PENDAHULUAN
2.1 Cireng
Cireng yang merupakan singkatan dari aci goreng, atau tepung kanji goreng,
adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Sunda yang dibuat dengan cara
menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji. Cireng
memiliki tekstur yang kenyal dan gurih serta rasa yang enak. Cireng enak
dinikmati dalam keadaan hangat, karena dalam keadaan hangat biasannya cireng
akan terasa renyah dibagian luarnya dan sedikit kenyal dibagian dalamnya, wangi
bumbu-bumbunya pun akan lebih tercium, sementara kalau sudah dingin cireng
akan alot, akan sedikit sulit mengunyah dan menelannya. Cireng dibuat dengan
menggunakan tapioka mengandung karbohidrat (50 gram), protein (50 gram),
lemak (0,3 gram) per 100 gram berat tapiok (Dear dan Kristiastuti S, 2014).
2.2 Fungsi Bahan
2.2.1 Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah granula pati yang terdapat didalam ketela pohon.
Tepung ini tersusun atas amilosa dan amilopektin. Suhu gelatinisasi relatif rendah
yaitu berkisar 52°C-64°C. Pati ini selama proses pemasakan akan menyerap
dalam jumlah yang cukup tinggi. Besar kecilnya air yang diserap dalam granula
pati akan menentukan daya kembang. Semakin banyak air yang diserap semakin
besar daya kembang yang dihasilkan.
Tepung tapioka banyak digunakan pada pembuatan makanan atau kue. Pada
industri pangan, tepung tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan
pengikat, dan pengembang. Sifatnya mudah mengembang (swelling) dalam air
panas (Astawan, 2010). Ini merupakan salah satu sifat pati yang mudah
membengkak dalam air panas (Umiyati, 2014). Tepung tapioka atau pati
ditambahkan untuk meningkatkan kelembutan, memudahkan penanganan,
memperbaiki tekstur dan membantu pengembangan pada pori (Suyanti, 2008).
Fungsi penambahan tepung tapioka adalah untuk membentuk adonan atau
menyatukan semua bahan, menghemat biaya produksi, membentuk tekstur,
sebagai pengemulsi dan mengikat air pada adonan (Winarno, 2002).
2.2.2 Tepung Terigu
Dalam pembuatan makanan, hal yang harus diperhatikan adalah ketepatan
penggunaan jenis tepung terigu. Dalam tepung terigu, terdapat gluten yang secara
khas membedakan tepung terigu dengan tepung lainnya. Gluten merupakan suatu
senyawa dalam tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis. Gluten merupakan
campuran antara dua kelompok atau jenis protein gandum, yaitu glutenin dan
gliadin. Glutenin memberikan sifat-sifat yang tegar dan gliadin memberikan sifat
yang lengket sehingga mampu memerangkap gas yang terbentuk selama proses
pengembangan adonan dan membentuk struktur remah produk (Farida, 2008).
Kandungan gluten menentukan kadar protein dalam tepung terigu. Semakin tinggi
kadar gluten, semakin tinggi pula kadar protein dari tepung terigu tersebut.
2.2.3 Merica
Merica adalah sejenis rempah-rampah yang juga sering punya sebutan lain
yaitu merica. Bagian yang diambil dari tanaman lada adalah bijinya. Biji lada ini
punya fungsi yang sangat penting untuk membuat bumbu penyedap dari berbagai
jenis masakan. Rasanya sedikit pedas namun bisa membuat lezat dan nikmat
masakan. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan
peredaran darah (Septiatin, 2008).
2.2.4 Bawang Putih
Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai sekarang
tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan modern yang banyak kita temui di
pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Bawang putih bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung unsur-unsur aktif,
memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, merangsang
pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1. Selain itu, bawang putih
mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, dan mengandung sejumlah komponen
kimia yang diperlukan untuk hidup manusia.
Bawang putih dimanfaatkan sebagai penghambat perkembangan penyakit
kanker karena mengandung komponen aktif, yaitu selenium dan germanium.
Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang
membuat masakan menjadi beraroma dan mengundang selera. Meskipun
kebutuhan untuk bumbu masakan hanya sedikit, namun tanpa kehadirannya
masakan akan terasa hambar zat-zat kimia yang terdapat pada bawang putih.
Allisin pada bawang putih yang berperan memberi aroma pada bawang putih
sekaligus berperan ganda membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram
negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat (Umiyati,
2014).
2.2.5 Daun Bawang
Bawang daun merupakan tanaman sayuran daun semusim yang berbentuk
rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya daunnya atau
bagian daun yang masih muda. Bawang daun merupakan salah satu jenis tanaman
sayuran yang digunakan sebagai bahan penyedap rasa (bumbu) dan bahan
campuran sayuran lain pada beberapa jenis makanan. Aroma dan rasanya yang
khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai campuran masakan
(Nazaruddin, 2000). Selain bisa membuat makanan tampak terlihat lebih cantik,
daun bawang kaya vitamin A, C dan K serta beberapa mineral lain (Dear dan
Kristiastuti S, 2014). Selain itu juga bermanfaat untuk memudahkan pencernaan
dan menghilangkan lendir-lendir dalam kerongkongan. Tanaman yang dikonsumsi
biasanya berdaun muda dan berbatang putih karena terpendam di dalam tanah
(Meltin, L., 2009).
2.2.6 Garam
Garam berfungsi untuk memperbaiki cita rasa, pengawetan dan melarutkan
protein. Jumlah pemakaian garam menurut US Wheat Associates 2–2.25%. Jika
kurang dari 2% maka rasa akan hambar, sedangkan di atas 2.25% akan
menghambat aktivitas mikroba (Eddy dan Lilik, 2007). Garam dapat memberikan
rasa, meningkatkan konsistansi adonan serta mengikat air. Penambahan garam
pada makanan dapat menghambat pertumbahan jamur/kapang serta menghambat
aktivitas enzim protease dan amilase sehingga adonan menjadi tidak lengket dan
mengembang secara berlebihan (Suyanti, 2008). Garam berfungsi sebagai penegas
cita rasa dan berfungsi sebagai pengawet. Garam sebagai bahan pengawet karena
kemampuannya untuk menarik air keluar dari jaringan (Umiyati, 2014).
2.2.7 Santan
Santan adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari kelapa yang diparut
dan kemudian diperas bersama air. Dalam industri makanan, peran santan sangat
penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan
perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Hal ini disebabkan karena santan
mengandung senyawa nonylmethylketon, dengan suhu yang tinggi akan
menyebabkan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak. Santan
mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan
masakan menjadi gurih. Santan juga berfungsi untuk mencairkan tepung sehingga
terbentuk adonan (Satuhu dan Sunarmani, 2008).
2.2.8 Susu
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar
susu mamalia betina. Fungsi penambahan susu adalah menambah penyerapan
(absorpsi) air dan memperkuat adonan yang berfungsi sebagai bahan penyegar
protein tepung sehingga volume cireng bertambah. Air yang ada dalam susu cair
menimbulkan rasa yang lezat (Farida, A., 2008).
2.2.9 Air
Menurut Winarno (2002), air berfungsi sebagai bahan yang dapat
mendispersikan berbagai senyawa yang ada dalam bahan makanan. Untuk
beberapa bahan air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan berbagai
bahan seperti garam, vitamin, yang larut air, mineral, dan senyawa-senyawa cita
rasa seperti yang terkandung dalah teh dan kopi. Air juga merupakan komponen
penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta cita rasa makanan. Air berfungsi sebagai media antara gluten dan
karbohidrat, melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan
gluten akan mengembang dengan adanya air.
2.2.10 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar. minyak goreng
berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah
nilai gizi dan kalori dalam makanan (Ketaren, 2008).
2.3 Proses Pembuatan
Adonan dasar pembuatan cireng yaitu dengan cara mencampur tapioka
dengan air panas, lalu diuleni dengan tangan sampai adonan bisa dibentuk dan
tidak lengket. Pengulenan adalah tahap pembentukan adonan dengan cara adonan
yang telah diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digiling atau
dibentuk sesuai dengan jenis makanan yang diinginkan. Pada saat penggilingan,
gas yang ada didalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang
dinginkan sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk (Mudjajanto dan
Yulianti, 2008). Menurut Wheat Associates (2008), pengadonan yang berlebihan
akan merusak susunan glutein, adonan akan panas dan peragiannya akan lambat.
Adonan tersebut akan menghasilkan pertambahan volume yang sangat buruk dan
juga akan memberikan remah pada bagian dalam. Pengadonan yang kurang akan
menyebabkan adonan menjadi kurang elastis. Selanjutnya, pencampuran tapioka
harus dilakukan dengan air panas agar pati mengalami proses pengagaran penuh.
Perbandingan bahan cireng harus tepat karena jika adonan cireng terlalu basah
atau lembek, cireng akan menyerap minyak terlalu banyak saat digoreng. Tujuan
penggorengan untuk menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat
diproses lebih lanjut dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada
konsumen. Penggorengan akan memberikan warna pada produk, membentuk
kerak pada produk setelah digoreng, memberikan penampakan goreng pada
produk serta berkontribusi terhadap rasa produk. Penggorengan dilakukan dengan
menggunakan minyak mendidih (180-195°C) sampai setengah matang. Suhu
penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk menjadi kurang matang. Jika
suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna gelap dan gosong. Selama
proses penggorengan terjadi secara simultan perpindahan panas dan massa
(Tanoto, 2008).
3.1.2 Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan pada proses pembuatan cireng antara lain:
1. Tapioka 250 gram
2. Merica 1 gram
3. Bawang putih 10 gram
4. Daun bawang 1 batang
5. Garam 3 gram
6. Santan 200 ml
7. Susu 200 ml
8. Air 50 – 75 ml
9. Minyak goreng
Bawang putih,
Pencampuran
merica, garam
Penambahan bumbu
Penghalusan
Pengadukan adonan
Penambahan
Pembentukan adonan santan/susu dan air
Pengujian
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Rheotex (g/3mm)
Pengulangan
Sampel 1 Sampel 2
1 55 377
2 32 381
3 44 366
Keterangan:
Sampel 1 = Cireng Santan Sampel 2 = Cireng Susu
4.1.2 Uji Organoleptik
1. Cireng Santan
No Nama Warna Tekstur Aroma Rasa
1 Warda 3 4 3 3
2 Deby 4 4 5 4
3 Ilma 4 4 4 3
4 Anik 2 1 2 3
5 Nana 4 3 4 3
6 Ali 4 2 4 2
7 Zen 5 4 5 5
8 Monica 4 3 3 2
9 Sindy 3 4 3 2
10 Ranu 3 4 5 4
11 Aziz 3 2 2 3
12 Safira 4 4 4 3
13 Bella 4 2 4 5
14 Yoan 2 3 3 2
15 Cece 4 4 4 4
2. Cireng Susu
No Nama Warna Tekstur Aroma Rasa
1 Warda 4 2 4 3
2 Deby 4 4 5 4
3 Ilma 5 3 4 3
4 Anik 3 1 2 2
5 Nana 3 2 4 3
6 Ali 3 3 3 3
7 Zen 4 2 4 3
8 Monica 4 2 4 3
9 Sindy 4 3 4 3
10 Ranu 4 3 4 4
11 Aziz 2 4 3 2
12 Safira 4 3 3 2
13 Bella 4 2 4 3
14 Yoan 4 4 4 4
15 Cece 3 2 4 4
2. Cireng Susu
No Nama Warna Tekstur Aroma Rasa
1 Warda 4 2 4 3
2 Deby 4 4 5 4
3 Ilma 5 3 4 3
4 Anik 3 1 2 2
5 Nana 3 2 4 3
6 Ali 3 3 3 3
7 Zen 4 2 4 3
8 Monica 4 2 4 3
9 Sindy 4 3 4 3
10 Ranu 4 3 4 4
11 Aziz 2 4 3 2
12 Safira 4 3 3 2
13 Bella 4 2 4 3
14 Yoan 4 4 4 4
15 Cece 3 2 4 4
Jumlah 55 40 56 46
Rata-rata 3,67 2,67 3,73 3,07
BAB 5. PEMBAHASAN
32
31.87
31.8
31.6
31.4
31.2
31.2
31
30.8
cireng santan cireng susu
sampel
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengolahan cireng yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
a. Pengolahan cireng dilakukan dengan pencampuran tepung terigu dan tapioka,
penambahan bumbu yang telah disangrai, penambahan santan/susu dan air,
penambahan daun bawang, pembentukan adonan, dan penggorengan.
b. Terdapat perbedaan kualitas antara cireng penambahan susu dan cireng
penambahan santan.
c. Tingkat kesukaan panelis terhadap cireng penambahan santan lebih tinggi
daripada cireng penambahan susu.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah:
a. Keseriusan praktikan perlu ditingkatkan agar tidak gaduh selama praktikum di
dalam laboratorium.
b. Diharapkan adanya peralatan praktikum yang memadai agar tidak membuang
waktu untuk bergantian menggunakan alat praktikum yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Uji Fisik
1. Warna
Rumus = Rata-rata =
2. Tekstur
Rata-rata = =3,53
2. Sampel 1 Tekstur
Jumlah = 4 +4+ 4 +1+3+2+4+3+ 4 +4+2+4+2+3+4= 48
Rata-rata = = 3,20
3. Sampel 1 Aroma
Jumlah = 3 +5+4+2+4+4+5+3+3 + 5+ 2 +4+4+ 3 +4 = 55
Rata-rata = =3,67
4. Sampel 1 Rasa
Jumlah = 3+4+3+3+3+2+5+2+2+ 4 +3+3+5+2+4 = 48
Rata-rata = =3,20
5. Sampel 2 Warna
Jumlah = 4+4+5+ 3 + 3 + 3 +4+4+4+ 4 +2+4+4+4+3=55
Rata-rata = =3,67
6. Sampel 2 Tekstur
Jumlah = 2+ 4 +3+1+2+3+2+ 2 +3+3+ 4 +3+2+ 4 +2 =40
Rata-rata = =2,67
7. Sampel 2 Aroma
Jumlah = 4 +5+4+2+4+ 3 +4+4+4+4+3+ 3 +4+ 4 +4= 56
Rata-rata = = 3,73
8. Sampel 2 Rasa
Jumlah = 3+4+3+2+3+3+3+3+ 3 +4+2+2+3+4+4=46
Rata-rata = =3,07
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pengukuran Warna