Disusun oleh:
TERESA FRANCISCA FATIMA DA COSTA LUZ (19230011)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Bekatul adalah bagian antara bulir beras dan kulit padi (bagian kulit ari). Bekatul dari beras
merah kaya akan berbagai senyawa fitokimia seperti polifenol, antosianidin dan gamma
oryzanol yang telah terbukti bermanfaat untuk mencegah arteriosklerosis karena kadar lemak
dan kolesterol yang tinggi dalam darah. Arteriosklerosis adalah penyebab utama penyakit
jantung koroner, stroke dan berbagai penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah
arteri. Bekatul beras merah mempunyai kandungan gizi yang beragam diantaranya bekatul
mengandung antioksidan tokoferol (vitamin E), oryzanol dan vitamin B15. Bekatul juga kaya
akan pati, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kandungan multivitamin dan serat pada
bekatul beras merah berperan sebagai penangkal penyakit degeneratif serta berperan dalam
proses pencernaan. Kandungan serat pada bekatul lebih tinggi dibandingkan pada tepung
terigu (Damayanthi, 2007). Bekatul beras merah dapat diolah menjadi tepung bekatul.
Keunggulan dari tepung adalah tepung dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang,
mudah dicampur, mudah dibentuk dan lebih mudah untuk diolah menjadi produk olahan
(Damardjati, 2000), kandungan protein bekatul beras merah yang tinggi serta kandungan
seratnya yang cukup tinggi membuat bekatul beras merah dapat dikembangkan menjadi
olahan makanan berupa biskuit yang tinggi protein dan serat.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengaruh penambahan konsentrasi bekatul beras merah terhadap kualitas biskuit?
2. Apakah biskuit bekatul beras merah ini layak secara finansial?
1.3 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai produk olahan pangan
2. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bekatul pada pembuatan biskuit.
2. Untuk meningkatkan nilai guna dari bahan pangan bekatul sebagai jajanan tinggi serat.
3. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bekatul Beras Merah
Bekatul beras merah mempunyai kandungan gizi yang beragam diantaranya bekatul
mengandung antioksidan tokoferol (vitamin E), oryzanol dan vitamin B15. Bekatul juga
kaya akan pati, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kandungan multivitamin dan serat pada
bekatul beras merah berperan sebagai penangkal penyakit degeneratif serta berperan dalam
proses pencernaan. Kandungan serat pada bekatul lebih tinggi dibandingkan pada tepung
terigu (Damayanthi, 2007). Bekatul beras merah dapat diolah menjadi tepung bekatul.
Keunggulan dari tepung adalah tepung dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang,
mudah dicampur, mudah dibentuk dan lebih mudah untuk diolah menjadi produk olahan
(Damardjati, 2000), kandungan protein bekatul beras merah yang tinggi serta kandungan
seratnya yang cukup tinggi membuat bekatul beras merah dapat dikembangkan menjadi
olahan makanan berupa biskuit yang tinggi protein dan serat.
Hasil Analisis Zat Kandungan Zat Gizi Bekatul
2.2 Biskuit
Biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak digemari berbagai
kalangan masyarakat.Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 mengenai konsumsi makanan
berbahan dasar tepung terigu seperti biskuit sebanyak 13,4% penduduk Indonesia
mengkonsumsi biskuit ≥ 1 kali per hari. Kandungan protein pada biskuit berpotensi sebagai
makanan ringan bernilai gizi tinggi, sehingga dengan pemberian biskuit pada anak sekolah
akan memberikan tambahan asupan protein untuk memenuhi kebutuhan protein. Mutu pada
biskuit ditentukan dari sifat kimia, fisik dan organoleptik. Sifat kimia biskuit diantaranya
kadar protein, Kandungan protein yang tinggi pada bekatul akan mempengaruhi kadar
protein pada biskuit, sedangkan Mutu fisik dari biskuit dilihat dari tekstur biskuit. Tekstur
biskuit tersebut berkaitan dengan kekerasan biskuit.Tingkat kekerasan biskuit bekatul
dipengaruhi kandungan serat bekatul, adanya serat akan mempengaruhi penyerapan air yang
dapat mengganggu proses gelatinisasi.
Karakteristik biskuit yang sesuai dengan standar seperti SNI maupun standar perusahaan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sanitasi, proses produksi hingga peran bahan
yang digunakan selama proses produksi. Berdasarkan SNI 2973:2011 (Badan Standarisasi
Nasional, 2011) tentang biskuit, secara umum biskuit mempunyai standar kadar air yang
rendah, yaitu maksimal 5%. Kadar air yang rendah membuat tekstur biskuit secara
keseluruhan menjadi renyah. Tekstur renyah juga dapat dihasilkan oleh penggunaan bahan
yang mengandung lemak. Di samping itu, penggunaan bahan yang mengandung lemak juga
dapat melembutkan dan menambah kelezatan dari produk biskuit (Astawan, 2009).
Syarat mutu biskuit yang berlaku secara umum di Indonesia yaitu berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI 01-2973- 1992 dan SNI 2973-2011), seperti pada tabel berikut :
Syarat Mutu Biskuit Berdasarkan SNI 01-2973-1992
Keterangan :
W adalah bobot sampel, dinyatakan dalam gram (g);
Wo adalah bobot labu kosong, dinyatakan dalam gram (g);
W1 adalah bobot labu lemak kosong dan lemak, dinyatakan dalam gram (g)
Uji Kadar Serat
Dimasukkan 2 g sampel kedalam labu Erlenmeyer 600 ml. Ditambahkan 50 ml H 2SO4
1,25% dan didihkan selama 30 menit ditambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan selama
30 menit. Didinginkan campuran dan diencerkan dengan air suling. Disaring dengan kertas
saring Whatman No.41, dicuci dengan H2SO4 1.25% yang telah dipanaskan dan dicuci
dengan aquades panas dan etanol 96%, dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui
beratnya dikeringkan kedalam oven pada suhu 105°C didinginkan dalam desikator dan
ditimbang sampai berat konstant dan dihitung kadar seratnya
Keterangan :
NPV = Net Present Value (rupiah)
Ct = Arus kas per tahun pada periode t
C0 = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (rupiah)
r = Suku bunga atau discount rate (%)
Internal Rate Of Return
Analisa ini biasanya digunakan untuk melihat tingkat kelayakan sebuah investasi, di
mana IRR bisa membantu investor dalam mengambil keputusan yang lebih tepat. Jika
nilai IRR lebih besar dari nilai discount factor, maka investasi tersebut layak untuk dijalankan
Payback Periode
Payback period ini banyak digunakan oleh para investor untuk bisa menentukan pengambilan
keputusan investasi, keputusan tersebutlah yang nantinya akan dijadikan sebagai penentu
investasi pada suatu proyek
PP = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun.
PP = pengembalian modal.
n = tahun terakhir saat jumlah besaran arus kas masih belum dapat menutup besaran investasi
semula.
a = jumlah besaran investasi semula.
b = besaran total kumulatif dari arus kas pada periode tahun ke – n.
c = besaran total kumulatif dari arus kas pada periode tahun ke – n.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Sari Safitri. 2017. Formulasi Cookies Sumber Protein Dengan Substitusi Tepung
Kecambah Kacang Tunggak (Kajian Daya Cerna Protein dan Karakteristik
Organoleptik)
Margaretha Ratna Yashinta, Catur Budi Handayani, Afriyanti. 2021. Karakteristik Kimia, Fisik
dan Organoleptik Cookies Tepung Mocaf Dengan Variasi Jenis dan Konsentrasi
Lemak. Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo, Jawa Tengah. Journal of Food and Agricultural Product Vol 1.
No.1 Tahun 2021
Paula Netti Ssihombing. 2019. Karakteristik Kimia-Fisika Kue Kering (Cookies) Dari
Penambahan PatiI Singkong (Manihot Esculenta) Tepung Terigu Dan Tepung Ampas
Susu Kedelai (Glycine max (L) Merril). Program Studi Kimia Ekstensi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeristas Sumatera Utara Medan
Putu Adiyasi Wulandari , I Ketut Suter , Nengah Kencana Putra , I Wayan Rai Widarta.
BEKATUL BERAS MERAH SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER
ANTIOKSIDAN
Staf Pengajar Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, KAJIAN SUBSTITUSI BEKATUL BERAS MERAH DAN BERAS
HITAM TERHADAP SIFAT SENSORIS DAN FISIKOKIMIA PADA PEMBUATAN
ROTI TAWAR
Tri Tenis Yunani. 2017. Substitusi Tepung Bekatul Beras Merah Terhadap Kadar Protein dan
Tingkat Kekerasan Biskuit. Program Studi Ilmu GiziDakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Susanto Dwi, 2011. KAJIAN SUBSTITUSI BEKATUL BERAS MERAH DAN BERAS
HITAM TERHADAP SIFAT SENSORIS DAN FISIKOKIMIA PADA PEMBUATAN
ROTI TAWAR. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Yohana Sugiarto. 2019. Pengaruh Aquafaba Berbahan Chickpeas (Cicer arietinum L.)dan
Kacang Kedelai (Glycine max L.) Sebagai Pengganti Putih Telur Terhadap Sifat
Fisikokimia dan Organoleptik Royal Icing Selama Penyimpanan. Program Studi
Teknologi Pangan Konsentrasi Nutrisi danTeknologi Kuliner Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katholik Soegijapranata Semarang