Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT JIWA
Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktik


Stase Keperawatan Jiwa

Pelaksana Praktik
Tempat Ruang Merpati
Tanggal: 01 – 13 Mei2023

Disusun Oleh:

Kelompok7

1. Ulfiandi Rizki : 7226300857


2. Moh. Rusydi yansyah : 7226308906
3. Fatima : 722630844
4. Enni Mara Qonita : 722630843
5. Dani Nadia : 722630846
6. Yurike Donna Santoso : 722630843
7. Syarifatul Hidayati : 722630802

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. T DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN “RESIKO PERILAKU KEKERASAN” DI RUANG MERPATI RSJ Dr.
RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA INI TELAH DISETUJUI

Lawang 11 Mei 2023-05-11

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ruang Merpati

( Dr. EKO MULYADI, S.KEP.NS.M.KEP ) ( Zaenal Mutaqin, S. KP.MM )

Mengetahui
Kepala Ruang

2
( AKHMAD ZAJULI, S. KEP. NS )
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-nya dan
karunia-Nya kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.T
Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang”, ini dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian perilaku kekerasan dan konsep asuhan
keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan

Meskipun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik,
namun semua itu pasti masih ada kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan dalam
penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

Malang,10 Mei 2023

Penyusun

i 3
DAFTAR ISI

Halaman Depan
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan..................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar...............................................................................................3

2.1.1 Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan.......................................3

2.1.2 Etiologi............................................................................................3

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................10

Bab III Pengrajian Keperawatan Kesehatan Jiwa................................................12

Bab IV Penutup.....................................................................................................32

4.1 Simpulan...................................................................................................32
4.2 Saran..........................................................................................................32
Daftar Pustaka.......................................................................................................33

ii4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat yang membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya : memaki-maki orang disekitarnya, membanting–banting barang,
mencederai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda motor.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku
agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara
demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan
tingkah laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang
ditujukan pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri
sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang
timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan
memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah
sampai tinggi, yaitu agresif yang memperlihatkan permusuhan keras dan
menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman
tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera,
terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi
secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam
penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan
dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan
perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi
perilaku marah yang konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, kami menulis makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Perilaku Kekerasan”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apakah pengertian dari perilaku kekerasan?
1.2.2 Apakah etiologi dari perilaku kekerasan?

1.2.3 Bagaimanakah tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?


1.2.4 Bagaimanakah pohon masalah dari perilaku kekerasan?
1.2.5 Bagaimanakah penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan?
1.2.6 Bagaimanakah pengkajian dari perilaku kekerasan?
1.2.7 Apakah diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku kekerasan?
1.2.8 Apa sajakah intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa perilaku

kekerasan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan

1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari perilaku kekerasan


1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
1.3.4 Untuk mengetahui pohon masalah dari perilaku kekerasan
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis masalah perilaku kekerasan
1.3.6 Untuk mengetahui pengkajian dari perilaku kekerasan
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosa yang dapat ditegakkan dari perilaku

Kekerasan
1.3.8 Untuk mengetahui intervensi yang dapat dilaksanakan dari diagnosa
perilaku kekerasan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu

mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan perilaku


kekerasan agar memudahkan mahasiswa mengaplikasikannya dalam menyikapi
masalah yang didapat ketika praktik di Rumah Sakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Konsep Dasar
2.1.1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu
yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain
(Yoseph, 2009). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan
seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran
diri, misalkan: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-banting barang,
menciderai diri dan orang lain, bahkan membakar rumah.

2.1.2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh (Towsend, 1996 dalam Purba, dkk., 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter
juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
3
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif
dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku

4
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal
tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun,
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih
kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak
kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan
mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai
/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.
Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.

5
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

1. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

2. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif

6
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
3. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a. Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan
neurobiologi. Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) secara
langsung dan selanjutnya memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan emosi
(Videbeck, 2001). Menurut (Stuart dan Laraia, 2005), beberapa kategori obat yang
digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1) Antianxiety dan Sedative Hipnotics : Obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam,
sering digunakan didalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan
perlawanan klien.
Tapi obat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk
gejala depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting
effect dari Benzodiazepines dapat mengakibatkan peningkatan perilaku
agresif. Buspirone obat Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia dan ’developmental disability’.

7
2) Antidepressant : Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline
dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik (Keliat, dkk., 2005).

b. Psikoterapi
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini dalam
perawatan kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area kedokteran,
keperawatan, dan disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini secara singkat
menjelaskan modalitas terapi yang saat ini digunakan baik pada lingkungan, rawat
inap, maupun rawat jalan (Videbeck, 2001).
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi
semua klien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif. Aktivitas
atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan klien
kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika klien tenang.
Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan perhatian
perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan masalah,
pikiran, serta perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman klien (Videbeck, 2001, hlm. 259).
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama kelompok
individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi
kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan juga mendapat
bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh
semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat,
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari keterampilan
interpersonal yang penting (Videbeck, 2001, hlm. 70).

8
3) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan
klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana
dinamika keluarga memengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptif, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga
(Steinglass, 1995 dalam Videbeck, 2001, hlm. 71).
4) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya.
Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan dari
terapi individu yaitu, memahami diri dan perilaku mereka sendiri, membuat
hubungan personal, memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas
dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang sama
dengan tahap hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan kesehatan
dan lembaga asuransi lain mendorong upaya mempercepat klien ke fase kerja
sehingga memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari terapi (Videbeck,
2001, hlm. 69).

4. Pohon Masalah
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

9
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan, diantaranya yaitu:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Resiko Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan, yaitu
diantaranya:
a. Data Subyektif :.
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif.
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan tindakan keperawatan jiwa pada pasien
1) Pasien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3) Pasien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4) Pasien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5) Pasien mampu melakukan tindakan pengontrolan perilaku kekerasan (fisik,
verbal, spiritual, dan obat-obatan) dan memasukkannya kedalam jadwal
kegiatan harian.

10
b. Tujuan tindakan keperawatan jiwa pada keluarga:
1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan
gejala, serta proses terjadinya perilaku kekerasan
3) Keluarga mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara merawat pasien
dengan perilaku kekerasan
4) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
c. Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien:
1) Identifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3) Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4) Identifikasi akibat perilaku kekerasan
5) Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan
6) Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan (fisik, verbal, spiritual,
obat-obatan) dan bimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal
kegiatan harian
d. Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada keluarga
1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya perilaku kekerasan
3) Jelaskan dan praktekkan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan
4) Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
5) Jelaskan follow up pasien sesudah pulang

11
BAB III
PENGRAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 24 April 2023


Tanggal Dirawat di Ruangan : 24 April 2023
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2023
Ruang Rawat : Merpati

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T (L/P)
Umur : 20 tahun
Alamat : Gresik
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Jenis Kel. : Laki-laki
No.CM : 1200xx

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien mengatakan dibawa ke RSJ saat jalan-jalan dan tidak tau alasan apapun o;eh
orang tua dan petugas lainnya.
b. Data Sekunder
Perawat mengatakan suka keluyuran tidak suka dilarang kalau dilarang memukul ibu
dan mengancam. Klien terlihat minum alkohol dan merokok di warung
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan Tn T ketika memejamkan mata terbayang wajah istri, Tn. T
mengatakan dirinya seorang polisi sehingga ingin selalu memimpin dan ketika ada
teman yang salah langsung di marahin

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRES1PITASI)


Pasien mengatakan dirinya seorang remaja yang sedang menjalankan kenakalan remaja.
Dirinya merasa bebas dan bisa membeli apapun dengan uang sampai akhirnya dirinya

12
menghamili pacarnya dan memiliki seorang anak perempuan tanpa sepengetahuan
orang tuanya kejadian itu terjadi saat pasien berusia 17 tahun. Sebagai seorang laki-laki
dia merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab menafkahi pacar dan anaknya
namun klien merasa takut untuk memberitahu orang tuanya sehingga dia harus diam-
diam keluar dari rumah untuk mencari kerja demi pacar dan anaknya. Saat klien merasa
pusing dia merokok dan mabuk

IV. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
√ Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan:
Pasien pertama kali masuk RSJ sehak tanggal 26-05-2022 kemudian keluar dan
masuk lagi tanggal 08-02-2023 kemudian keluar dan masuk lagi tanggal 24-03-2023
dengan keluhan yang sama yaitu kejam dan gaduh

2. Faktor Penyebab Pendukung:


a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku korban saksi
1. Aniaya fisik .................. .................. .................. ..................
2. Aniaya seksual .................. .................. .................. ..................
3. Penolakan .................. .................. .................. ..................
4. Kekerasan dalam .................. .................. .................. ..................
keluarga
5. Tindakan kriminal .................. .................. .................. ..................
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki riwayat trauma apapun

Diagnosa Keperawatan: tidak ada


b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
jelaskan:
pasien mengatakan tidak pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri meskipun
ada masalah banyak sekalipun
Diagnosa Keperawatan: -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kernatian,
perpisahan)
Jika ada jelaskan:
Pasien mengatakan pernah mengahimili pacarnya dan hubungannya tidak diketahui
oleh keluarga sehingga Tn. T harus diam-diam berhubungan dengan pacarnya
13
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Tidak
√ iya
Jika ya Jelaskan
Perawat mengatakan mengalami kejang sejak umur 3 tahun dan harus rutin minum
obat-obatan
Diagnosa Keperawatan:

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien mengatakan sejak umur 17 tahun selalu minum-minuman keras dan melakukan
kenalan remaja lainnya dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
Diagnosa Keperawatan:-
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya:
Jelaskan:
Pasien mengatakan klien sudah berhenti minum keras karena sudah merasa cukup
dengan kenakalan remajanya yang meresahkan orang tuanya
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
 Ada
√ Tidak
Jika ada: tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Hubungan keluarga: keluarga saling mendukung
Gejala: -
Riwayat pengobatan: -
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:
Ket:
Laki-laki
Perempuan
Pasien (tn.W)
X Meninggal
............ Tinggal bersama
Pernikahan
keturunan

14
Jelaskan:
1. Pola asuh
Pasien tinggal bersama orang tuanya,nenek dan saudara dari ummi, serta ketiga
adeknya. Klien merupakan anak pertama dari 3 saudara. Klien tinggal satu rumah
dengan orang tua. Komunikasi dalam keluarga kurang baik karena pasien tidak suka
sikap dan pola asuh orang tua yang disiplin (seperti meminum obat).
2. Komunikasi
Komunikasi yang dirapkan antar keluarga tertutup karena anak dan orangtua tidak
pernah memiliki hubungan yang baik.
3. Pola pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan musyawarah tetapi klien
tidak setuju dengan hasil musyawarah.
Diagnosa Keperawatan :-
4. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan bersyukur memiliki tubuh yang normal dan tidak ada keterbatasan
fisik.
b. Identitas:
Pasien mengatakan seorang laki-laki berusia 20 tahun belum menikah tetapi memiliki
hubungan diluar nikah yang berperan sebagai seorang ayah dan suami yang
berpendidikan SD.
c. Peran:
Klien mengatakan sebelum masuk rs klien berperan sebagai anak dan kepala keluarga
dari hubungan diluar nikah serta menjadi seorang ayah. Setelah masuk rs klien
berperan sebagai komandan pasien.
d. Ideal diri:
Pasien mengatakan bercita-cita menajadi polisi dan sekarang sudah menjadi
komandan polisi.
e. Harga diri:
Pasien mengatakan tidak malu dengan keadaannya yang sekarang dialaminya. Klien
juga mengatakan ingin bekerja kembali dan dirinya akan pulih kembali atau normal
kembali.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
5. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien selalu bercerita tentang pacarnya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien berperan sebagai seorang anak tetapi Tn.T kurang dekat dengan orang tua
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan dirinya mandiri karena orang tua tidak tidak pernah dirumah (sibuk
kerja)

15
Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
6. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan sering melakukan ibadah
sholat dan sakit yang dialaminya adalah cobaan.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan pasrah terhadap keadaan yang dideritanya.
Diagnosa keperawatan: tidak ada.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum:
Keadaan fisik pasien normal dan sehat, tidak kejang tetapi memiliki riwayat penyakit
kejang sejak umur 3 tahun dan harus rutin minum obat
2. Kesadaran (kuantitas)
Compos mentis, E 4 V 5 M 6

3. Tanda vital:
TD : 100/60 mm/Hg
N : 98 x/mnt
S : 36,7 C
P : 20 x/mnt

4. Ukur:
BB : 55,5 Kg
TB : 165 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan pada tubuhnya
Diagnosa keperawatan: tidak ada
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Jelaskan :

Saat pengkajian cara berpenampilan /berpakaian pada umumnya (wajar) , penampilan


terlihat rapih, rambut tersisir, kuku bersih dan tidak bau
Diagnosa keperawatan: tidak ada

2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)


Jelaskan:
Saat pengkajian klien berbicara dengan normal, volume suara sedang dan saat diajak
ngobrol pasien terbuka
Diagnosa keperawatan: tidak ada

16
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan:
Hipokinesia/hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonil
 Fleksibilitas serea
Jelaskan:klien terkadang melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengepel ,
membersihkan tempat tidur dll saat ada perawat saja
Peningkatan:
Hiperkinesia, hiperaktivitas
 Stereotipi
Gaduh gelisah katatonik
 Mannarism
 Katalepsi
 Tik
 Ekhopraxia
 Command automatism
 Grimace
 Otomatisma
 Negativisme
 Reaksikontroversi
 Tremor
 Verbigerasi
 Berjalan kaku/rigid
 Kompulsif : sebutkan ........

17
Jelaskan:
Klien tampah sering memerintah teman temannya dan jika temannya tidak
mengikuti perintahnya klien marah dengan meneriaki dan berkata kasar
Diagnosa Keperawatan: resiko perilaku kekerasan
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi
Ketakutan
 Euforia
 Lain-lain
 Khawatir
 Anhedonia
 Kesepian
Jelaskan:
Pasien mengatakan saat keinginannya tidak terpenuhi dirinya marah dengan tanda
muka memerah dan tegang, mata melotot, tangan mengepal, jalan mondar
mandir, berbicara kasar, suara tinggi dan membentak atau berteriak.
b. Afek
 Sesuai
 Tidak sesuai
Tumpul/dangkal/datar
 Labil
Jelaskan:
Saat pasien diajak berkomunikasi emosinya cepat berubah ubah sesuai dengan apa
yang dia inginkan serta lingkungan tidak mengancam.
Diagnosa Keperawatan : resiko perilaku kekerasan
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan:

18
Saat pengkajian ketika kenginan klien tidak terpenuhi, klien marah dan ketika
diberitahu dia marah dengan menjawab menggunakan nada tinggi dan berkata
kasar serta langsung mengalihkan pembicaraan
Diagnosa Keperawatan: resiko perilaku kekerasan
6. Persepsi sensorik:
a. Halusinasi
Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara dan
tidak pernah melihat bayangan apapun.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada.
7. Proses berpikir:
a. Arus pikir:
Koheren
 Sirkumtansial
 Tangensial
 Blocking
 Logorhoe
 Clang association
 Inkoheren
 Asosiasi longgar
 Flight of idea
 Perseverasi
 Neulogisme
 Main kata-kata

19
 Afasia
 Lain-lain
Jelaskan:
Saat pengkajian bicara klien sedikit berbelit belit tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b. Isi pikir
 Obsesif  Pikiran magis
 Ekstasi  Pikiran curiga
 Fantasi  Fobia, sebutkan:tidak ada
 Alienasi  Waham
 Pikiran bunuh diri o Agama
Preokupasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran isolasi sosial Kebesaran
 Ide yang terkait o Kejar/curiga

 Pikiran rendah diri o Nihilistik

 Pesimisme o Dosa
o Sisip pikir
o Siar pikir
o Kontrol pikir
 Lain-lain: -
Jelaskan:
Klien mengatakan dirinya seorang polisi dan komandan di ruang merpati
sehingga selalu bersikap memerintah dan seenaknya sendiri terhadap teman-
temannya.
c. Bentuk pikir
Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Klien mengatakan dirinya seorang komandan polisi
Diagnosa Keperawatan: waham

20
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan: klien mampu mengenal hari, jam, bulan dan tahun dan sadar dirinya
berada di rsj lawang bersama dengan teman-temannya yang memiliki gangguan
jiwa di ruang merpati.
 Meninggi
 Menurun;
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan: -
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - >1bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek(kurun waktu 10dtk – 15mnt)
Jelaskan:
Pada saat pengkajian klien diajak untuk menceritakan kejadian yang dialaminya
sekarang dan kejadian yang lalu dengan mudah dan rinci
Diagnosa Keperawatan: -
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi
√ Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Pada saat pengkajian saat diajak bicara klien mudah beralih pembicaraan sesuai
yang dia inginkan dan apa yang dia lihat
b. Berhitung
Jelaskan:
Pada saat pengkajian pasien dapat berhitung dengan urut

21
Diagnosa Keperawatan: -
11. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan:
Pasien tidak mampu mengambil keputusan meski mendapat bantuan dari orang lain
karena dia ingin melakukan sesuatu sesuai keinginan yang dia inginkan dan klien
tidak mau dipaksa. Jika dipaksa pasien marah dan berkata kasar hingga ingin
memukul
Diagnosa Keperawatan: resiko perilaku kekerasan
12. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan:
Klien mengatakan klien selalu ingin membuktikan kepada pacarnya bahwa dirinya
pekerja keras agar tidak ditinggalkan oleh pacarnya.
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebuthan lainnya
Jelaskan:
Pasien mampu meraway diri dengan baik dan menjaga kebersihan diri dengan
berpakaian rapi, kuku bersih, rambut rapi, tidak bau badan dan tidak bau mulut.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan:
Pasien mandi 1x sehari dengan sabun dan air.
2) Berpakaian
Jelaskan:
Klien berpakaian rapi dan bersih
22
3) Makan
Jelaskan:
Pasien makan tanpa bantuan tiap 3x sehari tetapi kadang tidak dihabiskan.
Makan dengan nasi, sayur, lauk, dan buah.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan:
Pasien dapat memenuhi kebutuhan BAB dan BAK secara mandiri di kamar
mandi
c. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan kudapan dalam sehari:
Pasien makan 3x sehari
Bagaimana nafsu makannya:
Pasien memiliki nafsu makan yang berubah ubah
Bagaimana berat badannya:
Saat pengkajian berat badan bertambah dari 52 kg ke 55,5 kg
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
d. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 12.00 s/d 13.30
Tidur malam, lama: 21.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: merapikan tempat tidur dan mondar-mandir
Jelaskan:
Pasien tidur dengan nyenyak tanpa gangguan apapun tetapi terkadang saat
memejamkan matanya pasien melihat bayangan seperti ada sosok perempuan
yang menyerupai pacarnya.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain
Jelaskan:
Klien mengatakan tidur nyenyak dan tidak memiliki gangguan tidur
apapun
23
Diagnosa Keperawatan:-
3. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien selalu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri
Klien tidak mengkonsumsi obat apapun dan melakukan pemeriksaan sesuai
perintah perawat
Diagnosa Keperawatan: -
4. Sistem pendukung
Ya Tidak
Keluarga  
Terapis  
Teman sejawat  
Kelompok sosial  
Jelaskan:
Saat pengkajian klien mengatakan selalu didukung dan dipenuhi oleh teman
sekolompok dan terapi yang diberikan oleh perawat.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan:
Pasien mengatakan saat merasa marah dan kesal dia mengatakan istighfar dan rajin
sholat 5 waktu
Diagnosa Keperawatan: tidak ada.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien mengatakan saat dirumah selalu berselisih dengan umminya karena selalu
dilarang-larang sedangkan saat dirumah sakit klien selalu berselisih dengan
temannya ketika mengganggu atau berisik.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya

24
Jelaskan:
Klien merasa dirinya sebagai komandan polisi sehingga teman temannya harus
mengikuti perintahnya
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki masalah dengan pendidikannya karena klien hanya lulusan
SD
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien selalu memerintah temannya untuk melakukan pekerjaan seperti
mengepel, mengambil minum dan jika tidak mau klien marah dan berkata kasar
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien selalu marah, memukul ibunya ketika dilarang keluar rumah
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki masalah dengan perekonomiannya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan:
Pasien tidak pernah mengalamai masalah dengan pelayanan kesehatan yang
menanganinya selama pasien ada di rumah sakit
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan:
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai maslah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah (presipitasi),
obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang
berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
 Penyakit/gangguan jiwa
25
 Sistem pendukung
 Faktor krepitasi
 Penatalaksanaan
 Lain-lain, jelaskan:
Jelaskan:
Saat dikaji klien mengatakan tidak sakit jiwa dia hanya sedang menghadapi
masalah hidup
Diagnosa Keperawatan: -
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Multi axis
Axis I : F068 other specified mental disorders due to brain damage and
dysfuctional to physical disease
Axis II : ...................................................................................................................
Axis III : ...................................................................................................................
Axis IV : ...................................................................................................................
Axis V : ...................................................................................................................

2. Terapi Medis
Haloperidol 5mg 1010
Vitamin B6 2mg 1010
Depakote 250mg 1010 tab
Clobazam 10 mg 0101
Topamax 100mg 3 dd 1
Phenitoin 100mg 101010
Curcuma 200mg 1000

26
XIII. ANALISA DATA
No Data Diagnosa Keperawatan
1 Ds: Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan “kau ini” saat ada teman
yang salah
Do:
Pasien tampak suka memerintah dan keras
terhadap temannya, saat marah tangannya
mengepal, berkata kasar, mata melotot, muka
memerah, tegang, jalan mondar-mandir, suara
tinggi, membentak, labil.
2 Ds: Waham
Pasien mengatakan dirinya sebagai komandan
polisi dan merasa khawatir ketika melihat ada
orang baru datang
Do: pasien terlihat sering memerintah dengan
mengatur atau mengarahkan dan seolah
menjaga teman-temannya. Curiga terhadap
orang baru, produktivitas menurun
3 Ds: Harga diri rendah situsional
Pasien mengatakan dirinya mandiri karena
orang tua tidak pernah dirumah. Pasien hanya
dekat dengan pacar.
Do:
Penurunan produktivitas, selera makan
berkurang, banyak menunduk, bicara lambat,
suara lemah, lesuh, tidak bergairah.

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Waham
3. Harga diri rendah
27
XV. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan sekitar

Resiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Waham
3. Harga diri rendah

28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RESIKO PRILAKU KEKERASAN

Nama klien : Tn.T DX Medis : f068

No. CM : 120XXX Ruangan : merpati


Dx keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi intervensi
Resiko prilaku kekerasan Tum : kontrol diri meningkat -Verbalisasi umpatan menurun Observasi
Tuk : membina hubungan saling Atau amuk menurun -Monitor keamanana barang yang
percaya -suara keras menurun dibawa oleh pengunjung
- bicara ketus menurun Terauperik
- verbalisasi amcaman menurun -pertahankan lingkungan yang
bebas dari bahay secara rutin
Edukasi
-latih cara mengungkapkan
perasaan secara assertif
-latih mengurangi kemarahan
secara verbal dan non verbal
(bercerita, relaksasi)

Harga diri rendah Tum : harga diri meningkat -Berjalan menampakan wajah Observasi
Tuk : membina hubungan saling meningkat -identifikasi harapan untuk
percaya -gairah aktivitas meningkat mnegendalikan prilaku
-prilaku asertif meningkat Teraupetik
-tingkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan
-bicara dengan nada rendah dan
29
tenang
Edukasi
-informasikan bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan
kognitif
waham Tum : status orientasi membaik -produktivitas meningkat Observasi
Tuk : membina hubungan saling -verbalisasi waham menurun -monitor efek samping obat dan
percaya Prilaku waham menurun teraupetik
Khawatir menurun Teraupetik
-curiga menurun -bina hubungan interpersonal
-sikap bermusuhan menurun saling percaya
-perilaku sesuai realita membaik -tunjukkan sikap saling
-pembicaraan membaik menghakimi secara konsisten
-hindari perdebatan tentang
keyakinan yang keliru
Edukasi
-anjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisiten
-latih manajemen stress
-jelaskan tentang waham
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi

30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn. T
No. CM : 08xxxx
Ruang : Merpati
No: Tanggal dan Implementasi keperawatan evaluasi
Dx jam
1. 3 mei 2023 Observasi S= Pasien mengatakan
10:00 wib -memonitor keamanana barang yang ketika ada teman yang
dibawa oleh pengunjung salah dia marah “aku
Terauperik komandan kok, kau
-mempertahankan lingkungan yang macam tak tau aja”
bebas dari bahay secara rutin
Edukasi O= Pasien terlihat
-melatih cara mengungkapkan perasaan dominan dan keras
secara assertif terhadap temannya, saat
-melatih mengurangi kemarahan secara marah tangan mengepal
verbal dan non verbal (bercerita, dan berkata kasar, mata
relaksasi) melotot

A= Masalah belum
teratasi

P= Interverensi
dilanjutkan
2. Observasi S= Pasien dirinya seorang
-mengidentifikasi harapan untuk polisi
mnegendalikan prilaku
Teraupetik O= Pasien terlihat
-meningkatkan aktivitas fisik sesuai percaya diri saat
kemampuan mengatakan dirinya polisi
-membicarakan dengan nada rendah dan
tenang A= Masalah belum
Edukasi teratasi
-menginformasikan bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif P= Interverensi
dilanjutkan

3. Observasi S= Pasien mengatakan


-memonitor efek samping obat dan dirinya tidak berguna
teraupetik untuk pasangannya
Teraupetik
-membina hubungan interpersonal O=Pasien tampak murung
30
saling percaya saat menceritakan ketidak
-menunjukkan sikap saling menghakimi berdayaannya terhadap
secara konsisten pasangannya
-menghindari perdebatan tentang
keyakinan yang keliru A= Masalah belum
Edukasi teratasi
-menganjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisiten P= Interverensi
-melatih manajemen stress dilanjutkan
-menjelaskan tentang waham
Kolaborasi
-mengkolaborasikan pemberian obat
sesuai indikasi

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, ungkapan
perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas), serta perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang
rentang adaptif dan maladaptif.
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan, sedangkan respon
maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.

4.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku
kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan,
intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan
mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat
meredam kemarahannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Keliat, Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC

Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

33

Anda mungkin juga menyukai