KELAS A
Disusun Oleh:
Belia Ega Avila 3616100007
Azillatin Qisthian Diny 3616100014
Ikhfadhulhikmy Kurnia B. R. 3616100019
Rizka Amalia Shafira 3616100022
Kamiliah Wardani 3616100029
Yolandita Septadini 3616100036
Saryulis 3616100041
Annafii Nandya Alifna 3616100052
Muhammad Nafis Bahtiar A. Y. 3616100053
PEMBAHASAN
Berikut adalah faktor pro mortalitas dan anti mortalitas. Pro mortalitas berarti
mempercepat kematian penduduk sedangkan anti mortalitas berarti memperlambat
angka kematian penduduk.
Kasus yang Kami angkat ini berdasarkan berita yang ada di surat kabar Surabaya
Pagi. Berita tersebut berisi tentang kasus kematian ibu hamil yang ada di
Kabupaten Mojokerto. Pada gambar grafik di atas dapat kita lihat bahwa pada
tahun 2013 terjadi peningkatan kematian ibu secara drastis. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesadaran para ibu untuk memeriksakan kandungannya secara dini.
Padahal periksa kandungan itu penting bagi keberlangsungan kehidupan si ibu
dan si bayi. Karena berdasarkan data yang kita peroleh, kebanyakan ibu hamil
itu meninggal saat berada di rumah sakit. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kematian si ibu hamil ini, yakni pendidikan, lingkungan,
ekonomi, minimnya tenaga medis, dan adat istiadat.
1. Pendidikan
Angka Kematian Ibu dan bayi yang begitu tinggi salah satunya karena
tingkat pendidikan para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita
melihat dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010
menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD,
yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya
memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat 16,78% ibu yang
berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan perguruan
tinggi.
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendendidikan formal serta
informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu
mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu
akan mampu merncanakan kehamilan dangan baik sehingga bisa terhindar
dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua
(diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan
terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Seperti pada kasus “Angka Kematian Ibu
Melahirkan Meningkat”.
Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan
sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu
terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/
transportasi dan terlambat menangani. Dan semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka
terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk
menjaga agar dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti
akan melaporkan dan memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli
dibidangnya.
Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang
banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya selama masa kehamilan
tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu
melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang rendah.
2. Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi Angka
Kematian Ibu (AKI) Banyak aspek yang mempengaruhi AKI yang dapat
dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya
kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas
adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan
yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi
tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk
menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di
lingkungan tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam
sarana kesehatan, dan banyak ibu yang mengalami kesulitan selama masa
kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
3. Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu
(hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan
dirinya pra kehamilan hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang
meniggal saat melahirkan karena penyakit yang baru diketahui ketika akan
melahirkan.
4. Minimnya Tenaga Medis
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena
relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan.
Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong
oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI
bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat
dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI
2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa kevalidan
data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga dapat
mengurangi angka AKI.
5. Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan
bagi ibu di perdesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan
bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas medis yang telah
disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas
ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.
1. Pemberian Asi eksklusif berkurang pada bayi jika bayi dalam kondisi
Hidup.
2. Berdampak pada angka kematian anak.
3. Bayi akan kehilangan sosok ibu.
4. Menimbulkan gangguan mental berupa kehilangan kasih sayang yang
paling dasar.
5. Bangsa Indonesia belum dikatakan Bangsa yang Maju.
6. Nilai MMR (Maternal Mortality Rate ) tinggi akan membuat indikator
kesehatan suatu daerah atau negara buruk.
7. Nilai emansipasi wanita akan turun atau terjun bebas.
8. Pada wanita yang usia produktif maka akan menimbulkan kerugian yang
lumayan tinggi yang dirasakan secara tidak langsung dalam masyarakat.
1. Menggalakkan kampanye KB
Angka Kematian Ibu (AKI) memang didominasi dengan kematian
ibu hamil dan melahirkan. Salah satu kebijakan dengan menggalakkan
kampanye KB yang memiliki tag line “Dua Anak Cukup”, maka kesehatan
ibu hamil dan melahirkan akan menjadi lebih baik sehingga bisa
meminimalisasi faktor kematian ibu hamil dan melahirkan dan bisa
meminimalisasi faktor "empat terlalu" yang menjadi penyebab terbanyak
AKI dan AKB.
2. Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan oleh institusi kesehatan dengan cara sms
gateway dan MPS Online. Sama seperti kebijakan sebelumnya, dengan
adanya upaya penyuluhan ini diharapkan kesadaran ibu hamil akan
kesehatan dan keselamatan dirinya dan bayinya dapat ditingkatkan.
Rumus:
Keterangan :
a. >18 Tinggi
b. 14-18 Sedang
c. 9-13 Rendah
Jumlah
Tahun ke- Jumlah Penduduk
Kematian
2010 1.088.632 2.277
2011 1.112.821 2.388
2012 1.143.747 6.394
2013 1.112.821 31.808
2014 1.186.497 18.686
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mojokerto
30000
Junlah Penduduk Meninggal
25000
20000
Angka Kematian Penduduk
15000 di Kabupaten Mojokerto
Tahun 2010 - 2014
10000
5000
0
2010 2011 2012 2013 2014
𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
2.277
=1.088.632 𝑋 1000
= 2,09 ≈ 2
Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2010 rata – rata terdapat 2 kematian per
1000 penduduk.
𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
2.388
=1.162.630 𝑋 1000
= 2,05 ≈ 2
Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2011 rata – rata terdapat 2 kematian per
1000 penduduk.
𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
6.394
=1.143,747 𝑋 1000 = 5,59 ≈ 6
Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2012 rata – rata terdapat 6 kematian per
1000 penduduk.
31.808
=1.112.821 𝑋 1000 = 28,58 ≈ 26
Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2013 rata – rata terdapat 26 kematian per
1000 penduduk.
𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
18.686
= 1.186.497 𝑋 1000 = 15,74 ≈ 16
Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2014 rata – rata terdapat 16 kematian per
1000 penduduk.
Rumus:
Di = jumlah kematian orang pada
kelompok umur i pada tahun x
Contoh Soal :
22
=16424 𝑋 1000 = 1,33 ≈ 1
Jadi, banyak kematian penduduk usia 15 – 49 tahun ini adalah 1 penduduk per
1000 penduduk hidup.
250
200
2010
150 2011
2012
100 2013
2014
50
0
2010 2011 2012 2013 2014
130
𝑋 1000 = 5,67 ≈ 6
22.948
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2010
adalah 6 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
201
𝑋 1000 = 7,09 ≈ 7
28.328
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2011
adalah 7 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
178
𝑋 1000 = 7,54 ≈ 8
23.582
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2012
adalah 8 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
129
𝑋 1000 = 5,8 ≈ 6
22.230
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013
adalah 6 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
127
𝑋 1000 = 7,68 ≈ 8
16.542
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014
adalah 8 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik
4 terlalu = (Hamil terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering, daan terlalu dekat jarak
kehamilannya)
3.3 Saran
Dari diskusi hasil kelompok kami diperoleh saran untuk masalah ini yaitu :
3. Mengapa kelompok kalian menekankan bahwa obat murah itu bisa menjadi
faktor anti-mortalitas ?
Jawab :
Seperti yang kita tahu bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia
menyukai sesuatu yang serba terjangkau baik dari harga walaupun kualitas. Obat
murah yang dimaksud disini ini bukan obat murah yang murahan, obat ini tetap
memiliki kualitas yang baik, namun untuk harganya memang sengaja
dimurahkan karena mendapat bantuan subsidi dari pemerintah. Nah, pola pikir
masyarakat kita ini yaitu jika ada yang murah kenapa harus milih yang mahal.
Oleh karena itu, pemerintah menggunakan pendapatan negaranya untuk
didistribusikan ke bidang kesehatan guna membantu meringankan warga
masyarakat yang berpendapatan rendah supaya tetap memperoleh pelayanan
kesehatan yang terpadu. Dapat kita lihat yaitu dengan adanya kartu BPJS. Nah,
kartu BPJS itu sendiri memiliki kelas masing – masing. Disini penduduk dapat
memperoleh obat secara gratis jika obat tersebut harganya di bawah harga yang
dipatok oleh BPJS dan jika harganya melebihi harga BPJS maka penduduk
hanya membayar kekurangannya saja.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN