A.Latar Belakang
2. Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA.
Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu
lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu
(hamil, melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis.
Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang tidak
mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi tentu saja
mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah
tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan
terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu
yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas,
sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus
bertambah besar.
3. Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu
(hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan
dirinya pra kehamilan hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang
meninggal saat melahirkan karena penyakit yang baru diketahui ketika akan
melahirkan.
5. Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi
ibu di perdesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun
beranak, bukan dengan bantuan petugas medis yang telah disediakan. Ada pula
tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas ditempatkan dalam suatu
tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.
b. Diare
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara
berkembang, termasuk indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah
satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pernafasan. Angka
kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka
kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45% (solaiman, EJ, 2001).
Sementara itu, pada survei morbiditas yang dilakukan oleh depkes tahun
2001, menemukan angka kejadian diare di indonesia adalah berkisar 200-
374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan angka kematian akibat diare pada
balita adalah 75 per 100.000 balita.
Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000
penduduk, dimana 60-70% diantaranya anak-anak usia dibawah 5 tahun.
Penyakit diare ini adalah penyakit yang multi faktoral, dimana dapat
muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang
serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh karena itu,
keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap setiap
anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian larutan oralit dan
cairan rumah tanggapada anak yang menderita diare.
Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas
untuk menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata
dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan karena diare.
c. Berat Badan Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature
dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang
banyak BBLR karena IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia,
malaria dan menderita penyakit menular seksual(PMS) sebelum konsepsi
atau saat kehamilan.
d. Afiksia (Kesulitan Bernafas saat Lahir)
Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Pernafasan spotan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan dan pertukaran gas tau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
e. Masalah nutrisi dan infeksi
Infeksi neonatus sering dijumpai sebagai gangguan neonatus dimana di
Indonesia merupakan masalah yang gawat. Infeksi neonatus adalah
penyakit pada bayi baru lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, bayi-bayi
yang terkena infeksi menunjukan dengan kriteria-kriteria diagnosis. Infeksi
neonatus merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-
bayi baru lahir. Infeksi pada neonatus merupakan salah satu penyebab
tertinggi terhadap terjadinya morbiditas dan mortalitas selama periode ini.
Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir
terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan.
f. DHF
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala
klinis DHF (dengue hemoragic fever) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu
derajat I ditandai adanya panas 2-7 hari dengan gejala umumnya tidak khas,
tetapi uji tourniquet positif; derajat II sama seperti derajat I, tetapi sudah
ada tanda-tanda perdarahan spontan, seperti petekie, ekimosa, epitaksis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi, telinga, dan lain-lain; derajat III
ditandai adanya kegagalan dalam peredaran darah, seperti adanya nadi
lemah dan cepat serta tekanan darah menurun; dan derajat IV ditandai
adanya nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, akral dingin,
berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-kadang dijumpai gejala seperti
pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda ensefalopati, seperti
kejang, gelisah, sopor, dan koma.
g. Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan
tenggorokan. Bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada
trakea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan,
dan sinus ke paru. Gejala bronkitis umumnya diawali dengan batuk pilek,
akan tetapi jika infeksi ini telah menyebar ke bronkus, maka batuknya akan
bertambah parah dan bertambah sifatnya.
h. Kejang demam
Merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan
suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan – 4
tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi
16 jam setelah timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah anak akan
menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota badannya akan brgetar
dengan hebat.
Kejang demam sering terjadi pada anak di bawah usia satu tahun samai
awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia ini otak anak
sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar sepuluh
persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. Pada usia lima
tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap
kejang demam
i. Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus,
yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubinemia
yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva kulit dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus,
yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi
yang mengalami bilirubinemia memiliki ciri sebagai berikut: adanya ikterus
tejadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10
mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada
neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang
bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang
disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernapasan dan lain-lain.
j. Tetanus neonatorum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh
adanya infeksi melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium
tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada
keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena
tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit
ini antara 5-14 hari.
D. Sumber Data Mortalitas
Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai
macam sumber, antara lain :
1. sistem registrasi vital
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data
kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat
segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada
sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem
registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya
meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan
demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik
dari sistem registrasi vital.
2. sensus atau survei penduduk
sensus atau survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan
untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian.
Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian
kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini
diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian:
a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data)
Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada
responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu
tertentu.Apabila ada tidaknya kematian tersebut dibatasi selama satu tahun
terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan, data kematian yang
diperoleh dikenal sebagai ‘Current mortality Data’.
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan
tentang ‘Survivorship’ golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu,
ayah dan sebagainya.Dalam kenyataan data ini mempunyai kualitas lebih
baik dibandingkan dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data
kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk
tidak langsung dan biasanya yaitu data ‘Survivorship’ anak. Selain sumber
data di atas, data kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu
tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman,
kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
A. Kesimpulan
1. Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau
kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang
jauh lebih kompleks
2. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna
pneumania, 23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit tidak
memeperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak
terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diarre.
3. Sumber data kematian dapat diperoleh dari sistem registrasi vital dan sensus
atau survei penduduk.
4. Pengukuran tingkat kesakitan ada 3 yakni insidensi, prevelensi dan
attack rate. Sedangkan pada mortalitas yaitu angka kematian Ibu, angka
kematian bayi, angka kematian kasar, angka kematian karena penyakit tertentu,
angka kematian pada golongan umur tertentu, angka kematian karena penyakit
tertentu dan angka kematian neonatal.
5. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan
dengan negara lain di kawasan ASEAN.
6. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes
telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal
per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.
7. Upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak di
dindonesia diantaranya Program Imunisasi Jaminan Persalinan
(JAMPERSAL), Kebijakan ASI Eksklusif, Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Meningkatkan Kualitas Perawat atau Pelayanan Kesehatan
dan Program Sistem Penjaminan Biaya Pelayanan Medik
B. Saran
Di Indonesia masih banyak bayi yang mengalami kesakitan dan kematian
karena salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah sosial ekonomi dan di
indonesia masih banyak orang indonesia yang menderita kemiskinan apalagi yang
terletak di bagian terpencil, oleh karena itu untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas pada bayi dan balita seharusnya dilakukan penambahan lapangan kerja
sehingga masyarakat di indonesia mudah dalam mencari lapangan pekerjaan, dan
apabila lapangan pekerjaan sudah dapat maka status ekonomi mereka pun akan naik
sehingga jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia akan berkurang. Dengan demikian
mereka akan mampu membiayai kehidupan mereka dan mereka akan mampu memberi
gizi yang baik kepada anggota keluarga mereka atau pada bayi dan balita sehingga bayi
dan balita di Indonesia yang mengalami morbiditas dan mortalitas akan berkurang.