OLEH :
No NIM Nama
1. 16612836 Lutfi Nur M.
2. 16612852 Irfan Risandi
3. 16612850 Isnani Mujasyaroh
4. 16612838 Vivie Aventa Olivia
5. 16612855 Lailatul Maghfirah
6. 16612847 Tiara Yuanita
7. 16612830 Eka Ulfa
8. 16612832 Risky Arumsasi
9. 16612853 Lucky Linggarsari
10. 16612858 Erlinda Barbinda
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
6. Bagaimana pengkajian keperawatan ?
7. Apa saja diagnosa dari prilaku kekerasan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari resiko perilaku kekerasan
2. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon marah pasien
3. Untuk mengetahui apa saja gejala pada pasien
4. Untuk mengetahui proses terjadinya marah
5. Untuk mengetahui proses terjadinya amuk
6. Untuk mengetahui apa saja pengkajian keperawatan
7. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dari prilaku kekrasan
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini penulis dapat menambah pengetahuan
serta wawasan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan
kepala dan rambut
2. Bagi Pembaca
Penyusunan makalah ini supaya dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
sumber bacaan untuk menambah atau memahami tentang kebersihan kepala dan
rambut
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012)
mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan
oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada
orang lain.
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat
dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa,
keinginan tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
4
2.2 Rentang Respons Marah
Keterangan
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
3. Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
5. Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol
Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki
agresif. Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses
marah yang dialami setiap orang. Bila seseorang tidak mampu menangani
perasaan marah secara asertif dapat mengakibatkan amuk atau perilaku kekerasan.
b) Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif
Berdasarkan konsep yang telah sama-sama kita pelajari, maka dapat kita
simpulkan perbedaan antara perilaku agresif, asertif dan pasif seperti bagan
dibawah ini.
5
2.3 Gejala atau Tanda Marah (Perilaku)
1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
6
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor
7
2.5 Proses Terjadinya Amuk
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk adalah
respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal
dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga
cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan
perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif dan amuk.
8
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan
emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin
(5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri (self
esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar
dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok,
saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita kekerasan,
perang, olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan
menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat
menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu memilih
cara yang maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.
9
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
B. Faktor Presipitasi
2.7 Diagnosis
Pohon Masalah
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan yaitu :
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan ditandai dengan adanya muka marah dan emosi. Pasien mengalami
distorsi kognitif seperti merasa diri paling berkuasa, pengasingan, mengkritik pendapat
orang lain dan mudah putus asa. Terdapat rasa malas dan menarik diri dari hubungan
sosial pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini hari, nafsu
makan berkurang begitu juga dengan seksual.
3.2 Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan jiwa
penting sekali memahami beberapa tanda dan gejala mengenai perilaku kekerasaan, agar
ke depan nya perilaku kekerasaan dapat dikurangi dengan diadakannya cara-cara untuk
meredam perilaku kekerasaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)
A. Identitas Klien
Nama : Tn. A (Laki-laki)
Umur : 35 th
Alamat : Ponorogo
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Informan : Keluarga
Tgl Pengkajian : 10 Oktober 2018
Dx Medis : Skizofrenia
C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
√ Ya
Tidak
13
Bila ya jelaskan : Pernah menalami gangguan jiwa dengan diagnosa medis
Skizofrenia pada usia 25 tahun dan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Solo.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
√ Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan : Keluarga mengatakan klien sulit untuk patuh minum obat secara teratur
sehingga menyebabkan kekambuhan
3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik - - - -
Aniaya seksual - - - -
Penolakan - - - -
Tindakan kriminal - - - - -
Jelaskan : Saat klien berusia 18 tahun sering melihat kekerasan yang dilakukan
ayahnya dan terkadang klien juga mengalami kekerasan dari ayahnya.
4. Anggota keluarga yang ganguan jiwa
Ada
√ Tidak
Jika ada : -
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -
14
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
Jawaban : Saat klien berusia 18 tahun sering melihat pertngkaran dan kekerasan yang
dilakukan ayahnya dan terkadang klien juga mengalami kekerasan dari ayahnya.
6. Adakah riwatat kejang, trauma kepala, dll ?
Jawaban : Tidak ada riwayat kejang dan trauma kepala
7. Bagaimana pola asuh keluarga ?
Jawaban : Pola asuh otoriter (tidak diberi kebebasan)
D. Pemeriksaan Fisik
E. Psikososial
1. Genogram :
Jelaskan :
: Laki-laki meninggal : Garis perkawinan
15
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Pasien
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan puas dengan tubuhnya dan merasa tidak punya
masalah dengan anggota tubuhnya.
b. Identitas Diri : Klien mengatakan tidak puas dengan pekerjaannya yang tidak
tetap dan hanya bekerja serabutan.
c. Peran Diri : Klien mengatakan kecewa dan tidak puas dengan perannya sebagai
suami karena tidak mampu menafkahi istri dan anaknya dengan baik.
d. Ideal Diri : Klien mengatakan tidak mempunyai harapan tentang hidupnya
dimasa depan.
e. Harga Diri : Klien mengatakan bahwa dirinya tidak lagi dianggap oleh
keluarganya dan tidak dihargai oleh keluarganya.
3. Hubungan sosial
a. Dirumah : Keluarga mengatakan saat dirumah klien tidak pernah bercerita
tentang masalah yang dihadapinya.
b. Di rumah sakit : Klien hanya mau bercerita kepada perawat atau tenaga medis di
rumah sakit.
c. Orang yang berarti : Klien mengatakan tidak ada lagi orang yang berarti
d. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan masyarakat di daerahnya
e. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan jarang
bersosialisasi dengan orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama islam dan klien menyangkal bahwa
dirinya mengalami gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan tidak melakukan sholat maupun kegiatan
keagamaan di daerahnya.
16
F. Status Mental
1. Penampilan
Rapi
√ Tidak rapi
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
√ Keras Lambat
Gagap Membisu
3. Aktivitas motorik
Fleksibilitas serea Tik
Tegang Grimasem
√ Gelisah Tremor
√ Agitasi Kompulsif
17
Negativisme
Jelaskan : Klien sering mondar mandir, tidak tenang dan gelisah saat ditanya tentang
keluarganya
4. Alam perasaan
Sedih
Ketakutan
√ Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan : Klien tidak mempunyai harapan terhadap masa depan dan hubungan
dengan keluarganya.
5. Afek
Datar
Tumpul
√ Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : Klien menjawab pertanyaan perawat dengan mood yang berubah-ubah.
√ Bermusuhan
Tidak kooperatif
18
√ Mudah tersinggung
√ Curiga
Jelaskan: Klien menjawab pertanyaan perawat dengan emosi jika menyinggung hal
hal yang membuatnya mengingatkan masa lalu dan tenang ketika diajak mengobrol
tentang hal yang tidak ada kaitannya dengan masa lalunnya. Klien juga selalu merasa
curiga saat ada yang bertanya tentang istrinya.
7. Persepsi
Halusinasi / Ilusi:
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidup
8. Proses pikir
a. Isi Pikir
19
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa apapun yang dialami sekarang dan masa akan
datang hanyalah hal yang sia sia, klien juga selalu menganggap bahwa istrinya telah
berselingkuh walaupun tidak ada bukti tentang persepsinya.
b. Waham :
Agama Nihilistik
c. Arus pikir
Sirkumstansial √ Flight of idea
Tangensial Blocking
Inkoheren Logorea
Jelaskan :Klien menjelaskan yang ditanyakan perawat meloncat dari topic ke topic
lain, tetapi masih ada kaitannya dengan hal yang dia alami.
9. Tingkat kesadaran
20
Stupor Disorientasi tempat
Jelaskan : Dari segi raut muka dan pembicaraan klien nampak bingung dan merasa
dirinya sedang kacau.
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Konfabulasi
Jelaskan: Klien tidak dapat mengingat kejadian minggu terakhir.
√ Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana.
21
Jelaskan : Klien menyalahkan orang lain tentang masalahnya
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/ berhias
5. Istirahat tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
22
Sistem Pendukung √
√
Mempersiapkan makanan
√
Menjaga kerapian rumah
√
Mencuci Pakaian
Belanja √
Transportasi √
√
Lain-lain
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Olah raga
Mencederai diri
23
I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
√ Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan: Klien tidak pernah bersosialisasi dan
tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok masyarakat
Masalah dengan pendidikan, uraikan : Klien tidak punya masalah dengan pendidikan
√ Masalah dengan pekerjaan, uraikan : Klien tidak memilikki pekerjaan tetap, hanya
kerja serabutan
√ Masalah dengan perumahan, uraikan : Klien selalu bertengkar dengan istrinya karena
menganggap bahwa istrinya berselingkuh.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan : Klien tidak punya masalah dengan
pelayanan kesehatan
Koping Obat-obatan
Jelaskan : Klien tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan
mekanisme koping (penyelesaian masalah dengan baik dan benar)
K. ASPEK MEDIK
a. Diagnosa Medik : Skizofrenia
b. Terapi Medik: Pemberian dophamin & ephinefrin
24
ANALISA DATA
Data Objektif :
Keluarga mengatakan klien sering mengamuk dengan
memecahkan perabotan rumah, klien juga sering
berbicara kasar pada istrinya dan bahkan memecahkan
kaca.
Keluarga mengatakan klien menalami gangguan jiwa
dengan diagnosa medis Skizofrenia pada usia 25 tahun
Data Objektif :
Keluarga mengatakan klien sering tidak mandi, tidak
menggosok gigi dan jarang mengganti pakaian
25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Perencanaan
o Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tgl Keperawa
D tan
x
10/1 1 Risiko TUM: Klien
0/20 Perilaku tidak
18 Kekerasan melakukan
tindakan
kekerasan
TUK:
1. Klien 1. Setelah … X 1. Bina hubungan saling
dapat pertemuan klien percaya dengan:
membina menunjukkan tanda- Beri salam setiap
hubungan tanda percaya berinteraksi.
saling kepada perawat: Perkenalkan nama,
percaya o Wajah cerah, nama panggilan
tersenyum perawat dan tujuan
o Mau berkenalan perawat berinteraksi
o Ada kontak Tanyakan dan
mata panggil nama
o Bersedia kesukaan klien
menceritakan Tunjukkan sikap
perasaan empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali berinteraksi
Tanyakan perasaan
klien dan masalah
26
yang dihadapi klien
Buat kontrak
interaksi yang jelas
Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
2. Klien 2. Setelah … X 2. Bantu klien
dapat pertemuan klien mengungkapkan
mengidenti menceritakan perasaan marahnya:
fikasi penyebab perilaku Motivasi klien untuk
penyebab kekerasan yang menceritakan
perilaku dilakukannya: penyebab rasa kesal
kekerasan o Menceritakan atau jengkelnya
yang penyebab Dengarkan tanpa
dilakukann perasaan menyela atau
ya jengkel/kesal memberi penilaian
baik dari diri setiap ungkapan
sendiri maupun perasaan klien
lingkungannya
3. Klien 3. Setelah … X 3. Bantu klien
dapat pertemuan klien mengungkapkan tanda-
mengidenti menceritakan tanda- tanda perilaku kekerasan
fikasi tanda saat terjadi yang dialaminya:
tanda- perilaku kekerasan Motivasi klien
tanda o Tanda fisik : menceritakan
perilaku mata merah, kondisi fisik (tanda-
kekerasan tangan tanda fisik) saat
mengepal, perilaku kekerasan
ekspresi tegang, terjadi
dan lain-lain. Motivasi klien
o Tanda menceritakan
emosional : kondisi emosinya
27
perasaan marah, (tanda-tanda
jengkel, bicara emosional) saat
kasar. terjadi perilaku
o Tanda sosial : kekerasan
bermusuhan Motivasi klien
yang dialami menceritakan
saat terjadi kondisi hubungan
perilaku dengan orang lain
kekerasan. (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien 4. Setelah … X 4. Diskusikan dengan klien
dapat pertemuan klien perilaku kekerasan yang
mengidenti menjelaskan: dilakukannya selama ini:
fikasi jenis o Jenis-jenis Motivasi klien
perilaku ekspresi menceritakan jenis-
kekerasan kemarahan jenis tindak
yang yang selama ini kekerasan yang
pernah telah selama ini pernah
dilakukann dilakukannya dilakukannya.
ya o Perasaannya Motivasi klien
saat melakukan menceritakan
kekerasan perasaan klien
o Efektivitas cara setelah tindak
yang dipakai kekerasan tersebut
dalam terjadi
menyelesaikan Diskusikan apakah
masalah dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien 5. Setelah … X 5. Diskusikan dengan klien
28
dapat pertemuan klien akibat negatif (kerugian)
mengidenti menjelaskan akibat cara yang dilakukan
fikasi tindak kekerasan pada:
akibat yang dilakukannya Diri sendiri
perilaku o Diri sendiri : Orang lain/keluarga
kekerasan luka, dijauhi Lingkungan
teman, dll
o Orang
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien 6. Setelah … X 6. Diskusikan dengan klien:
dapat pertemuan klien : Apakah klien mau
mengidenti o Menjelaskan mempelajari cara
fikasi cara cara-cara sehat baru
konstruktif mengungkapkan mengungkapkan
dalam marah marah yang sehat
mengungk Jelaskan berbagai
apkan alternatif pilihan
kemarahan untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
Cara fisik: nafas
29
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien 7. Setelah … X 7. 1. Diskusikan cara yang
dapat pertemuan klien mungkin dipilih dan
mendemon memperagakan cara anjurkan klien
strasikan mengontrol perilaku memilih cara yang
cara kekerasan: mungkin untuk
mengontro o Fisik: tarik nafas mengungkapkan
l perilaku dalam, memukul kemarahan.
kekerasan bantal/kasur 7.2. Latih klien
o Verbal: memperagakan cara
mengungkapkan yang dipilih:
perasaan Peragakan cara
kesal/jengkel melaksanakan cara
pada orang lain yang dipilih.
tanpa menyakiti Jelaskan manfaat
30
o Spiritual: cara tersebut
zikir/doa, Anjurkan klien
meditasi sesuai menirukan peragaan
agamanya yang sudah
dilakukan.
Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8.Klien 8. Setelah … X 8.1. Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan keluarga: peran serta keluarga
dukungan o Menjelaskan sebagai pendukung
keluarga cara merawat klien untuk mengatasi
untuk klien dengan perilaku kekerasan.
mengontro perilaku 8.2. Diskusikan potensi
l perilaku kekerasan keluarga untuk
kekerasan o Mengungkapkan membantu klien
rasa puas dalam mengatasi perilaku
merawat klien kekerasan
8.3.Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan
yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
8.4. Peragakan cara
merawat klien
(menangani perilaku
31
kekerasan)
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
32
sesuai program mengalami efek
yang tidak biasa
Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.
33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
34
2. Defisit S : Klien mengatakan sudah
Perawatan Data : Klien sering menggaruk merasa nyaman dan tidak gatal-
Diri badannya, badanya bau, rambut gatal lagi
tidak pernah disisir, kuku kotor O : Klien mampu menjaga
dan panjang, kulit kering, gigi kebersihan diri, mandi dengan
kotor, cara berpakaian tidak rapi. baik dan benar, membersihkan
Dx. Kep : Defisit Perawatan Diri tempat tidur dan cara berpakaian
Tx : yang rapi walaupun masih
1. Menjelaskan pentingnya diingatkan untuk melakukannya.
kebersihan diri A : Defisit perawatan diri belum
2. Menjelaskan cara menjaga teratasi
kebersihan diri dengan cara P : Mandi dengan baik dan benar,
mandi dengan baik dan membersihkan tempat tidur dan
benar, membersihkan tempat cara berpakaian yang rapi
tidur dan cara berpakaian
yang rapi
3. Membantu klien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
RTL :
1. Mengajarkan cara mandi,
berpakaian dan
membersihkan tempat tidur.
2. Mengevaluasi tindakan yang
dilakukan klien
35
36