Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Fetomaternal.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh kami dalam menyelesaikan
makalah ini maka kiranya pembaca mohon maklum dengan segala kekurangan
serta kekeliruan baik dari isi, sistematika maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
masih perlu ada proses pembelajaran.
Dengan demikian, saran kritik maupun pendapat sangat kami harapkan
untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih sempurna. Kami hanya bisa
memohon doa, semoga sekiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
balasan kepada kami. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………... i
Daftar Isi………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 1
C. Maksud dan Tujuan…………………………………………. 2
D. Sistematika Penulisan……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ……………………………………………………. 3
B. Klasifikasi…………………………………………………….. 3
C. Etiologi…………………………………………………..……. 3
D. Tanda Gejala………………………………………………….. 4
E. Faktor Predisposisi……………………………………………. 4
F. Diagnosis……………………………………………………… 5
G. Penatalaksanaan……………………………………………….. 6
H. Peran bidan……………………………………………………. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………. 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kehamilan bayi dilindungi oleh air ketuban yang berfungsi untuk
ruang gerak bayi dan melindungi janin terhadap trauma dari luar. Selain itu
air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi dan menstabilkan
perubahan suhu. Dengan pertambahan usia kehamilan banyaknya air ketuban
tidak terus sama dari minggu ke minggu usia kehamilan. Saat usia kehamilan
mulai memasuki usia 25 minggu rata-rata air ketuban sekitar 239 ml,
yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 32 minggu.
Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini
tidak mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai
melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah
epithelium amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan
IV dan glikoprotein non kolagen ( laminin , nidogen dan fibronectin ) dari
membrane basalis, lapisan amnion disebelahnya.
Apabila air ketuban melebihi 2000 ml maka disebut dengan
polyhidramnion atau dengan singkat hydramnion. Hidramnion juga dapat
menimbulkan gejala pada ibu hamil yang meliputi dispnea (sesak nafas), kaki
tungkai bawah membengkak, perut membesar, dan tampak mengkilat.
Penyebab terjadinya hidramnion berkaitan dengan kelainan konginital
(anensefalus, atresia esofagus, spina bifida, fistula usus), kelainan pada
plasenta, kelainan penyakit yang menyertai kehamilan(diabetes militus, hamil
ganda). Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam
proses kehamilan dan persalinan.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan
amnion. Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia
janin sebagai akibat dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau
kontraksi rahim. Selain itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan
amnion yang tereduksi menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel
yang dapat menyebabkan ganguan pernapasan janin.
B. Rumusan Masalah
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Polyhidramnion
1. Pengertian
2. Klasifikasi
a. Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan,dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut
b. Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).
3. Etiologi
Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena:
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban
juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion,
misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anensefal.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan
ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia
esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Pada anensefal dan spina bifida diduga bahwa hydramnion terjadi
karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sumsum belakang.
Selain daripada itu anak anensefal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hydramnion terjadi karena anak tidak
menelan.Pada gemelli mungkin disebabkan karena salahsatu janin pada
kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan
banyak air kencing.Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada
kehamilan kembar.
4. Tanda dan Gejala
1. Pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi fundus jauh di bawah usia
kehamilan yang seharusnya.
2. Tekanan dinding uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin
untuk:
a. Auskultasi denyut jantung janin.
b. Palpasi gambaran dan bagian-bagian janin.
3. Saat auskultasi terdengar getaran cairan uterus
4. Bila berat, terdapat , masalah mekanik seperti:
a. Dispnea berat
b. Edema ekstremitas bawah dan vulva
c. Nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan/atau paha.
d. Mual dan muntah
5. Faktor predisposisi
1. Anamnesis
a. Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari
biasa
b. Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan
muntah
c. Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d. Pada proses akut Ibu merasa, sesak (Amriewibowo, 2010).
2. Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat,
retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b. Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya (Amriewibowo, 2010).
3. Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding
perut, vulva dan tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c. Bagian janin sukar dikenali
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba
maka balotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat
terjadi kesalahan-kesalahan letak janin (Manuaba, 2007;
Amriewibowo, 2010).
4. Auskultasi
a. DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
5. Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan
kadang bayangan janin tidak jelas
b. Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan
untuk menentukan etiologi (Amriewibowo, 2010).
6. Pemeriksaan dalam
a. Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his
(Amriewibowo, 2010).
Penatalaksanaan
6. Peran Bidan
1. Peran bidan dalam komunitas
a. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan
nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan
membantu membuat keputusan mengenai persalinan.
b. Apabila telah dilakukan pemeriksaan,siapkan rujukan untuk merujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai,karena resiko terjadinya
komplikasi lebih besar.
2. Peran bidan di rumah sakit
a. Penanganan lebih awal untuk mendeteksi polihidramnion secara dini ,
untuk menanggulangi terjadinya kelainan pada bayi dan kelainan
persalinan.
b. Diharapkan penangan khusus, dan intensif untuk melakukan perawatan
pada pasien penderita polihidramnion.
c. Kolaborasi Bidan dan nakes yang lain yang lebih berkompeten (dokter
obgyn) ,dapat membantu menangani terjadinya kelainan pada
kehamilan.
B. Olygohidramnion
1. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban
terlalu sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa
metode, dan yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban
(Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada
usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami
oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang
paling umum adalah saat trimester ketiga.
2. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang
baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban
pecah dini.
3. Penyebab Rendahnya Cairan Ketuban
1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem
saluran kemih, seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau
terjadi penyumbatan saluran kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan
darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk
berhenti mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air
ketuban keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya
fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi,
preeklamsia, diabetes dan hipoksia kronis.
6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per
jam atau kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari.
Tetapi, jumlah cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi
urin jani
4. Gejala Yang Muncul Jika Cairan Ketuban Sedikit Adalah :
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahi
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.
3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas seiring berjalannya usia kehamilan.
5. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
6. Sering berakhir dengan partus prematurus.
7. Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
8. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
9. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.
5. Penanganan
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY A UMUR 24 G1P0A0 TAHUN USIA KEHAMILAN 37 MINGGU
DENGAN OLIGOHIDRAMNION
c. Pembagian
Perdarahan trimester III dikelompokkan atau dibagi menjadi :
1) Plasenta Previa
a). Definisi
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah lahir, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum. Secara teoritis plasenta previa
dibagi dalam bentuk klinis
(1). Plasenta previa totalis :
(a). Menutupi seluruh osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
(b) Plasenta previa sentralis bila pusat plasenta bersamaan dengan
sentral kanalis servikalis.
(2) Plasenta previa partialis, bila menutupi sebagian osteum uteri internum
pada pembukaan 4 cm.
(3) Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada sekitar pinggir
osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
b) Gejala umum
(1) Perdarahan tanpa rasa sakit
(2) Terjadi pada saat pembentukkan SBR, sehingga terdapat
pergeseran atau dinding rahim dengan plasenta yang
menimbulkan perdarahan.
d) Sebab-sebab terjadinya
(1) Gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan
implantasi :
(a) Multiparitas dengan jarak hamil pendek
(b) Beberapa kali menjalani seksio sesarea
(c) Bekas dilatasi dan kuretase
(d) Ibu dengan gizi rendah
(e) Usia hamil pertama diatas 35 tahun
2) Solusio Plasenta
a) Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersinya di fundus
uteri sebelum waktu persalinan. Solusio plasenta dibagi menjadi :
(1) Solusio plasenta ringan :
(a) Perdarahan kurang 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari
1/5 bagian.
(b) Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah diraba.
(c) Tanda fetal distres belum tampak.
(d) Terdapat perdarahan hitam pervaginah.
(e) Tanpa gangguan pembekuan darah fibrinogen di atas 250 mg
(2) Solusio plasenta sedang :
(a) Lepasnya plasenta antara 1/4 - 2/3 bagian dengan perdarahan
sekitar 1000 cc.
(b) Perut mulai tegang dan bagian janin sulit diraba.
(c) Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
(d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
(e) Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar
2 jam.
(3) Solusio plasenta berat :
(a) lepasnya plasenta sudah melebihi 2/3 bagian.
(b) Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan.
(c) Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
(d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
(e) Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan
atonia uteri serta perdarahan pascapartus.
(f) Terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100 mg %
- 150 mg %.
(g) Gangguan ginjal sudah mulai tampak.
b) Sebab-sebab terjadinya
(1) Trauma langsung abdomen
(2) Hipertensi ibu hamil
(3) Umbilikus pendek atau lilitan tali pusat.
(4) Tekanan pada vena cava inferior.
(5) Pada pre-eklamsia – eklamsia.
(6) Saat melakukan versi luar.
(7) Saat memecahkan ketuban :
(a) Hamil biasa
(b) Pada hidramnion
(c) Setelah persalinan pertama hamil ganda
c) Gejala klinik
(1) Perdarahan yang disertai rasa sakit
(2) Tergantung jumlah darah retroplasenter :
(a) Menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu.
(b) Ketegangan perut ringan sampai berat.
(c) Gangguan janin asfiksia ringan samapai IUFD.
(3) Gangguan pembekuan darah.
(4) Gangguan alat vital, seperti : jantung, ginjal dan lever.
d) Dasar diagnosis
(1) Anamnesa :
(a) Trauma langsung abdomen.
(b) Perdarahan disertai rasa sakit.
(2) Pemeriksaan fisik :
(a) Palpasi : abdomen terdapat ketegangan ringan sampai berat,
bagian janin masih dapat diraba sampai sulit ditentukan.
(b) Denyut jantung janin : masih baik sampai terjadi kematian
intrauterin.
(c) Pemeriksaan dalam : ketuban tegang terdapat darah.
(d) USG : plasenta lepas dari implantasinya.
e) Komplikasi
(1) Perdarahan karena :
-Couvelaire uteri.
-Atonia uteri.
- Perdarahan pascapartus.
(2) Gangguan pembekuan darah :
- Intravaskuler koagulasi.
-Fibrinogen berkurang.
(3) Gangguan alat vital :
-Kegagalan ginjal akut.
-Dekompensasio kardis.
- Sesak napas – emboli paru.
(4) Kematian ibu karena :
- Perdarahan yang tidak dapat diatasi.
-Dekompensasi kordis.
-Mudah terjadi infeksi
-Kegagalan ginjal.
3) Perdarahan
Pada Plasenta Letak Rendah Plasenta letak rendah dimaksudkan
bila pada pemeriksaan dalam jari tangan yang dimasukkan dapat mencapai
tepi bawah plasenta.Perdarahan pada plasenta letak rendah baru terjadi bila
pembukaan mendekati lengkap, sehingga memberikan petunjuk untuk
melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat mengambil tindakan
definitif. Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Memecahkan ketuban yang diikuti induksi persalinan untuk
mempercepat proses persalinan.
b) Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi.
c) Untuk bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk penderita.
3. Pemeriksaan vaginal
a. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa
panggul,
b. Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.
4. Pemeriksaan sinar- X Pemeriksaan radiologis Presentasi Puncak Kepala
membantu dalam menegakkan diagnosis kedudukan dan menilai panggul.
D. Penanganan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah
didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep. Usahakan lahir
pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan. Bila ada
indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di
dapati caput daerah UUB
3. Presentasi dahi
Persentase dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada
diantara fleksi maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
umumnya presentasi dahi ini hanya bersifat sementara, dan sebagian besar
akan berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
A. Etiologi
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab
terjadinya presentasi muka yaitu:
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Kelainan janin (anansefalus)
B. Patofisiologi
Karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan
sirkumferensia maksilloparietalis (35cm) yang lebih besar daripada lingkar
pintu atas panggul maka janin dengan berat dan besar normal tidak bisa
lahir secara pervaginam kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir
spontan. Hal itu bisa mengakibatkan persalinan lama, robekan jalan lahir
yang lebih luas dan kematian perinatal.
C. Diagnosis
a.Pemeriksaan abdomen Dada janin akan teraba seperti punggung,
dan bagian kepala menonjol diarah yang berlawanan.
b. Auskultasi
DJJ terdengar jelas di salah satu sisi abdomen ibu
c.Pemeriksaan vagina
Akan teraba sutura frontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang
satu diraba ubun- ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal
hidung dan lingkaran orbita.
D. Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak
akan dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan
seksio sesarea. Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis
besarnya sikap dalam mengahadapi persalinan presentasi dahi sama
dengan sikap dalam menghadapi presentasi muka. Bila persalinan
menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukakn tindakan. Demikian pula
bila harapanpresentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang
kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk
kedalam kedalam rongga panggul, dapat diusahakan mengubah presentasi
dengan parasat thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan SC.
Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak
mengalami kemajuan sebaiknya dilakukan SC. Penanganan lain yaitu :
jika janin mati dan pembukaan lengkap dilakukan kraniotomi. presentasi
muka Letak muka adalalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Presentasi muka
dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan
dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
A. Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah
keadaan- keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-
keadaan yang menghalangi terjadinya defleksi kepala. Yaitu karena:
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Perut gantung
5. Kelainan janin (anensefalus)
6. Lilitan tali pusa.
B. Patofisiologi
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietal yang sedikit lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi
karena adanya kesempitan panggul dan janin besar yang merupakan
penyebab terjadinya presentasi muka karena kepala menagalami defleksi.
C. Diagnosis
a. Pemeriksaan abdomen
Sama pada presentasi dahi yaitu ketika dipalpasi akan teraba dada
yang seperti punggung, bagian kepala yang menonjol yang berada
di sebelah berlawanan dengan letak dada.
b. Auskultasi DJJ
terdengar jelas di bagian sisi abdomen ibu
c. Pemeriksaan vagina Akan teraba dagu, mulut, hidung dan pinggir
orbita.
D. Penanganan
Pada persalinan dengan presentasi muka harus dilakukan
pemeriksaan yang teliti untuk menentukan adanya disproporsi sefalopelvik
dan apabila ada harus dilakukan seksio sesarea. Dan indikasi lain
dilakukannya Sc yaitu posisi mento posterior persistens dan sulitnya
kepala turun dalam rongga panggul (CPD). Dan apabila pembukaan belum
lengkap, dan tidak ada tanda- tanda CPD, dilakukan drip oksitosin dan
lakukan persalinan sama dengan persalinan vertex. Dalam keadaan tertentu
dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala dengan cara perasat Thorn. Dan syarat yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Dagu harus berada dibelakang, sebab bila dagu berada di depan akan
terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil dibelakang
yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi
muka dengan dagu di depan.
2. Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah
didorong ke atas.
C. KONSEP DASAR KELAINAN PADA MALPOSISI
1) Letak sungsang
A. Defenisi dan kiteria
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (persentasi bokong ) di bagi menjadi:
a. Letak bokong murni (franch breech) : bokong yang menjadi
bagian depan ,kedua tungkai lurus keatas
b. Letak bokong kaki (complete breech) : di samping bokong
teraba kaki,biasa disebut letak bokong kaki sempurna jika di
samping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika
di samping bokong teraba satu kaki
c. Letak bokong tak sempurna: teraba bokong dan disamping
bokong teraba kaki.
d. Letak kaki ( incomplete brech presentation ) : bila bagian
terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut. Dapat
dibedakan letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila lutut
yang terendah.
A. Etilogi
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
. 2. Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
C. Patofisiologi
Bayi letak sungsang disebabkan :
1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
D. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa maka yang harus dilakukan
oleh seorang bidan adalah dengan melakukan:
(a) Anamnesis : Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,
ibu sering merasa ada benda keras(kepala) yang mendesak tulang
iga dan rasa nyeri pada daerah iga karena kepala janin.
(b) Palpasi : Teraba bagian keras , bundar, melenting pada fundus.
Punggung dapat diraba pada salah satu sisi perut , bagian kecil, pada
sisi yang berlawanan,jelas pada tempat diatas simpisis teraba
bagian yang kurang bundar dan lunak.
(c) Auskultasi : Denyut jantung janin(DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan
paling jelas pada tempat yang lebih tinggi( sejajar atau lebih tinggih
dari pusat).
(d) Vagina toucher : Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera
ossis ischii dan ujung os sacrum , anus, genetalia anak jikan oedema
tidaknterlalu besar dapat diraba.
B. Konsep penatalaksanaan letak sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian
karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai
dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat
diambil tindakan:
A.Saat kehamilan melakukan versi luar.
B.Persalinan diselesaikan dengan:
1. Pertolongan persalinann pervaginam
2. Pertolongan fisiologis secara Brach
3. Ekstraksi pasial
a. Secara Klasik
b. Secara Muller
c. Secara Loevset
3. persalinan kepala
a. Secara Mauriceuw veit Smellie
b. Mempergunakan ekstraksi forsep
4. Ekstraksi bokong murni
a. Ekstraksi bokong
b. Ekstraksi kaki
2. pertolongan persalinan dengan seksio sesarea
a. Saat kehamilan
Diusahakan melakukan persi luar kearah letak kepala. Versi luar
(ekternal versi) dialkukan pula pada kasus letak lintang yang menuju letak
kepala atau letak bokong.
b. Pertolongan persalinan sungsang pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak
sempat atau tidak berhasil dilakukan versi luar adalah
3. Persalinan menurut metode Brach
Persalinan brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejang,sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose yaitu
dengan cara:
1) Saat bokong tampak disuntikan oksitosin 5 unit
2) Setelah bokong lahir, bokong dipengang secara Brach( kedua ibu jari
pada paha bayi, dan keempat jari kedua tangan lainnya memegang
bokong bayi).
3) Dilakukan hiperlordose dengan melengkungkan bokong kea rah perut
ibu
4) Seorang membantu melakukan tekanan Kristeller pada fundus
uteri,saat his dan mengejang.
5) Lahir berturut- turut dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala bayi
6) Bayi diletakakan diperut ibu untuk pertolongan tali pusat dan
selanjutnya dirawat sebagai mana mestinya. Jika persalinan dengan
satu kali his dan mengejang tidak berhasil, maka pertolongan brach
dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid).
a). Dengan inspeksi: uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak
sesuai dengan umur kehamilan.
b). Dengan palpasi: fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di
atas simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
c). Dengan djj: djj janin ditemukan disekitar umbilicus.
d). Dengan pemeriksaan dalam: bila bahu sudah masuk ke dalam panggul maka,
akan diraba bahu dan tulang-tulang iga. Terkadang teraba ketiak, punggung
dapat ditentukan dengan terabanya scapula dan ruas tulang belakang, dada
dengan terabanya klavikula, tali pusat yang menumbung.
E. Penanganan
1. Pada kehamilan
a. Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan
posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau
gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
b. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut
dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi
lutut dada sampai persalinan.
2. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan
pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari
4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika
janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi.
Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan
versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Usahakan jadi
letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada
primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan
36-38 minggu. Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara
pervaginam, yaitu dengan:
a) Versi dan ekstraksi
b) Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal Syarat
versi:
1.Diameter pembukaan <4 cm
2.Ketuban belum pecah
3.Anak hidup
4.Dapat lahir pervaginam
5.Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Kontra indikasi versi:
1. Syarat tidak terpenuhi
2. Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution
plasentahipertensi atau preeklamsia cacat rahim
3. Gemeli
4. Tanda ruptura uteri imminens
5. Primi tua.
BAB III
KESIMPULAN
1. Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari
2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama
kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin, 2011). Hidramnion diklasifikasikan menjadi hidramnion
kronis dan hidramnion Akut
2. Tanda gejalanya adalah pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi
fundus jauh di bawah usia kehamilan yang seharusnya,tekanan dinding
uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin untuk auskultasi
denyut jantung janin dan palpasi gambaran dan bagian-bagian janin,saat
auskultasi terdengar getaran cairan uterus dispnea berat,edema ekstremitas
bawah dan vulva,nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan atau paha,mual
dan muntah.
DAFTAR PUSTAKA