Anda di halaman 1dari 23

Mortalitas di Kabupaten Mojokerto

MATA KULIAH : KEPENDUDUKAN

KELAS A

Dosen Pembimbing : Vely Kukinul S, ST. MT.

Disusun Oleh:
Belia Ega Avila 3616100007
Azillatin Qisthian Diny 3616100014
Ikhfadhulhikmy Kurnia B. R. 3616100019
Rizka Amalia Shafira 3616100022
Kamiliah Wardani 3616100029
Yolandita Septadini 3616100036
Saryulis 3616100041
Annafii Nandya Alifna 3616100052
Muhammad Nafis Bahtiar A. Y. 3616100053

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mortalitas merupakan keadaan hilangnya semua tanda - tanda kehidupan
secara permanen yang dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (World
Health Organization). Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi
jumlah dan komposisi umur penduduk serta dapat menimpa siapa saja, tak peduli
tua ataupun muda. Berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat
maupun masalah kesehatan lingkungan.
Mortalitas terbagi menjadi tiga yaitu lahir hidup (live birth) yang mana
manusianya telah hidup terlebih dahulu, lalu lahir mati (fetal death) yang mati
saat bayi, terakhir aborsi. Sehingga jika dibagi rentang usia menjadi kategori
kematian dewasa dan kematian bayi.
Usia Harapan Hidup manusia di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran
untuk kesehatan di Indonesia adalah 1,2% dari GDP Indonesia, sangat kecil,
sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia sangat rendah
hal ini dibuktikan dengan tingkat keselamatan ibu dari 100.000 kelahiran adalah
420 ibu meninggal saat melahirkan. Hal ini mencerminkan bahwa tingkal
mortalitas di Indonesia masih sangat tinggi.
Suatu negara yang penduduknya dalam keadaan bagus yaitu dimana angka
kematian yang rendah, dengan angka kelahiran yang normal, jadi tidak ada
angka yang begitu ekstrim.
Data-data mortalitas dapat diperoleh dari hasil Registrasi Vital, karena
mencatat data kematian secara langsung. Tapi di Indonesia belum berjalan.
Beberapa sumber data kematian yaitu Sensus Penduduk, Survey, dan sumber-
sumber lain seperti Rumah Sakit, dinas pemakaman, kantor polisi dan lain-lain. Di
Indonesia perkiraan angka kematian didasarkan hasil Sensus dan survei penduduk.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mortalitas


Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat
yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.
Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000
individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi
100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas
yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode
waktu tertentu.
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat
merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.
Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur
satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya
pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai
dengan kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur
satu tahun.

2.2. Komponen Yang Terkait Dengan Mortality → Biologis:


1. Lifespan: berapa lama suatu individu dapat bertahan hidup → usia
2. Longevity: harapan hidup/ kemampuan untuk hidup → faktorgenetik →
sosial, ekonomi, geografi.
2.3. Sumber Data Kematian:
1. Sistem Registrasi Vital : (pencatatan peristiwa kematian berdasarkan
pelaporan)
2. Sensus dan Survei Penduduk : Pencacahan peristiwa kematian

2.5. Penyebab Kematian


Tiga Penyebab Utama Kematian:
1. Degeneration : kondisi biologis manusia → usia, penyakit (kronis)
2. Communicable Diseases → penyakit menular : malaria, colera, pes, AIDS,
etc
3. Environment, Social, Economic factor → polutan, bencana,
peperangan/konflik, lifestyle

2.6. Faktor Pro Mortalitas Dan Anti Mortalitas

Berikut adalah faktor pro mortalitas dan anti mortalitas. Pro mortalitas berarti
mempercepat kematian penduduk sedangkan anti mortalitas berarti memperlambat
angka kematian penduduk.

World Mortality Rate

1. Faktor Pro Mortalitas


a. Tingkat kesehatan yang masyarakat yang buruk
b. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang kurang memadai
c. Bencana alam
d. Adanya penyebaran penyakit menular/endemik
e. Rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan
f. Kecelakaan Lalu lintas

2. Faktor Anti Mortalitas


a. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai
b. Tingkat kesejahteraan/pendapatan yang tinggi
c. Obat-obatan yang murah
d. Lingkungan yang bersih dan sehat
e. Adanya program-program penyuluhan kesehatan keluarga/masyarakat

2.7. Gambaran Umum Studi Kasus

Grafik : Angka Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto

Kasus yang Kami angkat ini berdasarkan berita yang ada di surat kabar Surabaya
Pagi. Berita tersebut berisi tentang kasus kematian ibu hamil yang ada di
Kabupaten Mojokerto. Pada gambar grafik di atas dapat kita lihat bahwa pada
tahun 2013 terjadi peningkatan kematian ibu secara drastis. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesadaran para ibu untuk memeriksakan kandungannya secara dini.
Padahal periksa kandungan itu penting bagi keberlangsungan kehidupan si ibu
dan si bayi. Karena berdasarkan data yang kita peroleh, kebanyakan ibu hamil
itu meninggal saat berada di rumah sakit. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kematian si ibu hamil ini, yakni pendidikan, lingkungan,
ekonomi, minimnya tenaga medis, dan adat istiadat.
1. Pendidikan
Angka Kematian Ibu dan bayi yang begitu tinggi salah satunya karena
tingkat pendidikan para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita
melihat dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010
menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD,
yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya
memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat 16,78% ibu yang
berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan perguruan
tinggi.
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendendidikan formal serta
informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu
mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu
akan mampu merncanakan kehamilan dangan baik sehingga bisa terhindar
dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua
(diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan
terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Seperti pada kasus “Angka Kematian Ibu
Melahirkan Meningkat”.
Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan
sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu
terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/
transportasi dan terlambat menangani. Dan semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka
terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk
menjaga agar dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti
akan melaporkan dan memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli
dibidangnya.
Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang
banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya selama masa kehamilan
tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu
melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang rendah.
2. Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi Angka
Kematian Ibu (AKI) Banyak aspek yang mempengaruhi AKI yang dapat
dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya
kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas
adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan
yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi
tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk
menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di
lingkungan tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam
sarana kesehatan, dan banyak ibu yang mengalami kesulitan selama masa
kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
3. Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu
(hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan
dirinya pra kehamilan hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang
meniggal saat melahirkan karena penyakit yang baru diketahui ketika akan
melahirkan.
4. Minimnya Tenaga Medis
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena
relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan.
Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong
oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI
bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat
dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI
2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa kevalidan
data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga dapat
mengurangi angka AKI.
5. Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan
bagi ibu di perdesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan
bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas medis yang telah
disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas
ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis.

 Dampak Kasus Angka Kematian Ibu di Kabupaten Mojokerto

Dalam kasus angka kematian ibu di Kabupaten Mojokerto yang tumbuh


tinggi maka akan menimbulkan dampak yang terjadi dari kasus tersebut baik
dampak langsung maupun tak langsung dan dampak yang berskala ke wilayahan
sampai dengan negara, berikut dampak yang terjadi :

1. Pemberian Asi eksklusif berkurang pada bayi jika bayi dalam kondisi
Hidup.
2. Berdampak pada angka kematian anak.
3. Bayi akan kehilangan sosok ibu.
4. Menimbulkan gangguan mental berupa kehilangan kasih sayang yang
paling dasar.
5. Bangsa Indonesia belum dikatakan Bangsa yang Maju.
6. Nilai MMR (Maternal Mortality Rate ) tinggi akan membuat indikator
kesehatan suatu daerah atau negara buruk.
7. Nilai emansipasi wanita akan turun atau terjun bebas.
8. Pada wanita yang usia produktif maka akan menimbulkan kerugian yang
lumayan tinggi yang dirasakan secara tidak langsung dalam masyarakat.

 Kebijakan Pemerintah Atas Kasus Angka Kematian Ibu di


Kabupaten Mojokerto

Kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menurunkan tingkat


mortalitas di Kabupaten Mojokerto. Semua kebijaksanaan pemerintah yang
secara langsung berkaitan dengan penurunan mortalitas adalah semua yang
mensupport pengembangan pengetahuan medis yang berpotensi meningkatkan
umur manusia (life expectacy). Pengembangan dalam berbagai teknologi medis
ini telah meningkatkan life expectancy. Berikut ini adalah beberapa contoh
kebijakan pemerintah.

1. Menggalakkan kampanye KB
Angka Kematian Ibu (AKI) memang didominasi dengan kematian
ibu hamil dan melahirkan. Salah satu kebijakan dengan menggalakkan
kampanye KB yang memiliki tag line “Dua Anak Cukup”, maka kesehatan
ibu hamil dan melahirkan akan menjadi lebih baik sehingga bisa
meminimalisasi faktor kematian ibu hamil dan melahirkan dan bisa
meminimalisasi faktor "empat terlalu" yang menjadi penyebab terbanyak
AKI dan AKB.

2. Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan oleh institusi kesehatan dengan cara sms
gateway dan MPS Online. Sama seperti kebijakan sebelumnya, dengan
adanya upaya penyuluhan ini diharapkan kesadaran ibu hamil akan
kesehatan dan keselamatan dirinya dan bayinya dapat ditingkatkan.

3. Perbaikan layanan kesehatan dan infrastruktur


Perbaikan layanan kesehatan ini berkaitan dengan pengadaan
peralatan medis yang memadai serta lebih diutamakan kepada administrasi
layanan kesehatan itu sendiri. Perbaikan ini bertujuan agar masyarakat
mau memeriksakan kesehatan pada layanan kesehatan yang ada tanpa
terbelit dengan proses administrasi yang lama dan panjang serta peralatan
medis lain yang kurang memadai.
Selain perbaikan layanan kesehatan, perbaikan infrastruktur juga
sangat dibutuhkan. Perbaikan infrastruktur yang akan menunjang akses
kepada pelayanan kesehatan seperti transportasi, ketersediaan listrik,
ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan anak yang menjadi
tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi.

4. Meningkatkan Jumlah Tenaga Medis


Meningkatkan jumlah tenaga medis di sini diutamakan pada desa-
desa terpencil yang aksesnya sulit menuju tempat pemeriksaan kesehatan
dan sebagainya. Adanya bidan masuk desa merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan jumlah tenaga medis di daerah terpencil.

2.8. Mengukur Kematian

1. Crude Death Rate (CDR)


Tingkat kematian kasar atau CDR adalah jumlah kematian penduduk tiap 1000
orang dalam waktu setahun.

Rumus:

Keterangan :

D = jumlah seluruh kematian

P = jumlah penduduk pada


pertengahan tahun

K = bilangan konstanta, biasanya


1.000

Tingkat kematian ini dapat digolongkan dalam kriteria sebagai berikut:

a. >18 Tinggi
b. 14-18 Sedang
c. 9-13 Rendah

Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Kematian di Kabupaten Mojokerto Tahun


2010- 2014

Jumlah
Tahun ke- Jumlah Penduduk
Kematian
2010 1.088.632 2.277
2011 1.112.821 2.388
2012 1.143.747 6.394
2013 1.112.821 31.808
2014 1.186.497 18.686
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mojokerto

Angka Kematian Penduduk di Kabupaten


Mojokerto Tahun 2010 - 2014
35000

30000
Junlah Penduduk Meninggal

25000

20000
Angka Kematian Penduduk
15000 di Kabupaten Mojokerto
Tahun 2010 - 2014
10000

5000

0
2010 2011 2012 2013 2014

Grafik Angka Kematian Penduduk di Kabupaten Mojokerto Tahun 2010 - 2014

a. CDR pada Tahun 2010

𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
2.277
=1.088.632 𝑋 1000

= 2,09 ≈ 2

Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2010 rata – rata terdapat 2 kematian per
1000 penduduk.

b. CDR pada Tahun 2011

𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾

2.388
=1.162.630 𝑋 1000

= 2,05 ≈ 2

Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2011 rata – rata terdapat 2 kematian per
1000 penduduk.

c. CDR pada Tahun 2012

𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾

6.394
=1.143,747 𝑋 1000 = 5,59 ≈ 6

Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2012 rata – rata terdapat 6 kematian per
1000 penduduk.

d. CDR pada Tahun 2013


𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾

31.808
=1.112.821 𝑋 1000 = 28,58 ≈ 26

Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2013 rata – rata terdapat 26 kematian per
1000 penduduk.

e. CDR pada Tahun 2014

𝐷
CDR = 𝑃 𝑋 𝐾
18.686
= 1.186.497 𝑋 1000 = 15,74 ≈ 16

Jadi di daerah Mojokerto pada Tahun 2014 rata – rata terdapat 16 kematian per
1000 penduduk.

Berdasarkan data tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa angka


kematian kasar penduduk tertinggi yaitu terjadi pada tahun 2013 yaitu 26
kematian tiap 1000 penduduk. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang
mempengaruhi kematian tersebut. Faktor terbanyak yang mempengaruhi
kematian di Kabupaten Mojokerto karena banyak penduduk yang
terserang penyakit berat seperti stroke, TBC , dan pneumonia Golongan
mortalitas rendah yaitu mulai 2010 – 2012, sedangkan mortalitas sedang
ada pada tahun 2013 yaitu sebanyak 16 penduduk yang meninggal per 1000
penduduk .

2. Age Spesific Death Rate (ASDR)


Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu atau ASDR adalah
banyaknya kematian yang terjadi pada penduduk dalam kelompok umur tertentu
per 1000 penduduk.

Rumus:
Di = jumlah kematian orang pada
kelompok umur i pada tahun x

Pi = jumlah penduduk berumur i pada


pertengahan tahun

K = bilangan konstan, umumnya = 1000

Contoh Soal :

Usia Ibu Hamil 15 – 49 Tahun


ASDR15-49 pada Tahun 2013
𝐷15−49
= 𝑃15−49 𝑋 𝐾

22
=16424 𝑋 1000 = 1,33 ≈ 1

Jadi, banyak kematian penduduk usia 15 – 49 tahun ini adalah 1 penduduk per
1000 penduduk hidup.

3. Infant Mortality Rate (IMR)


Tingkat kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi (sebelum umur satu
tahun) yang terjadi pada kelahiran per 1000 bayi. Merupakan cara pengukuran
yang dipergunakan khusus untuk menentukan tingkat kematian bayi. IMR
biasanya dijadikan indikator dalam pengukuran kesejahteraan penduduk.
Rumus:

Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:


a. >125 Sangat Tinggi
b. 75-125 Tinggi
c. 35-75 Sedang
d. <35 Rendah
Bila tingkat kelahiran kasar sama dengan tingkat kematian kasar akan tercapai
pertambahan penduduk sebesar 0 % atau zero population growth. Yang berarti
keadaan kependudukan di daerah tersebut tercapai sebuah keseimbangan.
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Mojokerto pada Tahun 2010 – 2014

Angka Kematian Bayi di Mojokerto Tahun 2010 - 2014

250

200
2010

150 2011
2012
100 2013
2014
50

0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Mojokerto

Angka kematian yang dimaksud di atas tersebut adalah angka kematian


bayi di bawah umur 1 tahun. Penyebab dari kematian bayi di Kabupaten
Mojokerto diakibatkan oleh BBLR (berat badan lahir rendah), asfiksia,
kongenital, infeksi, dan lain-lain. Dari data ini dapat kita lihat bahwa pada tahun
2011 merupakan data kematian tertinggi di Kabupaten Mojokerto yaitu 201
penduduk yang meninggal. Hal ini terjadi peningkatan yang sangat signifikan
dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya 130 penduduk yang meninggal.
Namun, setelah itu penduduk yang meninggal mengalami penurunan yang tidak
terlalu jauh yaitu 178 penduduk yang meninggal. Dan semakin turun lagi di
tahun 2014. Selama tahun 2014 dilaporkan terjadi 16.542 kelahiran. Dari seluruh
kelahiran, tercatat 59 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 127,
diantaranya laki-laki sebanyak 83 bayi dan sebanyak 44 bayi perempuan. Jumlah
kematian tertinggi ada pada Kecamatan Pungging yaitu 11 bayi. Dibandingkan
dengan tahun 2013 kasus kematian bayi sebesar 129 bayi, maka telah terjadinya
penurunan kasus kematian bayi. Dengan angka kematian bayi di tahun 2014
adalah 7,68 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka ini dikarenakan sudah
tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan
dari tenaga medis yang terampil,

a. Angka Kematian Bayi Tahun 2010


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2010

130
𝑋 1000 = 5,67 ≈ 6
22.948

Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2010
adalah 6 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.

b. Angka Kematian Bayi Tahun 2011


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2011

201
𝑋 1000 = 7,09 ≈ 7
28.328

Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2011
adalah 7 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.

c. Angka Kematian Bayi Tahun 2012


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2012

178
𝑋 1000 = 7,54 ≈ 8
23.582

Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2012
adalah 8 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.

d. Angka Kematian Bayi Tahun 2013


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2013

129
𝑋 1000 = 5,8 ≈ 6
22.230
Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013
adalah 6 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.

e. Angka Kematian Bayi Tahun 2014


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2014

127
𝑋 1000 = 7,68 ≈ 8
16.542

Jadi, banyaknya angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014
adalah 8 bayi tiap 1000 kelahiran bayi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kematian adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara


permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Sehingga, kematian
selalu di dahului oleh keadaan hidup, dan mati yang tidak pernah ada kalau tidak ada
hidup. Penyebab utama terjadinya hal tersebut adalah Degenation yaitu terjadi karena
faktor biologis manusia itu sendiri, Communicable Diseases yaitu penyakit yang
menular dan Environment, Social, Economic factor yaitu factor lingkungan, sosial, dan
ekonomi yang terjadi di suatu wilayah, misalnya peperangan, bencana, dll. Selain
penyebab kematian, juga terdapat factor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut
misalnya komposisi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial ekonomi,
dan tempat tinggal.

Dalam laporan ini membahas meningkatnya angka kematian ibu (AKI) di


Kabupaten Mojokerto yang cenderung meningkat tiga tahun terakhir. Laporan ini
membahas tentang faktor-faktor dan dampak yang mempengaruhi tingkat kematian dari
permasalahan di Kabupaten Mojokerto. Kurangnya tingkat kesehatan pada Ibu Hamil
membuat meningkatnya kematian di wilayah tersebut dan dibutuhkan cara untuk
mengurangi tingkat kematian dalam masalah tersebut dengan dasar Declining Mortality,
Not Rising Fertility.

3.2 Kritik

Dalam permasalahan tersebut, terjadi sebuah kecenderungan meningkatnya


angka kematian di tiga tahun terakhir di Kabupaten Mojokerto. Sulitnya pencapaian
target millineum development (MDG’s) yang manargetkan AKI 102 kematian /100.000
kelahiran di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2015. Berikut ini merupakan AKI
Kabupaten Mojokerto 3 tahun terakhir : 1. Pada tahun 2011, AKI Kabupaten Mojoketo
sangat rendah yakni hanya 95,96/100.000

2. Pada tahun 2012, AKI Kabupaten Mojokerto meningkat mencapai 116,89/100.000

3. Pada tahun 2013, AKI Kabupaten Mojokerto menyentuh angka 133/100.000


Dalam kasus tersebut, meningkatnya kematian yakni wanita/ibu hamil karena :

1. Ibu/ Wanita Hamil jarang memeriksakan kandungannya

2. Ibu/ Wanita Hamil enggan melalukan proses persalinan di


Puskesmas/Rumah Sakit

3. Kurangnya sosialisasi dari badan kesehatan kepada masyarakat tentang


pentingnya pemeriksaan, dan pemahaman empat terlalu dan empat terlambat.

4 terlalu = (Hamil terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering, daan terlalu dekat jarak
kehamilannya)

4 terlambat = (jangan terlambat menenali bahaya, terlambat mengambil keputusan


untuk periksa, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat penanganan)

3.3 Saran

Dari diskusi hasil kelompok kami diperoleh saran untuk masalah ini yaitu :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi terhadap ibu/wanita


hamil akan pentingnya pemeriksaan kesehatan bagi wanita/ibu hamil di
Kabupaten Mojokerto.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan dari puskesmas desa hingga rumah sakit


daerah di Kabupaten Mojokerto.

3. Meningkatkan kesadaran mesyarakat melalui sosialisasi terhadap ibu/wanita


hamil untuk melakukan persalinan di Puskesmas dan Rumahsakit di Kabupaten
Mojokerto.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi terhadap ibu/wanita


hamil untuk memperhatikan empat terlalu dan empat terlambat.
HASIL DISKUSI KELOMPOK

1. Pertanyaan dari Faiq Muhammad Azka


Kenapa faktor yang mempengaruhi kematian yang dijelaskan oleh kelompok
kalian lebih cenderung menekankan bahwa penyumbang kematian terbesar itu
karena bayi dan ibu hamil ?
Jawab :
Kami cenderung menekankan bahwa penyumbang kematian itu ibu dan
bayi karena studi kasus yang Kami angkat mengenai angka kematian bayi dan
ibu di Kabupaten Mojokerto sehingga faktor – faktor itu tadi lebih menjelaskan
ke arah sana. Namun, pada kenyataannya penyumbang kematian terbesar itu
adalah penduduk usia rentan. Maksud dari usia rentan itu sendiri yaitu penduduk
yang berada di atas umur 65 tahun ke atas, kondisi kesehatan mereka sudah
tidak stabil lagi dan mudah terserang penyakit sehingga menjadikan penduduk
pada usia tersebut menjadi salah satu penyumbang utama kematian. Selain itu,
bayi juga menjadi penyumbang kematian,karena tubuh seorang bayi itu akan
lebih mudah terkena infeksi, makanya banyak digalakkan berbagai macam
imunisasi untuk mencegah adanya virus yang masuk ke dalam tubuh bayi
tersebut.
Disamping itu, jika kita lihat dari faktor jenis kelamin, penyumbang
kematian terbesar adalah laki – laki. Hal ini dikarenekan laki – laki akan
cenderung sering berada di luar rumah dalam konteks kerja, serta pada ranah
kemiliteran, laki – laki akan lebih banyak ditugaskan untuk melakukan perang.
Jadi mereka memilii tingkat resiko kematian yang lebih tinggi.

2. Apakah kasus mati suri itu termasuk ke dalam mortalita ?


Jawab :
Ketika ada seseorang yang mengalami mati suri, jika jangka waktu dia
sadar setelah mati itu pendek maka itu tidak termasuk ke dalam mortalitas
karena belum di catat di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Namun, apabila seseorang tersebut telah mati dan dikuburkan, lalu jangka waktu
dia sadar dari kematiannya itu lama, maka awalnya itu tercatat sebagai
mortalitas karena ada pihak keluarga yang telah melaporkanya ke
DispendukCapil.

3. Mengapa kelompok kalian menekankan bahwa obat murah itu bisa menjadi
faktor anti-mortalitas ?
Jawab :
Seperti yang kita tahu bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia
menyukai sesuatu yang serba terjangkau baik dari harga walaupun kualitas. Obat
murah yang dimaksud disini ini bukan obat murah yang murahan, obat ini tetap
memiliki kualitas yang baik, namun untuk harganya memang sengaja
dimurahkan karena mendapat bantuan subsidi dari pemerintah. Nah, pola pikir
masyarakat kita ini yaitu jika ada yang murah kenapa harus milih yang mahal.
Oleh karena itu, pemerintah menggunakan pendapatan negaranya untuk
didistribusikan ke bidang kesehatan guna membantu meringankan warga
masyarakat yang berpendapatan rendah supaya tetap memperoleh pelayanan
kesehatan yang terpadu. Dapat kita lihat yaitu dengan adanya kartu BPJS. Nah,
kartu BPJS itu sendiri memiliki kelas masing – masing. Disini penduduk dapat
memperoleh obat secara gratis jika obat tersebut harganya di bawah harga yang
dipatok oleh BPJS dan jika harganya melebihi harga BPJS maka penduduk
hanya membayar kekurangannya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2014

Data Penduduk di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Pengertian Mortalitas dan Konsep Mortalitas .


https://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas (diakses pada tanggal 28 Oktober 2016)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai