TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah dengan judul “APLIKASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)PADA PASIEN
PERILAKU KEKERASAN” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalamhal pengaplikasaian dan penanganan bagi pasaien dengan tindakan
kekerasan .
kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Perilaku Kekerasan....................................................................................................................2
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)............................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................22
A. Kesimpulan..............................................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi
perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan
riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan
ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus
yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan
bukan hanya antara ketua dan anggota.
Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Kekerasan ?
2. Apa yang dimaksud dengan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
3. Apa saja proses yang digunakan dalam TAK PK ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembahasan dari Perilaku Kekerasan
2. Untuk mengetahui pembahasan dari Terapi Aktivitas Kelompok
1
3. Untuk mengetahui sesi-sesi dalam TAK Perilaku Kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Kekerasan
1. Pengertian
Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012) mengatakan
bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu.
Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang lain.
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.
2
2. Tanda dan Gejala
Subyektif Objektif
Mengancam Menyerang orang lain
Mengumpat Melukai diri sendiri/orang lain
Suara Keras Merusak Lingkungan
Bicara Ketus Perilaku Agresif/Amuk
(Sumber : PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta Selatan)
Subyektif Objektif
(Tidak tersedia) Mata melotot atau pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup/Wajah memerah
(Sumber : PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta Selatan)
3. Rentang respon
Keterangan :
3
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
4. Etiologi
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya
anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Sosiokultural
4
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan
sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya
dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu
orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari
dalam maupun luar individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan
terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan
5. Penatalaksanaan
Menurut Prabowo (2014) , penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien perilaku
kekerasan antara lain:
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Apabila tidak ada,
dapat digunakan dosis efektif rendah. Contohnya Trifiluoperasine estelasine, bila tidak ada
juga, maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
b. Terapiokupasi
Terapi ini bukan pemberian pekerjaan melainkan kegiatanitu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu,
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca koran, main catur, berdialog, berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatan.
5
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal. Terapi aktivitas
kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah pasien
pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota.
e. Terapi somatik
Terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa denga tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah perilaku pasien.
Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada
pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani
skozofrenia membutuhkan20-30 kali terapi, biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali.
6
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas
kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, sensori, orientasi realita,
sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat & Akemat, 2016).
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluas i dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Prabowo,2014).
2. Tujuan
Menurut Muhith (2015), tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
pada pasien risiko perilaku kekerasan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan tujuan khususnya adalah:
3. Proses
7
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a. Tujuan :
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).
b. Setting :
c. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whitebord
2. Kapur/ spidol
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
e. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
2. Orientasi
8
Salam teraupetik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)
c. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
3. Tahap Kerja
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
9
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan
k. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan
4. Tahap Terminasi
Evaluasi
Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
10
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
a. Tujuan
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
b. Setting
c. Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
d. Metode
1. Dinamika kelompok
3. Permainan
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
11
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi validasi
2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
3. Tahap kerja
Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan permainan
sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien memutar bola yang di pegang, bila musik
di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang
terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.
1. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh
klien.
12
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara
sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola,senam, memukul gendang.
e. Terapis mempratekkan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
3. Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi.
b. Tindak lanjut
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
13
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial
a. Tujuan :
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
b. Seting :
c. Alat :
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
e. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
14
b. Evaluasi /Validasi
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada orang
lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima dikatakan .....”atau”
Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.
15
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif,
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara
teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
a. Tujuan
b. Setting
16
c. Alat
d. Metode
1. Dinamika kelompok
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/ validasi
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
17
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
18
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat
a. Tujuan
b. Setting
c. Alat
d. Metode
1. Dinamika kelompok
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
19
1. Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/ validasi
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan tiap
klien menyampaikan).
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
20
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi (TAK ) pada pasienn dengan perilaku
kekerasan yang mana merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk
agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu. Tanda
gejala perilaku kekerasana sendiri ini diantaranya :
Pasien mengepresikan ekspresi yang mengancam bahkan sampai meluka orang lain.
Terkait tujuan dari penerapan (TAK) ini adalah pasien dapat mengendalikan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Pelaksanaan ari TAK ini dimulai dari persiapan, orientasi,
kerja sampai fase terminasi .
Untuk itu diharapkan pasien dapat mengikuti semua arahan dan teori yang ada , apabila
pasien mampu mengaplikasikan teori dengan bantuan perawat, pasien dapat mengontrol
perilaku terkait.
B. Saran
Diharapkann makalah ini dapat bermanfaat dan dapat djadikan sebagai dasarr untuk
kemudiian dapat dikembangkan berasarkan data yang ssusai sehngga bisa memndapatkann
data yang komprehensif
Bagi pasien perilak kekerasan
Pasien dapat memgikuti serta mengaplikasikan penatalasanaan yang ada di dalam makalah ini
Bagi Mahasiswa DIII Keperawatan Pekalongan
Maasiswa memahami dan mampu menerapkan terapi aktivitas kelompok untuk pasien
kekerasan menyerang bahkan sampai melukai orang lain.
Oleh karena itu TAK pada pasien dengan perilaku kekerasan diperlukan agar pasien bisa
mencegah timbulnya tindaakan tersebut
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=MAKALAHAPLIKASI+TERAPI+AKTIVITAS+KELOMPOK+%28TAK
%29PADA+PASIEN+PERILAKU+KEKERASAN
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2115/1/KTI
%2520adobe.pdf&ved=2ahUKEwiE57SqnL7vAhVRWH0KHUXHAtoQFjACegQIFxAC&u
sg=AOvVaw3gB0NrA8BYg9wBNXbaGZqm
http://keperawatanjiwaeksdu28.blogspot.com/
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2196/3/BAB%20II.pdf
23