Anda di halaman 1dari 30

PERAN PERAWAT DALAM MENGATASI KANKER SERVIKS

PADA WANITA

Disusun oleh :

Ilmu Keperawatan A’2017

1. Alya Nisrinavira (011711004)


2. Amalia Usman (011711006)
3. Annisa Nur Cholifah (011711009)
4. Ayu Indra Ruhmana (011711012)
5. Gita Octavia Azzahra (011711022)
6. Helena Febriani (011711024)
7. Nurzahra Jafathin Nisa (011711036)
8. Ramda Arif Syahputra (011711040)
9. Rindang Nur Elfridaty (011711042)
10. Siti Maeda (011711047)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

JL. KALIBATA RAYA NO. 25-30 JAKARTA TIMUR

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

salah satu tugas mata kuliah Academic Writing. Makalah ini membahas tentang

Peran Perawat Dalam Mengatasi Kanker Serviks Pada Wanita.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Erika Lubis, SKp,MN. selaku dosen mata kuliah Academic Writing.

2. Seluruh rekan mahasiswa prodi keperawatan tahun 2017 yang selalu

memberi dukungan dan masukan pada pembuatan makalah ini.

Penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan

masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi,

materi maupun metode penulisan dan sebagainya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan

sebgaimana mestinya.

Jakarta, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

1.2.1. Tujuan Umum .........................................................................................2

1.2.2. Tujuan Khusus ........................................................................................2

1.3. Sistematika Penulisan .......................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................4

2.1. Definisi ..............................................................................................................4

2.2. Etiologi ..............................................................................................................4

2.3. Faktor Risiko .....................................................................................................5

2.4. Manisfestasi Klinis ............................................................................................6

2.5. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................7

2.6. Stadium Kanker .................................................................................................9

2.7. Pengobatan ......................................................................................................10

2.8. Pencegahan ......................................................................................................12

ii
2.9. Peran Perawat ..................................................................................................14

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................17

3.1. Definisi Perawat .............................................................................................17

3.2. Peran Perawat ..................................................................................................17

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................21

4.1. Kesimpulan .....................................................................................................21

4.2. Saran ...............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,

sosial, yang utuh dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem

reproduksi. Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita sangat penting

karena terdapat organ yang kompleks sehingga dapat timbul bermacam

penyakit yang berbahaya seperti kanker serviks, kista, maupun penyakit

menular seksual (Prawiroharjo dalam Gustiana, Dewi dan Nurchayati, 2014).

Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel

pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang

jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya. Salah satu penyakit

yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita yaitu kanker

serviks yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia (Dirjen

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009).

WHO menjelaskan bahwa kanker serviks berada di urutan ke-4

penyebab kanker wanita di dunia dengan rentang usia 15 – 44 tahun.

Terdapat lebih dari 528.000 kasus baru dan 266.000 kasus kematian diseluruh

dunia (WHO, 2014). Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan pertama

dari 10 kanker terbanyak dan telah dibuktikan dalam 13 labarotorium

patologi anatomi di Indonesia. Penderita 90,2% terjadi pada wanita usia

1
2

subur dengan usia 30-55 tahun sebesar 14.000 orang, dengan jumlah

penduduk lebih dari 5.925.639 (Kemenkes, 2015). Jumlah penderita kanker

serviks di DKI Jakarta dengan kasus IVA positif sebanyak 4.799 dan

dicurigai terkena kanker serviks sebanyak 269 orang (Kemenkes, 2016).

Dari data diatas masih tingginya penyakit kanker serviks disebabkan karena

kurangnya kesadaran wanita terutama yang sudah menikah dan melakukan

hubungan seksual, serta deteksi dini masih rendah oleh masyarakat.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Academic Writing dan mahasiswa diharapkan dapat

memahami peran perawat dalam masalah kanker serviks pada wanita.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :

a. Mahasiswa dapat memahami pengertian kanker serviks.

b. Mahasiswa dapat memahami etiologi kanker seviks.

c. Mahasiswa dapat memahami faktor risiko kanker serviks.

d. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis kanker serviks.

e. Mahasiswa dapat memahami faktor penunjang kanker serviks.

f. Mahasiswa dapat memahami stadium kanker serviks.

g. Mahasiswa dapat memahami pengobatan kanker serviks.

h. Mahasiswa dapat memahami pencegahan kanker serviks.

i. Mahasiswa dapat memahami peran perawat pada kanker serviks.


3

1.3. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Tinjauan teori

BAB III : Pembahasan

BAB IV : Penutup
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah

sejenis kanker disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang

menyerang leher rahim (Wikipedia, 2017). Kanker serviks merupakan kanker

primer serviks yang berasal dari metaplasia epitel di daerah Sambungan

Skuamo Kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa

kanalis (Andrijono 2010 dalam Aziyah, Sumarni & Ngadiyono, 2017).

Kanker serviks adalah sel kanker yang tumbuh pada serviks terletak

diantara pintu masuk rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Penyakit

kanker serviks dapat menimbulkan kematian terbanyak terutama di negara

berkembang (Diananda 2013 dalam Kristiana & Suharyani, 2017).

Dapat disimpulkan bahwa kanker serviks merupakan perubahan sel

kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita terutama bagian serviks,

yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) dan dapat

menimbulkan kematian.

2.2. Etiologi

Penyebab utama dari kanker serviks adalah Human Papiloma Virus

(HPV). Virus ini masuk ketubuh melalui permukaan kulit, alat kelamin dan

tenggorokan. Infeksi HPV biasanya terlihat dalam bentuk kutil (papilloma).

4
5

Tipe HPV yang sering menimbulkan kutil (papilloma) di alat

kelamin antara lain HPV 6 dan HPV 11, tetapi kedua tipe ini beresiko rendah

untuk menjadi kanker. Tipe HPV yang beresiko tinggi diantaranya HPV 16,

HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45. Selain kanker serviks, virus HPV

juga dapat menyebabkan kanker vulva dan vagina. Kejadian infeksi menular

seksual dapat meningkatkan resiko kanker serviks, hal ini disebabkan oleh

Human Papilloma Virus (HPV) yang bisa ikut ditularkan bersamaan dengan

penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi hubungan kelamin (American

Cancer Society, 2012).

Infeksi HPV dapat berkembang menjadi Neoplasia Intraepitel

Serviks (NIS). Seorang wanita dengan aktivitas seksual yang aktif dapat

terinfeksi oleh HPV dengan risiko tinggi sebesar 80% dan akan berkembang

menjadi NIS. Sisanya 20% terjadi infeksi secara terus menerus dan virus

tidak menghilang. Nama virus yang berperan adalah cytotoxic T-cell (Rasjidi,

2010).

2.3. Faktor Risiko

Faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks antara lain:

1. Usia

Usia pernikahan yang kurang dari 20 tahun beresiko 6-7 kali terinfeksi

kanker serviks dibandingkan dengan umur yang lebih dari 20 tahun

(Yuniar, I.dkk 2012 dalam Aziyah, Sumarni & Ngadiyono, 2017).


6

2. Kontrasepsi

Kontrasepsi paling banyak digunakan metode kontrasepsi suntik selama 3

bulan dan kontrasepsi hormonal yang berhubungan dengan kejadian

kanker serviks (Suryaptrama 2010 dalam Aziyah, Sumarni & Ngadiyono,

2017).

3. Merokok

Tembakau mengandung bahan bahan karsinogen, baik yang

dihisap sebagai rokok atau sigaret dikunyah. Asap rokok menghasilkan

polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang banyak bahan

karsinogen dan mutagen, bila dikunyah menghasilkan metrosamine. Jenis

kanker dapat timbul sehubungan dengan pemakaian tembakau. Bahan-

bahan tembakau dapat menyebabkan kerusakan pada serviks, karena

tembakau yang dihisap masuk ke dalam getah seviks dan menjadi ko

karsinogen infeksi virus dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks

(Ramli, dkk, 2014).

4. Riwayat keluarga

Penyakit kanker serviks dapat diwariskan dari keluarga. Bila ibu

atau saudara perempuan memiliki riwayat kanker serviks maka

kemungkinan akan beresiko terkena penyakit kanker serviks. Resiko ini

karena kurangnya informasi serta pengetahuan dalam mengatasi kanker

serviks (Susiyanto, 2013).

2.4. Manifestasi Klinis

Gejala umum yang muncul mencakup perdarahan vaginal (cairan,

mukoid, dan berbau hingga purulen). Perempuan yang mengalami tanda-


7

tanda nyeri punggung yang menjalar hingga ekstremitas bawah juga perlu

diwaspadai. Berikut beberapa gejala lainnya yang dikeluhkan oleh penderita

kanker serviks, yaitu:

1. Pendarahan abnormal

Perdarahan abnormal dapat terjadi setelah berhubungan seksual,

perdarahan setelah menopause, perdarahan atau flek (spotting) diantara

waktu menstruasi atau lebih lama dari biasanya.

2. Keputihan abnormal dari vagina

Keputihan dapat terjadi sebelum menstruasi dengan bercampur darah yang

abnormal.

3. Nyeri saat berhubungan seksual

Hubungan seksual yang menyebabkan nyeri di pihak perempuan perlu

dicurigai sebagai gejala kanker serviks.

Ketiga keluhan diatas dapat dialami meskipun tidak menderita kanker

seviks. Sebagai pencengahan, segera periksakan diri jika terjadi gejala diatas.

Melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun secara rutin akan lebih baik

lagi sebagai tindakan untuk mendeteksi kanker seviks lebih dini (Handayani,

dkk, 2012).

2.5. Pemeriksaan penunjang

Salah satu penyebab tingginya kematian akibat kanker serviks

ditemukan setelah masuk stadium invasif dan menyebar anggota tubuh lain.

Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker

serviks, antara lain :


8

1. Pap Smear

Pap smear adalah pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi sel

serviks atau mulut rahim dari sel normal menuju jumlah yang tergolong

kategori ganas. Metode ini merupakan cara yang paling cepat dan efektif

dalam mendeteksi kanker serviks. Kemampuan mendeteksi kanker

serviksnya sampai 90% - 95% (Susiyanto, 2013).

2. Inspeksi Visual Asetat (IVA)

Pemeriksaan kanker serviks dengan cara mengamati serviks yang

diolesi asam asetat 3-5% di permukaan porsio. jika positif maka akan

menimbulkan gambaran acetowhite (bercak putih). Tujuannya untuk

melihat adanya sel yang mengalami pertumbuhan awal kanker serviks

(Rasjidi, 2010).

3. Kolposkopi

Kolposkopi merupakan metode pemeriksaan serviks dengan

menggunakan alat yang disebut kolposkop dengan pencahayaan dan

pembesaran yang cukup. Objek pemeriksaan kolposkopi yang utama

adalah serviks, tetapi dapat diperluas sampai vulva dan vagina. Tujuan

awal pemeriksaan kolposkopi adalah mendeteksi secara dini kanker

serviks, karena perubahan permukaan epitel dan pola vaskularisasi serviks

akan lebih jelas terlihat pada pemeriksaan kolposkopi (Utama H., 2010).

4. Skrining

Skrining memilki arti yang sama dengan deteksi dini atau

pencegahan sekunder, yaitu pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada


9

orang yang belum menunjukan adanya gejala penyakit untuk menemukan

penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium praklinik

(Rasjidi, 2010).

2.6. Stadium

Kanker serviks terdiri dari 4 stadium, yaitu : (Utama H., 2010)

1. Stadium I: Karsinoma masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus.

a. Stadium IA: Invasi hanya dapat didiagnosis secara mikroskopis.

Kedalam invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebar lesi tidak

lebih dari 7mm.

b. Stadium IB: Lesi terbatas di serviks dan besar lesi secara klinis tidak

lebih dari 4cm .

2. Stadium II: Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah

atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

a. Stadium IIA: Menyebar melawati serviks, termasuk 2/3 atas vagina

tetapi tidak termasuk jaringan uterus.

b. Stadium IIB: Menyebar sampai serviks, sudah menginvasi

parametrium tapi belum mencapai dinding pelvis.

3. Stadium III : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan ke

panggul. Hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal termasuk dalam

stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

a. Stadium IIIA: Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi

parametrium belum mencapai panggul.


10

b. Stadium IIIB: Perluasan sampai dinding panggul atau adanya

hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal.

4. Stasium IV : Perluasan ke organ reproduktif.

a. Stadium IVA : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa

rectum.

b. Stadium IVB : Metastasis jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

2.7. Pengobatan
a. Pembedahan

Pengobatan kanker seviks yang utama adalah dengan cara pembedahan.

Beberapa teknik pembedahan yang dikenal sebagai berikut:

1. Krioterapi

Membunuh sel abnormal serviks dengan cara

membekukannnya menggunakan alat yang telah didinginkan

dengan cairan nitrogen (N2O). alat tersebut diletakan diserviks.

Penggunaan krioterapi dibatasi lesi prakanker (stadium 0) karena

adanya kemungkinan mikroinvasi yang tidak terdeteksi. Efeknya

pasien akan mengalami keputihan 1-3 minggu (Handayani, dkk,

2012).

2. Vaporasi Laser

Pembedahan menggunakan sinar laser ini akan membakar sel

abnormal serviks. Terapi ini hanya digunakan untuk prakanker

(Handayani, dkk, 2012).


11

3. Konisasi

Metode pengambilan jaringan abnormal serviks yang berbentuk

kerucut dengan menggunakan pisau bedah, laser, ataupun dengan

menggunakan metal wire loop yang dihubungkan dengan listrik

(Handayani, dkk, 2012).

4. Histeroktomi

Merupakan pembedahan untuk mengambil seluruh rahim

(badan rahim dan serviks) tanpa mengambil organ lain

disekitarnya. Vagina dan kelenjar getah bening panggul tetap

ditinggalkan. Pengambilan rahim ini dapat dilakukan melalui

pembedahan perut (histerektomi abdominal), melalui vagina

(histerektomi vaginal), ataupun dengan bantuan alat laparoskopi

(histerektomi lasparoskopi) (Handayani, dkk, 2012).

5. Radiasi ( Radioterapi)

Terapi radiasi bertujuan membunuh sel kanker

menggunakan tenaga sinar X. sinar X diberikan saat seseorang

melakukan foto sinar X. Terapi seperti ini dinamakan terapi

radiasi eksternal dan dilakukan selama 6-7 minggu. Pada kanker

serviks, biasanya terapi ini diberikan bersama dengan kemotrapi

dosis rendah dan menggunakan obat bernama cisplatin (WHO,

2010).
12

6. Kemotrapi

Dilakukan dengan cara menyuntikan obat anti-kanker

kedalam pembuluh darah atau mengonsumsi obat anti-kanker.

Melalui pembuluh darah, obat akan disebarkan ke seluruh tubuh

sehingga dapat mebunuh sel kanker yang menebar ke organ jauh

lain. Selain dapat membunuh sel kanker memiliki efek samping

merusak sel tubuh normal, mual muntah, hilangnya nafsu makan,

rambut rontok, serta berpengaruh pada sumsum tulang belakang

yang berfungsi memperoduksi sel-sel darah. Efek samping

kemotrapi akan menghilang setelah kemotrapi selesai dilakukan

(Pamungkas 2011 dalam Kristiana, 2017).

2.8. Pencegahan Kanker Serviks

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit kanker

serviks, antara lain: (Kharisma 2009 dalam Romadhoni, 2012).

1. Menghindari kontak dengan HPV

HPV merupakan penyebab utama terjadinya pra kanker maupun

kanker serviks. Pencegahan utama kanker serviks adalah menghindari

kontak dengan HPV. Dengan cara tidak berganti-ganti pasangan seksual,

melakukan hubungan seksual pada usia yang sangat muda atau

melakukan kegiatan seksual yang menyimpang (oral atau anal seks ).

2. Hindari Merokok

Sangatlah bijaksana jika seorang wanita menghindari merokok.

Pasalnya banyak bahaya yang ditimbulkan dari rokok. Salah satunya


13

adalah terkena kanker serviks. Rokok mengandung zat tar yang mampu

merangsang pertumbuhan sel kanker serviks karena memicu sel kanker

tumbuh secara aktif. Selain itu, rokok juga mengandung nikotin. Setiap

menghisap rokok berarti anda sudah memasukkan zat-zat berbahaya

tersebut kedalam paru-paru dan diserap ke seluruh tubuh.

3. Melakukan Vaksinasi

Pada saat ini, di Indonesia mulai banyak di sosialisasikan tentang

pentingnya vaksinasi untuk mencegah kanker serviks. Hingga saat ini ada

dua jenis vaksin yang dapat melindungi dari HPV 6, 11, 16 dan 18, serta

jenis vaksin lain melindungi dari HPV 16 dan 18. Vaksinasi dilakukan

tiga kali dalam selang waktu enam bulan antara setiap suntikan.

4. Rutin melakukan deteksi dini dengan pap smear

Salah satu penyebab tingginya kematian akibat kanker serviks

disebabkan kanker ditemukan setelah masuk stadium yang invasif dan

menyebar ke anggota tubuh lain. Karena itu, pemeriksaan rutin pap smear

wajib dilakukan minimal setiap sekali setahun bagi wanita yang pernah

melakukan hubungan seksual.

5. Pendidikan kesehatan

Suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif untuk kesehatan. Kesehatan bukan hanya untuk diketahui atau

disadari dan disikapi saja, melainkan harus dilaksanakan dalam


14

kehidupan sehari-hari. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan atau

mengembangkan pemahaman pasien tentang promosi kesehatan.

2.9. Peran Perawat

Peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diharapkan oleh

individu sesuai status sosialnya. Peran perawat dapat memberikan kepuasan

kepada pasien yang dapat dinilai dalam hal responsiveness (cepat tanggap),

reliability (pelayanan tepat waktu), assurance (sikap memberikan pelayanan),

emphaty (kepedulian) dan tangible (jasa pelayanan) (Asmadi, 2008).

Terdapat beberapa peran perawat di antaranya : (Iskandar, 2013).

1. Peran pemberi asuhan keperawatan

Perawat memperhatikan keadaaan kebutuhan klien melalui

pemberian pelayanan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga

dapat ditentukan diagnosisnya agar dapat direncanakan dan dilaksanakan

tindakan yang tepat sesuai tingkat kebutuhan dasar manusia. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan dievaluasi tingkat perkembangan klien.

2. Peran advokat

Membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai

informasi khususnya dalam persetujuan tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien. Berperan dalam mempertahankan dan

melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan, hak

informasi penyakit, hak privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri

dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.


15

3. Peran edukator

Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan. Pembelajaran yang diberikan dapat mencegah penyakit serta

mengobati penyakit yang diderita.

4. Peran koordinasi

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

5. Peran kolaborator

Peran perawat ini dapat dilakukan bekerja sama melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain

dengan upaya identifikasi pelayanan selanjutnya.

6. Peran konsultan

Peran ini dilakukan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan

atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

7. Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan yang diberikan.


16

8. Peran penelitian

Berbagai kompetensi dan kemampuan intelektualnya perawat

diharapkan mampu melakukan penelitian sederhana dengan cara

meumbuhkan ide dan rasa ingin tahu serta mencari jawaban terhadap

fenomena yang terjadi pada klien di komunitas maupun klinis. Dengan

harapan dapat menerapkan hasil kajian dalam rangka membantu

mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP).


BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Definisi Perawat

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin “Nutrix” yang

memiliki arti merawat atau memelihara. Perawat adalah profesi yang

difokuskan pada keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga

dapat memulihkan kesehatan yang optimal (Wikipedia, 2017).

3.2. Peran Perawat

Peran perawat adalah akivitas perawat dalam praktik, yang telah

menyelesaikan pendidikan formal dan bertanggung jawab dalam menjalankan

tugas keperawatan secara profesional. Peran perawat terdiri dari peran sebagai

asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,

konsultan, pembaharu dan penelitian (Widyana, 2016). Dalam melaksanakan

praktik keperawatan pada penyakit kanker serviks, perawat melakukan

beberapa peran sebagai berikut :

a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

Perawat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar klien pada

penderita kanker serviks, antara lain: (Iskandar, 2013)

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai

17
18

2. dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang

kompleks.

3. Memperhatikan individu dalam konteks kehidupan, serta

memperhatikan kebutuhan dasar klien.

4. Pemberian pelayanan kesehatan menggunakan proses keperawatan

(pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi/perencanaan,

implementasi/tindakan dan evaluasi).

5. Perawat harus memperhatikan individu secara keseluruhan.

6. Menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis,

mulai dari masalah fisik hingga psikologis.

b. Peran perawat sebagai advokat

Perawat berperan sebagai advokat atau pelindung klien. Dalam

penderita penyakit kanker serviks, perawat mampu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan melindungi klien dari efek yang tidak

diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan tertentu. Tugas

perawat antara lain : (Iskandar, 2013)

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberian pelayanan

kesehatan, serta memberikan informsi lain untuk mengambil

persetujuan dalam tindakan keperawatan yang akan diberikan pada

klien.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Klien yang sakit dan

dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas

kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama


19

kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu

membela hak-hak klien.

3. Pembelaan didalam hak-hak klien yang berisi peningkatan kesehatan

klien serta melindungi dan memastikan terpenuhi kebutuhannya. Hak-

hak klien antara lain :

a. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.

b. Hak atas informasi tentang penyakitnya.

c. Hak atas privasi.

d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

e. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalalaian tindakan.

Hak-hak tenaga kesehatan antara lain :

a. Hak atas informasi yang benar.

b. Hak untuk bekerja sesuai standar.

c. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien.

d. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok.

e. Hak atas rahasia pibadi.

f. Hak atas balas jasa.

c. Peran perawat sebagai edukator

Peran perawat sebagai pendidik dalam penyakit kanker serviks

yaitu memberikan penyuluhan kepada klien dengan cara mengatasi

masalah kanker serviks. Perawat membantu klien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan terkait dengan

keperawatan dan tindakan medis yang diterima. Klien bersama keluarga


20

diberikan pengetahuan agar mengetahui faktor risiko, penyebab hingga

pengobatan yang akan diberikan dengan bahasa yang mudah dipahami.

Pendidikan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk membangun

kesadaran diri dengan pengetahuan. Tetapi untuk membangun kesehatan

individu dan maasyarakat yang dapat diterapkan sehari-hari. Untuk dapat

melaksanakan peran sebagai pendidik, ada kemampuan yang harus

dimiliki perawat antara lain : (Asmadi, 2008)

1. Wawasan ilmu pengetahuan

Perawat harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas

mengenai ilmu yang mendukung perannya sebagai edukator yang

dapat dilaksanakan dengan tepat.

2. Komunikasi

Melalui komunikasi, perawat dapat berinteraksi dengan memberikan

informasi tentang penyakit kanker serviks, yang diharapkan mampu

mengetahui masalah yang dihadapi serta mengenali keluhan dari

klien.

3. Pemahaman Psikologis

Perawat harus memahami psikologis klien untuk meningkatkan

kepeduliaanya. Perawat mampu menyentuh hati klien agar pemikiran

dan ide dapat langsung diterima, sehingga tujuan pendidikan

kesehatan dapat tercapai.


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kanker serviks merupakan sel kanker yang tumbuh pada serviks yang

terletak diantara pintu masuk rahim (uterus) dan liang senggama (vagina).

Penyebab utama dari kanker serviks adalah Human Papiloma Virus (HPV).

Virus ini masuk ke tubuh melalui permukaan kulit, alat kelamin, mulut, dan

tenggrokan.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kanker serviks yaitu faktor

genetik, terinfeksi virus HPV, berhubungan seksual kurang dari usisa 20

tahun, sistem hormone dan imunologi yang menurun. Beberapa pemeriksaan

sederhana untuk mendeteksi kanker serviks dapat dilakukan dengan pap

smear, koloskopi, pemeriksaan IVA dan skrining. Pencegahan yang dapat

dilakukan pada penyakit kanker serviks antara lain melakukan vaksinasi

HPV, pemeriksaan pap smear secara dini serta hindari merokok.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan pada penyakit kanker

serviks, perawat melakukan beberapa peran. Perawat atau nurse berasal dari

bahasa latin “ Nutrix” yang memiliki arti merawat atau memelihara. Perawat

adalah profesi yang difokuskan pada keperawatan individu, keluarga, dan

masyarakat sehingga dapat memulihkan kesehatan yang optimal

21
22

Beberapa peran perawat dalam penderita kanker serviks yaitu peran perawat

dalam pemberi asuhan keperawatan, advokat dan peran sebagai pendidik.

4.2. Saran

a. Pemerintah

Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan keseriusan dalam melakukan

pencegahan kanker serviks seperti, menetapkan vaksinasi HPV pada anak

perempuan sebagai program nasional, karena vaksinasi dapat menurunkan

risiko kanker serviks pada perempuan hingga mencapai 70%.

b. Perawat

Perawat diharapkan dapat memberikan peran sebagai educator kepada

masyarakat yang tidak mengetahui bahaya kanker serviks, serta

diharapkan perawat mampu memberikan motivasi dan semangat kepada

penderita dengan sentuhan kasih sayang.

c. Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan kanker serviks

sebagai berikut:

1. Menghindari merokok, ini menunjukan penggunaan tembakau dapat

meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

2. Menghindari seks sebelum menikah atau diusia sangat muda yaitu

belasan tahun.

3. Menghindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk

mencegah dan menghambat terbentuknya serta berkembangnya kanker

serviks.
23

4. Menghindari berhubungan seks dengan banyak pasangan.

5. Menjalani tes pap smear secara teratur.

6. Pemberian vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.


DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2012). Cervical Cancer.

(http://www.cancer.org, diakses 19 April 2018).

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Aziyah, A., Sumarni, S., & Ngadiyono, N. (2017). Faktor resiko yang

berhubugan dengan kejadian kanker serviks; Studi kasus di

RSUP DR.Kariadi Semarang. Jurnal Riset Kesehatan, 6(1).

(http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id, diakses 8 Mei 2018).

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2009).

Menuju Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.

Jakarta:Kemenkes RI.

Gustiana, D., Dewi, Y.I., & Nurchayati, S. (2014). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada

wanita usia subur. JOM PSIK, 1(2). (http://www.neliti.com/id/

,diakses 8 Mei 2018).

Handayani, L., Suharmiati, & Ayuningtyas, A. (2012). Menaklukkan

kanker serviks dan kanker payudara dengan tiga terapi alami.

Jakarta: PT Argo Medika Pustaka.

Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. Jakarta: In Media.


Kementrian Kesehatan RI. (2015). Panduan Nasional Penanganan

Kanker Serviks. Jakarta: Komite Nasional Penanggulangan

Kanker.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Data dan Informasi. Jakarta: Komite

Nasional Penanggulangan Kanker.

Kristiana, E., & Suharyani, N. (2017). Pengetahuan sikap dan praktik

wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di desa Bangsri

kecamatan Kertasono kabupaten Nganjuk. Jurnal Ilmiah Bidan,

2(1). (http://www.neliti.com./id/, diakses 8 Mei 2018).

Ramli, M., Umbas, R., & Panigoro S. (2014). Deteksi Dini Kanker.

Jakarta: FK UI.

Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi kanker pada wanita. Jakarta: CV Sagung

Seto.

Romadhoni, Yazid N., & Aviyanti, D. (2012). Penyerapan pengetahuan

tentang kanker serviks sebelum dan sesudah penyuluhan. Jurnal

Kedokteran Muhammadiyah. 1(1). (http://www.neliti.com/id/,

Diakses tanggal 8 Mei 2018).

Susiyanto, Azib. (2013). Hijama or Oxidant Drainage Therapy. Jakarta:

Gema Insani.

Utama H. (2010). Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: FK UI.


Widyana, A. P. (2016). Hubungan kualitas pelayanan perawat. Skripsi

diterbitkan. Purwokerto: Program Sarjana Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Wikipedia. (2017). Kanker Leher Rahim. (http://id.m.wikpedia.org,

diakses 4 Mei 2018).

World Health Organization. (2014). Comprehensive Cervical Cancer

Control. (http://www.who.int/,diakses 8 Mei 2018).

World Health Organization. (2010). Cervical Cancer.

(http:www.who.int/cancer/prevention/cervical-cancer/ 8 Mei

2018).

Anda mungkin juga menyukai