KEPERAWATAN JIWA II
“Askep Klien Perilaku Kekerasan”
Disusun oleh :
Kelompok 7
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti kan syafa’at nya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Makalah ini dibuat tidak hanya hasil dari kerja keras kelompok kami,
melainkan banyak pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kelompok 7
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Kesimpulan ..........................................................................................17
B. Saran .....................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Apakah etiologi dari perilaku kekerasan?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
4. Bagaimanakah pohon masalah dari perilkau kekerasan?
5. Bagaimanakah penetalaksanaan medis dari perilaku kekerasan?
6. Bagaimanakah pengakajian dari perilaku kekerasan?
7. Apakah diagnosa dari perilaku kekerasan?
8. Aapa saja intervensi dari perilaku kekerasan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan.
2. Untuk mengertahui etiologi dari perilaku kekerasan.
3. Untuk mengetahui tanda dann gejala dari perilkau kekrasan.
4. Untuk mengertahui pohon masalah dari perilaku kekerasan.
5. Untuk mengetahui penetalaksanaan medis dari perilaku kekerasan
6. Untuk mengetahui pengkajian dari perilaku kekerasan.
7. Untuk mengetahui diagnosa dari perilaku kekerasan.
8. Untuk mengetahui intervensi dari perilaku kekerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Adaptif Maladaptif
B. Etioologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi
terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari
dorongan insting.
b. Psikologis
Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat menyebabkan frustasi
berekepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut : (Stuart, 2016).
d. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi
serta perilaku seperti makan, agresif dan respons seksual.Selain itu,
mengatur, mengatur sistem informasi dan memori.
e. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
f. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
g. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin, Dopamin, Neropineprin, Acetylcholine dan GABA.
h. Perilaku
1. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespon positif
terhadap frustasi.
2. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang tua
memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengarduhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
i. Sosial Kultural
1. Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi.
2. Budaya asertif di masyartakat membantu individu yang berespon
terhadap marah yang sehat
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai
atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab lain (Parwati,
Dewi & Saputra 2018).
D. Pohon Masalah
(Sumber : Keliat,B.A..,2009)
E. Penetalaksanaan Medis
1. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes
RI (2000), jenis obat psikofarmaka adalah;
a. Clormromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizoprenia,mania
depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manisfestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles
de la Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun gangguan perilaku
berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6mg sehari yang
terbagi 6-15mg untuk keadaan berat. Kontraindikasinya depresi system
saraf pusat atau keadaan koma, penyakit Parkinson, hipersensitif
terhadap haloperidol. Efek sampingnya sering mengantuk , kaku ,
tremor, lesu, letik gelisah.
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanaannya manifestasi psikosa khususnya
gejala skioprenia.
d. ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara
articial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples.Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2. Tindakan keperawatan
Keliat (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakkukan keluarga
dalam mengatasi marah klien, yaitu:
a. Latuhan secara nonverbal / perilaku
Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak dan
tidak menyebabkan cedera pada klien itu sendiri seperti bantal , kasur,
dst.
b. Latihan secara sosial atau verbal
Bantu klien relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan
pernafasan 2x/hari , tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
Kemudian berteriak, menjerit untuk melepaskan perasaan marah. Bisa
juga mengatasi marah dengan dilakukan 3 cara yaitu: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar. Bantu melalui humor. Jaga humor
tidak menyakiti orang , observasi ekspresi muka orang yang menjadi
sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
c. Metode TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi seta
pemulihan kesehatan jiwa. Selain itu, dinamika kelompok tersebut
membantu pasien meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi
perilaku maladaptif. Secara umum fungsi kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman.
2. Beupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota
lain.
3. Merupakan proses menerima umpan balik.
Terapi aktivitas kelompok TAK merupakan terapi yang
bertujuan mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif karena didalam
kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling
memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan
norma yang diakui bersama, sehingga berbentuksuatu sistem sosial
yang khas yang didalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependen.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebaggai terapi
tambahan. Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas
kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon
sosial dan harga diri (Keliat, 2009) .
F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
(Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat
pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkunga keluarga.
I. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.
II. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja
dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan.
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubahubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
o. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya.
10.Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11.Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12.Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
G. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
H. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
. Keperawatan Kriteria Hasil
1 Resiko Perilaku Setelah dilakukan Observasi:
Kekerasan (D.00146); keperawatan selama 1. Monitor adanya
Berisiko 3x24 jam, benda
membahayakan diharapkan control berpotensi
secara fisik, diri meningkat membahayakan
emosi, dan/atau dengan kriteria (mis, benda
seksual pada hasil: tajam, tali)
diri sendiri atau 1. Verbalisasi 2. Monitor
orang lain. ancaman keamanan
kepada orang barang yang
lain menurun dibawa oleh
2. Verbalisasi pengunjung
umpatan 3. Monitor selama
menurun penggunan
3. Perilaku barang yang
menyerang dapat
menurun membahayakan
4. Perilaku (mis, pisau
melukai diri cukur).
sendiri atau
orang lain Terapeutik:
menurun 1. Pertahankan
5. Perilaku lingkungan
merusak bebeas dari
lingkungan bahaya secara
sekitar rutin.
menurun 2. Libatkan
6. Perilaku keluarga dalam
agresif/amuk perawatan
menurun
7. Suara keras Edukasi:
menurun 1. Anjurkan
8. Bicara ketus pengunjung dan
menurun keluarga untuk
mendukung
keselamatan
pasien.
2. Lattih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
3. Latih
mengurangi
kemarahan
secara verbal
dan non verbal
(mis, relaksasi,
bercerita)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap leadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, leinginan tidak
tercapai, tidak puas), serta perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan)
atau ketakutan (panik) sebagi respon terhadap perasaan terancam baik
berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan marah
berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
B. Saran
Perawat hendaknya menguasi asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga
dalam mengatasi masalah.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku
kekerasan meliputi keterampilandalam pengkajian, diagnosa, perencanaan,
intervensi dan evaluuasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah
dengan mengajarkan teknik nafas dalam atau memukul kasur/bantal agar
klien dapat merdam amarahnya.
DAFTAR PUSTAKA