Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

OLEH :
No NIM Nama
1. 16612836 Lutfi Nur M.
2. 16612852 Irfan Risandi
3. 16612850 Isnani Mujasyaroh
4. 16612838 Vivie Aventa Olivia
5. 16612855 Lailatul Maghfirah
6. 16612847 Tiara Yuanita
7. 16612830 Eka Ulfa
8. 16612832 Risky Arumsasi
9. 16612853 Lucky Linggarsari
10. 16612858 Erlinda Barbinda

PRODI D-3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa
diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili di
negara-negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan data dan fakta bahwa hampir
separuh populasi dunia tinggal di negara dimana satu orang psikiater melayani 200.000
orang. Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik
yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak
diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/ skizofrenia di Indonesia
pada tahun 2013 adalah 1. 728 orang. Adapun proposi rumah tangga yang pernah
memasung ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga dari 14,3% terbanyak
tinggal di pedasaan, sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di
Indonesia secara nasional adalah 6.0% (37. 728 orang dari subjek yang dianalisis).
Perilaku kekerasan ditandai dengan adanya muka marah dan emosi. Pasien
mengalami distorsi kognitif seperti merasa diri paling berkuasa, pengasingan, mengkritik
pendapat orang lain dan mudah putus asa. Terdapat rasa malas dan menarik diri dari
hubungan sosial pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini
hari, nafsu makan berkurang begitu juga dengan seksual (Yosep, 2009).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari resiko perilaku kekerasan?
2. Bagaimana rentang resopon marah pasien?
3. Apa saja gejala atau tanda marah yang pasien alami?
4. Bagaimana proses terjadinya marah?
5. Bagaimana proses terjadinya amuk?

2
6. Bagaimana pengkajian keperawatan ?
7. Apa saja diagnosa dari prilaku kekerasan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari resiko perilaku kekerasan
2. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon marah pasien
3. Untuk mengetahui apa saja gejala pada pasien
4. Untuk mengetahui proses terjadinya marah
5. Untuk mengetahui proses terjadinya amuk
6. Untuk mengetahui apa saja pengkajian keperawatan
7. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dari prilaku kekrasan

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini penulis dapat menambah pengetahuan
serta wawasan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan
kepala dan rambut
2. Bagi Pembaca
Penyusunan makalah ini supaya dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
sumber bacaan untuk menambah atau memahami tentang kebersihan kepala dan
rambut

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Banyak ahli mendefiniskan mengenai perilaku kekerasan diantaranya, menurut


Berkowitz (1993), perilaku kekerasan bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan bahwa
perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk
agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau
sesuatu.Pendapat senada diungkapkan Stuart dan Laraia (2005),yang menyatakan bahwa
perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai
respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik, kehilangan
orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012)
mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan
oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada
orang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan:

a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat
dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.

4
2.2 Rentang Respons Marah

Keterangan
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
3. Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
5. Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

a) Hierarki Perilaku Kekerasan


Setelah memahami rentang respon marah, dibawah ini adalah hirarki agresif yaitu
sebagai berikut.

Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki
agresif. Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses
marah yang dialami setiap orang. Bila seseorang tidak mampu menangani
perasaan marah secara asertif dapat mengakibatkan amuk atau perilaku kekerasan.
b) Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif
Berdasarkan konsep yang telah sama-sama kita pelajari, maka dapat kita
simpulkan perbedaan antara perilaku agresif, asertif dan pasif seperti bagan
dibawah ini.

5
2.3 Gejala atau Tanda Marah (Perilaku)
1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat

6
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor

2.4 Proses Terjadinya Marah

7
2.5 Proses Terjadinya Amuk
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk adalah
respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal
dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga
cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan
perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif dan amuk.

2.6 Pengkajian Keperawatan


A. Faktor Predisposisi
1. Psikoanalisis Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil
dari dorongan insting (instinctual drives).
2. Psikologis Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
3. Biologis Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur
sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
c. Lobus frontal

8
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan
emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin
(5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri (self
esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.

Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar
dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok,
saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita kekerasan,
perang, olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan
menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat
menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu memilih
cara yang maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku


kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut.
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.

9
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
B. Faktor Presipitasi

Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut:


1. Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.

2.7 Diagnosis
Pohon Masalah

2.8 Diagnosis Keperawatan


1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan yaitu :
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan ditandai dengan adanya muka marah dan emosi. Pasien mengalami
distorsi kognitif seperti merasa diri paling berkuasa, pengasingan, mengkritik pendapat
orang lain dan mudah putus asa. Terdapat rasa malas dan menarik diri dari hubungan
sosial pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini hari, nafsu
makan berkurang begitu juga dengan seksual.

3.2 Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan jiwa
penting sekali memahami beberapa tanda dan gejala mengenai perilaku kekerasaan, agar
ke depan nya perilaku kekerasaan dapat dikurangi dengan diadakannya cara-cara untuk
meredam perilaku kekerasaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Pusdik SDM kesehatan


Yusuf, Risky Fitryasari PK, Hanik Ending Nihayati. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta selatan. Salemba merdeka.
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

12
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)

Ruang Rawat : Ruang Melati


Tanggal dirawat : 10 Oktober 2018
No RM : 01-10-018

A. Identitas Klien
Nama : Tn. A (Laki-laki)
Umur : 35 th
Alamat : Ponorogo
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Informan : Keluarga
Tgl Pengkajian : 10 Oktober 2018
Dx Medis : Skizofrenia

B. Alasan Masuk dan Faktor Presipitasi


a. Alasan masuk : Klien sering mengamuk dengan memecahkan perabotan rumah,
klien juga sering berbicara kasar pada istrinya dan bahkan memecahkan kaca.
b. Faktor presipitasi : Keluarga mengatakan klien kambuh karena klien menganggap
istrinya telah berselingkuh dan klien merasa tidak mampu menafkahi istrinya.
c. Faktor predisposisi : Keluarga mengatakan klien menalami gangguan jiwa dengan
diagnosa medis Skizofrenia pada usia 25 tahun dan pernah dirawat di Rumah Sakit
Jiwa Solo. Pada saat masih remaja klien sering melihat kedua orang tuanya
melakukan kekerasan dan pertengkaran.

C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

√ Ya

Tidak

13
Bila ya jelaskan : Pernah menalami gangguan jiwa dengan diagnosa medis
Skizofrenia pada usia 25 tahun dan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Solo.
2. Pengobatan sebelumnya

Berhasil

√ Kurang berhasil

Tidak berhasil
Jelaskan : Keluarga mengatakan klien sulit untuk patuh minum obat secara teratur
sehingga menyebabkan kekambuhan
3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Aniaya fisik - - - -

Aniaya seksual - - - -

Penolakan - - - -

√ Kekerasan dlm klg 18 th - √ - -

Tindakan kriminal - - - - -
Jelaskan : Saat klien berusia 18 tahun sering melihat kekerasan yang dilakukan
ayahnya dan terkadang klien juga mengalami kekerasan dari ayahnya.
4. Anggota keluarga yang ganguan jiwa

Ada

√ Tidak
Jika ada : -
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -

14
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
Jawaban : Saat klien berusia 18 tahun sering melihat pertngkaran dan kekerasan yang
dilakukan ayahnya dan terkadang klien juga mengalami kekerasan dari ayahnya.
6. Adakah riwatat kejang, trauma kepala, dll ?
Jawaban : Tidak ada riwayat kejang dan trauma kepala
7. Bagaimana pola asuh keluarga ?
Jawaban : Pola asuh otoriter (tidak diberi kebebasan)

D. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg HR : 88 X/mt


S : 36,5 °C RR : 23 X/mt
2. Ukur : BB : 55 Kg TB: 170 cm
3. Keluhan fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik

E. Psikososial
1. Genogram :

Jelaskan :
: Laki-laki meninggal : Garis perkawinan

: Perempuan meninggal : Garis keturunan

15
: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Pasien

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan puas dengan tubuhnya dan merasa tidak punya
masalah dengan anggota tubuhnya.
b. Identitas Diri : Klien mengatakan tidak puas dengan pekerjaannya yang tidak
tetap dan hanya bekerja serabutan.
c. Peran Diri : Klien mengatakan kecewa dan tidak puas dengan perannya sebagai
suami karena tidak mampu menafkahi istri dan anaknya dengan baik.
d. Ideal Diri : Klien mengatakan tidak mempunyai harapan tentang hidupnya
dimasa depan.
e. Harga Diri : Klien mengatakan bahwa dirinya tidak lagi dianggap oleh
keluarganya dan tidak dihargai oleh keluarganya.
3. Hubungan sosial
a. Dirumah : Keluarga mengatakan saat dirumah klien tidak pernah bercerita
tentang masalah yang dihadapinya.
b. Di rumah sakit : Klien hanya mau bercerita kepada perawat atau tenaga medis di
rumah sakit.
c. Orang yang berarti : Klien mengatakan tidak ada lagi orang yang berarti
d. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan masyarakat di daerahnya
e. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan jarang
bersosialisasi dengan orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama islam dan klien menyangkal bahwa
dirinya mengalami gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan tidak melakukan sholat maupun kegiatan
keagamaan di daerahnya.

16
F. Status Mental
1. Penampilan
Rapi

√ Tidak rapi

Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya


Jelaskan : Kondisi rambut tidak pernah disisir, kuku kotor dan panjang, kulit kering,
gigi kotor, cara berpakaian tidak rapi.

2. Pembicaraan
Cepat Apatis

√ Keras Lambat

Gagap Membisu

Inkoherensi Tidak mampu


memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien saat menjawab pertanyaan perawat dengan nada tinggi dan keras.

3. Aktivitas motorik
 Fleksibilitas serea Tik

 Tegang Grimasem

 √ Gelisah Tremor

 √ Agitasi Kompulsif

 Automatisma Common Automatisma

17
 Negativisme

Jelaskan : Klien sering mondar mandir, tidak tenang dan gelisah saat ditanya tentang
keluarganya

4. Alam perasaan

Sedih

Ketakutan

√ Putus asa

Khawatir

Gembira berlebihan

Jelaskan : Klien tidak mempunyai harapan terhadap masa depan dan hubungan
dengan keluarganya.

5. Afek
Datar

Tumpul

√ Labil

Tidak sesuai
Jelaskan : Klien menjawab pertanyaan perawat dengan mood yang berubah-ubah.

6. Interaksi selama wawancara

√ Bermusuhan

Tidak kooperatif

18
√ Mudah tersinggung

Kontak mata kurang

√ Curiga
Jelaskan: Klien menjawab pertanyaan perawat dengan emosi jika menyinggung hal
hal yang membuatnya mengingatkan masa lalu dan tenang ketika diajak mengobrol
tentang hal yang tidak ada kaitannya dengan masa lalunnya. Klien juga selalu merasa
curiga saat ada yang bertanya tentang istrinya.

7. Persepsi
Halusinasi / Ilusi:
Pendengaran

Penglihatan

Perabaan

Pengecapan

Penghidup

Jelaskan : Pasien tidak pernah memiliki riwayat pengalaman gangguan halusinasi


apapun

8. Proses pikir
a. Isi Pikir

√ Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial

Phobia √ Ide yang terkait √ Pesimisme

Hipokondria Pikiranmagis Bunuh diri

19
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa apapun yang dialami sekarang dan masa akan
datang hanyalah hal yang sia sia, klien juga selalu menganggap bahwa istrinya telah
berselingkuh walaupun tidak ada bukti tentang persepsinya.

b. Waham :

Agama Nihilistik

Somatik Siar pikir

Kebesaran √ Sisip pikir

√ Curiga Kontrol pikir


Jelaskan : Klien selalu ingin menyerang ataupun merusak barang disekitarnya jika
menurut dia itu adalah hal yang menyakitkan baginya.

c. Arus pikir
Sirkumstansial √ Flight of idea

Tangensial Blocking

Kehilangan Pengulangan pembicaraan /


asosiasi perseverasi

Inkoheren Logorea

Jelaskan :Klien menjelaskan yang ditanyakan perawat meloncat dari topic ke topic
lain, tetapi masih ada kaitannya dengan hal yang dia alami.

9. Tingkat kesadaran

√ Bingung Disorientasi waktu

Sedasi Disorientasi orang

20
Stupor Disorientasi tempat

Jelaskan : Dari segi raut muka dan pembicaraan klien nampak bingung dan merasa
dirinya sedang kacau.

10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang

√ Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saa tini

Konfabulasi
Jelaskan: Klien tidak dapat mengingat kejadian minggu terakhir.

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih

√ Tidak mampu berkosentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan : Klien selalu minta agar pertanyaan selalu diulang.

12. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan

Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana.

13. Daya titik diri


Mengingkari penyakit yang diderita

√ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

21
Jelaskan : Klien menyalahkan orang lain tentang masalahnya

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal √ Sebagian Bantuan total

3. Mandi

Bantuan minimal √ Sebagian Bantuan total

4. Berpakaian/ berhias

Bantuan minimal Sebagian √ Bantuan total

5. Istirahat tidur

√ Tidur siang :lama 12.00 s/d 14.00

√ Tidur malam :lama 23.00 s/d 08.00

√ Aktifitas sebelum / sesudah tidur : sebelum tidur melakukan pukul bantal


sesudah tidur minum air putih.

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal √ Sebagian Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan

Ya Tidak

Perawatan Lanjutan √

22
Sistem Pendukung √

8. Aktifitas diluar rumah


Mempersiapkan makanan


Menjaga kerapian rumah


Mencuci Pakaian

9. Aktifitas di luar rumah

Belanja √

Transportasi √


Lain-lain

H. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif Menghindar

Olah raga 
Mencederai diri

Lainnya ............................................ Lainnya.........................................

23
I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

√ Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan: Klien tidak pernah bersosialisasi dan
tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok masyarakat

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan : Klien tidak pernah bersosialisasi


dan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungannya

Masalah dengan pendidikan, uraikan : Klien tidak punya masalah dengan pendidikan

√ Masalah dengan pekerjaan, uraikan : Klien tidak memilikki pekerjaan tetap, hanya
kerja serabutan

√ Masalah dengan perumahan, uraikan : Klien selalu bertengkar dengan istrinya karena
menganggap bahwa istrinya berselingkuh.

√ Masalah dengan ekonomi, uraikan : Klien tidak mampu menafkahi keluarganya

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan : Klien tidak punya masalah dengan
pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, uraikan : Tidak ada.

J. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

 Koping Obat-obatan
Jelaskan : Klien tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan
mekanisme koping (penyelesaian masalah dengan baik dan benar)
K. ASPEK MEDIK
a. Diagnosa Medik : Skizofrenia
b. Terapi Medik: Pemberian dophamin & ephinefrin

24
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. A DX Medis : Skizofrenia Paranoid


No CM : 01.10.018 Ruangan : Melati

No. Data Problem


1. Data Subjektif : Resiko Perilaku Kekerasan
Klien sering mengamuk, klien juga sering berbicara
kasar dan bahkan memecahkan kaca.

Data Objektif :
Keluarga mengatakan klien sering mengamuk dengan
memecahkan perabotan rumah, klien juga sering
berbicara kasar pada istrinya dan bahkan memecahkan
kaca.
Keluarga mengatakan klien menalami gangguan jiwa
dengan diagnosa medis Skizofrenia pada usia 25 tahun

2. Data Subjektif : Defisit Perawatan Diri


Klien sering menggaruk badannya, badanya bau,
rambut tidak pernah disisir, kuku kotor dan panjang,
kulit kering, gigi kotor, cara berpakaian tidak rapi.

Data Objektif :
Keluarga mengatakan klien sering tidak mandi, tidak
menggosok gigi dan jarang mengganti pakaian

25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A DX Medis : Skizofrenia Paranoid


No CM : 01.10.018 Ruangan : Melati

N Perencanaan
o Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tgl Keperawa
D tan
x
10/1 1 Risiko TUM: Klien
0/20 Perilaku tidak
18 Kekerasan melakukan
tindakan
kekerasan
TUK:
1. Klien 1. Setelah … X 1. Bina hubungan saling
dapat pertemuan klien percaya dengan:
membina menunjukkan tanda-  Beri salam setiap
hubungan tanda percaya berinteraksi.
saling kepada perawat:  Perkenalkan nama,
percaya o Wajah cerah, nama panggilan
tersenyum perawat dan tujuan
o Mau berkenalan perawat berinteraksi
o Ada kontak  Tanyakan dan
mata panggil nama
o Bersedia kesukaan klien
menceritakan  Tunjukkan sikap
perasaan empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah

26
yang dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
2. Klien 2. Setelah … X 2. Bantu klien
dapat pertemuan klien mengungkapkan
mengidenti menceritakan perasaan marahnya:
fikasi penyebab perilaku  Motivasi klien untuk
penyebab kekerasan yang menceritakan
perilaku dilakukannya: penyebab rasa kesal
kekerasan o Menceritakan atau jengkelnya
yang penyebab  Dengarkan tanpa
dilakukann perasaan menyela atau
ya jengkel/kesal memberi penilaian
baik dari diri setiap ungkapan
sendiri maupun perasaan klien
lingkungannya
3. Klien 3. Setelah … X 3. Bantu klien
dapat pertemuan klien mengungkapkan tanda-
mengidenti menceritakan tanda- tanda perilaku kekerasan
fikasi tanda saat terjadi yang dialaminya:
tanda- perilaku kekerasan  Motivasi klien
tanda o Tanda fisik : menceritakan
perilaku mata merah, kondisi fisik (tanda-
kekerasan tangan tanda fisik) saat
mengepal, perilaku kekerasan
ekspresi tegang, terjadi
dan lain-lain.  Motivasi klien
o Tanda menceritakan
emosional : kondisi emosinya

27
perasaan marah, (tanda-tanda
jengkel, bicara emosional) saat
kasar. terjadi perilaku
o Tanda sosial : kekerasan
bermusuhan  Motivasi klien
yang dialami menceritakan
saat terjadi kondisi hubungan
perilaku dengan orang lain
kekerasan. (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien 4. Setelah … X 4. Diskusikan dengan klien
dapat pertemuan klien perilaku kekerasan yang
mengidenti menjelaskan: dilakukannya selama ini:
fikasi jenis o Jenis-jenis  Motivasi klien
perilaku ekspresi menceritakan jenis-
kekerasan kemarahan jenis tindak
yang yang selama ini kekerasan yang
pernah telah selama ini pernah
dilakukann dilakukannya dilakukannya.
ya o Perasaannya  Motivasi klien
saat melakukan menceritakan
kekerasan perasaan klien
o Efektivitas cara setelah tindak
yang dipakai kekerasan tersebut
dalam terjadi
menyelesaikan  Diskusikan apakah
masalah dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien 5. Setelah … X 5. Diskusikan dengan klien

28
dapat pertemuan klien akibat negatif (kerugian)
mengidenti menjelaskan akibat cara yang dilakukan
fikasi tindak kekerasan pada:
akibat yang dilakukannya  Diri sendiri
perilaku o Diri sendiri :  Orang lain/keluarga
kekerasan luka, dijauhi  Lingkungan
teman, dll
o Orang
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien 6. Setelah … X 6. Diskusikan dengan klien:
dapat pertemuan klien :  Apakah klien mau
mengidenti o Menjelaskan mempelajari cara
fikasi cara cara-cara sehat baru
konstruktif mengungkapkan mengungkapkan
dalam marah marah yang sehat
mengungk  Jelaskan berbagai
apkan alternatif pilihan
kemarahan untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
 Cara fisik: nafas

29
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
 Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
 Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
 Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien 7. Setelah … X 7. 1. Diskusikan cara yang
dapat pertemuan klien mungkin dipilih dan
mendemon memperagakan cara anjurkan klien
strasikan mengontrol perilaku memilih cara yang
cara kekerasan: mungkin untuk
mengontro o Fisik: tarik nafas mengungkapkan
l perilaku dalam, memukul kemarahan.
kekerasan bantal/kasur 7.2. Latih klien
o Verbal: memperagakan cara
mengungkapkan yang dipilih:
perasaan  Peragakan cara
kesal/jengkel melaksanakan cara
pada orang lain yang dipilih.
tanpa menyakiti  Jelaskan manfaat

30
o Spiritual: cara tersebut
zikir/doa,  Anjurkan klien
meditasi sesuai menirukan peragaan
agamanya yang sudah
dilakukan.
 Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8.Klien 8. Setelah … X 8.1. Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan keluarga: peran serta keluarga
dukungan o Menjelaskan sebagai pendukung
keluarga cara merawat klien untuk mengatasi
untuk klien dengan perilaku kekerasan.
mengontro perilaku 8.2. Diskusikan potensi
l perilaku kekerasan keluarga untuk
kekerasan o Mengungkapkan membantu klien
rasa puas dalam mengatasi perilaku
merawat klien kekerasan
8.3.Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan
yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
8.4. Peragakan cara
merawat klien
(menangani perilaku

31
kekerasan)
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan

9.Klien 9.1. Setelah ...X 9.1. Jelaskan manfaat


mengguna pertemuan klien menggunakan obat
kan obat menjelaskan: secara teratur dan
sesuai o Manfaat minum kerugian jika tidak
program obat menggunakan obat
yang telah o Kerugian tidak 9.2. Jelaskan kepada klien:
ditetapkan minum obat  Jenis obat (nama,
o Nama obat warna dan bentuk
o Bentuk dan obat)
warna obat  Dosis yang tepat
o Dosis yang untuk klien
diberikan  Waktu pemakaian
kepadanya  Cara pemakaian
o Waktu  Efek yang akan
pemakaian dirasakan klien
o Cara pemakaian 9.3. Anjurkan klien:
o Efek yang  Minta dan
dirasakan menggunakan obat
9.2. Setelah … X tepat waktu
pertemuan klien  Lapor ke
menggunakan obat perawat/dokter jika

32
sesuai program mengalami efek
yang tidak biasa
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.

33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Klien : Tn. A DX Medis : Skizofrenia Paranoid


No CM : 01.10.018 Ruangan : Melati

No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Resiko Data : Klien sering mengamuk, S : Klien mengatakan sudah


Perilaku klien juga sering berbicara kasar merasa tenang dan tidak
Kekerasan dan bahkan memecahkan kaca. mengamuk, serta klien tidak
Dx. Kep : Resiko Perilaku berbicara kasar
Kekerasan O : Klien mampu mengontrol
Tx : Melakukan SP 1 perilaku kekerasan dengan cara
1. Mengidentifikasi penyebab latihan nafas dalam walaupun
PK belum teratur dan masih
2. Mengidentifikasi tanda dan diingatkan
gejala PK A : Resiko perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi PK yang belum teratasi
dilakukan dan akibatnya P : Melakukan latihan nafas
4. Menyebutkan cara dalam 5x dalam sehari pada jam
mengontrol PK setelah sholat lima waktu.
5. Membantu klien
mempraktekan latihan cara
mengontrol fisik I yaitu
dengan nafas dalam
6. Menganjurkan klien
memasukkan dalam kegiatan
harian
RTL :
1. Melakukan SP II
2. Melakukan evaluasi SP I
yang telah dilakukan klien

34
2. Defisit S : Klien mengatakan sudah
Perawatan Data : Klien sering menggaruk merasa nyaman dan tidak gatal-
Diri badannya, badanya bau, rambut gatal lagi
tidak pernah disisir, kuku kotor O : Klien mampu menjaga
dan panjang, kulit kering, gigi kebersihan diri, mandi dengan
kotor, cara berpakaian tidak rapi. baik dan benar, membersihkan
Dx. Kep : Defisit Perawatan Diri tempat tidur dan cara berpakaian
Tx : yang rapi walaupun masih
1. Menjelaskan pentingnya diingatkan untuk melakukannya.
kebersihan diri A : Defisit perawatan diri belum
2. Menjelaskan cara menjaga teratasi
kebersihan diri dengan cara P : Mandi dengan baik dan benar,
mandi dengan baik dan membersihkan tempat tidur dan
benar, membersihkan tempat cara berpakaian yang rapi
tidur dan cara berpakaian
yang rapi
3. Membantu klien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
RTL :
1. Mengajarkan cara mandi,
berpakaian dan
membersihkan tempat tidur.
2. Mengevaluasi tindakan yang
dilakukan klien

35
36

Anda mungkin juga menyukai