. Tersedia dalam
eBookPangan.com. Diakses tanggal 18 Maret 2016.
Muchtadi, T. R., dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung:
Alfabeta.
Rustandy, Deddy. 2005. Fermentasi Pembuatan Roti. Tersedia dalam
http://www.wacanamitra.com. Diakses 18 Maret 2016.
Sutomo, Budi. 2006. Rahasia Sukses Membuat Cake. Tersedia dalam
http://myhobbyblogs.com. Diakses 18 Maret 2016.
U.S Wheat Associates. 1983. Pedoman Pembuatan Kue dan Roti. Jakarta:
Djambatan.
Wibowo, Derik. 2009. Pengendalian Mutu Proses. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN