I
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing Kedua
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
II
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi ini telah diuji dan dinilai Oleh Dewan Penguji
ProposalSkripsi Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas WirarajaPada tanggal…………..
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : ( )
Anggota Penguji : ( )
Anggota Penguji : ( )
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
Disetujui Oleh
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “STUDI
KUALITATIF: PERSEPSI IBU TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
TANPA RESEP DOKTER PADA BALITA PENDERITA ISPA DI
KECAMATAN PASEAN” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penyusunanproposal skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta
dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak untuk itu ijinkan peneliti
menyampaikan terimakasih kepada :
Sumenep,
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................I
KATA PENGANTAR..................................................................................IV
DAFTAR ISI.................................................................................................V
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
V
2.3 Konsep Persepsi...............................................................................29
2.3.1 Definisi Persepsi......................................................................29
2.3.2 Faktor-Faktor Persepsi............................................................30
2.4 Teori Health Belief Model...............................................................31
2.4.1 Definisi Health Belief Model..................................................31
2.5 Konsep Perilaku................................................................................41
2.5.1 Definisi Perilaku.....................................................................41
2.5.2 Klafikasi Perilaku...................................................................42
2.5.3 Proses Pembentukan Perilaku.................................................42
2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku....................................43
2.5.5 Domain Perilaku.....................................................................44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL.......................................................46
VI
3. Tahap Penyusunan Laporan................................................54
4.7 Analisa Data.....................................................................................55
4.7.1 Open Coding...........................................................................55
4.7.2 Axial Coding...........................................................................56
4.7.3 Selective Coding.....................................................................56
4.8 Masalah Etika...................................................................................56
4.8.1 Informance Consent................................................................57
4.8.2 Anatomity dan Confidentiality................................................57
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................58
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
VII
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita. Ibu balita sering ditemukan
bayi (AKABA) yang diakibatkan oleh ISPA. Penyakit ini menempati posisi
India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh,
40 untuk setiap 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% setiap tahun. Selain
itu, sekitar 13 juta anak muda di planet ini selalu berusaha keras. Peninggalan
yang terjadi di negara-negara pertanian dan ispa adlah salah satu peyebab
pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Menurut hasil
Riskesdas 2017, kejadian ISPA sebesar 46,34%. Sedangkan, pada tahun 2016
1
sebesar 65,37%. Gambaran kematian (kematian) yang dipimpin oleh
32,10% dari seluruh kematian balita, sedangkan di Wilayah Jawa Timur itu
adalah 28% pada tahun 2016 dan 27,2% pada tahun 2017. Di Jawa Timur
pengungkapan dan pengobatan korban ISPA pada balita dari tahun 2017
korban ISPA, tepatnya 34.877 kasus. Sementara itu, pada tahun 2017 jumlah
pasien meningkat menjadi 46,87%, yaitu 36.584 kasus (Sari et al., 2021).
Tanggal 16 januari 2022 didapatkan bahwa data balita yang mengalami ISPA
di wilayah Puskesmas Pasean sangat tinggi, yaitu pada tahun 2021 sebesar
228 dan pada tahun 2022 sebesar 157, ISPA disebabkan oleh adanya infeksi
virus atau bakteri pada saluran pernafasan. Baik pernafasan atas maupun
pernafasan bawah dapat terserang infeksi, namun paling sering terjadi pada
bagain atas.
2
Hasil wawancara yang dilakukan diwilayah Kecamatan Pasean pada
terutama amoxiciline padahal obat antibiotik tanpa resep dari dokter dapat
kesehatan yang berwenang terutama oleh dokter dan juga apoteker serta
kepada balitanya. karena pembelian antibiotik yang bisa dibeli secara bebas di
kalangan masyarakat, seringkali antibiotik dibeli tanpa resep dari dokter atau
3
membelikan antibiotik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
anak mereka antibiotik yang sama seperti sebelumnya (Miguna et al., 2021).
daerah kecamatan pasean belom diteliti maka dari itu penting untuk diteliti
antibiotik tanpa resep dokter pada balita penderita Ispa di Kecamatan Pasean.
4
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Pembaca
biotik tanpa resep dokter pada anak penderita ISPA. Selain itu juga
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep ISPA
Nasional ISPA dicipanas jawa barat. Istilah ini merupakan istilah bahasa
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung
ISPA bagian atas adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian atas mulai
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
Adapun yang termasuk dalam infeksi saluran napas bagian atas adalah batuk
anak kecil, terutama apabila terdapat gizi kurang ditambah dengan keadaan
lingkungan yang tidak sehat, seperti terdapat asap rokok di dalam rumah
6
atau terhadap polusi. Risiko terjadi pada anak-anak karena meningkatkan
terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
pola tatalaksana penderita ISPA adalah Balita. Gejala batuk dan atau
1. Pemeriksaan
napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
7
Klasifikasi pnemonia berat didasarkan pada tarikan diding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan sampai < 5
kuat. (TDDK kuat) atau adanya napas cepat 60x/menit atau lebih.
sampai < 5 tahun ditandai dengan tidak adanya tarikkan dinding dada
bagian bawah, tidak ada napas cepat: 2 bulan -12 bulan: x/menit, 12
bulan - < 5 tahun: < 40x/menit, sedangkan untuk anak < 2 bulan.
kuat dan tidak ada napas cepat, frekuensi napas < 60x/menit.
4. Pengobatan
8
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol
Penyebab (etiologi) penyakit ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis
sebagai berikut :
1. Kondisi ekonomi
pada balita.
2. Kependudukan
9
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat
3. Geografi
10
merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.ISPA
dan Pneumonia sangat rentan terjadi pada bayi dan balita.daya tahan
seperti contohnya ISPA bagian atas seperti batuk dan pilek yang
6. Pemenuhan Nutrisi
berikut:
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
11
menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di
atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak
a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak lebih satu
tahun
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika
anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari
390 C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak
petugas kesehatan.
12
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala
ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai
berikut:
waktu bernapas
13
harus ditangani. Menurut (Simanjutak, 2007). penanganan demam
petugas kesehatan.
kesehatan adalah :
a. Pemeriksaan
tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa
b. Pengobatan
14
berat. Penatalaksanaan ISPA berat yaitu dirawat di rumah sakit,
obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
hari.
anak yang terdiri atas upaya pencegahan melalui imunisasi dan upaya
pencegahan non-imunisasi.
15
1. Upaya pencegahan melalui imunisasi
baik zat gizi yang dikonsumsi semakin baik pula status gizi
16
c. Menghindari pajanan asap rokok dan asap dapur Keterpaparan
tidak memadai.
17
b. Imunisasi
18
2.2 Konsep Antibiotik
Antibiotik adalah suatu senyawa organik yang bisa didapat pada suatu
a. Golongan Beta-Laktam.
b. Antibiotik aminoglikosida
streptomisin.
19
c. Antibiotik golongan makrolida.
hanya dipakai jika ada resistensi pada antibiotika yang lain. Misal
linkomisin.
e. Antibiotik kuinolon
f. Antibiotik kloramfenikol.
20
g. Antibiotik tetrasiklin
protein bakteri. Spektrum kerja dari senyawa ini luas dan mencakup
a. Bakteriostatika
sebagainya.
b. Bakterisida
21
Misalnya sefalosporin dan tetrasiklin, efektif melawan
rentan.
22
c. Antibiotik yang melakukan ganguan pada keutuhan antibiotik
berikut:
1. Penisilin
23
adalah senyawa beta-laktam yang mengandung inti cincin 6-
2. Sefalosporin
24
coli, Klebsiella pneumonia, Haemophilus influenza, Enterobacter
3. Monobaktam
4. Karbapenem
25
imipenem. Dimana spektrum aktivitasnya yakni: memberikan
samping.
26
6. Ketepatan interval, berikan obat dengan metode yang praktis &
tidak diijinkan lama ataupun pada waktu yang pendek, jika tidak
ketersediaan barang.
27
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
bakteri.
28
4. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa
29
stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera lalu dibawa ke
dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang
mental, nilai dan kebutuhan serta minat, dan motivasi. Faktor eksternal: latar
30
sekitar, intensitas, ukuran, oposisi, pengulangan gerakan, objek baru, akrab
semakin tinggi. Peran individu tersebut dapat diukur melalui teori health
1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti. Model
sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani,
mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan
31
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Hupnau, 2019).
tanpa didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.Model
adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam perilaku,
cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori
modeling ini sangat efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun
dalam materi peneliti kali ini teori modeling di umpakan sebuah issue atau
alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat
(Janz & Becker, 1984). Health belief model juga dapat diartikan sebagai
32
kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien
dengan penyakit akut dan kronis. Namun akhir-akhir ini teori Health belief
dengan kesehatan. Konsep utama dari health belief model adalah perilaku
penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah
menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas
dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model
perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu
penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan
33
Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas
empat variabel kunci dua tambahan yang baru-baru ini diungkapkan para
cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti
34
3. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan. Penerimaan
cocok.
konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk selalu hidup sehat.
(Conner, 2005)
35
5. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi
pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota
budaya.
tertentu.
adalah kelas sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial
faktor yang menjadi penyebab suatu penyakit (Hossack & Leff, 1987 dalam
36
Beberapa faktor Health belief model berbasis kognitif (seperti
keyakinan dan sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat
melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health Belief
(Hupnau, 2019)
1. Ancaman
kesehatannya.
2. Harapan
37
b. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan
suatu tindakan.
mengingatkan (reminder).
38
Untuk mempermudah memahami gambaran Teori Health belief model
Kerentanan yang
dirasakan
3. Kepribadian dirasakan
4. Sosial
Hambatan yang
ekonomi
5. pengetahuan dirasakan
dirasakan
39
HBM menggambarkan pentingnya kepercayaan individu dan
faktor politik . Hambatan yang dirasakan diikuti oleh kerentanan yaitu dua
bahwa tidak semua isyarat untuk bertindak memiliki bobot yang sama,
misalnya sebuah poster tidak akan memiliki dampak yang sama seperti
keluarga yang tidak sehat. Sumber : green & tones (2010); Naidoo & wills
58).
40
berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih memengaruhi kesehatan.
2009 : 58).
2009 : 58).
tindakan ketika sedang sakit atau mengalami kecelakaan. Perilaku ini dapat
oleh lingkungan, Reaski ini yang disebut dengan rangsangan (Donsu, 2017).
41
perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi setiap individu.
42
1. Perilaku responden
2. Instrumental behavior
3. Respon operan
1. Faktor genetik
Faktor genetik ini terdiri dari jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat
2. Faktor eksternal
43
2.5.5 Domain perilaku
1. Pengetahuan
2. Sikap
bertanggung jawab.
44
4. Praktik Terpimpin
tindakan mekanis.
45
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Persepsi kerentanan
Variabel yang dirasakan oleh ibu
Demografi tentang penyakit ISPA
pada balita
1.Usia
2.Jenis kelamin
Persepsi keparahan yang
3.Sosial dirasakan oleh ibu
tentang penyakit ISPA
ekonomi
Prilaku ibu
dalam
memberikan
Persepsi motivasi
antibiotik
kesehatan ibu dalam
tanpa resep
menangani ISPA pada
dokter pada
balita
balita ISPA
2.Tekanan
tuntutan
kelonpok Persesi hambatan yang
sebaya dirasakan oleh ibu dalam
memberikan antibiotik
Isyarat untuk
pada balita ISPA
bertindak
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Mempengaruhi :
46
Gambar 3.1 kerangka konseptual persepsi ibu tentang penggunaan
Pasean.
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
pengalaman hidup seseorang yang digunakan oleh peneliti sebagai alat untuk
48
4.2 Kerangka Kerja
Populasi
Sampel/Informan
Teknik Sampling
Purposive sampling
Pengumpulan Data
Analisa data
Kesimpulan dan
saran
Gambar 4.2 Kerangka kerja studi kualitatif persepsi ibu tentang penggunaan antibiotik
49
4.3 Sampling Design
4.3.1 Informan
Sebagian ibu yang memberikan antibiotik tanpa resep dokter pada balita
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
50
4) Ibu yang berusia 25-45 tahun dikecamatan pasean
2. Kriteria Ekslusi
“persepsi ibu tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter pada balita
diukur secara tepat terhadap suatu objek atau kejadian dengan menggunakan
51
Tabel 4.5 Definisi operasional Studi Kualitatif persepsi ibu tentang
penggunaan antibiotik tanpa resep dokter pada balita penderita ISPA di
kecamatan pasean.
operasional
yang dirasakan
4. persepsi
hambatan yang
dirasakan
5. Persepsi efikasi
diri yang
dirasakan
52
4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data
wawancara. Dalam penelitian ini data diperoleh dari ibu yang memberikan
Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan oleh peneliti yaitu
persetujuan), kamera, tape recorder dan field note, field note digunakan
53
4.6.4 Prosedur pengumpulan data
atas tahapan-tahapan yaitu tahap pra lapangan, tahap lapangan, dan tahap
sebagai berikut :
2. Tahap lapangan
sebagai berikut :
a. Menemukan informan
akan dilakukan.
54
d. Melakukan observasi dan wawancara serta mencatat informasi
c. Melakukan triangulasi
seluruh data yang didapat dari hasil wawancara dan observasi yang the di
keabstrakan data dan tahap terakhir yaitu penafsiran data (Nursalam, 2020).
dilakukan analisis open coding, axial coding, dan selective coding. Yaitu sebagai
berikut :
55
lalu dikategorikan berdasarkan persepsi ibu tentang penggunaan
ISPA, data tersebut akan dijelaskan secara konsep lokal sesuai dengan
peneliti wajib meminta izin kepada pihak ang akan terlibatkan dalam suatu
56
melakukan pengambilan data pada informan yang bersangkutan dengan
akan dicantumkan secara langsung pada bahan materi, hanya nomor code
atau inisial yang akan digunakan sebagai identitas, dan semua informasi
57
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/20582/
Antibiotik, P., Wilayah, D. I., Rw, R. T., Cimenyan, D., & Cimenyan, K. (2021).
1).
130–136. http://dx.doi.org/10.1016/j.jpha.2015.11.005
https://doi.org/10.33369/jvk.v5i1.21652
58
Kesehatan, F., Islam, U., & Hijau, D. S. (2022). Pengaruh Pemberian Daun Sirih
https://doi.org/10.37776/zked.v11i3.931
https://doi.org/10.9734/ijtdh/2019/v40i430234
Sari, D. S., Wiyono, W. I., & Jayanti, M. (2021). THE LEVEL OF KNOWLEDGE
10(November), 1138–1146.
106–111.
59
60