Anda di halaman 1dari 6

ATLAS PARASITOLOGI

Diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah parasitologi

Oleh :

Vita Khusnul Khotimah 112110101022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2012
Brugia timori

Penyebaran

Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak


1965, yang ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang
biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia
timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan
beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.

Hospes dan Habitat

Brugia timori hanya terdapat pada manusia. Manusia yang mengandung


parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan
(suseptibel). Biasanya pendatang baru ke daerah endemi (transmigran) lebih
rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita daripada penduduk asli. Pada
umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak
kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata
pada laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat. Penyakit yang disebabkan
oleh Brugia timori disebut filariasis timori.

Morfologi

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina berukuran
21 39 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13- 23 mm x 0,08 mm. cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria Brugia timori
adalah 280 310 mikron x 7 mikron. Periodisitas mikrofilaria Brugia timori
adalah bersifat periodik nokturna, dimana mikrofilaria ditemukan dalam darah
tepi pada malam hari dengan konsentrasi maksimal pada pukul 22.00 hingga
02.00.

Siklus Hidup

Daur hidup Brugi timori cukup panjang. Masa pertumbuhannya di dalam


nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam
tubuh nyamuk, parasit ini juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang
dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III.
Patologi

Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk


betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan
penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga
menjadi larva filariform infektif, kemudian berpindah ke proboscis. Saat nyamuk
menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui
lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak
mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk
sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.

Gejala Klinik

Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan


saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis
biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering
timbul setelah penderita bekerja berat di ladang atau di sawah. Limfadenitis
biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya. Kadang
perandangan limfe ini dapat menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas pada filariasis. Peradangan
pada saluran limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah
dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan sekitarnya, menimbulkan
infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis biasanya
berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini bila
sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda ini merupakan
salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala
komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya.

Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena,
lambat laun pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan
sudah sembuh, akhirnya timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal,
kelenjar limfe lain di bagian medial tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan
juga sering terkena. Pada filariasis brugia, elefantiasis hanaya mengenai tungkai
bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah di bawah siku. Alat
kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali di daerah filariasis brugia
yang bersamaan dengan filariasis bankrofti.
Diagnosis

Ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi pada malam


hari.

Pengobatan

Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Di Indonesia dosis


yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping
DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila dibandingkan dengan
yang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk pengobatan masal
pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan
adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40
minggu) atau garam DEC 0,2 0,4 % selama 9 12 bulan. Pengobatan dengan
iver mektin sama dengan pada filariasis bankrofti. Untuk mendapatkan hasil
penyembuhan yang sempurna, pengobatan ini perlu diulang beberapa kali.
Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat disembuhkan
dengan pengobatan DEC. Kadang elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis
lanjut dapat diobati dengan DEC.

Pencegahan

Pemberantasan nyamuk pada perindukan seperti An. Barbirostris di daerah


persawahan dan Mansonia yang berperindukan di rawa-rawa.

Anda mungkin juga menyukai