Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DOSEN PENGAMPU: Ns.GUSLINDA, M.kep., Sp.Kep.J

KELOMPOK 2:
1. YUMI MAYANG SARI
2. INTAN YUNI SARI
3. DIRGA AMBARWANU ANGGARA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
PASIENPERILAKU KEKERASAN."

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Guslinda selaku dosen Mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. makalah ini memberikan penjelasan tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN PERILAKU KEKERASAN
Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa
diharapkan demi perbaikan makalah kami. Kami juga berharap semoga makalah ini mampu
memberikan pengetahuan tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERILAKU
SOSIAL.
Padang, 09 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 1
A. Latar belakang………………………………………………………………………………… 1
B. Masalah………………………………………………………………………………………… 2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHAN……………………………………………………………………………. 3
A. KONSEP PRILAKU KEKERASAN………………………………………………………. 3
1. Pengertian……………………………………………………………………………. 3
2. Penyebab/etiologi……………………………………………………………………. 3
3. Tanda dan gejala……………………………………………………………………… 4
4. Proses terjadinya…………………………………………………………………….. 5
5. Prinsip tindakan………………………………………………………………………. 6
6. Pohon masalah……………………………………………………………………….. 7
7. Rentang respon……………………………………………………………………… 8
8. Manifestasi klinis…………………………………………………………………… 9
9. Penatalaksanaan…………………………………………………………………….. 9
10. Mekanisme koping………………………………………………………………… 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS…………………………………………… 11


1. Pengkajian……………………………………………………………………………. 11
2. Pohon masalah………………………………………………………………………. 12
3. Intervensi keperawatan…………………………………………………………….. 13

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………….. 15
A. Kesimpulan………………………………………………………………………… 15
B. Saran……………………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat mem
bahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. (Keliat, Ana Budi. Dkk, 2009). Pe
rilaku kekerasan merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa (Skizofre
nia). Pada perilaku kekerasan ditandai dengan melakukan Tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, seperti mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Selain itu dalam psikologis, seseoran
g yang mengalami gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan dapat diketahui dengan emosi yang ting
gi, marah dan mudah tersinggung pada orang lain. Pada spiritual dirinya merasa sangat berkuasa dan t
idak mempunyai moral (Keliat,2012).
Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2013 ada sekitar 450 juta orang di dunia meng
alami gangguan jiwa. Prevalensi klien perilaku kekerasan diseluruh dunia diderita kira-kira 24 juta ora
ng. Lebih dari 50 % klien perilaku kekerasan tidak mendapatkan penanganan. Dan menurut data Depa
rtemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia menc
apai 2,5 juta yang terdiri dari pasien perilaku kekerasan. Diperkirakan sekitar 60% pasien dengan gan
gguan jiwa menderita perilaku kekerasan di Indonesia (Wirnata, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perilaku kekerasan?
2. Apa penyebab dari perilaku kekerasan?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
4. Bagaimana proses terjadinya perilaku kekerasan?
5. Bagaimana prinsip Tindakan dari perilaku kekerasan?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari perilaku kekerasan?
7. Bagaimana mekanisme koping dari perilaku kekerasan?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu perilaku kekerasan?
2. Dapat mengetahui apa penyebab dari perilaku kekerasan?
3. Dapat mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
4. Dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya perilaku kekerasan?
5. Dapat mengetahui bagaimana prinsip Tindakan dari perilaku kekerasan?
6. Dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari perilaku kekerasan?
7. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme koping dari perilaku kekerasan?
8. Dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian

Suatu bentuk prilaku yang bertujuan untuk melukai diri sendiri araupun orang lain,secara fisik ma
upun psikologis.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fi
sik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingk
ungan (Amatiria, 2012).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden
Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang dapat membah
ayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang timbul sebagai kecemas
an dan ancaman (Hadiyanto, 2016)
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau mencelaka
kan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak l
ebih dari satu persen (Simatupang, 2010)
2. Penyebab/Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku kekerasan menurut


(Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:
2.1Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah factor biologis, psik
ologis dan sosiokultural.
-Faktor Biologis
a) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai pusat u
ntuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013)
- Factor Psikologis
a) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau men
ghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi aka
n berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang m
endukung.
c) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terp
enuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.
-Faktor Sosiokultural
a) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma bud
aya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
b) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)
2.2 Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut
dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan de
ngan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik)

3. Tanda dan Gejala


 Muka merah/tegang
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang dengan kuat
 Jalan mondar-mandir
 Bicara kasar
 Suara tinggi,teriak,menjerit
 Memukul orang lain
 Tidak mampu mengontrol PK
4. Proses terjadinya
a. Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terh
adap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat, takikardia, wajah merah, pupil meleba
r, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terka
tup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu denga
n perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekpresika
n rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku i
ni dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting Out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “Acting


Out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku Kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri sendiri,


orang lain maupun lingkungan.
5. Prinsip Tindakan

Saat terjadi PK lakukan manajemen krisis seperti terapi somatis.


6. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan / amuk


Perubahan sensori persepsi: halusinasi

7. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk/PK


Keterangan:
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
8. Manifestasi Klinis
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Fisik
 Muka merah dan tegang
 Mata melotot atau pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Postur tubuh kaku
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang dengan kuat
 Mengepalkan tangan
 Jalan mondar-mandir
b. Verbal
 Bicara kasar
 Suara tinggi, membentak atau berteriak
 Mengancam secara verbal atau fisik
 Mengumpat dengan kata-kata kotor
 Suara keras
 Ketus
 Melempar atau memukul benda/orang lain
 Menyerang orang lain
 Melukai diri sendiri/orang lain
 Merusak lingkungan
 Amuk/agresif
c. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
d. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
e. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan
orang lain, tidak peduli dan kasar.
f. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
9. Penatalaksanaan
1) Medis
a. Nozinan : sebagai pengontrol prilaku psikososial
b. Halloperidol : sebagai pengontrol Psikosis dan prilaku merusak diri
c. Trihexileenidil : mengontrol prilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktifitas.
d. ECT : (electro convulse theraphy)

2) Keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungsn terspeutik
c. Kehidupan sehari-hari
d. Pendidikan kesehatan
10. Mekanisme koping
a. Kontruktif
suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang konstruktif dapat
membuat perasaan lega.
b. Destruktif
1. Sublimasi : menerima suatu sasaran yang mulia artinya dimana masyarakat
untuk suatu dorongan untuk yang mengalami hambatan penyalurannya.
2. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai keingginannya yang baik.
3. Represi : mencegah fikiran yang berbahaya
4. Reaksi farmasi : mencegah fikiran yang menyakitkan
5. Dispkicement : melepaskan perasaan yang tertekan

ASKEP TEORITIS
I. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan terdiri dari p
engumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
pula berupa factor presipitasi, predisposisi, penilaian terhadap streesor, sumber koping dan kemampua
n yang dimiliki klien.

a. Identitas Klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,

nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topic yang akan

dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan NO.MR, tanggal pengkajian dan sumber data yang

didapat.

b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RS, biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain,
merusak alat-alat Rumah Tangga dan marah-marah.
c. Factor predisposisi
- Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan.
- Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga.
- Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
- Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
d. Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik
yang dirasakan klien. Pada klien dengan harga diri rendah biasanya terjadi peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi
e. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pa
da komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
 Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
 Identitas
Klien biasanya tidak puas dengan status dan posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat ta
pi klien biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
 Peran
Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu.
 Ideal diri
Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang tidak terpenuhi.
 Harga diri
Klien biasanya memiliki harga diri rendah sehubungan dengan sakitnya.
f. Hubungan social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering m
erangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah
laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berleb
ihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan diri dari
orang lain, menolak mengikuti aturan.
g. Spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan linngkungan. Hal yang b
ertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan denga
n amoral dan rasa tidak berdosa.
h. Status mental
 Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak cocok/serasi dan berubah dari bias
anya.
 Pembicaraan
Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
 Aktivitas motoric
Aktivitas motorik meningkat klien biasanya terganggu dan gelisah
 Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari factor presipitasi misalnya: sed
ih dan putus asa.
 Afek
Afek klien biasanya sesuai
 Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi biasanya dapat dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan
mudah tersinggung.
 Persepsi
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak memiliki kerusakan persepsi.
 Proses piker
Biasanya klien mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koher
en.
 Isi pikir
Biasanya Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien.
 Tingkat kesadaran
Biasanya klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
 Memori
Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek klien
mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien biasanya tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
 Kemampuan penilaian
Biasanya klien mampu mengambil keputusan jika menghadapi masalah yag ringan, klien
mampu menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
 Daya tilik diri
Klien biasanya mengingkari penyakit yang diderita dan tidak memerlukan pertolongan, klien j
uga seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
i. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan: pada keadaan berat, klien cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak
peduli makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b) BAB/BAK: observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan klien untuk
membersihkan dirinya.
c) Mandi : biasnya klien mandi berulang/ tidak mandi sama sekali
d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e) Istirahat: observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam, biasanya istirahat klien
terganggu karena klien gelisah dengan masalah yang dihadapi.
f) Sistem pendukung: untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
system pendukung sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah: klien mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
h) Mekanisme koping: Biasanya Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif, klien
mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah, merusak barang dan keluyuran.

Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan / amuk

Harga diri rendah

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KE PERENCANAAN INTERVENSI
O. PERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL
1. Perilaku kekera TUM: Klien menunjukkan
Bbina hubungan saling perc
san Klien dan keluarga m tanda-tanda percaya aya dengan mengemuka
ampu mengatasi atau kepada perawat kan prinsip komunikasi t
mengendalikan risiko melalui: erapeutik:
perilaku kekerasan a) Ekspresi wajah a) Mengucapkan
TUK1: cerah, salam terapeutik
1) klien dapat tersenyum b) Berjabat tangan
membina hubungan b) Mau berkenalan dengan klien
saling percaya c) Ada kontak c) Perkenalkan diri
mata dengan sopan
d) Bersedia d) Tanyakan nama
menceritakan klien dan nama
perasaannya panggilan yang
e) Bersedia disukai klien
mengungkapkan e) Jelaskan tujuan
masalah pertemuan
f) Membuat
konrak, topik,
waktu, dan
tempat setiap
kali bertemu
klien
g) Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa danya
h) Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien
TUK2: 1. Menceritakan Bantu klien
2)Klien dapat penyebab perilaku mengungkapkan
mengidentifikasi kekerasan yang perasaan marahnya:
penyebab perilaku dialaminya a) Diskusikan
kekerasan yang 2. Menceritakan bersama klien
dilakukannya penyebab perasaan menceritakan
jengkel/kesal, baik penyebab rasa
dari diri sendiri kesal atau rasa
maupun jengkelnya
lingkungannya. b) Dengarkan
penjelasan klien
tanpa menyela
atau memberi
penilaian pada
setiap ungkapan
perasaan klien.
TUK 3: a) fisik: mata 1. Diskusikan dan
3) Pasien dapat merah, tangan motivasi klien untuk
mengidentifi mengepal, menceritakan kondisi
kasi tanda- ekspresi fisik saat terjadi
tanda tegang, dll. perilaku kekerasan
perilaku b) Emosional: 2. Diskusikan dan
kekerasan perasaan motivasi klien untuk
marah, menceritakan kondisi
jengkel, bicara emosinya saat terjadi
kasar perilaku kekerasan
c) Social: 3. Diskusikan dan
bermusuhan motivasi klien untuk
yang dialami untuk menceritakan
saat terjadi kondisi psikologis
perilaku saat terjadi perilaku
kekerasan kekerasan
4. Diskusikan dan
motivasi klien untuk
menceritakan kondisi
hubungan dengan
orang lain saat terjadi
perilaku kekerasan

TUK 4: a) Jenis-jenis 1. Diskusikan dengan


4) Klien dapat ekspresi klien seputar perilaku
mengidentifi kemarahan kekerasan yang
kasi jenis selama ini dilakukannya selama
perilaku yang telah ini
kekerasan dilakukannya 2. Motivasi klien
yang pernah b) Perasaannya saat menceritakan jenis-
dilakukannya melakukan jenis tindak
kekerasan kekerasan yang
c) Efektivitas cara selama ini pernah
yang dipakai dilakukannya
dalam 3. Motivasi klien
menyelesaikan menceritakan
masalah. perasaannya setelah
tindak kekerasan
tersebut terjadi
4. Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya,
masalah yang
dialami teratasi
TUK 5: a) Diri sendiri: Diskusikan dengan klien
5) Klien dapat luka, dijauhi akibat negative atau
mengidentifi teman, dll. kerugian dari cara atau
kasi akibat b) Orang Tindakan kekerasan yan
dari perilaku lain/keluarga: dilakukan pada:
Kekerasan luka, a. diri
tersinggung, sendiri
ketakutan, b. orang
dll. lain/
c) Lingkungan: keluarga
barang atau c. lingkun
benda-benda
rusak, dll. gan
TUK 6: Klien dapat menjelask Diskusikan dengan klien
6) klien dapat an cara-cara sehat dala seputar:
mengidentifi m mengungkapkan m a. apakah klien
kasi cara arah. mau
konstruktif mempelajari
atau cara- cara baru
cara sehat mengungkapkan
dalam marah yang
mengungkap sehat
kan b. jelaskan
kemarahan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
kemarahan
selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien
c. jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan:
-cara fisik: nafas dal
am, pukul bantal ata
u Kasur, olahraga.
-verbal: mengungka
pkan bahwa dirinya
sedang kesal kepada
orang lain
-sosial: Latihan asert
if dengan orang lain
-spiritual: sembahya
ng/do’a, zikir, medit
asi, dsb sesuai denga
n keyakinan agaman
ya masing-masing.
TUK 7: Memperagakan cara 1. Diskusikan cara
7) Klien dapat mengontrol perilaku k mungkin dipilih
mendemonstr ekerasan secara fisik, serta anjurkan klien
asikan cara verbal dan spiritual de memilih cara yang
mengontrol ngan cara: mungkin diterapkan
perilaku a. fisik: Tarik untuk
kekerasan nafas dalam, mengungkapkan
memukul kemarahannya
bantal/Kasur. 2. Latih klien dengan
b. Verbal: memperagakan cara
mengungkapk yang dipilih
an perasaan 3. Jelaskan manfaat
kesal/jengkel cara tersebut
pada orang 4. Anjurkan klien
lain tanpa menirukan peragaan
menyakiti yang sudah
c. Spiritual: zikir dilakukan
/ do’a, 5. Beri penguatan pada
meditasi klien, perbaiki cara
sesuai yang masih belum
agamanya sempurna
6. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel
TUK 8: Keluarga mampu: 1 Diskusikan pentingnya
8) Klien 1. Menjelaskan peran serta keluarga seba
mendapat cara merawat gai pendukung klien dala
dukungan klien dengan m mengatasi risiko peril
keluarga risiko perilaku aku kekerasan
untuk kekerasan 2 Diskusikan potnsi kelu
mengontrol 2. Mengungkapk arga untuk membantu kli
risiko an rasa puas en mengatasi perilaku ke
perilaku dalam kerasan
kekerasan. merawat klien 3 jelaskan pengertian, pe
dengan risiko nyebab, akibat, dan cara
perilaku merawat klien risiko peri
kekerasan laku kekerasan yang dap
at dilaksanakan oleh kel
uarga
4 Peragakan cara meraw
at klien (menangani PK)
5 Beri kesempatan kelua
rga untuk memperagaka
n ulang cara perawatan t
erhadap klien
6 Beri pujian kepasa kel
uarga setelah peragaan
7 Tanyakan perasaan kel
uarga setelah mencoba c
ara yang dilatihkan.
TUK 9: Klien bisa 1) Jelaskan manfaat
9) Klien menjelaskan: menggunakan obat
menggunaka a. Manfaat secara teratur dan
n obat sesuai minum obat kerugian jika tidsk
program b. Kerugian menggunakan obat
yang telah tidak minum 2) Jelaskan kepada
ditetapkan obat klien:
c. Nama obat -jenis obat
d. Bentuk dan -dosis yang tepat
warna obat untuk klien
e. Dosis yang -waktu pemakaian
diberikan -cara pemakaian
kepadanya -efek yang akan
f. Waktu dirasakan klien
pemakaian 3) anjurkan klien untuk:
g. Cara -minta dan menggunaka
pemakaian n obat tepat waktu
h. Efek yang -lapor ke perawat/dokter
dirasakan jika mengalami efek yan
i. Klien g tidak biasa
menggunakan 4) Beri pujian terhadap k
obat sesuai edisiplinan klien mengg
program unakan obat.

BAB IV
PENUTUP
A.KEISMPULAN
Dari uraian bab pembahasan di atas, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengkajian merupakan suatu pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis
2. Biasanya diagnosa utama yang muncul pada pengkajian adalah resiko perilaku kekerasan.
3. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan um
um Klien dan keluarga mampu mengatasi atau mengendalikan risiko perilaku kekerasan. Tujuan khus
us pasien yang pertama yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, tujuan khusus yang kedu
a yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, tujuan khusus k
etiga yaitu klien dapat mengidentifikasikan tanda- tanda perilaku kekerasan, tujuan khusus keempat y
aitu klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya, tujuan
khusus yang kelima yaitu klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, tujuan khusus yang
keenam yaitu klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif atau cara-cara sehat dalam mengungkapka
n kemarahan, tujuan khusus yang ketujuh yaitu klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol peril
aku kekerasan, tujuan khusus yang kedelapan yaitu klien mendapat dukungan keluarga untuk mengont
rol perilaku kekerasan, dan tujuan khusus yang kesembilan yaitu klien menggunakan obat sesuai prog
ram yang telah ditetapkan.
B.SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk mem
perbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan adalah:
1. Penulis
Penulis dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan dapat meningkatkan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan strategi pelaksanaan pada pasien dengan Resiko Perilaku Kekeras
an dalam pengembangan diri dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih memberikan fasilitas bagi mahasiswa dalam menyediakan buku-
buku referensi yang lengkap dan terbaru. Koordinasi pembimbing ujian dan mahasiswa harus lebih ba
ik agar ada persepsi yang sama. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada m
ahasiswa secara maksimal, sehingga mahasiswa mendapatkan literatur mengenai asuhan keperawatan
pasien dengan Resiko Perilaku Kekerasan.Untuk praktik klinik keperawatan jiwa dilakukan 2 kali aga
r mahasiswa lebih mendalami tentang pengelolaan keperawatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai