PERILAKU KEKERASAN
Dosen Pengampu:
Triyoso, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 5
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang berjudul "PERILAKU
KEKERASAN" kami sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Triyoso, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
Kami menyadari bahwa apa yang disajikan didalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangannya, baik dalam isi maupun penulisannya. Kekurangan-
kekurangan tersebut disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan pengetahuan
serta kemampuan kami, baik disadari ataupun yang tidak disadari. Untuk itu kritik
dan saran dari pembaca perlu untuk disampaikan. Agar penulisan makalah
selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai upaya perbaikan dan
penyempurnaan dimasa yang akan datang. Kami berharap makalah ini bermanfaat
bagi diri sendiri dan juga bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................2
1.3 Tujuan penulisan ..........................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menyebutkan bahwa
gangguan jiwa mencapai 1,7% meningkat dari tahun 2007 sebesar 0,46%. wilayah
paling banyak dengan kasus gangguan jiwa Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah (Kemenkes RI, 2014). Hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun (2018),
1
1.2 RUMSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
ISI MATERI
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal, di arahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
2.2 ETIOLOGI
3
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku
kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
2. Factor Psikologis
Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi), Menurut teori ini
perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan
prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
Behavior Theory (Teori Perilaku), Kemarahan adalah proses belajar, hal ini
dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
Eksistensial Theory (Teori Eksistensi), Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar
manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
4
Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial), Lingkungan sosial
akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial), Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi(Deden dan
Rusdin, 2013)
B. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,
kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang
terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin, 2013).
C. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi (Deden dan Rusdin, 2013).
5
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus (Keliat, 2013).
Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman,
merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar
berdebat, meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada
sarkasme. Spiritual, merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan,
kekerasan, ejekan, dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan
penyimpangan seksual (Keliat, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN
A. PENGKAJIAN
Inisial: Ny. B
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 41 Th
Status: Bercerai
Tanggal pengkajian: 31 Maret 2023
Alasan masuk rumah sakit: Alasan pasien masuk rumah sakit karena
melakukan tindakan kekerasan pada dirinya sendiri dan orang lain.
Faktor Predisposisi Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun
yang lalu tepatnya pada tahun 2022 dan pulang ke rumah dalam keadaan tenang.
Di rumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga
timbul gejala-gejala seperti diatas. Keluarga klien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku kekerasan.
Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil
TD: 110/80 mmHg
6
N: 80x/m
S: 36,5oC
RR: 20x/m
Klien memiliki tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 Kg.
Konsep diri
a. Gambaran diri: Tidak ada kecacatan
b. Identitas: Klien anak ke 3 dari 6 bersaudara, klien hanya lulusan SMA
c. Peran: Klien berperan sebagai tulang punggung keluarga
d. Ideal diri : Klien merasa selalu ingin marah dan memukul orang di sekitar nya
e. Harga diri : Klien merasa di jauhi oleh orang-orang dan selelu melukai orang
di sekitarnya.
Hubungan sosial
Klien menganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama orangtuanya. Tetapi pasien tidak bisa mengontrol rasa
amarah dan selalu melukai diri sendiri dan orang lain.
Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: Klien beragama islam dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : pasien jarang ibadah
Status Mental
a. Penampilan: Klien berpenampilan acak-acakan
b. Pembicaraan: Klien masih mampu menjawab pertanyaan tetapi dengan nada
yang tinggi dan kasar
c. Aktivitas Motorik: Klien terlihat sedikit gelisah
d. Suasana perasaan: Klien mudah marah
Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping maladaptif sedikit susah di ajak
berkomunikasi, berperilaku kasar dan cenderung menggunakan intonasi nada
yang tinggi saat berbicara.
7
Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya
ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
Subjektif: Klien mengatakan pernah Resiko Perilaku kekerasan
melempar barang-barang yang ada di
rumahnya, pernah memukul
keluarganya, melukai dirinya, dan
marahmarah kepada adiknya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi : Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali
secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan / atau merusak
lingkungan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
Risiko perilaku klien dapat mebina Ketika di evaluasi Membina hubungan
kekerasan hubungan saling klien mau saling perca ya
percaya membalas salam, dengan cara
berjabat tangan, (menjelaskan
menyebutkan nama, maksud dan
ada kontak mata, tujuan interaksi,
serta menyediakan jelaskan tentang
waktu untuk kontrak yang akan
kunjungan dibuat, beri rasa
berikutnya. aman dan sikap
empati).
8
Diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
kekerasan
(penyebab, tanda
dan gejala, perilaku
yang munc ul dan
akibat dari perilaku
tersebut).
9
kekerasan dengan kekerasan dengan bersama klien cara
cara mempraktikkan cara beribadah mengendalikan an
cara spiritual risiko perilaku
(beribadah) kekerasan dengan
cara beribadah.
10
kasur bantal.
Sp2
RisikoPerilaku Kekerasan: Mengontrol
risiko perilaku kekerasan dengan minum
obat secara teratur
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua
pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
11
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP1 Klien:
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan Cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan Cara fisik pertama (latihan nafas
dalam).
1. Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil Anwar,
saya biaya dipanggil Anwar. Saya perawat yang dinas diruang Madrim ini, saya
dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai
jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat ibu. Nama ibu siapa?
Dan senang nya dipanggil apa?”“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah? “ Baiklah sekarang kita akan berbincang-
bincang tentang perasaan marah yang ibu rasakan,” “ Berapa lama ibu mau kita
berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“ “Dimana kita akan bincang-
bincang? “Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah? Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat penyebab
marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak tersedia, air
tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R rasakan?“
12
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?“
Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?“maukah ibu
belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? ” ada
beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu, “ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali.
Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.“ nah sebaiknya latihan ini ibu R
lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu R
sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu?”,
“Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang
ibu lakukan serta akibatnya.“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual
harian ya Bu” ” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus.. “Nanti
tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan T,
bila ibu tidak melakukan”“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain
untuk mencegah dan mengendalikan marah ibu R.”Dimana kita akan latihan,
bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?” “Berapa lama kita akan lakukan,
bagaimana kalau 10 menit saja” “Saya pamit dulu Ibu…
Assalamu’alaikum.”
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus:
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua
13
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP2 klien:
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke
dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan
harian cara ke dua.
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan
memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau
marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan
memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!” “ Mari kita masukkan
kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu mau mempraktikkan
memukul kasur/bantal? Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5
14
pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan
kedua cara tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita
akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!” Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus:
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4.Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal
(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan,
latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)
15
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadual
kegiatan hariannya. “Bagus, “Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara
untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana
kalau ditempat yang sama?” “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?
Bagaiman kalau 10 menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta sediakan
makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba ibu
praktekkan Bagus bu. “Yang kedua: Menolak dengan baik, jika ada yang
menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan. Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan: “Saya jadi ingin marah karena perkataan
mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’ “Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang
telah kita pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!” “ Bagaimana kalau besok kita
ketemu lagi?” “ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah ibu yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya Ibu…Assalamu’alaikum
16
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusu: Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual.
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa)
2.Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
3. Fase terminasi
17
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali
ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi” “ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “ “Nanti kita akan membicarakan
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju
bu?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus: Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum
obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar
cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara
teratur)
18
bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita
bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat tadi?” “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum
obat yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum!
Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol
perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya
dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik,
besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan
19
sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”….
Assalamu’alaikum
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami gangguan pada
psikisnya sehingga pada pengkajian: keluarga mengatakan pasien marah-marah,
berbicara sendiri, melempar barang/rumah, mengurung diri di kamar dan tidak
ingin bergaul dengan orang lain, sering menunduk saat di ajak berkomunikasih,
pasien sering berbicara sendiri dengan nada yang tinggi. Diagnose prioritas yang
di angkat pada pasien adalah perilaku kekerasan. Tindakan yang dilakukan pada
pasien adalah membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda
dan gejala perilaku kekeraan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dan
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasandengan cara relaksasi
nafas dalam.
3.2 SARAN
20
Bagi pembaca harus mengetahui tanda-tanda pada ODGJ dengan perilaku
kekerasan, agar bisa selalu waspada terhadap orang sekitar dan. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa/mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan
tahapan yang baik dan benar yang diperoleh selama Pendidikan baik secara
akademik maupun di tempat praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013
Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
21
Keliat dan akemat, 2010, Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
EGC
(2009). Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku kedokteran
EGC : diagnosa keperawatan, Edisi 6, penerbit Jakarta
22