Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TM II PADA NY.

R
DENGAN HEMOROID DI PMB “E”
DI KOTA SERANG

TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:

NAMA : ASTRID ESTIYANA PUTRI


NIM: 210704023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TM II

PADA NY. R DENGAN HEMOROID

DI PMB “E” DI KOTA SERANG

TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, Dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

(Rahayu Khairiah,SKM,M.Keb)

NIDN: 03-2107-8201

i
BIODATA MAHASISWA

Nama : Astrid Estiyana Putri


NIM : 210704023
Tahun Angkatan : 2021 / 2022
Alamat : Komp. Taman Mutiara Indah,blok G4no. 3-4, RT
002/018, Kel. Kaligandu, Kec. Serang, Kota Serang,
Banten
Telp/Hp : 081213282573

Serang, Juni 2022

Mahasiswa,

Astrid Estiyana Putri


NIM. 210704023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahNya,
sehingga Laporan Kasus dengan judul “Laporan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil TM II
dengan Hemoroid di PMB ‘E’ Kota Serang Tahun 2022” ini dengan baik. Shalawat
serta salam tak lupa kami limpahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita pada zaman penuh berkah.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam proses penyusunan laporan kasus ini, baik dari segi material maupun spiritual,
untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Khairil Walid, M.Pd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.


2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Maryani.M.Keb. Kaprodi Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
4. Hj. Enong Suhaeti, S.ST, M.Kes selaku pemilik PMB (Praktik Mandiri Bidan) yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Rahayu Khairiah, SKM, M.Keb sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan- perbaikan.
6. Rekan-rekan dan keluarga, terutama suami dan putri-putriku tercinta, yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan laporan.

Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh
penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunanan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh
dari kesempurnaan, kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk penulis

Serang, Juni 2022

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................i
BIODATA MAHASISWA.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
2.1 Asuhan Kehamilan.................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Kehamilan.........................................................................................3
2.1.2 Proses Kehamilan.................................................................................................3
2.1.3 Perubahan Fisiologi Kehamilan Terhadap Sistem Tubuh....................................3
2.1.4 Ibu Hamil Golongan Resiko Tinggi......................................................................5
2.2 Asuhan Antenatal Care (ANC)..............................................................................5
2.2.1 Pengertian ANC....................................................................................................5
2.3 Hemoroid...............................................................................................................6
2.3.1 Pengertian............................................................................................................6
2.3.2 Anatomi Hemoroid...............................................................................................6
2.3.3 Epidemiologi Hemoroid.......................................................................................7
2.3.4 Klasifikasi Hemoroid............................................................................................8
2.3.5 Gejala dan tanda Hemoroid..................................................................................9
2.3.6 Tatalaksana Hemoroid.......................................................................................10
2.3.7 Etiologi Hemoroid..............................................................................................11
BAB III........................................................................................................................13
TINJAUAN KASUS...................................................................................................13
Pathway Kasus Kebidanan...........................................................................................13
SOAP PENGKAJIAN PRAKONSEPSI......................................................................11
BAB IV........................................................................................................................16
PEMBAHASAN..........................................................................................................16
BAB V PENUTUP....................................................................................................18
5.1 KESIMPULAN.....................................................................................................18
5.2 SARAN.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seorang ibu mempunyai peran sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan atau ketidaknyamanan selama proses adaptasi
yang dialami seseorang yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam
kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak. Keluarga,
masyarakat dan pemerintah memiliki peran untuk mambantu setiap ibu agar memiliki
akses terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap
keluarga berencana. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017)
Proses kehamilan akan menyebabkan ibu hamil mengalami perubahan pada fisik
dan psikologis. Perubaha tersebut seringkali menimbulkan ketidaknyamanan yang akan
dirasakan berbeda-beda tiap trimester kehamilan. Perubahan yang terjadi selama
kehamilan sering kali menjadi keluhan bagi ibu hamil diantaranya adalah mual muntah
pada awal kehamilan, konstipasi, varises, gangguan berkemih, hemoroid dan
pembengkakkan pada tungkai kaki serta nyeri punggung. (Bobak, 2014)
Salah satu ketidaknyamanan yang biasa di alami ibu hamil yaitu hemoroid. Insiden
hemoroid cukup tinggi, lebih tinggi pada kelompok usia reproduksi dan terutama selama
kehamilan. (Hyams dan Philpot, 2010). Menurut World Health Organization (WHO),
hemoroid terjadi di seluruh negara, gangguan hemoroid dialami dengan presentasi
sebanya 54%.
Menurut Ulima (2015) mengemukakan bahwa faktor risiko hemoroid antara lain
kurangnya makanan berserat, sembelit, usia, genetik, tumor perut, buang air besar yang
salah, asupan cairan yang tidak mencukupi, aktivitas fisik dan kehamilan. Hemoroid
pada wanita hamil sangat umum terjadi dan merupakan kondisi fisiologis setelah
kehamilan. Jika pengobatan konservatif gagal, hemoroiddektomi bedah adalah pilihan
yang harus diambil oleh wanita hamil (Caroline et al, 2014). Hemoroid hadir pada 85%
wanita selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam 3 bulan terakhir kehamilan,
tingkat hemoroid trombosis adalah 7,9%. Hemoroid akan sering menurun setelah
melahirkan tetapi biasanya tidak akan hilang sepenuhnya. Insiden hemoroid telah
dilaporkan 8-24% dalam waktu 3 bulan pascapersalinan, 24% antara 3-6 bulan dan 15-
16 % setelah 6 bulan (Avsar A.F, 2010)
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan ibu
hamil trimester II pada Ny. R umur 30 tahun dengan Hemoroid di PMB E Kota Serang
guna mendapatkan pelayanan ANC yang berkualitas dan sehat

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah yaitu

”Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil Ny. R usia 30 tahun TM

II dengan Hemoroid di PMB E Kota Serang tahun 2022?"

