Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT

TENTANG PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN (COVID-19) DI DESA


SODONG KECAMATAN SAKETI KABUPATEN
PANDEGLANG

PROPOSAL PENELITIAN

DI SUSUN OLEH :

IIS NURLINA
20010094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA SERAMOE BARAT- MEULABOH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Corona virus adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat.Ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
RespiratorySyndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnyapada manusia.Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2.Virus corona merupakanzoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia).Sebuah Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.Adapun,
hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
(Kemenkes RI 2020).

Sejak kemunculannya Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia yang


tidak diketahui penyebabnya.Dalam 3 hari,pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44
pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data
epidemiologimenunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu
pasarseafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. (PDPI 2020).

World Health Organization (WHO), Pada Februari 2020 memberi nama virus baru
tersebut Severa acuterespiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama
penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Pada mulanya transmisi
virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia.
Jumlah kasus terus
bertambah seiring dengan waktu.Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi
oleh salah satu pasien.Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”.
Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke
manusia(Kemenkes RI 2020).

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari.Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.berdasarkan bukti ilmiah,
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin
(droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah
orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19 (Kemenkes RI 2020).

Saat ini sebanyak 29 negara mengonfirmasi terdapatnya kecurigaan serta


terkonfirmasi kasus COVID-19. Per-tanggal 13 Februari 2020, berdasarkan data
terakhir oleh Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas John
Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir menunjukkan total kasus lebih dari
60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien danperbaikan lebih dari
6.061 pasien. Saat ini data terus berubah seiringdengan waktu. Banyak kota di
Tiongkok dilakukan karantina. Kasus kasus yang ditemukan diluar Tiongkok sampai
tanggal 12 Februari 2020 tercatat sudah menyebar ke berbagai Negara di Dunia
(PDPI,2020).

Pada Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2


kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus
konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah dengan transmisi lokal di
Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang), Jawa
Barat (Kota Bandung, Kabupaten. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten.
Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Karawang), Jawa Timur (Kabupaten Malang,
Kabupaten Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta)
(Kemenkes RI ,2020).

Sementara itu data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten kasus
terkonfirmasi COVID-19 di Provinsi Banten berjumlah 122 kasus positif, 94 orang
dirawat, 10 orang sembuh, dan 18 orang meninggal. Sedangkan orang dalam
pemantauan (ODP) berjumlah 3210 orang, 2705 orang masih dipantau, 505 orang
dinyatakan sembuh. Untuk pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 444 orang, 380
orang masih dirawat, 39 sembuh, dan 25 orang meninggal (Bantenprov.go.id 2020).

Dari data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang kasus
terkonfirmasi COVID-19 di Kabupaten Pandeglang berjumlah 0 orang. Sedangkan
untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Kabupaten Pandeglang berjumlah 685
orang, masih dipantau 601 orang, sembuh 84 orang. Untuk Pasien Dalam Pengawasan
( PDP ) di Kabupaten Pandeglang berjumlah 11 orang dengan masih dirawat 5 orang,
sembuh 6 orang (Bantenprov.go.id 2020).

Sejak bulan Desember 2011 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35 kecamatan dan
339 desa/kelurahan dengan 4 (empat) tambahan desa, yaitu

Bojenwetan, Ganggaeng, Simpangtiga dan Ramaya. Untuk jumlah penduduk di


Kabupaten Pandeglang sampai tahun 2020 berjumlah 1.211.909 jiwa. Termasuk
Kecamatan Saketi di dalamnya dengan jumlah Desa/Kelurahan sebanyak 14 Desa, dan
jumlah penduduk 45.588 jiwa. Selain itu penduduk atau warga masyarakat di
Kabupaten Pandeglang banyak yang berdomisili bekerja di daerah Cikande,Tangerang
dan Jakarta. Dan para pekerja ini biasanya meluangkan waktu untuk pulang ke tempat
asalnya setidaknya 1x seminggu.
Dari studi pendahuluan di Desa Sodong Kecamatan Saketi mewawancarai 10
responden didapatkan hasil bahwa 6 orang warga masyarakat mengatakan bahwa
mereka belum mengetahui secara jelas tentang bagaimana penyebaran dan pencegahan
virus Covid – 19 dan 4 orang warga masyarakatlainnya mengatakan bahwa mereka
mengetahui beberapa hal tentang penyebaran dan pencegahan virus Covid – 19 yang
sudah mewabah sekarang ini.. Pihak instansi kesehatan setempat juga sudah
mensosialisasikan tentang pencegahan virus Covid – 19 tetapi belum menyeluruh pada
semua warga masyarakat .selain itu masih banyak warga masyarakat yang masih
tidak memakai masker dan menjaga jarak saat berada dikeramaian umum. Dan oleh
karena itu peneliti ingin meneliti mengenai hubungan pengetahuan dan sikap
masyarakat tentang pencegahan virus Covid – 19 pada warga masyarakat Kampong
Sodong, Desa Sodong, Kecamatan Saketi, Pandeglang .

B. Rumusan Masalah
Dikarenakan semakin tingginya kasus COVID-19 atau Coronavirus di Indonesia
ataupun di beberapa Daerah Provinsi dan Kabupaten yang menyebabkan kenaikan
angka yang cukup tinggi setiap harinya, hal ini dikarenakan masyarakat yang masih
banyak menyepelekan atau menggampangkan terkait penyebaran dan

masalah yang terjadi dari Coronavirus ini. Selain itu masih banyak masyarakat yang
berpergian dan beraktivitas diluar rumah tanpa menghiraukan kesehatan dirinya sendiri.

Di Provinsi Banten sendiri kasus terkonfirmasi COVID-19 berjumlah 122 kasus positif,
94 orang dirawat, 10 orang sembuh, dan 18 orang meninggal. Sedangkan orang dalam
pemantauan (ODP) berjumlah 3210 orang, 2705 orang masih dipantau, 505 orang
dinyatakan sembuh(Bantenprov.go.id 2020).

Sementara itu Di Kabupaten Pandeglang kasus terkonfirmasi COVID-19 berjumlah 0


orang. Sedangkan untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Kabupaten Pandeglang
berjumlah 685 orang , masih dipantau 601 orang, sembuh 84 orang(Bantenprov.go.id
2020).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut “Apakah ada hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat tentang
pencegahan virus Covid – 19 di Kampung Sodong Desa Sodong Kecamatan Saketi
Pandeglang tahun 2021 ?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada hubungan pengetahuan dengan
sikap masyarakat tentang pencegahan virus Covid – 19 di Kampung Sodong Desa
Sodong Kecamatan Saketi Pandeglang tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
penyebaran virus corona .
b. Mengetahui gambaran sikap masyarakat tentang pencegahan dan penyebaran
virus corona .
c. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap masayarakat tentang
pencegahan dan penyebaran virus corona .

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Stikes Medika Seramoe Barat
Sebagai sumber bacaan, ilmu pengetahuan dan masukan dari hasil penelitian
hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan virus Covid –
19.Serta sebagai pendokumentasian hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.
2. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai pengetahuan baru untuk
masyarakat mengenai penyebaran dan pencegahan virus Covid-19 di Kampung
Sodong Desa Sodong Kecamatan Saketi Pandeglang.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi, dan wawasan untuk peneliti sehingga
mendapatkan lebih banyak pengetahuan mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap masyarakat tentang pencegahan virus Covid – 19 di Kampung Sodong Desa
Sodong Kecamatan Saketi Pandeglang .

4. Ruang Lingkup
Penelitian ini meneliti tentang hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat
tentang pencegahan virus Covid – 19 di Kampung Sodong Desa Sodong Kecamatan
Saketi Pandeglang .Objek penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di
Kampong Sodong, Desa Sodong, Kecamatan Saketi. . Penelitian ini akan dilakukan
dari bulan oktober 2021 dan dilakukan di Kampung Sodong, Desa Sodong,
Kecamatan Saketi . Penelitian ini dilakukan

karena masih banyaknya masyarakat yang kurang pengetahuan tentang pencegahan


virus Covid – 19. Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode
analitik dengan pendekatan asosiatif yang mengkategorikan kepada variable dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan
Notoatmodjo (2014) juga menjelaskan bahwasannya pengetahuan adalah hal yang
diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau
kesehatan, missal :tentang penyakit (penyebab,cara penularan, dan cara
pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga
berencana,dan lain sebagainya.

Pengetahuan adalah pemahaman teoritis dan praktis yang dimiliki oleh


manusia.Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat penting bagi intelegensia
orang tersebut. Pengetahuan dapat disimpan dalam buku, teknologi, praktik dan
tradisi. pengetahuan tersebut dapat mengalami transformasi jika dipakai
sebagaimana mestinya. Penegetahuan sendiri berperan penting terhadap
kehidupan dan perkembangan individu, masyarakat, atau organisasi (Timotius ,
2017).

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif (Notoatmojo, 2012) terbagi
dalam 6 tingkat, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling trendah karena tingkat ini
hanya mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara b\ar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Mereka yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada suatu situasi atau kondisi real (kondisi sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pengetahuan


Menurut (Timotius, 2017) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor internal :
1) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat
yang cukup bagi seseorang sangatlah

mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang


diinginkan.
2) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi
dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
3) Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau
mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.

b. Faktor eksternal :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.
2) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan
status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
3) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki

pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari
berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal
negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah
seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara
berfikirnya.

4. Cara Mengukur Pengetahuan


Menurut (Notoatmodjo, 2014) pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur
berdasarkan jenis penelitiannya,kuantitatif atau kualitatif :
a. Penelitian Kuantitatif
Pada umum nya mencari jawaban atas kejadian/fenomena yang menyangkut
berapa banyak,berapa sering,berapa lama,dan sebagainya,maka biasanya
menggunakan metode wawancara dan angket.
Wawancara tertutup dan wawancara terbuka,dengan menggunakan instrument
(alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah
wawancara dengan jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah
tersedia dalam opsi jawaban,responden tinggal memilih jawaban yang
dianggap mereka paling benar atau paling tepat. Sedangkan wawancara
terbuka,yaitu pertanyaan–pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, dan
responden boleh

1) menjawab sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri.


2) Angket tertutup atau terbuka. Seperti hal nya wawancara, angket juga
dalam bentuk tertutup dan terbuka.Instrumen atau alat ukurnyas eperti
wawancara,hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan.metode
pengukuran melalui angket ini sering disebut “self administered”, atau
metode mengisi sendiri.

b. Penelitian Kualitatif
Penelitiankualitatifbertujuanuntukmenjawabbagaimanasuatufenomena itu
terjadi ataumengapa terjadi.Misalnya penelitian kesehatan tentang demam
berdarah di suatukomunitastertentu. Metode pengukuran pengetahuan dalam
penelitian kualitatif antara lain:
1) Wawancara Mendalam
Mengukur variabel pengetahuan dengan metode wawamcara mendalam, adalah
peneliti mengajukan suatu pertanyaan sebagai pembuka,yang akan membuat
responden menjawab sebanyak–banyaknya dari pertanyaan tersebut. Jawaban
responden akan diikuti pertanyaan selanjutnya dan terus menerus sehingga
diperoleh informasi dari responden dengan sejelas–jelasnya.
2) Diskusi Kelompok Terfokus ( DKT )
Diskusi kelompok terfokus atau “Focus group discussion”dalam menggali
informasidari beberapa orang responden sekaligus dalam kelompok. Peneliti
mengajukan pertanyaan yang akan memperoleh jawaban yang berbeda dari
semua responden dalam kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi
kelompok terfokus sebenarnya tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu
sedikit antar 6–10 orang (Notoatmodjo, 2014).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto dengan judul Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat Di MI
Sulaimaniyah Mojoagung Jombang didapatkan adanya hubungan antara
pengetahuan dan sikap responden dengan perilaku pemilihan jajanan sehat di
MI Sulaimaniyah Jombang (Febriyanto, 2016).

Dari penelitian yang dilakukan oleh dengan judul Hubungan Pengetahuan,


Sikap, dan Perilaku Personal Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi
SMPN 1 Kota Padang dan SMPN 23 Padang didapatkan adanya hubungan
pengetahuan dan sikap dengan gejala vaginitis di SMPN 23 Padang, sedangkan
di SMPN 1 Kota Padang tidak terdapat adanya hubungan pengetahuan dan sikap
dengan gejala vaginitis (Khatib, Adnani, and Sahputra, 2019).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari dengan judul Hubungan


Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Seksual pada Siswa di SMK Patria
didapatkan adanya hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku seksual
pada Siswa di SMK Patria.(Kumalasari, 2014).

B. Konsep Sikap
1. Definisi Sikap
Menurut Notoatmodojo, (2010) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap yang dimiliki setiap
individu merupakan sikap yang utuh karena dibentuk oleh karakteristik dan
komponen pokok.Karakteristik terdiri dari selalu ada objeknya, bersifat
evaluative, relative mantap, dan dapat diubah. Sedangkan

komponen pokok sendiri terdiri dari kepercayaan, kehidupan emosional serta


kecenderungan untuk bertindak
Tingkatan dari sikap yaitu:
a. Menerima bahwa individu mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan
b. Merespon bahwa individu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai bahwa individu mengajak individu lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan terhadap suatu masalah
d. Bertanggung jawab individu atas segala sesuatu yang telah dipilih indiidu
tersebut dengan segala resiko.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut penelitian yang dilakukan


oleh Notoatmodjo (2010) :
a. Pengalaman pribadi, untuk dasar pembentukan sikap maka pengalaman
tersebut harus meninggalkan kesan yang kuat sehingga akan terbentuk dan
ditambah dengan faktor emosional serta penghayatan akan lebih mendalam
dan lebih lama berbekas.
b. Kebudayaan, dapat menekankan pengaruh lingkungan dalam membentuk
kepribadian seseorang.

c. Individu lain yang dianggap penting karena kecenderungan ini dimotivasi


oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan individu yang dianggap
penting tersebut.
d. Media massa, merupakan sarana komunikasi yang dapat mempengaruhi
dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang cukup
kuat akan memberikan dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Institusi pendidikan dan agama, mempunyai pengaruh kuat dalam


pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan
konsep moral dalam setiap individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Emosi dalam diri, merupakan sikap dari penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Namun hal ini bersifat
sementara karena didasari dengan faktor emosional adalah prasangka.

3. Cara Mengukur Sikap


Menurut Notoatmodjo, (2014), pengukuran sikap dapat dilakukan
berdasarkan jenis atau metode penelitian yang digunakan.
1. Kuantitatif
Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif,digunakan dengan dua cara
Seperti pengukuran pengetahuan,yakni:
a. Wawancara
Metode wawancara untuk pengukuran sikap sama dengan pengukuran
pengetahuan, bedanyapada substansi pertanyaannya saja. Jika pada
pengukuran pengetahuan pertanyaannya menggali jawaban yang diketahui
oleh responden, sedangkan pengukuran sikap pertanyaannya menggali
pendapat atau penilaian responden terhadap objek.

b. Angket
Demikian pengukuran sikap menggunakan metode angket,juga menggali
pendapat ataupenilaian responden terhadap objek kesehatan melalui
pertanyaan dan jawaban tertulis.

2. Kualitatif
a. Pengukuran sikapdenganmetode kualitatif,substansi pertanyaannya sama
dengan pertanyaan pada metode penelitian kuantitatif, yaitu wawancara
mendalam dan Diskusi Kelompok Terfokus (DKT). Dalam wawancara
mendalam dandiskusi kelompokterfokusyakni seperti pertanyaan dalam
metode penelitian kuantitatifuntuk sikap, tetapi pertanyaannya bersifat
menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek (Notoatmodjo,
2014 ).
b. Penelitian yang dilakukan oleh Susiloningtyas didalam Embrio Jurnal
Kebidanan yang berjudul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Dismenore Dengan Sikap Penanganan Dismenore didapatkan adanya
hubungan pengetahuan remaja putri tentang Dismenore dengan sikap
penanganan Dismenore(Susiloningtyas, 2018).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Zettira yang berjudul Hubungan Sikap


Mahasiswa Terhadap Penelitian Dengan Motivasi Dalam Menyelesaikan
Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung didapatkan adanya hubungan antara sikap mahasiswa terhadap
penelitian dengan motivasi dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.(Zettira, 2018)

d. Penelitian yang dilakukan yang berjudul Hubungan Pengetahuan Sikap dan


Perilaku Terhadap Self Medication Penggunaan Obat Analgesik Bebas di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada” didapatkan hasil adanya
hubungan antara sikap mahasiswa keperawatan terhadap Self Medication
penggunaan obat Analgesik bebas di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Husada tahun 2018 (Kardewi, 2018).

C. Corona Virus Disease 19 (Covid-19)

1. Definisi Corona Virus Disease (Covid-19)


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat.Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
RespiratorySyndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnyapada manusia (PDPI, 2020).

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektifdapat diinaktifkan


oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30
menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing
agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
(PDPI 2020).

2. Manifestasi Klinis Coronavirus (Covid-19)

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.Gejala


klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia,
gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari
pasien timbul sesak dalam satu minggu.Pada kasus berat perburukan secara
cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.
(PDPI 2020).

3. Penyebaran dan Pencegahan Penularan Coronavirus (Covid-19)

Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat,
lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan
partikel airborne.Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter
>5um.Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke
permukaan mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak
akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi
droplet dari saluran napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan
invasif prosedur respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba
trakea.(PDPI 2020).

4. Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Covid-19


Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID- Cara terbaik
untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus
penyebab.Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik
kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
masyarakat :
a. Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
c. belum dicuci. Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang
sakit.Saat anda sakit gunakan masker medis.
d. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
f. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bersihkan dan lakukan
disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.

5. Penatalaksanaan Penyebaran Covid-19


Pada saat pasien pertamakali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau isolasi
rumah sakit untuk kasus yang ringan.Pada kasus yang ringan mungkin tidak
perlu perawatan dirumah sakit, kecuali ada kemungkinan perburukan cepat
(PDPI 2020).

Beberapa upaya pencegahan dan control infeksi perlu diterapkan prinsip-prinsip


yaitu hand hygiene,penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak
langsung dengan pasien (darah,cairan tubuh,sekret termasuk secret per
nafasan,dan kulit tidak intak),pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam
,managemen limbah medis,pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta
pembersihan lingkunganRS (PDPI 2020).

a. Tata Kelola Rapid Test dan Pemeriksaan Laboratorium Covid-19 menurut


(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 2020).

1. Kelompok OTG
Kelompok pertama merupakan orang yang tidak memiliki gejala , namun
memiliki riwayat kontak erat dengan orang yang positif Covid-19 atau di
sebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Kelompok ini akan melalui
pemeriksaan RT antibodi jika pemeriksaan pertama menunjukan hasil :
a). Negatif , tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS danphysical distancing; pemeriksaan ulang pada
hari ke10.Jika hasil pemeriksaan ulang positif,maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan RTPCR sebanyak 2 kali selama2 hari berturut-
turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaanRT PCR.
b). Positif, tatalaksana selanjutny aadalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga
akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RTPCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut-turut,apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT
PCR.

2. Kelompok ODP
Kelompok kedua merupakan orangyang terklasifikasi sebagai Orang
Dalam Pemantauan (ODP).Kelompokini akan melalui pemeriksaan RT
antibody dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil:
a). Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada
hari ke 10.Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak2 kali selama 2 hari berturut-
turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
b). Positif,tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri dirumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini
juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2
kaliselama 2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan
RT PCR.
3. Kelompok PDP
Kelompok ketiga merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Pasien
Dalam Pengawasan (PDP).Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT
antibody dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil:
a) Negatif,tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri rumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada
hari ke10.Jika hasil pemeriksaan ulang positif ,maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut.Apabila mengalami

perburukan gejala, lakukan perawatan di RS.


b). Positif,tatalaksana selanjutnya adalahisolasi diridi rumah(gejala ringan),
isolasi diRS darurat (gejala sedang),atau isolasi di RS rujukan (gejala
berat) Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT
PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut.

b. Tata Kelola Pasien Covid 19 Di Rumah Sakit Menurut (Gugus Tugas


Percepatan Penanganan Covid 19 2020)

1. Tatalaksana Pengobatan Pasien Covid 19.


Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibody positif yang dirawat di
Rumah Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil
pemeriksaanspesifik terbukti negatif:
a) Antibiotik Empiris
1) Azitromicin 1x 500 mg selama 5-7 hari atau
2) Levofloxacin 1x 750 mg selama 7 hari
b) Antivirus
c) Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
d) Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan
kondisi berat
e) Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
f) Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
g) Obat – obat lain sesuai penyakit penyerta

2. Indikasi Pasien Yang Memerlukan Ventilator Mekanik.


Pada prinsipnya seluruh pasien yang masuk di Rumah Sakit Rujukan
adalah PDP yang memenuhi kriteria salah satu sebagai berikut:
Gagal nafas berdasarkan pemeriksaan Analisa Gas Darah

a) Apabila Analisa Gas Darah tidak bisa dilakukan, saturasi Oksigen <
90%
b) Penurunan Kesadaran
c) Adanya tanda – tanda sepsis

3. Syarat Pemulangan Pasien Covid 19.


Pasien yang dirawat dengan diagnose infeksi COVID-19 dapat
dipulangkan apabila hasil pemeriksaan PCR negative 2 kali berturut-turut
dalam selang waktu 2 hari.Apabila tidak tersedia pemeriksaan PCR maka
pemulangan pasien COVID-19 didasari oleh:
a) Klinis perbaikan tanpa oksigen dan radiologis perbaikan
b) Perbaikan klinis dengan saturasi oksigen lebih dari 95%

Anda mungkin juga menyukai