Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

APLIKASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

DOSEN PEMBIMBING : Hj. Afiyah Sri Harnani, SST, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. Voni Amalia Safitri ( P1337420319115 )

2. Nailul Kiromah ( P1337420319117 )

3. Nikmatul Rizqi ( P1337420319129 )

4. Donny Farid Rizqullah ( P1337420319132 )

5. Desi Febrina Ayu Putri ( P1337420319141 )

6. Muhammad Faisal Khaqiqi ( P1337420319146 )

7. Endah Rohmawati ( P1337420319153 )

8. Ella Oktavia ( P1337420319155)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah dengan judul “APLIKASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)PADA PASIEN
PERILAKU KEKERASAN” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalamhal pengaplikasaian dan penanganan bagi pasaien dengan tindakan
kekerasan .
kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 20 Maret, 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Perilaku Kekerasan....................................................................................................................2
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)............................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................22
A. Kesimpulan..............................................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi
perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan
riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan
ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus
yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan
bukan hanya antara ketua dan anggota.
Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Kekerasan ?
2. Apa yang dimaksud dengan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
3. Apa saja proses yang digunakan dalam TAK PK ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembahasan dari Perilaku Kekerasan
2. Untuk mengetahui pembahasan dari Terapi Aktivitas Kelompok

1
3. Untuk mengetahui sesi-sesi dalam TAK Perilaku Kekerasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku Kekerasan
1. Pengertian

Banyak ahli mendefiniskan mengenai perilaku kekerasan diantaranya, menurut


Berkowitz (1993), perilaku kekerasan bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan bahwa perilaku
kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk agresif fisik
yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.Pendapat senada
diungkapkan Stuart dan Laraia (2005),yang menyatakan bahwa perilaku kekerasan
merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat
berasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari
orang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak
mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012) mengatakan
bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu.
Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada orang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan :

a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).

b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas).

c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.

2
2. Tanda dan Gejala

 Gejala dan Tanda Mayor Perilaku Kekerasan

Subyektif Objektif
Mengancam Menyerang orang lain
Mengumpat Melukai diri sendiri/orang lain
Suara Keras Merusak Lingkungan
Bicara Ketus Perilaku Agresif/Amuk

(Sumber : PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta Selatan)

 Gejala dan Tanda Minor Perilaku kekerasan

Subyektif Objektif
(Tidak tersedia) Mata melotot atau pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup/Wajah memerah

(Sumber : PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta Selatan)

3. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :
3
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

4. Etiologi

Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi,

a. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :

1. Faktor Biologis

Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya
anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).

2. Faktor Psikologis

Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal


maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.
Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut
tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu
tersebut berperilaku destruktif.

3. Faktor Sosiokultural

4
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa lingkungan
sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya
dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu
orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari
dalam maupun luar individu.

Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan
terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan

5. Penatalaksanaan

Menurut Prabowo (2014) , penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien perilaku
kekerasan antara lain:

a. Farmakoterapi

Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Apabila tidak ada,
dapat digunakan dosis efektif rendah. Contohnya Trifiluoperasine estelasine, bila tidak ada
juga, maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.

b. Terapiokupasi

Terapi ini bukan pemberian pekerjaan melainkan kegiatanitu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu,
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca koran, main catur, berdialog, berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatan.

5
c. Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal. Terapi aktivitas
kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah pasien
pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota.

d. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung


pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasin. Perawat membantu keluarga adar dapat melakukan
lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan sekunder), dan
memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.

e. Terapi somatik

Terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa denga tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah perilaku pasien.

f. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada
pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani
skozofrenia membutuhkan20-30 kali terapi, biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali.

B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


1. Pengertian

6
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas
kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, sensori, orientasi realita,
sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat & Akemat, 2016).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang


menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien dilatih untuk
mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapi ini bisa digunakan pada pasien dengan
risiko perilaku kekerasan (Prabowo,2014).

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluas i dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Prabowo,2014).

2. Tujuan

Menurut Muhith (2015), tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
pada pasien risiko perilaku kekerasan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan tujuan khususnya adalah:

 Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.


 Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
 Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.
 Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
 Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.

3. Proses

7
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

a. Tujuan :

1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.

2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).

3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).

4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

b. Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat :

1. Papan tulis/flipchart/whitebord

2. Kapur/ spidol

3. Buku catatan dan pulpen

4. Jadwal kegiatan klien

d. Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/simulasi

e. Langkah Kegiatan :

1. Persiapan

a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

8
 Salam teraupetik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)
c. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)

 Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini

b. Menanyakan masalah yang dirasakan

 Kontrak

a. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan

b. Menjelaskan aturan main berikut :

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.

- Lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Mendiskusikan penyebab marah

1. Tanyakan pengalaman tiap klien marah

2. Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi

1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)

2. Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak


lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)

1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

2. Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

9
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.

e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya


(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).

f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan

1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan

2. Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard

h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien

i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat

j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan

k. Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan

4. Tahap Terminasi

 Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.

 Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.

2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.

 Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

10
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik

a. Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.

2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.

b. Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat

2. Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1. Bantal

2. Sound musik

3. Papan tulis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

d. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Permainan

e. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

11
2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien.

2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

2. Menjelaskan aturan main berikut :

 Klien Bersedia mengikuti TAK


 Berpakaian rapi dan bersih
 Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok selama pelaksanaan TAK
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja

Melakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan permainan
sederhana yaitu diputarkan musik, kemudian klien memutar bola yang di pegang, bila musik
di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang
terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.

a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.

1. Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh
klien.

2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

12
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara
sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola,senam, memukul gendang.

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.

e. Terapis mempratekkan.

f. Klien melakukan redemontrasi.

g. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.

h. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.

3. Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus


penyebab perilaku kekerasan.

2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontak yang akan datang

1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.

2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

13
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial

a. Tujuan :

1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa

2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan

b. Seting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

c. Alat :

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

d. Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

e. Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien

2. Klien dan terapis pakai papan nama

14
b. Evaluasi /Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan

3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah


dilakukan

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

2. Menjelaskan aturan main berikut:

- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.

- Lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain.

b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.

c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,” Saya


perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.

d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.

e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada orang
lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima dikatakan .....”atau”
Saya kesal dikatakan seperti...”.

h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.

15
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.

j. Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.

2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif,
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara
teratur.

3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.

2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual

a. Tujuan

Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.

b. Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

16
c. Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

d. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/ stimulasi

e. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

b. Menyiapkan alat dan tempat.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien

2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.

3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku


kekerasan

17
2. Menjelaskan aturan main berikut:

 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.

b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.

c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.

d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.

e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.

f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,


dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.

3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.

d. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.

2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

18
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat

a. Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat

3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

b. Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

4. Beberapa contoh obat

d. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

e. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

b. Menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

19
1. Salam dari terapis kepada klien

2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.

3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan

2. Menjelaskan aturan main berikut:

- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.

- Lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan tiap
klien menyampaikan).

b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.

c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.

d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.

e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.

f. Berikan pujian pada klien yang benar.

g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).

20
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).

i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.

j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.

k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.

l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif


kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah ini Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi (TAK ) pada pasienn dengan perilaku
kekerasan yang mana merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk
agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu. Tanda
gejala perilaku kekerasana sendiri ini diantaranya :

Pasien mengepresikan ekspresi yang mengancam bahkan sampai meluka orang lain.

Terkait tujuan dari penerapan (TAK) ini adalah pasien dapat mengendalikan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Pelaksanaan ari TAK ini dimulai dari persiapan, orientasi,
kerja sampai fase terminasi .

Untuk itu diharapkan pasien dapat mengikuti semua arahan dan teori yang ada , apabila
pasien mampu mengaplikasikan teori dengan bantuan perawat, pasien dapat mengontrol
perilaku terkait.

B. Saran
Diharapkann makalah ini dapat bermanfaat dan dapat djadikan sebagai dasarr untuk
kemudiian dapat dikembangkan berasarkan data yang ssusai sehngga bisa memndapatkann
data yang komprehensif
Bagi pasien perilak kekerasan
Pasien dapat memgikuti serta mengaplikasikan penatalasanaan yang ada di dalam makalah ini
Bagi Mahasiswa DIII Keperawatan Pekalongan
Maasiswa memahami dan mampu menerapkan terapi aktivitas kelompok untuk pasien
kekerasan menyerang bahkan sampai melukai orang lain.
Oleh karena itu TAK pada pasien dengan perilaku kekerasan diperlukan agar pasien bisa
mencegah timbulnya tindaakan tersebut

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=MAKALAHAPLIKASI+TERAPI+AKTIVITAS+KELOMPOK+%28TAK
%29PADA+PASIEN+PERILAKU+KEKERASAN

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2115/1/KTI
%2520adobe.pdf&ved=2ahUKEwiE57SqnL7vAhVRWH0KHUXHAtoQFjACegQIFxAC&u
sg=AOvVaw3gB0NrA8BYg9wBNXbaGZqm

http://keperawatanjiwaeksdu28.blogspot.com/

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2196/3/BAB%20II.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai