Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Memasuki suatu profesi dan tentunya ke dalam bidang kedokteran dicapai oleh seorang calon
melalui pendidikan panjang sebagai seorang anggota dari suatu kelas orang-orang yang sama,
dimana ia (dibawa pengarahan para professional yang berkeahlian, yang melayani dalam
kapasitas sebagai pendidik dan dengan proses belajar yang bersamaan) menerima pengetahuan
teknik yang penting bagi peranan maupun nilai, perasaan akan identitas, norma-norma tingkah
laku yang cocok bagi peranan itu. Dalam penelitian yang telah dilakukan, dapat dicatat dua
pendekatan pokok terhadap studi tentang pendidikan kedokteran, yakni pendekatan psikologi dan
sosiologi. Pendekatan psikologi berfokus pada individu dan mencari ciri-ciri kepribbadian, cara
berpikirnya, dan perasaannya. Studi psikologi ini membantu panitia untuk memilih calon-calon
yang dianggap berhasil dalam studi kedokteran mereka. Pendekatan sosiologi memberikan
perhatian terhadap perkembangan dari suatu kebudayaan mahasiswa sebagai suatu alat adaptif
yang membantu mahasiswa mengatasi stress dalam studi mereka. Kedua pendekatan tersebut
saling melengkapi dan tidak bertentangan.

1. Pendaftaran
Ciri-ciri mahasiswa kedokteran sangat berbeda, tergantung dari lokasi geografis fakultas
mereka, komposisi, ras, dan agama dari populasi tempat mereka berasal dan rasio desa-
kota mereka berasal. Secara garis besarr ciri-ciri mahasiswa kedokteran, persamaan lebih
menonjol daripada perbedaannya, mereka umumnya memiliki IQ tinggi, berasal dari
strata ekonomi atas dari masyarakat Amerika dan anak-anak yang orang tuanya
merupakan lulusan sekolah tinggi dalam bidang bisnis dan profesi kedokteran. Di
Downstate Medical Center dari State University New York, Bloom menemukan bahwa
2/3 diantara mahasiswa berasal dari latar belakang professional dan manager. Ahli
sosiologi menaruh perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa memilih
karir kedokteran. Menurut Hall tidak hanya keluarga yang mendorong minat ke karir
kedokteran, namun mereka mempunyai peranan besar dalam hal karir tersebut tercapai
seperti member semangat, penyediaan tempat pribadi untuk kemudahan studi. Tetapi
keluarga dari tingkat sosio ekonomi rendah kurang memiliki sarana dan pengertian untuk
terus menghidupkan dan memperkuat ambisi itu melalui tingkah laku yang mendukung.

2. Kebudayaan mahasiswa
Pandangan-pandangan yang kontras menggambarkan, bagaimana model mempengaruhi
interpretasi. Para mahasiswa dan dosen jelas membentuk status yang dikotomi, dengan
banyak perhatian yang sama, namun dengan kehidupan yang terpisah. Kebudayaan
mahasiswa, sebagaimana kebudayaan lain, muncul karena sekumpulan orang hidup
bersama dalam lingkungan yang sama, melakukan aktifitas yang sama, dan hidup dalam
kondisi stress yang sama pula. Kebudayaan mahasiswa juga dipandang sebagai sarana

PENDIDIKAN PERAWAT
Selama ini, lembaga pendidikan tertua didasarkan pada rumah sakit, dengan program
pendidikan selama tiga tahun untuk menghasilkan ijasah perawat. Program diploma yang
pertama, yang jumlahnya tiga buah muncul tahun 2873 di AS. Beberapa progam diploma
diberbagai rumah sakit besar jelas memberikan pendidikan yang baik, terdapat pula diploma
yang berkembang pada ratusan rumah sakit yang tidak menghasilkan staff. Suatu pendidikan
perawat rumah sakit sering kali dinilai sebagai supply tenaga kerja murah bagi perawatan pasien.
Program baccalaureate dan menuju ke gelar bachelor of science berlangsung selama empat
tahun. Program universitas ini menekankan dasar ilmiah bagi perawatan, termasuk ilmu perilaku
dan ilmu fisik. Para staff pengajar yang teratih mengajar, banyak diantaranya memiliki gelar
yang tinggi termasuk gelar Ph.D. Tipe ketiga dari pendidikan perawat yang dikenal sebagai
associate degree program, diberikan dalam pendidikan dua tahun pada komuniti college(tingkat
akademi). Tipe program inilah yang terbanyak. Selama dua puluh tahun program diploma telah
berkurang menjadi separuh, sedangkan program baccalaureate meningkt dua kali lipat. Program
associate degree bertambah dalam jumlh yang sangat menakjubkan yakni 3000 %.
Corwin dan Taves memberikan profil yang baik mengenai diri siswa perawat tingkat
pertama. Mereka menumakn bahwa seperempat dari siswa tersebut berasal dari pedesaan.
Namun siswa perawat dengan mahasiswa kedokteran berbeda dalam hal penentuan karir, dimana
siswa perawat memilihnya pada usia yang jauh lebih muda daripada usia mahasiswa universitas
pada umumnya waktu memilih karir mereka. Selain itu mereka tampaknya berasal dari keluarga
yang tingkatan social ekoominya lebih rendah daripada mahsiswa kedokteran. Tapi siswa
program baccalaureate berasal dari keluarga kelas menegah dan atas.
Knopf menemukan bahwa para siswa associate degree lebih heterogen dalam hal jenis
kelamin, status perkawinan, usia, daripada mereka yang terdapat pada kedua program lainnya.
Para siswa program diploma relative homogen dalam hal jenis kelamin, usia, status perkawinan.
Sebagian dari mereka lulusan SLA yang pandai dan berasal dari keluarga yang berpenghasilan
sedang. Para pelamar ke sekolah perawat tingkat baccalaureate adalah siswa ulit putih, masih
muda, belum kawin, dan merupakan siswa yang sangat baik di SLA. Salah satu diantara banyak
perubahan yang menarik dalam pola penerimaan adalah jumlah yang relative membersar dari
para pria yang memasuki program perawatan. Program associate merupakan yang paling
menarik bagi pria,program baccalaureate yang paling kurang terbuka.
PENGALAMAN PENDIDIKAN
Pada sekolah perawat universitas California di san fransisco, para siswa sesuai profil
yang baru diuraikan mengenai para calon baccalaureate; mereka ternyata berasal dari keluarga-
keluarga kelas menengah-atas amerika. Sebagian besar dari para siswa merupakan orang kulit
putih dan protestan. Myoritas dari mereka telah mulai memikirkan karir perawat pada umur yang
benar-benar mudah : 28% antara usia 10-14 tahun, dan tambahan 27% berusia antara usia antara
14-16 tahun.
Kebudayaan siswa yang mencolok ditemukan disekolah perawat di San Fransisco
tersebut dan seperti juga yang terdapat di fakultas kedokteran, peranannya bersifat adaptif.
Walaupun para dosennya lebih mudah disbanding dosen di fakultas kedokteran, kebudayaan
mahasiswa itu umumnya terbentuk akibat sikap kecurigaan mereka terhadap maksut dari para
dosen mereka. Semenjak tahun pertama studi mereka, mayoritas siswa menentukan bidang-
bidang penting yang dapat dimanipulasi. Dalam lingkungan yang sangat interaksional pada
sekolah perawat, para siswa merasa takut bahwa mereka dinilai didalam maupun diluar
panggung, bahwa dalam lingkungan itu tingkah laku dan tindakan yang tidak lazim dianggap
pantas selama proses evaluasi, telah dicatat oleh para dosen yang digunakan untuk menilai
keseluruhan penampilan mereka.
Jika kepentingan dari apa yang disebut oleh Goffman sebagai impression
manajemen(manajemen berdasarkan kesan) menjadi jelas bagi mahasiswa dan ketika mereka
menyadari akandinilai dalam berbagai tempat maka mereka mengembangkan teknik
fronting(unjuk diri). Untuk mencapai sesuatu unjuk diri yang pada dasarnya berhasil, seorang
siswa harus melebur secara tepat sikap menuntut, sikap merendahkan diri dan kecanggungan.
Sebagaimana dalam kebudayaan-kebudayaan mahasiswa lainnya, terdapat banyak tekanan pada
seseorang untuk menyatukan diri dan mempertahankan solidaritas dengan rekan-rekannya. Para
siswa saling mengharapkan untuk memperoleh nilai baik, tetapi tidak menonjol secara
menyolok. Siswa yang tertinggal dari kawan-kawannya, yang benar-benar dianggap perlu
ditolong, memperoleh bantuan dari rekan-rekan mereka yang lebih berhasil. Lepas dari
meluasnya etika mengenai kesejajaran ini beberapa siswa terdorong untk maju, maka mereka
mencari berbagai cara untuk melakukan hal ini tanpa mengancam teman-teman sekelas mereka.
Biasanya dengan cara mengumumkan suatu nilai yang tertinggi dengan mengatakan heran, saya
bisa mendapat nilai A. perawatan pasien ditempat tidurnya juga memungkinkan kesempatan
untuk menonjol tanpa mengancam gengsi dasar akademik dari mayoritas siswa. Namun,
meskipun kompetisi bekembang secara pribadi, kebudayaa mahasiswa secara keseluruhan
nampaknya menghambat kesempurnaan pendidikan yang amat dicita-citakan oleh pihak
instruktur terhadap para siswa.
DILEMA PERAWATAN
Benne dan Bennies telah menunjukkan tiga bidang dilemma dalam perawatan yang telah
memperoleh perhatian besar dalam ilmu perilaku : 1. Frustasi perawat yang disebabkan oleh
perbedaan antara citra dirinya mengenai apa yang dirasakannya harus dilakukan dengan
kenytaan yang dia lakukan. 2. Friksi antara dokter-perawat. 3. Banyaknya masalah mengenai
dorongan bagi profesionalisasi.
1. Peranan Perawat : Ideal dan Kenyataan
Schulman menganggap peranan perawat yang ideal, menolong orang sakit dan mengatur
dengan istilah pengganti ibu. Ia menganggap peranan tersebut feminism ditandai oleh
kasih sayang, keintiman, dan kehadiran diri, yang diidentifikasikan dengan perawatan
dan perlindungan terhadap seorang anak (yakni si pasien). Citra trdisional awam
mengenai peranan perawat adalah seperti yang dilakukan oleh bidadari penolong yang
merapikan tempat tidur dan menepuk bantal yang menempelkan tangannya yang sejuk
dan memberikan keyakinan di atas dahi orang yang demam, dan yang melalui sikap
kemampuan profesionalnya menenangkan pasien serta meningkatkan proses
penyembuhan.
Namun dalam konteks rumah sakit modern Schulman dalam artikelnya
mengatakan bahwa memang benar bahwa perawat professional telah meninggalkan sisi
tempat tidur pasien dan bahwa mayoritas perawat professional telah memutuskan konflik
antara peranan pengganti ibu dan peranan penyembuh, dengan cara meninggalkan,
menghindari atau mengganti fungsi-fungsi keibuan dari perawat. Namun mistik tentang
perawatan pasien masih terus melekat: kekuatan bayangan mengenai perawat disisi
tempat tidur menurut Strauss, adalah demikian rupa sehingga para perawat yang tidak
bekerja disisi tempat tidur (terutama para administrator dan pendidik) harus membuktikan
aktivitas mereka demi keuntungan yang utama bagi para pasien.
Banyak perawat suka atau percaya pada perawatan pasien disisi tempat tidurnya
dan sering mencoba menghindari tanggung jawab administrative. Namun salah satu
ironis dari profesi tersebut ialah bahwa para administrator (bersama dengan para
pendidik) telah memperoleh lebih banyak prestise dan kekuasaan sedangkan para perawat
yang merawat pasien hanya sedikt memperoleh keduanya. Hatton mengatakan: untuk
maju dalam hierarki lembaga apapun, mereka (para perawat) harus menerima pos
administrative yang menjauhkan mereka dari pasien. Situasi ini sering menyebabkan
pasien tidak memperoleh perawatan yang optimal, dan para perawat menjadi frustasi
akibat penulisan masalah dan menghindari rapat-rapat komite.
2. Hubungan Perawat Dokter
Barbara Gates mengatakan, kenyataan bahwa dokter adalah otokrat yang
terakhir ia adalah orang yang menganggap perawat dan professional kesehatan lainnya
sebagai non professional yang tugasnya adalah bekerja lebih banyak untuknya daripada
untuk pasien. Seandainya dokter menghitungkan mereka, maka ia melihat mereka sebagai
pelayannya dan bukan sebagai kawan sejawat atau koleganya.
Hal ini tidak selamanya demikian. Floren Nightingale mendefinisikan peranan
perawat sebagai peranan yang benar-benar merupakan bawahan dokter. Hingga tahun
1930an kebanyakan perawat bekerja sebagai perawat yang bertugas pribadi di rumah-
rumah dimana mereka bertugas selama 24 jam diantara waktu-waktu kunjungan dokter
ke rumah-rumah, perawat adalah mata dan telinganya: penting sekali bagi perawat untuk
menyampaikan kepada dokter tentang semua detail dari kasus yang telah terjadi saat itu,
semenjak kunjungannya yang terdahulu. Dokter yang mempunyai kepercayaan terrhadap
perawatnya terasa bahawa ia mempunyai kawan yang penting dalam mendorong
kessembuhan pasien.
Namun dengan beralihnya lebih banyak pelayanan perawat ke rumah sakit,
denngan semakin bertambahnya pembagian kerja, perawat kehilangan pengawasan atas
lingkungan pasien dan hanya merupakan salah satu bagian yang kecil saja dari sejumlah
sekrup dalam system perawatan kesehatan yang semakin bersifat kaku.
Hubungan atassan bawahan yang bersifat kaku antara dokter dan perawat
mungkin paling banyak menyebabkna sakit hati para perawat. Sementara mengakui
kelebihan pendidikan dokter dalam keterampilan dan diagnosis, perawat merasa bahwa
mereka sering kali mempunyai keterbatasan dalam melakukan apa yang dapat mereka
kerjakan untuk membuat pasien lebih nyaman, untuk mengetahui kebutuhan medical
yang terlewat dari pengamatan dokter, dan mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan
tersebut kepada para dokter. Perawat pernah diajari cara untuk berhubungan denngan
dokter : harus sopan, mengakui pengetahuan dokter yang lebih tinggi, dan tunduk pada
instruksi mereka, bahkan harus berdiri jika dokter masuk kamar. Sebaliknya para dokter
sudah memperkirakan adanya penghormatan yang demikian itu dari perawat.
Carol Taylor mendeskripsikan peranan yang seringkali terpaksa dilakukan oleh
perawat itu, yang dinamakannyapendekatan ritual, yaitu proses dimana pasien
dipersiapkan oleh perawat untuk diperiksa dokter.
Namun seperti halnya dalam setiap situasi yang menyangkut hubungan antar
pribadi, ada saluran komunikasi formal maupun informal. Apabila saluran informal
diakui dan dimanfaatkan dengan niat baik dan saling menghargai, maka hubungan itu
akan sangat efektif. Stein mendeskripsikan permainan dokter-perawat dan aturan-
aturan yang tak tertulis yang membolehkan perawat untuk merkomendasi secara
bijaksana kepada dokter, rekomendasi yang jarang dilakukan secara terang-terangan.
Menurut Stein, bagi perawat, tekniknya adalah bahwa usulan yang diajukannya dibuat
sedemikian rupa hingga nampaknya berasal dari dokter. Melalui aliansi ini dokter
memperoleh wibawa dan rasa kagum dalam pelayanan perawatan. Ia bisa merasa yakin
bahwa staf perawatnya akan melancarkan pekerjaan yang harus dilakukannya. Laporan-
laporan pasien akan siap menggunya waktu ia tiba, keresahan pasien dan keluarganya
akan selesai diatasi, kerja rutinnya kan berlanjut dengan menyenangkan, dan ia pun akan
dibantu dengan seribu satu cara lainnya. Sebaliknya perawat menikmati reputasi sebagai
perawat yang luar biasa baiknya, dan status serta prestisnyapun naik sesuai dengan
julukannya itu. Namun lepas dari adanya kemungkinan tentang permainan dokter-
perawat, pertandingan itu tidak sebanding : peraturan tidak mengizinkan bagi perawat
yang terdorong secara professional untuk mencapai prestis itu untuk dirinya sendiri dan
untuk disiplin ilmu yang mungkin ia dambakan.

DORONGAN KE ARAH PROFESIONALISASI


Hingga akhir-akhir ini, siswa profesi menganggap tuntutan perawat terhadap status
professional sebagai penyimpangan. Di abad lalu, para perawat menganggap dirinya sebagai
professional dan mereka dianggap demikian oleh masyarakat awam. Namun, dibandingkan
dengan kelompok kerja lain yang biasanya dianggap profesional, mereka menampakkan
perbedaan yang menyolok dalam pendidikan, pengetahuan spesialisasi yang berbeda, otonomi
dan keterikatan kepada karier. Perawat harus berjuang untuk mengidentifikasi seperangkat
pengetahuan spesialisasi yang bukan berasal dari kedokteran, untuk membedakan para
dokternya. Telah dinyatakan pula bahwa mayoritas perawat Nampak kurang memiliki keterikatan
terhadap karier mereka, yang merupakan cirri dari suatu profesi. Hasil survai terhadap para siswi
perawat mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka menginginkan dan mengharapkan
perkawinan pada awal karier mereka dan mereka membandingkan dengan karier sebagai perawat
(Glaser 1966 : 25). Ambivalensi terhadap karier juga Nampak dalam berkurangnya jumlah calon
perawat, karena sekitar sepertiga dari para siswa perawat telah gagal menyelesaikan pendidikan
mereka (Corwin dan Taves 1963 : 201). Akhirnya, telah dinyatakan bahwa ambivalensi terhadap
karier terlihat pada angka rata-rata dari para pekerja baru di rumah sakit yang cukup tinggi
dibandingkan dengan yang terdapat pada industry lain, demikian pula adanya persentasi tinggi
dari perawat yang hanya bekerja sambilan.
Dapat diperdebatkan bahwa dalam masyarakat yang kompleks dimana ada pilihan hidup
yang bervariasi dan ada masalah perana jenis kelamin wanita dalam memilih atau
mengkombinasikan antara karier tradisional sebagai istri dan ibu dengan suatu profesi lain,
pekerjaan merawat merupakan pekerjaan yang sangat adaptif yang merupakan suatu kompromi
menyenangkan, yang memberikan kesempatan bagi para wanita untuk memperoleh yang terbaik
di antara berbagai situasi. Para perawat yang baik senantiasa banyak dibutuhkan, sehingga hanya
sedikit saja waktu yang diperlukan untuk mempelajarinya pada waktu menerima pekerjaan baru.
Perawat nampaknya merupakan pekerjaan yang benar-benar cocok bagi banyak wanita yang
ingin mengkombinasikan antara kerja dan peranan-peranan di dalam rumah.
Angka rata-rata dari perawat baru yang diterima masuk kerja,secara menyolok lebih
rendah daripada yang digunakan dalam interpretasi terdahulu mengenai profesionalisme dalam
perawatan. Perawatan telah sejak masa Florence Nightingale merupakan pekerjaan jenis kelamin
yang berdasarkan atas stereotip peranan yang diddominasi oleh pria. Dalam analisisnya Ashley
mendeskripsikan ketakutan generasi dokter amerika yang terdahulu bahwa perawat akan menjadi
terlalu pandai sehingga menjadi ancaman pengawasan dokter terhadap pengobatan. Hal yang
utama menjengkelkan adalah asumsi dimasalalu bahwa anggota profesi kedokteram tidak hanya
mengontrol pendidikan kedokteran tetapi juga pendidikan perawat.

KELANJUTAN PERANAN PERAWAT


Ada banyak hal diantaranya gerakan hak-hak wanita yang mendorong perkembangan
peranan-peranan perawat yang baru dan meluas, yang ditandai oleh semakin bertambahnya
otonomi dan tanggung jawab professional. Perubahan ini Nampak jelas dalam rumah sakit,
perana-peranan baru ditunjukkan dengan sangat baik oleh spesialis klinik. Para spesialis klinik
menawarkan perawatan disisi tempat tidur dalam unit perawatan intensif. Kehadiran personal
medis yang mampu membuat keputusan yang cepat dapat menentukan perbedaan antara mati dan
hidup adalah penting sekali.

Besarnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan dokter-perawat di unit


gawat darurat dijelaskan oleh Berwind. Sekali perawat diakui sebagi tokoh yang penting di unit
koroner, dokter akan semakin berpaling kepadanya dalam hal yang menyangkut detail teknik dari
unit tersebut demi kepentingan pasien. Perawat memikul tanggung jawab atas seorang pasien,
biasaanya sejak ia masuk hingga pulangnya. Pendekatan ini dapat dikombinasi dengan unit
perawatan intensif misalnya, dalam pediatri. Dalam perkembangan terakhir muncul perawat
dengan ketrampilan khusus yang menempatkan mereka sebagai peserta dalam pendidikan dokter,
hal ini terjadi dalam konteks Pediatric Cardiology Associate (perkumpulan kardiologi pediatric).
Pediatric Cardiology Associate berfungsi mengatasi kesibukan para ahli kardiologi yaitu
pemeriksaan dan perawatan pasien.

Di luar rumah sakit, perluasan peranan perawat dapat dilihat sebagai fungsi untuk
mengatasi tidak cukupnya jumlah dokter umum (kini dokter spesialis mengungguli dalam
perbandingan 3:1). Kini makin banyak jumlah perawat yang bekerja sebagai perawat praktek.
Perawat berpraktek memberikan berbagai pelayanan yang bersifat masyarakat seperti pediatric
dan perawatan keluarga lainnya. Kenyataan yang sama dalam semua kasus adalah bahwa mereka
memperoleh tanggung jawab besar yang melebihi sebagian besar tanggung jawab pekerjaan di

rumah sakit. Perawat berpraktek sering kali ditanggapi secara keliru dalam peranan baru yang
sejajar dengan asisten dokter. Perawat yang bekerja sebagai asaten dokter biasanya memperoleh
pendidikan tambahan 2 tahun lagi setelah pendidikan dasr mereka. Namun peranan tersebut
masih mempertahankan hubungan tradisional dokter-perawat yang bersifat hubungan antara
atasan-bawahan yang dirasakan perawat sebagai sesuatu yang tidak enak.
Di masa depan akan lebih banyak lagi pelayanan perawatan yang akan diberikan di luar
lembaga. Perawat kesehatan pada berbagai situasi yang berpindah-pindah akan menyerap
sejumlah besar perawat. Segala kecenderungan tersebut mendukung usaha-usaha para pemimpin
perawat yang telah bertahun-tahun bekerja untuk memperoleh pengakuan perawatan yang penuh.
Aspek lain dari dorongan professional telah nampak dalam waktuu yang lebih lama lagi.
Pimpinan perawat melihat bahwa sisa dari meja kedokteran yang merupakan porsi mereka
tidaklah cukup bagi suatu status professional yang khusus.

Anda mungkin juga menyukai