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan ibu hamil Ny. R umur 30 tahun TM II dengan
Hemoroid di PMB E Kota Serang tahun 2022
b. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan praktik klinik dalam keterampilan asuhan pemberian asuhan
kebidanan ibu hamil pada Ny. R umur 30 tahun TM II dengan Hemoroid di PMB E
Kota Serang tahun 2022.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan (konsepsi). Pembuahan atau

konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan

ovum perempuan (Hutahaean, Serri, 2015).

Menurut Winkjosastro (2014) kehamilan adalah proses pematangan fetus dalam

endometrium hasil bertemunya ovum dan sperma. Kehamilan 40 minggu disebut

kehamilan matur, kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmature,

sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan premature.

2.1.2 Proses Kehamilan

a. Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi

oleh sperma atau terjadi penyatuan ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida

memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan membrane oosit. Tiga

peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar kalsium intraseluler

yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membrane sperma dan sel telur. Setelah

masuk kedalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan

membtan inti (nucleus) sperma pecah. Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom

memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi. (Heffner, 2017)

b. Nidasi

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus

uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi telah

terjadi, mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian blastula (Sukarni

dan Wahyu, 2015). Blastula akan membelah menjadi glastula dan akhirnya menjadi

embrio sampai menjadi janin yang sempurna. (Saiffullah, 2015)

2.1.3 Perubahan Fisiologi Kehamilan Terhadap Sistem Tubuh

Menurut Sukarni dan Margareth (2013), Fauziah dan Sutejo (2014), menuliskan

bahwa perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi adalah sebagai berikut:

3
1) Sistem Reproduksi

Pada uterus tumbuh membesar primer maupun sekunder akibat pertumbuhan isi

konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan hyperplasia jaringan, progesterone

berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus. Pada Vulva/vagina terjadi

hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesterone, menyebabkan warna

terjadi merah kebiruan. Pada Ovarium sejak kehamilan 16 minggu fungsi diambil

alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesterone dan estrogen.

2) Peninggkatan Berat Badan

Normal berat badan meningkatkan sekitar 6 sampai 16 kg, terutama dari

pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ/cairan intrauterine.

3) Perubahan pada organ-organ sistem tubuh lainnya

4) Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil

Menuru Yuli (2017), Kehamilan merupakan saat terjadinya krisis bila

keseimbangan hidup terganggu.

a) Teori krisis.

Tahap syok dan menyangkal, bingung dan preoccupation, tindakan dan belajar

dari pengalaman, intervensi memudahkan kembali keadaan keseimbangan.

b) Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu maupun bapak mengalami syok.

(1) Persepsi terhadap peristiwa bervariasi menurut individu.

(2) Dukungan situsional penting untuk memberikan bantuan dan perhatian.

(3) Mekanisme koping; kekuatan dan keterampilan dipelajari untuk mengatasi

stress.

c) Lanjutan penyesuaian terhadap kehamilan

(1) Trimester pertama (bulan 1-3)

Ditandai dengan adanya penyesuaian terhadap ide-ide menjadi orang tua,

tingkat hormon yang tinggi, mual dan muntah serta lebih.

(2) Trimester kedua (bulan 4-6)

4
Waktu yang menyenangkan, respons seksual meningkat, quickening

memberikan dorongan psikologis.

(3) Trimester ketiga (bulan 7-9)

Letih, tubuh menjadi besar dan terlihat aneh, kegembiraan yang menyusut

dengan kelahiran bayi.

2.1.4 Ibu Hamil Golongan Resiko Tinggi

Sukarni dan Wahyu (2013), menulis ada beberapa golongan ibu hamil yang

dikatakan memiliki risiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup dengan sehat dan

tidak menderita suatu penyakit. Golongan yang dimaksud berisiko tinggi meliputi:

1) Ibu hamil terlalu muda dan terlalu tua (< 16 tahun dan > 35 tahun).

2) Ibu baru hamil setelah perkawinan selama 4 tahun.

3) Jarak dengan anak terkecil dengan anak > 10 tahun.

4) Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu < 2 tahun.

5) Terlalu banyak anak yaitu > 4.

6) Tinggi badan terlalu pendek < 145 cm.

7) Terlalu gemuk atau terlalu kurus, ini akan berpengaruh pada gizi keduanya.

8) Riwayat persalinan jelek.

9) Riwayat adanya cacat bawaan atau kehamilan masa lalu.

10) Ibu seorang perokok berat, kecanduan obat dan memiliki hobi minum-minuman keras.

2.2 Asuhan Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Pengertian ANC

Asuhan antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Yulaikhah, 2016).

Pelayanan ANC dilakukan oleh tenaga yang profesional dibidangnya sesuai dengan bidang

ilmu yang dipelajari/ digeluti (Yeyeh, 2010).

Menurut Maulana (2016), Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri

dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, atau poliklinik kebidanan.

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Antenatal Care (ANC)

adalah sebagai berikut:

1) Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian, kesehatan ibu dan janin pun dapat

5
dipastikan keadaannya.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan.

4) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat.

5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.

6) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal.

2.3 Hemoroid

2.3.1 Pengertian

a. Pengertian

Penyakit hemoroid adalah salah satu gangguan jinak yang paling umum

pada saluran pencernaan bagian bawah (Aigner, 2017). Hemoroid terdiri dari

pembuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah kecil otot (Pusparani & Purnomo,

2019). Struktur vaskular dalam bantal ini membantu mempertahankan

kontinensia anus dengan mencegah kerusakan pada otot sfingter (Dehdari. et al,

2018).

2.3.2 Anatomi Hemoroid

Hemoroid adalah struktur anatomi normal yang terletak di saluran anus

(Dehdari. et al, 2018). Kondisi ini akan menjadi masalah jika terjadi

pembengkakan, menyebabkan gatal, sakit dan / atau pendarahan (Ezberci, Unal,

2018). Hemoroid internal timbul dari pleksus hemoroid internal, sedangkan

hemoroid eksternal muncul dari pleksus hemoroid eksternal. Batas anatomi yang

membagi hemoroid internal dan eksternal disebut linea dentata (Margetis, 2019).

Pleksus hemoroid internal disuplai oleh arteri hemoroid superior dan arteri

hemoroid media, sedangkan pleksus hemoroid eksterna disuplai oleh arteri

hemoroid inferior (Jeong, 2019).

Pada pleksus hemoroid internal normal terdapat penonjolan mukosa anal

yang dikenal sebagai bantal anal (Margetis, 2019). Bantal anal ini terdiri 5 dari

otot dan serat elastis dengan pembuluh darah yang membesar dan menggembung

di sekitar jaringan pendukung yang ada di saluran anus (Jamal, 2019).

Di dalam setiap bantal anal, terdapat pleksus hemoroidalis yang dibentuk


6
langsung antara cabang terminal dari arteri dan vena rektalis superior, media,

atau inferior. Di dalam pleksus hemoroidalis, terdapat beberapa struktur seperti

sfingter yang dibentuk oleh media tunika pembuluh vena yang tebal dan

mengandung 5-15 lapisan halus sel-sel otot yang memfasilitasi drainase vena

(Lohsiriwat, 2018). Terdapat tiga bantal anal utama yang terletak di anterior

kanan, posterior kanan, dan lateral kiri. Bantal anal tersebut termasuk jaringan

pembuluh darah dari anastomosis arteriovenosa yang disuplai oleh cabang arteri

hemoroidalis superior dan inferior dan didrainase oleh cabang-cabang dari vena

hemoroidalis superior, media, dan inferior dengan beberapa kontribusi dari arteri

hemoroidalis inferior (Guttenplan, 2017).


(Mott, Latime, & Edwards, 2018)

2.3.3 Epidemiologi Hemoroid

Hemoroid adalah salah satu kondisi perianal tertua dan paling umum

(Jakubauskas & Poskus, 2020). Hemoroid dapat mempengaruhi lebih dari 30%

populasi pada semua usia dan jenis kelamin (Ezberci & Ünal, 2018). Kejadian

hemoroid paling banyak adalah pada wanita yang sebagian besar terjadi selama

kehamilan dan setelah melahirkan (Kestřánek, 2019). Meskipun begitu, tidak ada data

akurat untuk masalah ini (Freitas. et al, 2017). Kelompok usia muda lebih rentan

terkena hemoroid (Badal & Sharma, 2019). Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian

pada 351 pasien hemoroid yang sebagian besar pasien didominasi oleh orang dewasa

di atas usia 21 tahun (Farook. et al, 2018). Sebaliknya, hemoroid jarang terjadi pada

orang di bawah 20 tahun (Gallo, Sacco, & Sammarco, 2018). Seiring perkembangan

zaman, pola konsumsi serat masyarakat semakin berkurang terlebih lagi pada usia

produktif (21-30 tahun). Apabila konsumsi serat kurang, massa feses menjadi terlalu

sedikit untuk dapat didorong keluar oleh gerak peristaltik usus.

7
Akibatnya dapat menyebabkan sulit Buang Air Besar (BAB) sehingga perlu

usaha mengejan saat mengeluarkan feses. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan

di pembuluh darah di daerah anus, yaitu pleksus hemoroidalis menjadi merenggang

sehingga terjadi hemoroid (Raena, Pradananta, & Surialaga, 2018).

2.3.4 Klasifikasi Hemoroid

Secara umum hemoroid diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan

lokasinya, yaitu tipe eksternal, internal, dan campuran (Lohsiriwat, 2019).

(Lohsiriwat, 2019)
Hemoroid internal, eksternal, dan campuran
Hemoroid eksternal terletak di bawah linea dentata dan berkembang dari

ektoderm secara embrionik. Mereka ditutupi dengan anoderm yang terdiri dari epitel

skuamosa dan dipersarafi oleh saraf somatik yang memasok kulit perianal yang

demikian dapat menghasilkan rasa sakit (Lord, Shaw, & Pucher, 2018). Hemoroid

eksternal berasal dari pleksus hemoroidalis inferior dan dapat menjadi trombosis atau

ulserasi, biasanya dikenal sebagai skin tag perianal (Ezberci & Ünal, 2018).

Hemoroid internal terletak di atas linea dentata dan berasal dari endoderm. Mereka

ditutupi oleh epitel kolumnar, dipersarafi oleh serabut saraf visceral dan dengan

demikian tidak dapat menyebabkan rasa sakit (Gan, 2017). Hemoroid 9 internal lebih

lanjut dikelompokkan berdasarkan ukuran dan gejala klinis (Beck, 2019).

(Lohsiriwat, 2019)
Derajat hemoroid internal

Klasifikasi hemoroid internal:

8
a. Pada hemoroid internal derajat satu, bantalan anus berdarah, tetapi tidak prolaps. Mukosa

hampir tidak berkembang, namun dengan mengejan yang parah, mereka mungkin terjebak

oleh penutupan sfingter anal. Selanjutnya, kongesti vena terjadi sesekali yang mengakibatkan

ketidaknyamanan dan/ atau perdarahan.

b. Pada hemoroid internal derajat dua, bantalan anus prolaps melalui anus saat mengejan dan

berkurang secara spontan. Lebih lanjut menonjol di mukosa dan dengan demikian keluhan

benjolan jelas, tetapi ini menghilang secara spontan dan cepat setelah BAB kecuali terjadi

trombosis.

c. Pada hemoroid internal derajat tiga, bantalan anus prolaps hingga melewati anus saat

mengejan dan membutuhkan reduksi manual. Terlihat pada penyakit hemoroid kronis di

mana prolaps yang persisten menghasilkan dilatasi sfingter anal. Hemoroid menonjol dengan

provokasi minimal dan biasanya memerlukan penggantian manual.

d. Pada hemoroid internal derajat empat, prolaps tetap keluar setiap saat dan tidak dapat

direduksi. Biasanya menonjol sepanjang waktu kecuali jika berbaring atau mengangkat kaki

dari tempat tidur. Pada hemoroid derajat keempat ini, linea dentata juga membesar dan ada

komponen eksternal variabel yang terdiri dari kulit perianal permanen yang berlebihan

(Ravindranath & Rahul, 2018).

Hemoroid campuran adalah kombinasi dari lesi internal dan lesi eksternal (Ezberci &

Ünal, 2018). Hemoroid campuran timbul di atas maupun di bawah linea dentata dan memiliki

karakteristik dari hemoroid internal maupun hemoroid eksternal (Badri. et al, 2020).

Sementara itu, tidak ada penggolongan hemoroid eksternal dan campuran yang digunakan

secara klinis (Lohsiriwat, 2019).

2.3.5 Gejala dan tanda Hemoroid

Tanda dan gejala hemoroid dinilai menggunakan frekuensi yang dilaporkan dari 5

gejala, yaitu perdarahan, rasa nyeri, prolaps, gatal, dan keluarnya lendir (Rørvik. et al,

2019). Perdarahan adalah gejala paling umum dari penyakit hemoroid dan biasanya paling

awal dalam perkembangannya. Namun, perdarahan tidak selalu menjadi ketetapan awal

kejadian hemoroid (Ratto. et al, 2018).

Nyeri jarang terjadi pada hemoroid meskipun derajatnya sangat parah dalam hal

perdarahan dan prolaps. Namun, ketika ada keluhan sakit atau nyeri anal yang signifikan,

9
etiologi lain seperti fisura ani. Adanya tumpukan trombosis, eksternal 11 atau internal,

menunjukkan bahwa nyeri rektum terkait erat dengan hemoroid (Lohsiriwat, 2019).

Keluarnya lendir dari anus dapat disebabkan oleh karena hemoroid internal yang

ditutupi oleh mukosa. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan karena

mengotori pakaian dalam. Skin tag juga sering menjadi sumber ketidaknyamanan. Ketika

skin tag menjadi besar dan fibrotik, kemungkinan hal ini adalah hasil dari prolaps

hemoroid yang mana penderita dapat merasakan adanya masalah kebersihan anal,

ketidaknyamanan anal, atau pruritus yang mungkin berkorelasi (Ratto. et al, 2018). Setiap

gejala dinilai pada skala 5 poin (0 = tidak pernah, 1 = kurang dari sebulan sekali, 2 =

kurang dari sekali seminggu, 3 = 1-6 hari per minggu, 4 = setiap hari atau selalu),

memberikan skor total mulai dari 0 hingga 20 (Rørvik. et al, 2019).

2.3.6 Tatalaksana Hemoroid

Dalam memilih pengobatan untuk hemoroid, seseorang harus

mempertimbangkan tingkat penyakit dan tingkat keparahannya, dampaknya pada

kualitas hidup, tingkat rasa sakit yang ditimbulkannya, kemungkinan patuh pada

pengobatan, dan pilihan penderita (Cengiz & Gorgun, 2019). Pilihan pengobatan

dapat secara luas dipisahkan menjadi gaya hidup, medis, rawat jalan, dan bedah

(Lord, Shaw, & Pucher, 2018). Dalam kebanyakan kasus, faktor pencetus utama

kejadian hemoroid adalah gaya hidup (Cengiz & Gorgun, 2019). Oleh karena itu,

langkah-langkah gaya hidup yang tepat harus direkomendasikan pada semua pasien

baik sebagai pengobatan primer ataupun untuk mengurangi risiko kekambuhan pada

mereka yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. Selain itu juga disarankan untuk

mengonsumsi lebih banyak serat dalam makanan dan meningkatkan asupan cairan

oral dengan tujuan untuk mengurangi kostipasi, mengejan, dan kebiasaan buang air

yang buruk (Zagriadskiĭ, Bogomazov, & Golovko, 2018).

Perawatan bedah termasuk dalam tiga kategori utama, yaitu bedah eksisi formal,

stapled hemorrhoidopexy yang dikenal sebagai Procedure for Prolapsed

Hemorrhoids (PPH), dan Hemorrhoidal Artery Ligation (HAL) juga dikenal sebagai

Dopplerguided Hemorrhoidal Artery Ligation (DGHAL). Pembedahan eksisi

melibatkan pemotongan komponen eksternal hemoroid bersama dengan pedikel

vaskularnya. Ini paling sering dilakukan dengan menggunakan teknik terbuka atau

10
tertutup di mana bagian proksimal dari pedikel vaskular dijahit dan dibagi setelah

pembedahan dilakukan dengan gunting atau diatermi. Teknik ini juga dapat dilakukan

dengan perangkat energi yang dapat menyegel dan membagi pedikel vaskular tanpa

perlu dijahit. HAL adalah prosedur yang relatif baru yang mengganggu suplai darah

ke bantal hemoroid dengan menjahit ligasi cabang arteri hemoroid distal

menggunakan panduan doppler. Teknik itu dilakukan 14 menggunakan peralatan

khusus yang menggabungkan proktoskop yang dimodifikasi dengan probe doppler

(Mott, Latimer, & Edwards, 2018).

2.3.7 Etiologi Hemoroid

Penyebab hemoroid juga belum diketahui secara pasti. Namun, kehamilan,

konstipasi, usia dan pekerjaan telah terlibat dalam etiologi hemoroid (Ezberci & Ünal,

2018).

Pada wanita hamil, hemoroid dapat disebabkan oleh karena peningkatan tekanan

intraabdomen (Safyudin & Damayanti, 2017). Selain itu, meningkatnya kadar hormon

progesteron selama kehamilan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya hemoroid

(Kestřánek, 2019). Peningkatan tekanan intraabdomen selama kehamilan akan

menyebabkan terjadinya pelebaran vena hemoroidalis dan dapat memicu terjadinya

hemoroid (Safyudin & Damayanti, 2017). Tingginya kadar hormon progesteron selama

kehamilan akan menyebabkan otot-otot berelaksasi untuk memberi tempat janin

berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga akan menurunkan

motilitas usus dan berkontribusi terhadap kejadian hemoroid (Kestřánek, 2019).

Konstipasi adalah kelainan pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan

sulit BAB yang disertai rasa sakit dan kaku. Hal ini disebabkan oleh tinja yang kering

dan keras yang menumpuk pada kolon karena absorpsi cairan yang berlebihan

(Forootan, Bagheri, & Darvishi, 2018). Diperlukan waktu mengejan yang lebih lama

saat terjadi konstipasi. Tekanan yang keras saat mengejan ini yang dapat

mengakibatkan trauma berlebihan pada pleksus hemoroidalis sehingga menyebabkan

hemoroid. Pada populasi barat, konstipasi diyakini sebagai penyebab utama

perkembangan hemoroid atau faktor yang memperburuk gejala akut hemoroid karena

11
peningkatan tekanan intraabdomen mengganggu drainase vena pelvis yang

menyebabkan kongesti pleksus hemoroidalis (Lohsiriwat, 2019).

Kelompok usia muda lebih rentan terkena hemoroid (Badal & Sharma, 2019).

Seiring perkembangan zaman, pola konsumsi serat masyarakat semakin berkurang

terutama di usia produktif atau antara 21-30 tahun (Raena, Pradananta, & Surialaga,

2018). Suplementasi serat telah memungkinkan pasien untuk BAB tanpa mengejan jika

mereka relatif konsitpasi. Hal itu berfungsi untuk meningkatkan curah tinja dan

mengurangi frekuensi gerakan usus (Guttenplan, 2017). Apabila konsumsi serat

kurang, massa feses menjadi terlalu sedikit untuk dapat didorong keluar oleh gerak

peristaltik usus. Akibatnya dapat menyebabkan sulit BAB sehingga perlu usaha

mengejan saat mengeluarkan feses. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di

pembuluh darah di daerah anus, yaitu pleksus hemoroidalis menjadi merenggang

sehingga terjadi hemoroid (Raena, Pradananta, & Surialaga, 2018).

Jenis pekerjaan, seperti kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya hemoroid. Kurangnya aktivitas fisik, seperti duduk terlalu lama dapat

meningkatkan risiko pembekuan terhadap pembuluh vena dalam hingga dua kali lipat.

Biasanya pembekuan darah terjadi pada bagian betis bahkan bisa terjadi dibagian

saluran pencernaan bawah. Jika pembekuan ini tidak dicairkan dengan obat pengencer

darah, maka akan terjadi hematoma yang dapat mengganggu aliran darah. Jika hal ini

terjadi pada anus, maka terjadilah hemoroid (Wibowo. et al, 2018).

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

1. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Hari dan Tanggal : Senin, 18 Juli 2022


Tempat Praktik : PMB Enong Suhaeti
Nama : Astrid Estiyana Putri
Program Studi : 210704023

Pathway Kasus Kebidanan


Kehamilan dengan Hemoroid
Nama : Ny. R
Usia : 30 thn
GPA : P1A1

Tanda / Gejala / keluhan


Tanda / Gejala / keluhan yang dialami pasien
secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan yang
dialami pasien)
Pasien datang dengan
Pasien sedang hamil dan keluhan nyeri pada anus,
menunjukan tanda dan Penyakit hemoroid adalah salah sau gangguan jinak
yang paling umum pada saluran pencernaan bagian BAB terkadang berdarah,
gejala yang terbukti serta merasa ada benjolan
bawah (Aigner, 2017). Hemoroid adalah struktur
memiliki hemoroid saat pada anus.
anatomi normal yang terletak di saluran anus
dilakukan pemeriksaan
(Dehdari, et al, 2018). Bisa juga dideskripsikan
anus. kerusakan jaringan pendukung yang menyebabkan HPHT:
Tandanya seperti: TP:
pergeseran bantala anal. Kondisi ini akan menjadi TD: 110/70 TFU: 23 cm
Terdapat nyeri, prolaps, masalah jika terjadi pembengkakan, menyebabkan N: 80 x/m DJJ: 136 x/m
pendarahan, gatal serta gatal, sakit, dan atau pendarahan. Kurangnya asupan Rr: 25 x/m Hb: 11,2 g/dL
L1: bokong
keluar lendir. serat dalam makanan serta asupan cairan dimana L2: punggung (kiri) bagian kecil
akan mengakibatka konstipasi, susah mengejan, dan (kanan)
L3: Kepala
serta memiliki kebiasaan buang air yang bururk. L4: Konvergen

Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :

1. Agar ibu dan suami mengerti dengan keadaannya


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami
saat ini
2. Menjelaskan tentang perubahan fisiologi dan psikologi yang
2. Dengan mengetahui perubahan fisiologis dan
terjadi pada ibu hamil TM II
psikologis ibu bisa lebih menerima perubahan yang
3. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan terjadi dan dapat beradaptasi dengan konidisinya.
4. Menjelaskan kepada ibu dampak hemoroid dalam kehamilan 3. Agar ibu paham apabila mengalami
serta proses persalinan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bisa di
5. Menjelaskan kepada ibu untuk rutin makan makanan yang tindaki dengan cepat
mengandung serat serta asupan cairan yang cukup 4. Agar ibu mengetahui dampak tentang penyakit
6. Memberitahu ibu posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa hemoroid sehingga ibu menjadi lebih patuh pada
nyeri anjuran yang diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola nutrisi yang baik 5. Agar ibu mengetahui bahwa serat dapat
8. Menyarankan ibu dan suami untuk melakukan pemeriksaan mengurangi konstipasi pada BAB
lebih lanjut dengan dokter obgyn dan dokter penyakit dalam. 6. Denga posisi yang nyaman ibu dapat rileks yang
dapat mengurangi rasa nyeri yang di rasa
7. Konsulkan dengan dokter spesialis agar
mempercepat pemulihan

Evaluasi asuhan yang diberikan :

Diharapkan ibu dan suami paham dan dapat


mengikuti anjuran serta saran yang telah
diberikan oleh bidan dan dokter spesialis
13 guna mempercepat pemulihan pada ibu
hamil.
SOAP PENGKAJIAN PRAKONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


KUNJUNGAN AWAL

No Reg :-
Nama Pengkaji : Astrid Estiyana Putri
Hari/tanggal : Senin, 18 Juli 2022
Waktu Pengkajian : 19.25 WIB
Tempat Pengkajian : PMB “E” KOTA SERANG

A. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF

I. IDENTITAS

Jenis Identitas Istri Suami


Nama Ny. R Tn. A
Umur 30 tahun 35 tahun
Suku/bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA S-1
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah Komp.Lebak Indah, Kel. Terondol, Komp.Lebak Indah, Kel. Terondol,
Kec. Serang Kec. Serang

II. Quick Check

Hasil Keterangan
NO Jenis Quick Check
Ya Tidak
1 Sakit kepala hebat V
2 Gangguan penglihatan V
3 Pembengkakan pada wajah dan tangan V
4 Nyeri abdomen V
5 Mual dan muntah berlebihan V
6 Pergerakan janin tidak seperti biasa V
7 Pengeluaran pervaginam V
8 Demam V

11
III. Keluhan saat ini
 Nyeri saat duduk
 BAB terasa keras, serta sedikit mengeluarkan darah
 Terasa mebenjolan atau daging kecil pada anus

IV. Riwayat Kehamilan Sekarang


 HPHT : 28 Januari 2022
 Siklus haid : 28 hari
 Taksiran waktu persalinan : 4 November 2022
 Pemakaian obat dan jamu-jamuan : tidak
 Kekhawatiran yang berkaitan dengan kehamilan : ada benjolah pada anus, ibu
khawatir saat proses persalinan
V. Riwayat Obstetrik

Tanggal Tempat Jenis Riwayat


No UK Penolong Penyulit JK BB PB
Partus Partus Partus Menyusui

14-03-2015 38 PMB Normal Bidan TAK L 3,2 50 ASI


1.
mg kg cm Ekslusif

AB 11
2.
mg

3. Hamil ini

VI. Riwayat Kesehatan


Hasil
No Jenis Keterangan
Ada Tidak
1 Jantung √
2 Hipertensi √
3 DM √
4 Asma √
5 Hepatitis √
6 IMS/HIV √
7 TBC √
8 Ginjal Kronis √
9 Malaria √
10 Epilepsi √
11 Kejiwaan √
12 Kelainan Kongenital √
13 Alergi obat/makanan √
14 Kecelakaan √
12
15 Transfusi darah √

 Riwayat imunisasi TT : TT II
VII. Riwayat Konstrasepsi
 Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB Suntik 1 bulan
 Kontrasepsi terakhir sebelum hamil : KB Suntik 1 bulan
 Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi : tidak ada

VIII. Riwayat Sosial Ekonomi


 Usia pertama menikah: 23 tahun
 Status perkawinan: menikah ke-1
 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan: baik
 Dukungan keluarga : mendukung
 Pengambil keputusan dalam keluarga: suami
 Kebiasaan/pola makan dan minum:
- Makan:
 Frekuensi : 2 kali
 Porsi : sedang
 Menu : nasi, lauk,buah (sayur sedikit kurang)
 Nafsu makan : sedang
- Minum : 1 L perhari
 Kondisi rumah: bersih dan nyaman
 Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: suami peroko sedang
 Beban kerja dan aktivitas sehari-hari: normal
 Seksualitas: frekuensi : 1 x keluhan : tidak ada
 Kekerasan dalam rumah tangga: tidak pernah
 Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk persalinan: PMB
 Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif: Ya
 Rencana ibu memberikan ASI: 2 tahun

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Kesadaran: Composmentis
2. KU : Baik
3. BB : 67 kg TB : 160 cm
4. Pemeriksaan TTV :
13
a. TD : 110/70
b. Suhu : 36.6
c. Nadi : 80 x/m
d. Pernafasan : 25 x/m
5. Head to toe
a. Mata : Konjungtiva: tidak pucat
Sklera : tidak ikterik
b. Mulut : Caries Dentis : ya Vtidak
c. Leher : tidak ada kelenjar getah bening
Tidak ada Kelenjar Tiroid
d. Dada : tidak ada luka bekas operasi
e. Payudara : Pembesaran : tidak
Tarikan dinding payudara
f. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
TFU : 23 cm
Leopold I : teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : teraba tahanan panjang sebelah kiri dan teraba bagia-bagian
kecil di sebelah kanan
Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting (kelapa)
DJJ : 136 x/m

g. Ekstremitas : telapak tangan Pucat : ya tidak V


h. Anogenital :
- Tukak/Luka : tidak ada
- Varies : tidak ada
- Kelenjar Scene : tidak ada pengeluaran
- Kelenjar barholini : tidak ada pembengkakan
- Hemoroid : teraba daging kecil pada anus
i. CVAT : nyeri tekan tidak ada
j. Reflek patella : +/+
6. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Darah : 11,1 gr/dL
b. Urine : PP Test (+)
c. HIV/AIDS : Non Reaktif
d. Hepatitis : Non Reaktif
e. Tes Sifilis : Non Reaktif

C. ASSASMENT :
Ny. R umur 30 tahun G3P1A1 hamil 26 minggu dengan Hemoroid Janin Tunggal Hidup

14
D. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini ibu mengalami kehamilan
dengan kondisi hemoroid
b. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang terjadi pada kehamilan
trimster II
c. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada kehamilan
d. Menjelaskan kepada ibu dampak dari penyakit hemoroid pada kehamilan serta proses
persalinan yaitu mengalami ketidaknyamanan pada aktivitas sehari-hari akibat dari
rasa nyeri dan perih yang ibu rasakan.
e. KIE tentang pola hidup sehat serta mengatur pola nutrisi yang baik terutama untuk
rutin makan makanan yang mengandung tinggi serat dan asupan cairan untuk
mencegah konstipasi.
f. Menganjurkan kepada ibu untuk mengatur posisi yang nyaman yaitu bisa dengan
posisi menyamping untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamann. Memberitahu
ibu untuk melakukan senam kegel untuk melancarkan aliran darah pada anus
g. Menganjurkan kepada ibu untuk konsul lebih lanjut ke dokter obgyn dan dokter
spesialis penyakit dalam agar pemantauan bisa dilakukan dengan baik dan mengetahui
mengenai apakah bisa dilakukan persalinan normal atau SC.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 18 Juli 2022 pukul 19.25 WIB, Ny. R umur 30 tahun datang ke PMB

dengan keluhan nyeri pada anus dan BAB keras sehingga sedikit mengeluarkn darah.

mengatakan ingin merencanakan kehamilannya yang kedua. Pada pemeriksaan objektif

didapatkan hasil TV 110/70, BB 67 kg, TB 160 cm, konjungtiva tidak pucat dan tidak

ikterik. Ibu mengatakan mengalami haid pertama kali pada umur 13 tahun dengan siklus 28

hari. Pada hasil pengkajian diketahui pola makan ibu yang kurang dalam mengandung serat

serta asupan cairan yang kurang. Kurangnya mengonsumsi serat serta asupan cairan besar

kemungkinan akan mengalami konstipasi atau BAB keras. Jika konstipasi dibiarkan

berlangsung terus menerus dapat menyebabkan timbulnya hemoroid, akibat terjadinya

sembelit, ibu hamil akan menjadi terlalu sering mengejan ketika buang air besar, otot-otot

pada pembuluh darah di anus melemah, akibat keduanya dapat mempertinggi kemungkinan

terjadinya hemoroid pada ibu hamil.

Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30

gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut akan

mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung, menahan air

dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk dan strawberi. Serat tidak larut sukar

difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak

larut banyak terdapat pada sereal, sayursayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Wanita

hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2000 ml cairan yang

dikonsumsi orang normal. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi. Pagi hari

setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air untuk merangsang defekasi.

Pada saat dilakukan pemeriksaan dalam pada anus, di dapatkan hasil pemeriksaan

terdapat daging kecil yang keluar serta nyeri saat di sentuh. Setelah di kaji lebih lanjut ibu
16
mengatakan hal itu terjadi setelah ibu BAB keras. Hal itu menandakan bahwa ibu

mengalami hemoroid grade 2. Menurut teori Lohsiriwat (2019) hemoroid grade 2 yaitu

dimana bantalan anus prolaps melalui anus saat mengejan terlalu keras dan berkurang secara

spontan. Lebih lanjut menonjol di mukosa dan dengan demikian keluhan benjolan jelas,

tetapi ini menghilan sponta dan cepat setelah BAB, kecuali terjadi trombosis. Jika mengejan

terusmenerus, pembuluh darah menjadi berdilatasi secara progresif dan jaringan submukosa

kehilangan perlekatan normalnya dengan sfingter interna di bawahnya, yang menyebabkan

prolaps hemorhoid yang klasik dan berdarah.

Berdasarkan teori yang ada bahwa Ny. R memenuhi syarat untuk melaksanakan

asuhan kebidanan ibu hamil trimester II dengan kategori Hemoroid. Hemorhoid tidak terlalu

membahayakan, baik bagi ibu maupun janinnya. Meskipun sering keluar darah dari

duburnya namun tidak akan menularkan penyakit pada janin karena hemorhoid sama sekali

tidak berhubungan langsung dengan janin yang keluar dari vagina. Ibu akan mengalami

ketidaknyamanan sehingga aktivitas seharihari menjadi terganggu dan tidak menjalani

kehamilannya dengan nyaman akibat perih yang dia rasakan. hemorhoid bukan penghalang

bagi ibu hamil yang ingin melahirkan normal meskipun yang diderita pada derajat tiga. Pada

kebanyakan wanita, hemorhoid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemorhoid

temporer, yang berarti akan hilang beberapa saat setelah melahirkan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif Ny. R, penulis melakukan asuhan
kebidanan dan pendokumetasian pada Ny. R yang dilakukan pada tangal 18 Juli 2022,
maka dapat disimpulkan:

1. Data subjektif dan objektif didapatkan hail Ny. R umur 30 tahun G3P1A1 hamil
26 minggu dengan Hemoroid Janin Tunggal Hidup

2. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. R umur 30 tahun TM II
dengan hemoroid didapatkan hasil bahwa ibu mau mengikuti anjuran untuk
konsul dengan dokter obgyn atau dengan dokter spesialis penyakit dalam.

5.2 SARAN

Diharapkan semua ibu hamil dapat mempertahankan pola eliminasi normal, menjaga
pola asupan serat dan cairan, meningkatkan olahraga ringan secara teratur. Memenuhi
asupan serat secara rutin seperti sayuran, buah-buahan serta cairan agar buang air besar
kembali normal seperti 1 kali sehari. Serta diharapkan pada tenaga kesehatan dapat
menambah pengetahuan serta memberikan pelayanan terstandar pada ibu hamil.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans

Info Media

Avsar AF, Keskin HL. Haemorrhoids during pregnancy. J Obstetric and Gynaecolog April

2010;30 (3) : 231-237

Badal R, Sharma M, 2019, Assessment of Cases of Hemorrhoids in Adults- A Clinical

Study, 7(11), 179-182

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Cengiz T, Gorgun, E, 2019, Hemorrhoids: A Range of Treatments, 86(9), 612- 620

Dehdari, T. et al. (2018) “Effect of nutrition education intervention based on Pender

Health Promotion Model in improving the frequency and nutrient intake of

breakfast consumption among female Iranian Studenst”, 17(3),pp 657-666

Ezberci F, Ünal E, 2018, Aesculus Hippocastanum (Aescin, Horse Chestnut) in the

Management of Hemorrhoidal Disease: Review, 28(2), 54–57cahyacne

Guttenplan M, 2017, The Evaluation and Office Management of Hemorrhoids for the

Gastroenterologist, 19(7), 1-8

Hutahaean, Serri. 2015. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Jamal A, 2019, Assessment of 135 cases of Hemorrhoids reported to general surgery

19
department: A clinical study, 3(3), 125-127

Jeong G, 2019, Hemorrhoids, 5(4), 31-44

Lohsiriwat V, 2018, Hemorrhoidal Disease

Margetis, N. 2019. ‘Pathophysiology of internal hemorrhoids’, Annals of

Gastroenterology, pp. 1–9. doi: 10.20524/aog.2019.0355.

Mott T, Latimer K, Edwards C, 2018, Hemorrhoids: Diagnosis and Treatment Options,

97(3), 172-179

Saifullah, A. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Perawat

dalam Managemen Nyeri Post Operasi di Bangsal Bedah RSUD DR Suehadi

Prijonegoro Sragen

Sukarni, I dan Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Yogyakarta:

Nuha Medika

Wiknjosastro, Hanifa (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

20

Anda mungkin juga menyukai