Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Fetomaternal.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh kami dalam menyelesaikan
makalah ini maka kiranya pembaca mohon maklum dengan segala kekurangan
serta kekeliruan baik dari isi, sistematika maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
masih perlu ada proses pembelajaran.
Dengan demikian, saran kritik maupun pendapat sangat kami harapkan
untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih sempurna. Kami hanya bisa
memohon doa, semoga sekiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
balasan kepada kami. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya.

Bengkulu, Juli 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………... i
Daftar Isi………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 1
C. Maksud dan Tujuan…………………………………………. 2
D. Sistematika Penulisan……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ……………………………………………………. 3
B. Klasifikasi…………………………………………………….. 3
C. Etiologi…………………………………………………..……. 3
D. Tanda Gejala………………………………………………….. 4
E. Faktor Predisposisi……………………………………………. 4
F. Diagnosis……………………………………………………… 5
G. Penatalaksanaan……………………………………………….. 6
H. Peran bidan……………………………………………………. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………. 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehamilan bayi dilindungi oleh air ketuban yang berfungsi untuk
ruang gerak bayi dan melindungi janin terhadap trauma dari luar. Selain itu
air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi dan menstabilkan
perubahan suhu. Dengan pertambahan usia kehamilan banyaknya air ketuban
tidak terus sama dari minggu ke minggu usia kehamilan. Saat usia kehamilan
mulai memasuki usia 25 minggu rata-rata air ketuban sekitar 239 ml,
yang  kemudian meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan 32 minggu.

Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini
tidak mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai
melalui cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah
epithelium amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan
IV dan glikoprotein non kolagen ( laminin , nidogen dan fibronectin ) dari
membrane basalis, lapisan amnion disebelahnya.
Apabila air ketuban melebihi 2000 ml maka disebut dengan
polyhidramnion atau dengan singkat hydramnion. Hidramnion juga dapat
menimbulkan gejala pada ibu hamil yang meliputi dispnea (sesak nafas), kaki
tungkai bawah membengkak, perut membesar, dan tampak mengkilat.
Penyebab terjadinya hidramnion berkaitan dengan kelainan konginital
(anensefalus, atresia esofagus, spina bifida, fistula usus), kelainan pada
plasenta, kelainan penyakit yang menyertai kehamilan(diabetes militus, hamil
ganda). Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam
proses kehamilan dan persalinan.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan
amnion. Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia
janin sebagai akibat dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau
kontraksi rahim. Selain itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan
amnion yang tereduksi menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel
yang dapat menyebabkan ganguan pernapasan janin.

Oligohidramnion perlu digolongkan sesuai dengan etiologinya.


Oligohidramnion berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam
rahim dan pada 60 persen kasus. Bila dihungakan dengan bukti ultrasonic
keterbelakangan pertumbuhan asimetrik, gangue janin sangat mungkin
terjadi, kasus-kasus itu yang diakibatkan oleh ruptura membaran janin yang
spontan mungkin tidak berhubungan dengan gangguan janin sebelumnya.
Oligohidramnion mungkin terjadi sebagai akibat tekanan janin in utero ;
sekresi hormone penekan janin (katekolamin, vasopressin) dapat menghambat
resopsi cairan paru-paru lewat penelanan oleh janin. Akhirnya, terdapat kasus
yang berhubungan dengan berbagai Janis cacat janin, misalnya sindroma
Potter (agenesis ginjal), yang butuh pemeriksaan ultarsonik dan genetic
secara rinci.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Polyhidramnion, Olygohidramnion, Perdarahan


kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
2. Bagaimana klasifikasi dari Polyhidramnion, Olygohidramnion, Perdarahan
kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
3. Apa etiologi dari Polyhidramnion, Olygohidramnion, Perdarahan
kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,
Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
5. Apa faktor predisposisi dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,
Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
6. Apa diagnosis dari Polyhidramnion, Olygohidramnion, Perdarahan
kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi?
7. Bagaimana penatalaksanaan saat terjadi Polyhidramnion,
Olygohidramnion, Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan
Malpresentasi?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,


Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,
Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi
3. Untuk mengetahui etiologi dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,
Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Polyhidramnion,
Olygohidramnion, Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan
Malpresentasi
5. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari Polyhidramnion,
Olygohidramnion, Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan
Malpresentasi
6. Untuk mengetahui diagnosis dari Polyhidramnion, Olygohidramnion,
Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan Malpresentasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Polyhidramnion,
Olygohidramnion, Perdarahan kehamilan TM III, Malposisi dan
Malpresentasi

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Polyhidramnion

1. Pengertian

Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh


lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari
2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama
kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin,  2011).
Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung
kehidupan bayi yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini
bisa melindungi bayi dan membantu pertumbuhan dan perkembangan otot,
kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menjadi bantalan untuk
melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan perubahan suhu,
pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai
mengatur tekanan dalam rahim. Tak hanya itu air ketuban juga berfungsi
melindungi janin dari infeksi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi
pada usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan
ketuban ini bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut
dengan oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan
polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa
komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa
membahayakan ibu hamil dan bayinya.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu
meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi
836 ml saat janin siap lahir.

2. Klasifikasi

a. Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan,dan  biasanya terjadi pada kehamilan lanjut
b. Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).

3. Etiologi

Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena:
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban
juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion,
misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anensefal.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan
ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia
esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Pada anensefal dan spina bifida diduga bahwa hydramnion terjadi
karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sumsum belakang.
Selain daripada itu anak anensefal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hydramnion terjadi karena anak tidak
menelan.Pada gemelli mungkin disebabkan karena salahsatu janin pada
kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan
banyak air kencing.Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada
kehamilan kembar.
4. Tanda dan Gejala

1. Pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi fundus jauh di bawah usia
kehamilan yang seharusnya.
2. Tekanan dinding uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin
untuk:
a. Auskultasi denyut jantung janin.
b. Palpasi gambaran dan bagian-bagian janin.
3. Saat auskultasi terdengar getaran cairan uterus
4. Bila berat, terdapat , masalah mekanik seperti:
a. Dispnea berat
b. Edema ekstremitas bawah dan vulva
c. Nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan/atau paha.
d. Mual dan muntah
5. Faktor predisposisi

1. Hidramnion banyak ditemukan pada kasus-kasus:


Anamali kongenital (pada anak); seperti anencepali, spina difida
atresia atau striktur esofagus, hydrocephalus dan struma blockling
oesophagus
2. Gemelli uniovulair(Amriewibowo, 2010)
a) Diagnosis

1. Anamnesis
a. Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari
biasa
b. Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan
muntah
c. Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d. Pada proses akut Ibu merasa, sesak (Amriewibowo, 2010).
2. Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat,
retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b. Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya  (Amriewibowo, 2010).
3. Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding
perut, vulva dan tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c. Bagian janin sukar dikenali
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba
maka  balotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat
terjadi kesalahan-kesalahan letak janin (Manuaba, 2007;
Amriewibowo, 2010).
4. Auskultasi
a. DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
5. Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan
kadang bayangan janin tidak jelas
b. Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan
untuk menentukan etiologi (Amriewibowo, 2010).
6. Pemeriksaan dalam
a. Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his
(Amriewibowo, 2010).
Penatalaksanaan

Terapi hidramnion dibagi menjadi 3 fase:

1. Pada masa kehamilan


Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion
sedang dengan beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak
perlu intervensi sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah
spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi khusus
diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat
efektif. Terapi indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-
gejala yang timbul menyertai hidramnion. Kramer dan koleganya (1994)
melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa indomethacin
mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi,
menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam
membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari.
Tetapi padahidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila
keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan sampel
cairan ketuban melalui dinding abdomen).Prinsip dilakukan amniosintesis
adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga
bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
2. Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu.
Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan jari
tangan kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio
plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum
karena atonia uteri.
3. Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartum

6. Peran Bidan
1. Peran bidan dalam komunitas
a. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan
nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan
membantu membuat keputusan mengenai persalinan.
b. Apabila telah dilakukan pemeriksaan,siapkan rujukan untuk merujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai,karena resiko terjadinya
komplikasi lebih besar.
2. Peran bidan di rumah sakit
a. Penanganan lebih awal untuk mendeteksi polihidramnion secara dini ,
untuk menanggulangi terjadinya kelainan pada bayi dan kelainan
persalinan.
b. Diharapkan penangan khusus, dan intensif untuk melakukan perawatan
pada pasien penderita polihidramnion.
c. Kolaborasi Bidan dan nakes yang lain yang lebih berkompeten (dokter
obgyn) ,dapat membantu menangani terjadinya kelainan pada
kehamilan.
B. Olygohidramnion
1. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban
terlalu sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa
metode, dan yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban
(Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada
usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami
oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang
paling umum adalah saat trimester ketiga.
2. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang
baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban
pecah dini.
3. Penyebab Rendahnya Cairan Ketuban
1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem
saluran kemih, seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau
terjadi penyumbatan saluran kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan
darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk
berhenti mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air
ketuban keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya
fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi,
preeklamsia, diabetes dan hipoksia kronis.
6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per
jam atau kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari.
Tetapi, jumlah cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi
urin jani
4. Gejala Yang Muncul Jika Cairan Ketuban Sedikit Adalah :
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahi
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.
3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas seiring berjalannya usia kehamilan.
5. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
6. Sering berakhir dengan partus prematurus.
7. Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
8. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
9. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.
5. Penanganan
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY A UMUR 24 G1P0A0 TAHUN USIA KEHAMILAN 37 MINGGU
DENGAN OLIGOHIDRAMNION

Tanggal di data : 22 Maret 2010


Jam : 10.00 WIB
I.         Pengkajian
A.    Data subjekti
1.      Biodata
Nama : Ibu A Nama suami : Bpk T
Umur : 24 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/angsa : Bengkulu/Indonesia Suku/angsa : Bengkulu/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln.Semangka RT 12
2.      Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri di perut ketika janin bergerak, perut ibu tidak membesar
sesuai umur kehamilan.
4.      Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 14 Tahun,lamanya 7 hari ,,konsistensi
cair dan menggumpal,Siklus 28 hari,jumlah cairan yang keluar normal,dan tidak
ada disminorhoe.
5.      Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya,usia kehamilan 37 minggu ibu sering
memeriksakan kehamilannya ke bidan teratur sesuai jadwal ,ibu merasakan
gerakan janin pertama kali umur kehamilan 20 minggu.
Keluhan selama hamil:
TM I : Mual, muntah, nafsu makan kurang
TM II : Tidak ada
TM III : sering kencing

6.      Riwayat kesehatan


a.       Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.
b.      Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit DM, Jantung, Hemofili dan tidak ada
keturunan kembar.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedag menderita penyakit DM, Jantung , Hipertensi dan Asma.
7.      Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama
±2 tahun
8.      Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya ,lama pernikahan : 2
Tahun,usia saat menikah 22 tahun,suami 28tahun.
9.      Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.       Nutrisi
Makan
Ibu mengatakan nafsu makan Baik, makan 3-4 kali/hari, jenis makanan nasi putih,
Sayur, lauk, Pauk, Buah, Porsi makan menu seimbang.
Minum
Ibu mengatakan minum ± 10 Gelas /hari ,jenis minuman air putih, susu, teh.
b.      Eliminasi
BAB
ibu mengatakan biasa BAB 1 kali/sehari, konsistensi lembek, warna kuning, bau
khas
BAK
Ibu mengatakan biasa BAK <6 kali/sehari, warna kuning,bau khas
c.       Istirahat/ tidur
Ibu biasa tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam.
d.      Personal Hygiene
Ibu biasa mandi 2 x sehari, mencuci rambut 3 x seminggu, menggosok gigi 2 x
sehari, ganti pakaian dalam 3 x sehari.
e.       Jenis kegiatan : PRT seperti memasak, menyapu dan mencuci.
f.       Seksual
Ibu mengatakan hubungan seksual dengan suami 1 kali dalam seminggu.

g.      Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan


Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah meminum jamu, meminum alkohol,
dan merokok.
10.  Keadaan Psikososial Spiritual
Ibu mengatakan sangat senang akan kehamilannya, hubungan dengan suami
harmonis, hubungan isteri dengan keluarga harmonis,
Keyakinan terhadap agama : Ibu taat beribadah menjalankan shalat 5 Waktu
B.      Data objektif
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
Pols : 80 X/ menit
RR : 20 X/ menit
Temps : 37º C
LILA : 24 cm
BB sebelum hamil :50 kg
BB sekarang : 56 kg
TB :160 cm
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
         Kepala: Distribusi rambut merata,warna rambut hitam.bersih tidak ada
oedema.
         Muka : tidak pucat.ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.
         Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.
         Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.
         Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.
         Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
         Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.
         Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae menonjol ka/ki, areola mamae
hyperpigmentasi,tidak ad luka bekas operasi,tidak ada benjolan.Colostrm (-).
         Abdomen : Pembesaran lebih kecil dari umur kehamilan,tidak ada luka bekas
operasi,ada linea lipidae,dan striae nigra.
b.      Palpasi
Leopold I : TFU (3 jari bawah PX) teraba bagian besar, bulat, lunak, dan
tidak melenting.
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian yang memanjang dari atas
ke bawah dan bagian kiri perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin
Leopold III : Pada bagian bawah teraba bagian besar, keras, melenting dan
dapat digoyangkan.
Leopold IV : pada saat palpasi sangat jelas teraba bagian – bagian dari janin.
c.       Auskultasi
DJJ : (+)
Punctum max. : Dua jari dibawah pusat bag. kanan perut ibu
Kekuatan : kuat
Irama : teratur
Frekuensi : 130 x/menit
Terdengar DJJ janin sangat jelas
d.      Genitalia: Tidak ada pengeluaran,tidak ada varises, tidak ada oedema,vulva
warna merah muda.
e.       Ekstermitas
Atas
Oedema : tidak ada
Warna kuku :merah muda
bawah
Oedema : tidak ada ,varices tidak ada, reflek patella ada(+/+)
f.       Pemerikasaan Panggul
Distantia Spinarum : 25 cm Distantia Cristarum : 27 cm
Distantia Truchant : 85 cm Conjugata eksterna : 19 cm
g.      Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12 gr%
Urine
-Protein : neg (-)
-Reduksi : neg(-)
II.      ANALISA
Ny. A, umur 24 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal hidup,
intra uterin, presentasi kepala,dengan oligohidramnion.
  Ds :
o   Nyeri di perut ketika janin bergerak
o   Perut ibu tidak membesar sesuai umur kehamilan
III.   PENATALAKSANAAN
1.      Beritahu hasil pemeriksaan dan ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2.      Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
3.      Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan
makan dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
4.      Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
5.      Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1 tablet.
6.      Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
7.      Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan
aktivitas.
8.      Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah
Hbnya sudah naik atau belum.
9.      Anjurkankepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.
10.  Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
11.  Mendokumentsaikan dalam bentuk SOAP.

C. Perdarahan Kehamilan Trimester III


a. Definisi
Perdarahan trimester III adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan biasa disebut dengan
perdarahan antepartum.
b. Pemeriksaan Awal
1) Prinsip Penanganan
Pemeriksaan awal pada seorang pasien dengan perdarahan
trimester III harus mencakup riwayat, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan khusus yang dirancang untuk menetapkan penyebab
perdarahan .
2) Riwayat
Setiap riwayat cedera atau hubungan seksual sebelum
permulaan perdarahan harus ditentukan, lama berlangsungnya dan
jumlah perdarahan harus ditetapkan.Pasien harus ditanyai
mengenai setiap nyeri perut, kontraksi rahim atau
keduanya.Riwayat obstetrik harus ditinjau untuk seksio sesarea
sebelumnya, persalinan kurang bulan, atau plasenta previa.Riwayat
medis harus diperiksa untuk mencari kelainan perdarahan atau
penyakit hati yang dikenal.Riwayat sosial harus ditinjau mengenai
penyalahgunaan tembakau atau kokain.
3) Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan harus diperiksa
dengan segera begitu juga status jiwa pasien.Pemeriksaan perut
harus mencakup pengukuran tinggi fundus dan penilaian nyeri
tekan rahim.Pemeriksaan pelvis tidak boleh dilakukan sebelum
plasenta previa telah disingkirkan dengan ultrasonografi.
4) Penyelidikan
Cara yang paling tepat untuk menentukan penyebab
perdarahan trimester III adalah dengan ultrasonografi.Aktifitas
rahim dan frekuensi denyut jantung janin harus dipantau untuk
menangani persalinan dan menetapkan kesehatan janin.

c. Pembagian
Perdarahan trimester III dikelompokkan atau dibagi menjadi :
1) Plasenta Previa
a). Definisi
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah lahir, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum. Secara teoritis plasenta previa
dibagi dalam bentuk klinis
(1). Plasenta previa totalis :
(a). Menutupi seluruh osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
(b) Plasenta previa sentralis bila pusat plasenta bersamaan dengan
sentral kanalis servikalis.
(2) Plasenta previa partialis, bila menutupi sebagian osteum uteri internum
pada pembukaan 4 cm.
(3) Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada sekitar pinggir
osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
b) Gejala umum
(1) Perdarahan tanpa rasa sakit
(2) Terjadi pada saat pembentukkan SBR, sehingga terdapat
pergeseran atau dinding rahim dengan plasenta yang
menimbulkan perdarahan.

(3) Bentuk perdarahan :


(a) Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis.
(b) Banyak disertai gejala klinis ibu dan janin.
(4) Gejala klinik ibu :
(a) Tergantung KU dan jumlah darah hilang, yang bersifat sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
(b) Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk :
- Nadi meningkat dan tekanan darah turun
- Anemia disertai bagian ujung dingin
- Perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai
kematian.
(5) Gejala klinik janin :
(a) Bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak.
(b) Perdarahan mengganggu sirkulasi retroplasenter, menimbulkan
asfiksia intrauterin sampai kematian janin.
(c) Hb sekitar 5 % dapat menimbulkan kematian janin serta ibunya.
c) Dasar diagnosis
(1) Terdapat perdarahan tanpa rasa sakit
(2) Keadaan umum setelah perdarahan tergantung dari :
(a) Keadaan umum sebelumnya.
(b) Jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan.
(c) Menimbulkan gejala klinik pada ibu dan janin.
(3) Perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah.
(4) Terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
(5) Pemeriksaan tambahan :
(a) Double set up di meja operasi, dapat menentukan klasifikasi
plasenta previa dengan memasukkan jari ke osteum uteri
internum atau meraba fornik.
(b) Melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi.

d) Sebab-sebab terjadinya
(1) Gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan
implantasi :
(a) Multiparitas dengan jarak hamil pendek
(b) Beberapa kali menjalani seksio sesarea
(c) Bekas dilatasi dan kuretase
(d) Ibu dengan gizi rendah
(e) Usia hamil pertama diatas 35 tahun

(2) Pelebaran implantasi plasenta : kehamilan ganda, memerlukan


perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena
endometrium kurang subur.
e) Komplikasi
(1) Komplikasi ibu : trias komplikasi
(a) Perdarahan tambahan saat operasi menembus
plasenta dengan insersio di depan.
(b) Infeksi karena anemia.
(c) Robekan implantasi plasenta di bagian belakang SBR
:dangerous plasenta previa.
(d) Terjadi ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit
diketahui.
(2) Komplikasi janin : trias komplikasi
(a) Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
(b) Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah.
(c) Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian.
f) Penatalaksanaan
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan
yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada palasenta
previa adalah :

(1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu


dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
(2) Memecahkan ketuban diatas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
(3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.

2) Solusio Plasenta
a) Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersinya di fundus
uteri sebelum waktu persalinan. Solusio plasenta dibagi menjadi :
(1) Solusio plasenta ringan :
(a) Perdarahan kurang 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari
1/5 bagian.
(b) Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah diraba.
(c) Tanda fetal distres belum tampak.
(d) Terdapat perdarahan hitam pervaginah.
(e) Tanpa gangguan pembekuan darah fibrinogen di atas 250 mg
(2) Solusio plasenta sedang :
(a) Lepasnya plasenta antara 1/4 - 2/3 bagian dengan perdarahan
sekitar 1000 cc.
(b) Perut mulai tegang dan bagian janin sulit diraba.
(c) Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
(d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
(e) Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar
2 jam.
(3) Solusio plasenta berat :
(a) lepasnya plasenta sudah melebihi 2/3 bagian.
(b) Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan.
(c) Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
(d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
(e) Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan
atonia uteri serta perdarahan pascapartus.
(f) Terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100 mg %
- 150 mg %.
(g) Gangguan ginjal sudah mulai tampak.
b) Sebab-sebab terjadinya
(1) Trauma langsung abdomen
(2) Hipertensi ibu hamil
(3) Umbilikus pendek atau lilitan tali pusat.
(4) Tekanan pada vena cava inferior.
(5) Pada pre-eklamsia – eklamsia.
(6) Saat melakukan versi luar.
(7) Saat memecahkan ketuban :
(a) Hamil biasa
(b) Pada hidramnion
(c) Setelah persalinan pertama hamil ganda
c) Gejala klinik
(1) Perdarahan yang disertai rasa sakit
(2) Tergantung jumlah darah retroplasenter :
(a) Menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu.
(b) Ketegangan perut ringan sampai berat.
(c) Gangguan janin asfiksia ringan samapai IUFD.
(3) Gangguan pembekuan darah.
(4) Gangguan alat vital, seperti : jantung, ginjal dan lever.
d) Dasar diagnosis
(1) Anamnesa :
(a) Trauma langsung abdomen.
(b) Perdarahan disertai rasa sakit.
(2) Pemeriksaan fisik :
(a) Palpasi : abdomen terdapat ketegangan ringan sampai berat,
bagian janin masih dapat diraba sampai sulit ditentukan.
(b) Denyut jantung janin : masih baik sampai terjadi kematian
intrauterin.
(c) Pemeriksaan dalam : ketuban tegang terdapat darah.
(d) USG : plasenta lepas dari implantasinya.

e) Komplikasi
(1) Perdarahan karena :
-Couvelaire uteri.
-Atonia uteri.
- Perdarahan pascapartus.
(2) Gangguan pembekuan darah :
- Intravaskuler koagulasi.
-Fibrinogen berkurang.
(3) Gangguan alat vital :
-Kegagalan ginjal akut.
-Dekompensasio kardis.
- Sesak napas – emboli paru.
(4) Kematian ibu karena :
- Perdarahan yang tidak dapat diatasi.
-Dekompensasi kordis.
-Mudah terjadi infeksi
-Kegagalan ginjal.

3) Perdarahan
Pada Plasenta Letak Rendah Plasenta letak rendah dimaksudkan
bila pada pemeriksaan dalam jari tangan yang dimasukkan dapat mencapai
tepi bawah plasenta.Perdarahan pada plasenta letak rendah baru terjadi bila
pembukaan mendekati lengkap, sehingga memberikan petunjuk untuk
melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat mengambil tindakan
definitif. Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Memecahkan ketuban yang diikuti induksi persalinan untuk
mempercepat proses persalinan.
b) Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi.
c) Untuk bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk penderita.

4) Pecahnya Vasa Previa


Yang dimaksud dengan vasa previa adalah menyilangnya
pembuluh darah plasenta yang berasal dari insersio vilamentosa pada
kanalis servikalis.Untuk menegakkan diagnosis vasa previa agak sukar dan
memerlukan pengalaman, disamping jumlahnya tidak terlalu banyak.Bila
dapat ditemukan pada pembukaan kecil, dimana teraba denyut pembuluh
darah saat melakukan pemeriksaan dalam, maka satu-satunya sikap bidan
adalah mengirim penderita ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer
seksio sesarea.Bahaya yang mengancam terutama untuk bayi karena
perdarahan berasal dari pembuluh darah janin.Gejala klinis yang perlu
diperhatikan adalah ketuban pecah diikuti perdarahan dan terjadi asfiksia
janin dalam kandungan.
5) Pecahnya Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan pedarahan yang sebagian
besar baru diketahui setelah persalinan.Pada waktu persalinan, perdarahan
terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan
kemungkitan perdarahan karena sinus marginalis yang pecah.Karena
pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya
tidak terlalu besar

D. Malposisi dan Malpresentasi


A. Defenisi
Pengertian Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain
vertex,sedangkan Malposisi adalah kepala janin relative terhadap pelvix
dengan oksiput sebagai titik referensi,masalah: janin yang dalam keadaan
malpresntasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau
partus macet.
B. Konsep dasar kelainan pada malpresentasi
1. Presentasi Oksifut Posterior
Pada letak belakang kepala biasanya ubun- ubun kecil akan
memutar ke depan dengan sendirinya dan janin lahir secara
spontan. Kadang - kadang UUK tidak berputar kedepan tetapi
tetap berada di belakang, yang disebut positio ociput posterior.
Dalam mengahadapi persalinan dimana UUK terdapat di belakang
kita harus sabar, sebab rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi
di dasar panggul..
A. Etiologi
1. Sering dijumpai pada panggul andropoid, endroid dan
kesempitan midpelvis.
2. Letak
3. punggung janin dorsoposterior
4. Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
a) Perut gantung
b) Janin kecil
c) anin mati
d) Arkus pubis sangat luas
e) Dolichocephali
f) Panggul sempit
B. Patofisiologi
Kelahiran janin dengan ubun- ubun kecil dibelakang
menyebabkan regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini
disebabkan karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal
tidak dapat menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala
tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul
dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan
dengan sirkumferensia suboksipito bregmatika. Oleh sebab itu persalinan
pada umumnya berlangsung lama, yang mengakibatkan kerusakan jalan
lahir lebih besar, dan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan
dengan keadaan di mana ubun- ubun kecil berada di depan.
C. Diagnosis
1. Pemeriksaan abdomen Bagian bawah perut mendatar,
ekstremitas janin teraba anterior.
2. Auskultasi DJJ terdengar di samping
3. Pemeriksaan vagina
. D. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan dengan ubun- ubun kecil di
belakang sebaiknya dilakukan pengawasan persalinan yang saksama
dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk
mempercepat persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau
adanya tanda- tanda bahaya terhadap janin. Tindakan yang dilakukan yaitu
: ekstraksi cunam atau ektraksi vakum.
1. Presentasi puncak kepala
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala
merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya
ringan. Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan
defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian terendah.
Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah, dan
UUB sudah berputar ke depan.
A. Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan.
Letak defleksi ringan dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi
(2002) biasanya disebabkan:
1. Kelainan panggul (panggul picak)
2. Kepala bentuknya bundar
3. Anak kecil atau mati
4. Kerusakan dasar panggul
Sedangkan sebab lainnya yaitu :
Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
1. Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2. Multiparitas, perut gantung
3. Anensefalus, tumor leher bagian depan.
B. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan
lahir berada dalam keadaan fleksi tetapi pada kasus ini fleksi tidak terjadi
sehingga kepala dalam keadaan defleksi, jadi yang melewati jalan lahir
adalah sirkumferensia frontooksipitalisdengan titik perputaran yang berada
di bawah simfisis ialah glabella. Dengan posisi seperti itu mengakibatkan
terjadinya partus lama dan robekan jalan lahir yang lebih luas selain itu
karena partus lama dan moulage yang hebat maka mortalitas perinatal
agak tinggi (9%).
C. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar
ke depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB. Diagnosis
kedudukan : Presentasi puncak kepala
a. Pemeriksaan abdominal
b. Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
c. Di atas panggul teraba kepala
d. Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat
pada sisi yang berlawanan
e. Di fundus uteri teraba bokong
f. Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba
dengan jelas adanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun
sisi lainnya.
2. Auskultsi Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran
bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin

3. Pemeriksaan vaginal
a. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa
panggul,
b. Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.
4. Pemeriksaan sinar- X Pemeriksaan radiologis Presentasi Puncak Kepala
membantu dalam menegakkan diagnosis kedudukan dan menilai panggul.
D. Penanganan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah
didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep. Usahakan lahir
pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan. Bila ada
indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di
dapati caput daerah UUB
3. Presentasi dahi
Persentase dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada
diantara fleksi maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
umumnya presentasi dahi ini hanya bersifat sementara, dan sebagian besar
akan berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
A. Etiologi
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab
terjadinya presentasi muka yaitu:
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Kelainan janin (anansefalus)
B. Patofisiologi
Karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan
sirkumferensia maksilloparietalis (35cm) yang lebih besar daripada lingkar
pintu atas panggul maka janin dengan berat dan besar normal tidak bisa
lahir secara pervaginam kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir
spontan. Hal itu bisa mengakibatkan persalinan lama, robekan jalan lahir
yang lebih luas dan kematian perinatal.
C. Diagnosis
a.Pemeriksaan abdomen Dada janin akan teraba seperti punggung,
dan bagian kepala menonjol diarah yang berlawanan.
b. Auskultasi
DJJ terdengar jelas di salah satu sisi abdomen ibu
c.Pemeriksaan vagina
Akan teraba sutura frontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang
satu diraba ubun- ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal
hidung dan lingkaran orbita.
D. Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak
akan dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan
seksio sesarea. Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis
besarnya sikap dalam mengahadapi persalinan presentasi dahi sama
dengan sikap dalam menghadapi presentasi muka. Bila persalinan
menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukakn tindakan. Demikian pula
bila harapanpresentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang
kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk
kedalam kedalam rongga panggul, dapat diusahakan mengubah presentasi
dengan parasat thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan SC.
Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak
mengalami kemajuan sebaiknya dilakukan SC. Penanganan lain yaitu :
jika janin mati dan pembukaan lengkap dilakukan kraniotomi. presentasi
muka Letak muka adalalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Presentasi muka
dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan
dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
A. Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah
keadaan- keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-
keadaan yang menghalangi terjadinya defleksi kepala. Yaitu karena:
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Perut gantung
5. Kelainan janin (anensefalus)
6. Lilitan tali pusa.
B. Patofisiologi
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietal yang sedikit lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi
karena adanya kesempitan panggul dan janin besar yang merupakan
penyebab terjadinya presentasi muka karena kepala menagalami defleksi.
C. Diagnosis
a. Pemeriksaan abdomen
Sama pada presentasi dahi yaitu ketika dipalpasi akan teraba dada
yang seperti punggung, bagian kepala yang menonjol yang berada
di sebelah berlawanan dengan letak dada.
b. Auskultasi DJJ
terdengar jelas di bagian sisi abdomen ibu
c. Pemeriksaan vagina Akan teraba dagu, mulut, hidung dan pinggir
orbita.
D. Penanganan
Pada persalinan dengan presentasi muka harus dilakukan
pemeriksaan yang teliti untuk menentukan adanya disproporsi sefalopelvik
dan apabila ada harus dilakukan seksio sesarea. Dan indikasi lain
dilakukannya Sc yaitu posisi mento posterior persistens dan sulitnya
kepala turun dalam rongga panggul (CPD). Dan apabila pembukaan belum
lengkap, dan tidak ada tanda- tanda CPD, dilakukan drip oksitosin dan
lakukan persalinan sama dengan persalinan vertex. Dalam keadaan tertentu
dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala dengan cara perasat Thorn. Dan syarat yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Dagu harus berada dibelakang, sebab bila dagu berada di depan akan
terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil dibelakang
yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi
muka dengan dagu di depan.
2. Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah
didorong ke atas.
C. KONSEP DASAR KELAINAN PADA MALPOSISI
1) Letak sungsang
A. Defenisi dan kiteria
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (persentasi bokong ) di bagi menjadi:
a. Letak bokong murni (franch breech) : bokong yang menjadi
bagian depan ,kedua tungkai lurus keatas
b. Letak bokong kaki (complete breech) : di samping bokong
teraba kaki,biasa disebut letak bokong kaki sempurna jika di
samping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika
di samping bokong teraba satu kaki
c. Letak bokong tak sempurna: teraba bokong dan disamping
bokong teraba kaki.
d. Letak kaki ( incomplete brech presentation ) : bila bagian
terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut. Dapat
dibedakan letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila lutut
yang terendah.
A. Etilogi
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
. 2. Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
C. Patofisiologi
Bayi letak sungsang disebabkan :
1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
D. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa maka yang harus dilakukan
oleh seorang bidan adalah dengan melakukan:
(a) Anamnesis : Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,
ibu sering merasa ada benda keras(kepala) yang mendesak tulang
iga dan rasa nyeri pada daerah iga karena kepala janin.
(b) Palpasi : Teraba bagian keras , bundar, melenting pada fundus.
Punggung dapat diraba pada salah satu sisi perut , bagian kecil, pada
sisi yang berlawanan,jelas pada tempat diatas simpisis teraba
bagian yang kurang bundar dan lunak.
(c) Auskultasi : Denyut jantung janin(DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan
paling jelas pada tempat yang lebih tinggi( sejajar atau lebih tinggih
dari pusat).
(d) Vagina toucher : Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera
ossis ischii dan ujung os sacrum , anus, genetalia anak jikan oedema
tidaknterlalu besar dapat diraba.
B. Konsep penatalaksanaan letak sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian
karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai
dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat
diambil tindakan:
A.Saat kehamilan melakukan versi luar.
B.Persalinan diselesaikan dengan:
1. Pertolongan persalinann pervaginam
2. Pertolongan fisiologis secara Brach
3. Ekstraksi pasial
a. Secara Klasik
b. Secara Muller
c. Secara Loevset
3. persalinan kepala
a. Secara Mauriceuw veit Smellie
b. Mempergunakan ekstraksi forsep
4. Ekstraksi bokong murni
a. Ekstraksi bokong
b. Ekstraksi kaki
2. pertolongan persalinan dengan seksio sesarea
a. Saat kehamilan
Diusahakan melakukan persi luar kearah letak kepala. Versi luar
(ekternal versi) dialkukan pula pada kasus letak lintang yang menuju letak
kepala atau letak bokong.
b. Pertolongan persalinan sungsang pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak
sempat atau tidak berhasil dilakukan versi luar adalah
3. Persalinan menurut metode Brach
Persalinan brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejang,sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose yaitu
dengan cara:
1) Saat bokong tampak disuntikan oksitosin 5 unit
2) Setelah bokong lahir, bokong dipengang secara Brach( kedua ibu jari
pada paha bayi, dan keempat jari kedua tangan lainnya memegang
bokong bayi).
3) Dilakukan hiperlordose dengan melengkungkan bokong kea rah perut
ibu
4) Seorang membantu melakukan tekanan Kristeller pada fundus
uteri,saat his dan mengejang.
5) Lahir berturut- turut dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala bayi
6) Bayi diletakakan diperut ibu untuk pertolongan tali pusat dan
selanjutnya dirawat sebagai mana mestinya. Jika persalinan dengan
satu kali his dan mengejang tidak berhasil, maka pertolongan brach
dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid).

4. Ektraksi bokong parsial Persalinan denga ekstraksi bokong parsial


dimaksudkan bahwa:
1) Persalinan bokong sampai umbilicus berlangsung denga
kekuatan sendiri
2) Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
3) Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan: secara klasik,
secara muller, dan louset.
a. Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik
1. Tangan memegang bokong dengan telunjut pada spina ishiadica
anterior posterior.
2. Tarik cunam kebawah sampai ujung scapula tampak.
3. Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan keperut ibu,
dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi rendah.
4. Tangan lainnya (analog) menelusuri bahu belakang sampai
mencapai persendian siku.
5. Tangan belakang dilahirkan, dengan mendorong persendian siku
menelusuri tangan bayi.
6. Selanjutnya tangan bayi dipegang sedemikian rupa, sehingga
punggung anak mendekati panggul ibu.
7. Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian siku,
selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan pada
persendian siku.
8. Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut:
a) Badan bayi seluruhnya ditunggakakan pada tangan kiri.
b) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, untuk
mempertahankan situasi fleksi.
c) Dua jari lainya menekan pada os maksilaris, untuk membantu
fleksi kepala.
d) Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah
sehingga suboksiput berada dibawah simpisis sebagai
hipomoklion.
e) Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan,
sambil melakukan putaran ke arah perut ibu.
f) Berturut- turut lahirlah dagu, mulut,muka,dahi dan kepala
seluruhnya.
g) Setelah bayi lahir diletakkan diatas perut ibu, tali pusat
dipotong, lender dibersihkan, dan selanjutnya dirawat
sebagimana mestinya.
5. Persalinan ektraksi bokong persial menurut Mueller
persalinan ektraksi bokong parsial menurut Mueller tidak
banyak mempunyai perbedaan dengan secara “klasik”.
Perbedaannya terletak pada persalinan lengan depan dilakukan
terlebih dahulu denganjalan:
a) punggung bayi dedakatkan kepunggung ibu, sehingga scapula
tampak.
b) tangan lain menelusuri bahu depqn menuju lengan atas, sampai
persendian siku untuk melahirkan lengan atas.
c) perut bayi didekatakan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu
belakang, sampai persendian siku, dan selanjutnya lengan
belakang dilahirkan.
d) persalinan kepala dilakukan menurut teknik Mauriceau.
e) setelah bayi lahir tali pusat dipotongdan dibersihkan untuk
dirawat sebagai mana mestinya.
6.Pertolongan persalinan bahu menurut Loevset
Konsep teknik loevset untuk melahirkan bahu berdasarkan:
a) perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang.
b) bahu depan yang berada dibawah simpisis bila diputar menjadi
bahu belakang kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga
otomatis terjadi persalinan.
c) bahu belakang setelah putaran 90o menjadi bahu depan,
kedudukannya menjadi lebih rendah sehinnga otomatis terjadi
persalinan.
d) pada waktu melakukan putaran disertai tarikan sehingga dengan
putaran tersebut kedua bahu dapat dilahirkan.
e) persalinan kepala dapat dilakukan dengan teknik Mauriceau.
7. Pertolongan persalinan kepala
1. Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau-veit Smellie.
Jika terjadi kegagalan persalinan kepala dapat dilakukan
pertolongan denga cara Mauriceu ( Veit Smellie)
a. Badan bayi ditunggangkan pada tangan kiri.
b. Tali pusat dilonggarkan.
c. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, dua lain
diletakkan pada tulang pipi serta menekan kearah badan
bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan.
d. Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke
bawah sampai suboksifut sebagai hipomoklion, kepala
bayi diputar ke atas sehingga berturut- turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi dan seluruhnya.
8. Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep.
Kegagalan persalinan kepala dengan teknik Maureceau Viet
Smellie dapat diteruskan denga ekstraksi forsep:
a. Seluruh badab bayi dibungkus dengan duk steril diangkat ke atas
sehingga kepala bayi mudah dilihat untuk aplikasi forsep.
b. Daun forsep kiri dipasang terlebih dahulu, diikuti daun forsep
kanan, dilakukan penguncian forsep.
c. Badan bayi ditunggangkan pada gagang forsep.
d. Dilakukan tarikan curam ke bawah sehingga suboksiput berada
dibawah simfisis, dilakukan tarikan ke atas sehingga berturut- turut
lahir dagu, mulut, dan hidung.
e. Mata dan dahi diikuti seluruh kepala bayi.
f. Bayi diletakkan di atas perut ibu, untuk memotong tali pusat.
g. Lender dibersihkan dari jalan napas.
h. Selanjutnya dilakukan perawatan sebagaimana mestinnya.
9. Ektraksi bokong total.
Ektraksi bokong total bila proses persalinan letak sungsang
seluruhnya dilakukan dengan kekuatan dari penolong sendiri.
Bentuk pertolongan ekstraksi bokong total menjadi ektraksi
bokong dan ektraksi kaki ( satu kaki, dua kaki)
1. Ektraksi bokong Ektraksi bokong dilakukan sebagai berikut:
a. Jari telunjuk tangan kanan dimasukkan agar dapat mencapai pelipatan
paha depan.
b. Dengan mengait pada spina ishiadica anterior superior dilakukan
dengan tarikan curam ke bawah sehingga trichanter depan dapat
dilahirkan.
c. Setalah stochanter depan lahir dilakukan tarikan ke atas sehingga
trokhanter belakang mencapai perineum.
d. Setelah trokhanter belakang mencapi perineum telunjuk tangan kiri
dimasukkan ke lipatan paha,dan mencapai spina ishiadica anterior
superior kebelakang.
e. Dengan kedua telunjuk dilakukan persalinan seperti metode secar klasik,
kombinasi dengan tindakan loevset.
f. Persalinan kepala dilakukan menurut Maurceau V.Smellie
g. Setelah bayi lahir dilakukan perawatan sebaimana mestinya. .
10. Ekstraksi Kaki
Ekstraksi kaki lebih muda dibandingkan dengan ekstraksi bokong.
Oleh karena itu, bila diperkirakan, akan melakukan ekstraksi bokong
diubah menjadi letak kaki. Menurunkan kaki berdasarkan profilaksis
pinard,yaitu pembukaan sedikitnya 7 cm, ketuban telah pecah atau
dipecahkan., dan diturunkan kaki ke depan. Bila terdapat indikasi
dilakukan ekstraksi, kaki dengan seluruh kekuatan berasal dari penolong
persalinan. Teknik lainnya sama dengan ektraksi bokong.
1). Letak Lintang
A. Definisi dan Kriteria
Letak lintang adalah sumbuh memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus mendekati 90o. jika sudut yang
dibentuk kedua sumbuh ini tajam disebut Obligue lie, terdiri dari :deviated
head presentation ( letak kepala mengolak) dan deviated breech
presentation ( letak bokong mengolak).
Menurut letak kepala: letal lintang I (kepala kiri)dan letak lintang
II (kepala kanan), menurut posisi punggung: dorso anterior, posterior,
superior, dorso inferior.
B. Etiologi
1). Sudut ibu
(a) Multiparitas
(b) CPD
(c) Tumor di dasar panggul
(d) Kelainan rahim (uterus arkuatus atau uterus subseptus)
2). Sudut janin
(a) Prematuritas
(b) Hidroamnion
(c) Gemeli
(d) Plasenta previa
(e) Kelainan janin (hidrosepalus, ansefalus)
C. Patofisiologi
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala,
tetapi kelainan – kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti
misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap
dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
a. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau
sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan
demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
c. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
(1) Prolasus funiculi
(2) Trauma partus
(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
(4) Ketuban pecah dini
D. Diagnosis

a). Dengan inspeksi: uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak
sesuai dengan umur kehamilan.
b). Dengan palpasi: fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di
atas simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
c). Dengan djj: djj janin ditemukan disekitar umbilicus.
d). Dengan pemeriksaan dalam: bila bahu sudah masuk ke dalam panggul maka,
akan diraba bahu dan tulang-tulang iga. Terkadang teraba ketiak, punggung
dapat ditentukan dengan terabanya scapula dan ruas tulang belakang, dada
dengan terabanya klavikula, tali pusat yang menumbung.
E. Penanganan
1. Pada kehamilan
a. Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan
posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau
gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
b. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut
dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi
lutut dada sampai persalinan.
2. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan
pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari
4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika
janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi.
Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan
versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Usahakan jadi
letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada
primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan
36-38 minggu. Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara
pervaginam, yaitu dengan:
a) Versi dan ekstraksi
b) Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal Syarat
versi:
1.Diameter pembukaan <4 cm
2.Ketuban belum pecah
3.Anak hidup
4.Dapat lahir pervaginam
5.Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Kontra indikasi versi:
1. Syarat tidak terpenuhi
2. Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution
plasentahipertensi atau preeklamsia cacat rahim
3. Gemeli
4. Tanda ruptura uteri imminens
5. Primi tua.
BAB III
KESIMPULAN

1. Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari
2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama
kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin,  2011). Hidramnion diklasifikasikan menjadi hidramnion
kronis dan hidramnion Akut
2. Tanda gejalanya adalah pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi
fundus jauh di bawah usia kehamilan yang seharusnya,tekanan dinding
uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin untuk auskultasi
denyut jantung janin dan palpasi gambaran dan bagian-bagian janin,saat
auskultasi terdengar getaran cairan uterus dispnea berat,edema ekstremitas
bawah dan vulva,nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan atau paha,mual
dan muntah.

DAFTAR PUSTAKA

Ayue,2011.Polihidramnion Dan Oligohidramnion.http://xpressionq.blogspot.com


Diar, 2010. Makalah Patologi.http://diar13-midyuin08.blogspot.com
Free Blog Template, 2006. umat, 15 September 2006.Kelainan Air Ketuban
Oligohidramnion http://askepasbid.blogspot.com
Riyan, 2009. Oligohidramnion.http://tutorialkuliah.wordpress.com
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.1984.Obstetri Patologi.Elstar
Offset;Bandung
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Saifudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Varney, H. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai