Anda di halaman 1dari 29

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen
proses demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilisasi
penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortlaitas penduduk di suatu daerah tidak
hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan
barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah
tersebut. Dengan memperhatikan tren dari tingkat mortalitas dan fertilitas di
masa lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang dapatlah dibuat
sebuah proyeksi penduduk wilayah bersangkutan.
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat
yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali
satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per
1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan
morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit
selama periode waktu tertentu.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen
demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup.
Penyebab kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit
menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko
terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh
penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan
penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-
anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan

1
menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah. Kematian
dapat juga disebabkan karena Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi
seperti pengetahuan tentang kesehatan, gisi dan kesehatan lingkungan,
kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan
keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat (Budi Oetomo, 1985).
Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari ketidak tahuan masyarakat
mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya
komplikasi kehamilan.
Faktor yang menunjang dan menghambat kematian (mortalitas) di
Indonesisa adalah sebagai berikut :
1. Penunjang kematian (Pro Mortalitas), antara lain :
a. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
b. Fasilitas kesehatan yang belum memadai
c. Keadaan gizi penduduk yang rendah
d. Terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi,
banjir, dll
e. Peperangan, wabah penyakit, pembunuhan
2. Penghambat kematian (Anti Mortalitas), antara lain :
a. Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
b. Fasilitas kesehatan yang memadai
c. Meningkatnya keadaan gizi penduduk
d. Memperbanyak tenaga medis seperti dokter dan bidan
e. Kemajuan dibidang kedokteran
3. Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah jumlah kematian
setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Angka ini disebut angka kasar
karena perhitungan kematian dilakukan secara menyeluruh tanpa
memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan
tingkat kematian yang berbeda-beda. Rumusnya adalah:

2
CDR =

M= Angka kematian kasar


D = Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
k = Konstanta (1000)

Penggolongan angka kelahiran kasar :


a. angka kematian rendah apabila kurang dari 10 per 1000 penduduk
b. angka kematian sedang, apabila antara 10 – 20 per 1000 penduduk
c. angka kematian tinggi, apabila lebih dari 20 per 1000 penduduk

Disamping mortalitas, dikenal istilah morbiditas yang berhubungan


dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi, baik fatal
maupun non-fatal. Jelasnya morbidity statistics lebih cepat menentukan
keadaan kesehatan dari masyarakat daripada mortality statistics, karena
banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas
yang rendah ( misalnya pilek). Sayangnya, adalah lebih sulit untuk
mendapatkan statistik yang akurat dan berarti daripada morbiditas, karena tak
ada prosedur registrasi semacam surat keterangan kematian. Sejumlah terbatas
dari penyakit-penyakit telah dilaporkan pada petugas kesehatan masyarakat
tetapi dalam banyak hal, data untuk morbiditas harus diperoleh  dari sumber-
sumber statistik lainnya, misalnya statistik program penyehatan, catatan rumah
sakit dan klinik, catatan ketidak-hadiran di sekolah maupun tempat kerja, dan
pemeriksaan kesehatan rutin.
1.2 Rumusan Masalah

3
Apakah yang dimaksud dengan mortalitas dan morbiditas, konsep, sumber
data, pengukuran dan trend, determinan, teori dan perkembangan kebijakan
serta program penurunan mortalitas dan morbiditas?
1.3 Tujuan
Mengetahui tentang mortalitas dan morbiditas, konsep, sumber data,
pengukuran dan trend, determinan, teori dan perkembangan kebijakan serta
program penurunan mortalitas dan morbiditas

4
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Mortalitas dan Morbiditas


Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen
proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain
fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah
tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan
sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.
Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah
sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat
maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (Budi Utomo,
1985).
Morbiditas adalah cakupan kondisi panyakit, cidera dan alasan kontak
dengan pelayanan kesehatan, termasuk screening dan upaya pencegahan.
Pemberian kode biasanya berkaitan dengan satu peristiwa pelayanan
kesehatan di institusi kesehatan maupun saat mengadakan survei. Lazimnya
morbiditas dikaitkan dengan satu periode masa pemberian pelayanan
kesehatan (single episode).

2.2 Konsep Mortalitas dan Morbiditas


Mati adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (United
Nation and WHO). Terdapat 3 keadaan vital yang masing-masing bersifat “
Mutually Exclusive “ , artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi
bersamaan denngan keadaan lainnya, yaitu :
1. Live Birth
Lahir hidup (live birth) adalah peristiwa keluarnya hasil konsepsi
dari rahim seorang ibu secara lengkap, dengan tanda-tanda hidup (denyut
jantung, denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot) tanpa memandang
apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.

5
2. Death
Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup (Budi Utomo, 1985 dalam Mantra, 2010). Keadaan mati
ini hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup.
3. Fetal Death
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika
masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih (Achadiat, 2004).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya
janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,
seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja,
2005)

2.3 Sumber Data Mortalitas dan Morbiditas


Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk.
Cara pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan yang kontinyu terhadap
tiap-tiap peristiwa kematian. Hasil registrasi penduduk masih jauh dari
memuaskan, banyak peristiwa kematian yang belum tercatat, dan kualitas
datanya rendah. Penduduk sering merasa tidak ada suatu keharusan untuk
melapor dan mencatatkan setiap peristiwa kematian ini kepada Kepala Desa
atau Kepala Dukuh. Namun demikian, kalau dibandingkan dengan pencatatan
kelahiran, pencatatan kematian lebih lengkap.
Di Indonesia pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga atau
salah satu anggota kelaurga kepada Kepala Dukuh. Laporan ini kemudian
diteruskan ke Kantor Desa pada saat diadakan rapat Kepala Dukuh yang
biasanya berlangsung seminggu sekali. Sering terjadi bahwa pelaporan itu
tidak dilaporkan oleh kepala keluarga dan tidak pula diterima oleh Kepala
Dukuh. Penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan

6
waktu melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya
kurang dari keadaan sebenarnya (Uder Reporting).
Sumber yang lain dari data kematian, adalah penelitian (survei). Biasanya
penelitian kematian penduduk ini dijadikan satu dengan penelitian kelahiran
(fertilitas) yang disebut dengan penelitian statistik vital.
Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian, sering dibuat perhitungan
perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil sensus
penduduk (cacah jiwa) atau dari hasil penelitian (survei). Dalam sensus
penduduk, mengenai kelahiran dan kematian penduduk, ditanyakan: jumlah
perempuan yang pernah kawin menurut umur, jumlah anak yang dilahirkan
hidup, jumlah anak yang meninggal dan jumlah anak yang masih hidup. Dari
informasi diatas dibuatlah perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian
bayi, dan tingkat kematian anak.

2.4 Pengukuran dan Trend


Ukuran morbiditas dan mortalitas digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kesakitan atau kematian suatu komunitas
penduduk.ukuran Adanya beberapa ukuran kesakitan dan kematian yang
dikenal, dari yang paling sederhana sampai dengan cukup kompleks. Akan
tetapi, perlu dicatat bahwa keadaan kesakitan atau kematian dari suatu
penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu angka tunggal saja.
Biasanya, berbagai macam ukuran dipakai sekaligus guna mencerminkan
keadaan penduduk secara keseluruhan. Beberapa ukuran yang digunakan
dalam studi mortalitas dan morbiditas adalah angka , rasio , proposi ,
pravalensi , insiden dan person years lived.
Dua ukuran yang umum digunakan adalah satuan angka (rate) dan rasio
(ratio). Secara umum, angka didefisiensikan sebagai berikut. Angka
merupakan suatu ukuran yang menunjukan terjadinya suatu kejadian
(misalnya, kematian, kelahiran, dan sakit) selama periode waktu tertentu.
Sementara itu, rasio merupakan suatu ukuran yang menyatakan hasil

7
perbandingan antara dua nagka. Sebagai contoh adalah rasio antara bayi lahir
mati dan bayi lahir hidup.
Disamping dua bentuk ukuran di atas, kadangkala dipakai pula ukuran
lainnya yang berupa “presentase”. Pada intinya, presentase adalah rasio ,
hanya saja pada presentase, pembilangnya merupakan bagian dari penyakit.
Dalam menyatakan angka, rasio, atau presentase, perlu dijelaskan populasi
golongan nama yang mempunyai rasio
1. Kapan : Waktu berlakunya ukuran tersebut
2. Siapa : Ukuran untuk populasi yang mana
3. Apa : Ukuran untuk kejadian apa

2.4.1 Konsep Person Years Lived


Dalam ukuran angka, seperti disebutkan sebelumnya, dibutuhkan
informasi jumlah orang yang mempunyai resiko mengalami peristiwa yang
dimaksud sebagai penyebutnya. Oleh karena itu, mengetahui secara benar
konsep jumlah orang atau penduduk berisiko (exposed to risk) selama periode
waktu tertentu menjadi sangat penting.

2.4.2 Ukuran – Ukuran Dasar Morbiditas


Dalam morbiditas dikenal bebraoa ukuran penting, diantaranya adalah
insiden, pravelensi, dan attack rate.
1. Insiden
Insiden suatu penyakit didesifiensikan sebagai jumlah kasus suatu
penyakit selama suatu kurun waktu tertentu. Angka merupakan insiden
perpenduduk berisikonya atau population at risk. Secara teritas, bpenduduk
berisiko merupakan jumlah waktu “sehat” dalam tahun yang dijalani bersama
- sama oleh smeua anggota penduduk dari awal sampai akhir suatu kurun
waktu pengamatan. Dalam praktik, ukuran ini diperkirakan dengan penduduk
tengah-periodekurun waktu. Kenyataannya, biasanya tidak mungkin secar
langsung mengukur insidenkarena masalah ketidakpastian menentukan kpan
tepatnya suatu penyakit dimulai. Penentuan insiden suatu penyakit, umumnya

8
didasarkan pada mulainya gejala timbul, waktu diagnosis penyakit, tanggal
pelaporan, atau tanggal dirawat. Perlu dicatat bahwa insiden adalah frekuensi
kejadian selama suatu kurun waktu. Contohnya , pada suatu kejadian luar
biasa (KLB) campak disuatu sekolah dengan 400 murid dimana 60
diantaranya menderita campak , maka angka insiden campak pada KLB
tersebut adalah 15% (60/400)
2. Pravalensi
Pravalensi titik suatu penyakit menyatakan jumlah penduduk yang sakit
pada titik waktu (saat) tertentu, tanpa memperhitungkan kapan kasusu
penyakit itu telah dimulai. Angka pravalensi titik adalah rasio antar pravalensi
dengan penduduk atau jumlah orang berisiko pada titik waktu tersevut.
Pembilang adalah semua orang yang pada saat itu sakit, tanpa memandang
kapan kasus telah dimulai, sedangkan penyebut adalah semua penduduk
berisiko, baik yang sakit maupun yang tidak sakit.
Prevalensi periode suatu penyakit menyatakan jumlah penduduk
yang skakit, baik sakut lama maupun baru, selama periode waktu tertentu.
Prevalansi periode merupakan jumlah antara pravalansi titik padaak suatu
periode waktu dan insiden selama periode waktu tersebut. Prevalansi periode
kurang bermanfaat karena secara umum diperlukan pembedaan antara kasusu
lama dan kasus baru. Dengan demikian, ukuran frekuensi penyakit yang
banyak digunakan adalah prevalensi titik dan insiden . Prevalensi titik untuk
selanjutnya disebut sebagai prevalensi.
3. Attack Rate
Risiko terhadap suatu penyakit pada suatu penduduk mungkin saja
terbatas pada periode waktu pendek. Hal ini dapat terjadi karena faktor
etiologi penyakit hanya muncul sebentar, yaitu hanya selama epidemi, atau
risiko penyakit hanya terdapat pada kelompok penduduk tertentu. Pada
keadaan ini , insiden penyakit mungkin tidak akan meningkat walaupun kurun
waktu pengamatan diperpanjang. Sebagai contoh, mengenai penyakit yang
terjadi pada bayi. Pada suatu studi terhadap 194.000 bayi yang baru lahir,
ternyata 578 dianaranya kemudian menderita hyperthropuc pyloric stenosis.

9
Oleh karena kejadian ini terutama terjadi pada umur dibawah 3 bulan dan
hampir tidak pernah ditemukan pada bayi dengan usia diatas 6 bulan, maka
kurun waktu pengamatan yang relatif pendek sudah cukup memadai. Dalam
hal ini, angka serangan (attack rate) untuk hyperthropic pyloric stenosis adalah
( 578 x 1.000)/194.000, atau 3 per 1.000 kelahiran, tanpa perlu memberikan
spesifikasi lama kurun waktu pengamatan.

2.4.3 Hubungan antara Ukuran – ukuran Morbiditas


Dari beberapa ukuran morbiditas tersebut, terdapat adanya hubungan
penting antara ukuran prevaleni dan insedensi , yaitu

P bervariasi menurut hasil pekalian I dan D

Dimana P adalah Prevalensi, I adalah insiden , dan D adalah lama


penyakit rata – rata , dari mulai samapi berakhirnya penyakit , yang diukur
dalam waktu yang sama. Lama penyakit diukur dari titik yang sama
( misalnya , waktu tanggal diagnosis) dan prevalensi hanya memasukkan
kasus pada titik atau setelah titik tersebut.
Perubahan prevalensi dari suatu kurun waktu ke kurun waktu
berikutnya dapat terjadi karena perubahan dalam insiden, lama penyakit, atau
keduanya ( insiden dan lama penyakit).
Sebagai contoh, kemajuan pengobatan suatu penyakit yang mencegah
kematian bayi, tetapi tidak menghasilkan penyembuhan, justru akan
memberikan pengaruh paradoks, yaitu meningkatkan prevalensi penyakit.
Penurunan suatu prevalensi boleh jadi bukan saja karena penurunan insiden,
tetapi dapat juga karena lama penyakit yang memendek atau jumlah penderita
yang meninggal semakin banyak. Selanjutnya , apabila lama penyakit
memendek secara nyata, maka prevalensi dapat menurun walaupun insiden
meningkat.

10
Pada keadaan dimana insiden dan lama penyakit menetap dalam dimensi
waktu dikatakan penyakit dalam keadaan stabil dan hubungan antara
prevalensi, insiden dan lama penyakit, dapat dinyatakan sebagai
P=IxD
Bentuk hungan yang lain, jika penyakit berada dalam keadaan stabil,
adalah antara insiden (I) dan mortalitas (M), dimana perkiraan case fatality
rate dapat diketahui:
P = M/I

2.4.4 Ukuran – ukuran Dasar Mortalitas


Beberapa ukuran dasar mortalitas yang banyak digunakan antara lain
adalah sebagai berikut :

1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate – CDR)


CDR adalah jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu,
Secara matematis, rumus menghitung CDR adalah sebagai berikut :

Atau

Dimana :
M : angka kematian kasar
D : jumlah kematian pada tahun tertentu
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K : konstanta , umumnya 1.000

Contoh :
Pada tahub 1988, di Venezuela terdapat 81.442 kematian . Jumlah
penduduk Venezuela pada tahun tersebut adalah 18.940.000 orang

11
2. Angka Kematian menurut Umur ( Age Specific Death Rate –
ASDR)
Angka kematian menurut umur (ASDR) adalah jumlah kematian yang
terjadi pada kelompok umur tertentu per 1.000 penduduk kelompok umur
tersebut pada tahun tertentu. Rumus menghitung ASDR adalah sebagai berikut

Atau

Dimana
: angka kematian kelompok umur tertentu pada tahun tertentu

: jumlah kematian orang – orang pada kelompok umur i pada tahun

tertentu
: jumlah penduduk pada kelompok umur i pada pertengahan tahun

K : konstanta, umumnya 1.000

Contoh :
Jumlah kematian penduduk berusian 40-44 di Australia pada tahun 1987
adalah 1.825, jumlah penduduk berusia 40-44 pada tahub tersebut adalah
1.100.213 orang . oleh karena itu,

3. Angka Kematian Bayi

12
IMR adalah jumlah kematian bayi usia di bawah 1 tahun (0-11 bulan)
per 1.000 kelahiran hidup dalam tahun tertentu

Atau

Contoh
Pada tahun 1988 di Sri Lanka terdapat kematian bayi berusia di bawah 1
tahun. Jumlah kelahiran hidup pada tahun tersebut adalah 343.692 jadi,

4. Rasio Kematian Perinatal (Perinatal Mortality Ratio) dan Angka


Kematian Perintal (Perintal Mortality Rate)
Berdasarkan definisi WHO dalam Shryock dan Siegel (1976), kematian
perinatal adalah kematian pada periode perinatal, yaitu periode sesaat
kelahiran, saat kelahiran, dan beberapa saat setelah kelahiran. Untuk keperluan
perhitungan, kematian perinatal dihitung dari kematian janin minimal umur 28
minggu (lahir mati) sampai kematian bayi makasal 7 hari.
Kamtian perinatal dapat dihitung angaka maupun rasionya. Rasio
kematian perinatal per 1.000 kelahikran hidup, sedangkan angka kematian
perintal adalah jumlah kematian perintal per 1.000 gabungan antara kelahiran
hidup dan kematian janin minimal umur 28 minggu. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut.

13
Keterangan
RasioKP : Rasio kematian perinatal
AngkaKP : Angka kematian perinatal
: Jumlah kematian bayi maksimal umur 7 hari

: Jumlah kematian janin minimal 28 minggu

: Jumlah kelahiran hidup

5. Angka Kematian Baru Lahir (Neo-Natal Death Rate)


Angka kematian baru lahir, yaitu kematian yang terjadi ebelum sebelum
bayi berumur 1 bulan atau 28 hari 1.000 kelhiran pada periode tertentu

6. Angka Kematian Lepas Baru Lahir (Post Neo-Natal Death Rate)


Angka kematian lepas baru lahir, yaitu kematian yang terjadi pada bayi
yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1.000
kelahiran pada periode tertentu

7. Angka Kematian Anak (Child Mortality Rate)


Angka kematian anak (AKA) didefisiensikan sebagai jumlah kematian
anak berumur 1-4 tahun selama 1 tahun tertentu per 1.000 anak unur yang
sama pada pertengahan tahun itu. Dengan demikian, angka kematian anak
tidak menyertakan angka kematian bayi

14
8. Angka Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (Childhood
Martality Rate)
Angka kematian anak di bawah lima tahun (AKABA) didefinisikan
sebagai jumlah kematian anak usia di bawah lim tahun selama satu tahun per
1.000 anak usia yang sama pada pertengahan tahun tersebut. Rumus AKABA
adalah sebagai berikut

9. Proposi Kematian Anak di Bawah Lima tahun (Proportion of


Children Dead Under 5)
Proporsi kematian anak usia di bawah lima tahun didefinisikan sebagai
proporsi jumlah kematian anak usia di bawah 5 tahun selama 1 tahun tertentu
terhadap jumlah seluruh kematian selama tahun itu

10. Angka Kematian Material (Maternal Mortality Rate – MMR)


Angka kematian materual (MMR) adalah jumlah kematian wanita yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kelahiran anak per 100.000
kelahiran hidup pada tahun tertentu. Secara matematis, dapat dituliskan
sebagai berikut :

Contoh :

15
Pada tahun 1988, di Costa Rica terdapat 15 kematian wanita karena
komplikasi kehamilan atau kelahiran anak. Jumlah hidup pada tahun tersebut
adalah 81.376

Dengan demikian , di Costa Rica terdapat 18,4 kematian maternal per


100.000 kelahiran hidup pada tahun 1988

11. Angka Kematian menurut Penyebab (Cause Specific Death Rate)


Setiap kematian tertentu ada sebabnya dan perlu dicatat untuk
kepentingan penanggulangannya, disamping untuk kepentingan statistik.
Angka kematian menurut penyebab ini dinyatakan dalam banyaknya kematian
untuk suatu sebab tertentu per 1.000 penduduk
Contoh :

Pada tahun 1976, di Amerika Serikat tercatat 174,2 orang per 100.000
penduduk meninggal karena kanker

12. Case Fatality Rate (CFR)


Case fatality rate , yaitu banyaknya kematian penderita selama satu
periode karena penyakit tertentu per jumlah penderita tersebut yang
mempunyai risiko mati pada periode yang sama. Secara matematis CFR dapat
dituliskan sebagai berikut

16
Oleh karena pengukurannya yang relatif mudah dibandingkan morbiditas
, dan karena sensitisitasnya , maka angka kematian lebih sering digunakan
untuk mengukur status kesehatan . berikut ini adalah jenis – jenis angka
kematian yang dianjurkan WHO untuk digunakan sebagai indikator status
kesehatan.

13. Proporsi Kematian karena Sebab Tertentu (Proportion Dying of a


Specific Cause – PDSC)
Proporsi kematian karena sebab tertentu adalah jumlah kematian yang
disebabkan oleh penyebab atau penyakit tertentu dibandingkan dengan jumlah
seluruh kematian. Persaannya adalah sebagai berikut :

Contoh :
Pada tahun 1989 di Poryugak terdapat sejumlah 96.220 kematian.
Untuk kasus kematian karena kanker sejumlah 17.478 kasus. Dengan
demikian

14. Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)


Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata tambahan umur
seseorang yang diharapkan dapat teruss hidup. Perkiraan ini didasarkan pada
age specific death rate (ASDR) pada tahun tertentu. Biasanya, AHH dibuat
terpisah berdasarkan jenis kelamin, umur sekarang, dan suku/ethnic. Ukuran
yang umum digunakan adalah AHH pada saat lahir mencerminkan kondisi
kesehatan saat itu. Mengingat tren kematian yang selalu berubah, maka AHH

17
dari seseorang akan mengalami perubahan yang sesuai dengan perubahan juga
sesuai dengan pertambahan umur orang tersebut.
Contoh:
Jika angka kematian untuk umur tertentu pada tahun 1989 tidak berubah,
maka laki-laki di Austria yang lahir tahun 1989 secara rata-rata dapat
diharapkan untuk hidup sampai umur 72,1 tahun. Sedangkan wanitanya
diharapkan mencapai 78,8 tahun.
AHH untuk setiap Negara berbeda. Di Sierra Leone pada tahun
1990, AHH pada waktu lahir adalah 42 tahun, sedangkan pada saat yang sama
di Jepang angka tersebut adalah 79 tahun, hamper dua kalinya. Wanita Jepang
memiliki AHH tertinggi di dunia, yaitu 81,5 tahun. (haupt & Kane, 1991)

2.4.5 Menurut WHO Trend dalam Status Kesehatan


Mortalitas
Angka kematian bayi (AKB) menurun dari 74,2 per 1000 kelahiran
dalam tahun 1981-1991 menjadi 52,5 per 1000 kelahiran yang hidup dalam
tahun 1987-1997, angka kematian balita dari 107 menjadi 70,6 per 1000
kelahiran yang hidup, dan angka kematian maternal dari 450 dalam tahun
1985-1986 menjadi 390 per 100.000 kelahiran yang hidup dalam tahun 1989-
1994. Beberapa faktor termasuk pelayanan imunisasi, partisipasi masyarakat,
pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan, upaya dan pendidikan kesehatan,
berkembangnya kesadaran masyarakat, dan perbaikan sarana dan pelayanan
kesehatan, telah mempengaruhi terhadap perubahan yang signifikan dalam
mortalitas. Hambatan yang ada dalam mengurangi kematian termasuk:
meningkatnya urbanisasi, kemiskinan, dan banyaknya daerah yang terpencil
dan pulau-pulau yang kecil yang menyebabkan sulitnya untuk berkomunikasi.
Rencana selanjutnya akan menekankan kerjasama intra-sektoral, partisipasi
masyarakat, dan penyerahan kekuasaan untuk tingkat propinsi dan tingkat
yang lebih rendah
Morbiditas

18
Beberapa perubahan yang signifikan terhadap morbiditas telah terjadi
sejak evaluasi HFA yang kedua. Jumlah kasus kusta yang baru telah menurun
dari 41.649 di tahun 1995 menjadi 11.387 di tahun 1999. Pengenalan dan
perluasan dari terapi berbagai macam obat (multidrug therapy) mungkin telah
mencegah penyebaran kusta, dengan harapan untuk menghapuskannya di
masa yang akan datang. Kegiatan pengawasan malaria telah memberikan efek
yang minimal pada insiden malaria, dengan jumlah kasus yang menurun dari
1.668.504 di tahun 1992 menjadi 1.518.140 di tahun 1995. Penemuan kasus
dan perawatan telah diintensifikasikan, tetapi yang menjadi hambatan utama
adalah resistansi terhadap obat P. falciparum, kesulitan transportasi, dan
terbatasnya dana. Prevalansi tuberkulosis juga mengalami peningkatan sejak
evaluasi yang kedua, yang disebabkan oleh pelayanan yang terbatas dari
program pencegahan, tingginya tingkat orang yang keluar dari perawatan, dan
resistansi terhadap berbagai macam obat. Perhatian utama akan diberikan pada
penggunaan metode DOTS, yang diperkirakan memiliki tingkat kesembuhan
sebesar 85%. Setelah luasnya pelayanan imunisasi, insiden polio diharapkan
akan turun secara signifikan. Di tahun 1995, pengawasan polio yang lebih
baik diperkenalkan, dengan diagnosa yang didukung oleh hasil laboratorium.
Menurunnya kasus neonatal tetanus diselidiki antara tahun 1992-1995 (807
menjadi 390), yang disebabkan oleh meningkatnya pelayanan imunisasi,
pengawasan yang lebih baik, dan peningkatan dari ruang praktik yang bersih
dan higienis. Penurunan yang dramatis pada angka kesakitan campak dari
91.645 kasus di tahun 1992 menjadi 37.594 kasus di tahun 1995, dan pada
poliomyelitis dari 148 menjadi 14 kasus, yang dikarenakan oleh tingginya
pelayanan imunisasi, pengamatan yang intensif, dan pencegahan perjangkitan.

2.5 Determinan
Determinan mortalitas dan morbiditas:
1. Faktor-faktor reproduksi
 Usia
 Paritas

19
 Kehamilan tak diinginkan
2. Faktor-faktor komplikasi kehamilan
◦ Perdarahan pada abortus spontan/alamiah
◦ Kehamilan ektopik/diluar cavum endometrium
◦ Perdarahan pada trimester III kehamilan
◦ Perdarahan postpartum
◦ Infeksi nifas
◦ Gestosis/keracunan kehamilan
◦ Distosia/kesulitan persalinan
◦ Abortus provokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
◦ Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan
◦ Asuhan medis yang kurang baik
◦ Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial
4. Faktor-faktor sosial budaya
◦ Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
◦ Ketidaktahuan dan kebodohan
◦ Kesulitan transportasi
◦ Status wanita yang rendah
◦ Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil

Faktor Endogen adalah kematian bayi yg disebabkan oleh faktor anak


sejak lahir, diwarisi dr orangtuanya saat konsepsi atau didapati bunya selama
kehamilan sedangkan Faktor Eksogen adalah kematian bayi yg disebabkan
oleh faktor yg bertalian dengan lingkungan luar

20
Determinan Sosial-Ekonomi

Faktor ibu Pencemaran Kekurangan Gizi Luka

Lingkungan

Kesehatan Sakit

Pengendalian Penyakit Gangguan Mati

Perorangan Pertumbuhan
Gambar 2.1 Pengaruh sosio-ekonomi terhadap mortalitas bayi dan anak lewat
variabel antara
Sumber: Mosley, W.H. dan L. C. Chen (1984) dalam Mantra (2010)

2.6 Teori dan Perkembangan Kebijakan serta Program Penurunan


Mortalitas dan Morbiditas

Pengkajian mengenai permasalahan kependudukan sebenarnya telah


dilakukan sejak lama, selanjutnya masalah kependudukan dikenal dalam
lingkup ilmu demografis. Ilmu ini memandang beberapa permasalahan utama
dari kependudukan yang berputar pada fertilitas (kelahiran), morbiditas

21
(kesakitan), mortalitas (kematian), dan mobilitas (migrasi).Sepintas bagi
kebanyakan orang awam, permasalahan seperti ini merupakan permasalahan
yang sederhana. Namun, bila diperhatikan dengan seksama, maka dapat
disadari bahwa permasalahn kependudukan tidak hanya berbicara mengenai
permasalahan individu atau permasalahan dalam lingkup privat seseorang
saja, melainkan berbicara mengenai permasalahan publik yang ujungnya dapat
merembet kepada permasalahan ekonomi suatu negara.
Dalam hal kenegaraan, salah satu masalah paling menonjol dunia pada
saat ini adalah masalah kependudukan, dikenal istilah ledakan penduduk
(population explosion). Belum pernah sepanjang sejarah manusia eksplosi
penduduk berlipat menjadi dua kali dalam waktu yang makin pendek. Jika
jumlah penduduk dibiarkan seperti sekarang tanpa kendali (intervensi) maka
suatu pembangunan. kualitas penduduk tidak lagi dapat dijalankan. sebab
daya dukung sumber alam terbatas.Permasalahan seperti ini kini menjadi roda
setan yang kian berputar dan semakin kencang seiring laju kembang
penduduk. Ketika era globalisasi dan informasi masuk, namun kesediaan
sumberdaya tidak dimungkinkan untuk menghadapi dua kekuatan tersebut,
ditambah pula dengan tuntutan reformasi seperti penegakan hukum,
demokrasi, dan otonomi dalam bidang kenegaraan yang juga harus dibenahi.
Berbagai hal tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, menuntut untuk
segera dipecahkan bersamaan dengan penanganan permasalahn
kependudukan.
Menurut data yang diambil dari Statistik Indonesia, jumlah Penduduk
Indonesia tahun 2010 meningkat dari 230,632.700 (2009) menjadi
233,477.400 jiwa. Pada tahun 2011 jumlahnya meningkat menjadi
236,331.300 jiwa . Data tersebut menunjukkan peningkatan 6 juta jiwa
selama kurun 2 tahun. Permasalahan kemudian ialah, apakah kondisi negara
mampu menangani kebutuhan dari tiap penduduk yang kiand meningkat tiap
tahunnya meningat angka harapan hidup rata-rata pada tiap provinsi di
Indonesia hanya berkisar 65%, dengan prosentase harapan hidup tertinggi
pada angka 75% di kota-kota besar saja . Hal ini tidak didukung dengan

22
prosentase kecil angka kematian bayi yang hingga kini masih terdapat 88%
angka kematian bayi di provinsi Nusa Tenggara Barat, dan terkecil baru
mencapai 24% (kota-kota maju).
Statistik tersebut menunjukkan persebaran mortalitas dan angka harapan hidup
yang tidak merata pada tiap-tiap daerah di Indonesia. Tak urung BKKBN
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) gencar membuat
advertasi-advertasi dengan menggandeng selebritis terkenal

2.6.1 Mekanisme Penurunan Kematian Bayi dan Anak


Kematian bayi dan anka secara umum merupakan konsekuensi akhir dari
perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang
karena serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui
program-program kesehatan tidak cukup hanya dengan memeberantas
penyakit-penyakit penyebab kematian tetapi harus memasukkan pula
tindakan-tindakan yang mengarah kepada permasalahan yang lebih mendasar
yang menyangkut proses morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan.
Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas bayi dan anak.
Namun faktor sosio-ekonomi bersifat tidak langsung, yaitu harus melalui
mekanisme biologi tertentu (variable antara) yang kemudian baru
menimbulkan risiko morbiditas, dan selanjutnya bayi dan anak sakit dan
apabila tidak sembuh akhirnya cacat atau meninggal. Dalam mekanisme ini,
penyakit dan kurang gizi bukan merupakan variabel independen, tetapi lebih
merupakan indicator yang merefleksikan mekanisme kerja variabel antara.
Dengan demikian dalam merencankan dan melaksanakan program-program
kesehatan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas perlu dibekali
denngan peningkatan pengetahuan yang lebih luas dan lebih mendalam
mengenai mekanisme diatas, dan tidak hanya dibatasi pada penyakit penyebab
kematian, walaupun juga penting.
Penanganan terhadap masalah kematian bayi dan anak menuntut adanya
kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas bayi dan anak (Lihat gambar 2.1). Komponen dari kerangka ini

23
terdiri atas morbiditas dan mortalitas sebagai masalah pokok,dan faktor sosial
ekonomi serta variabel antara sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Termasuk dalam faktor sosial-ekonomi ialah faktor-faktor yang ada dalam
individu, keluarga dan masyarakat. Pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai dan
sumber ekonomi merupakan faktor individu dan keluarga, sedang suasana
politik, ekonomi dan keamanan merupakan faktor-faktor yang memepengaruhi
morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.
Faktor-faktor maternal, lingkungan, gizi, cedera dan pelayanan kesehatan
merupakan beberapa dari variable antara. Morbiditas dalam masyarakat
ditentukan atas dasar prevalensi dan insiden penyakit-penyakit yang
merupakan penyebab kematian utama (Budi Utomo, 1985) dalam Mantra,
2010.
2.6.2 Angka Harapan Hidup pada suatu Umur
angka harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata
jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah
berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas yang berlaku di
lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir misalnya,
merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru
lahir. Misalnya angka harapan hidup umur 5 tahun berarti rata-rata tahun
kehidupan yang akan dijalani bayi baru lahir. Misalnya angka harapan hidup
umur 5 tahun berarti rata-rata tahun kehidupan pada masa yang akan dating
dijalani oleh mereka yang telah mencapai usia 5 tahun.
Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik
untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Indikator yang
sering dipakai adalah angka harapan hidup waktu lahir (ekspection of life at
birth). Angka tersebut berkisar pada kurang lebih 40 tahun pada Negara
berkembang, dan 70 tahun pada negara maju. Angka harapan hidup waktu
lahir di Indonesia berdasarkan hasil analisis sensus penduduk tahun 2000
sebesar 65,43 tahun, dengan asumsi tingkat kematian mulai tahun 1980
sampai 2000 juga turun sesuai dengan kecenderungan di masa lampau (1967-
1979). Disamping itu level of mortality diasumsikan naik sebesar 1,2 setiap 5

24
tahun, sehingga angka harapan hidup waktu lahir naik dari 55,30 tahun dalam
periode 1981 sampai 1985 menjadi 65,43 tahun pada periode tahun 1996-
2000. Angka rata-rata di Dunia diperkirakan sbesar 61 tahun (Budi Utomo,
1993) dalam Mantra, 2010.

25
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga
komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk
selain fertilitas dan migrasi. Morbiditas adalah cakupan kondisi panyakit,
cidera dan alasan kontak dengan pelayanan kesehatan, termasuk screening
dan upaya pencegahan
2. Konsep Mortalitas dan Morbiditas adalah Live Birth,
Death, Fetal Death
3. Sumber data mortalitas dan morbiditas di Indonesia ialah
registrasi penduduk. Cara pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan
yang kontinyu terhadap tiap-tiap peristiwa kematian. Hasil registrasi
penduduk masih jauh dari memuaskan, banyak peristiwa kematian yang
belum tercatat, dan kualitas datanya rendah.
4. Ukuran morbiditas dan mortalitas digunakan sebagai dasar
untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kesakitan atau kematian suatu
komunitas penduduk. Beberapa ukuran yang digunakan dalam studi
mortalitas dan morbiditas adalah angka rasio , proposi , pravalensi , insiden
dan person years lived.
5. Determinan mortalitas dan morbiditas:
1. Faktor-faktor reproduksi adalah Usia, Paritas, Kehamilan
tak diinginkan
2. Faktor-faktor komplikasi kehamilan: Perdarahan pada
abortus spontan/alamiah, Kehamilan ektopik/diluar cavum
endometrium, Perdarahan pada trimester III kehamilan, Perdarahan
postpartum, Infeksi nifas, Gestosis/keracunan kehamilan,
Distosia/kesulitan persalinan, Abortus provokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan: Kesukaran untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, Asuhan medis yang kurang baik,
Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial

26
4. Faktor-faktor sosial budaya: Kemiskinan dan
ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, Ketidaktahuan dan
kebodohan, Kesulitan transportasi, Status wanita yang rendah,
Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
5. Teori dan Perkembangan Kebijakan serta Program
Penurunan Mortalitas dan Morbiditas
1. Mekanisme Penurunan Kematian Bayi dan Anak
Kematian bayi dan angka secara umum merupakan konsekuensi akhir
dari perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan
jarang karena serangan penyakit tunggal.
Dalam mekanisme ini, penyakit dan kurang gizi bukan merupakan
variabel independen, tetapi lebih merupakan indikator yang merefleksikan
mekanisme kerja variabel antara. Dengan demikian dalam merencankan
dan melaksanakan program-program kesehatan untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas perlu dibekali denngan peningkatan pengetahuan
yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai mekanisme diatas, dan tidak
hanya dibatasi pada penyakit penyebab kematian, walaupun juga penting.
2. Angka Harapan Hidup pada suatu Umur
Angka harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata
jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah
berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas yang berlaku di
lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir misalnya,
merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang
baru lahir. Misalnya angka harapan hidup umur 5 tahun berarti rata-rata
tahun kehidupan yang akan dijalani bayi baru lahir. Misalnya angka
harapan hidup umur 5 tahun berarti rata-rata tahun kehidupan pada masa
yang akan dating dijalani oleh mereka yang telah mencapai usia 5 tahun.

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi,


Jakarta :EGC.
Budiarto, Eko. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran,EGC.
Moertiningsih, Sri Adioetomo & Samosir, Bulan Omas. 2010 . Dasar – Dasr
Demografi edisi 2. Jakarta : Salemba 4
Monintja, H.E. (2005), Penyakit-Penyakit Dalam Masa Neonatal, dalam Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Mantra, I.B. 2010. Demografi Umum. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
http://who.or.id/ind/products/ow6/sub2/display.asp?id1#73

29

Anda mungkin juga menyukai