PENDAHULUAN
individu mengalami suatu ancaman nyata atau potensial pada status pernafasan
ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau
nafas. Tanda minor yang mugkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini
adalah bunyi nafas abnormal, stridor, dan perubahan frekuensi, irama, dan
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk. Batuk merupakan gejala yang
banyak ditemukan pada pasien TB. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
batuk darah pada TB paru terjadi pada kavitas. tetapi juga terjadi pada ulkus
1
2
dinding bronkus. Pada pasien TB juga merasakan sesak napas, pada penyakit
yang baru tumbuh belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan dirasakan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru. Pada pasien TB paru merasakan nyeri dada, yang timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga paru oleh tenaga kesehatan
tahun 2013 adalah 0,4%. Lima provinsi dengan TB Paru tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%), Papua (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua
Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan TB paru batuk lebih dari 2 minggu
sebesar 3,9% dan batuk darah 2,8%. Prevalansi TB paru cenderung meningkat
44,4% di obati dengan obat program. Lima provinsi dengan Obat Anti
(56,2%), Sulawesi barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50,4%) ( Riskesdas, 2013).
Menurut survey di Rumah Sakit RSUD Dr. Harjono Ponorogo pasien dengan
penyakit TB paru pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai dengan bulan
Oktober berjumlah 224 orang (Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo,
2016).
TB paru merupakan penyakit yang menyerang organ paru. Respon imun
mengetahui adanya kerusakan atau tidak pada permukaan paru. Kavitas yang
terbentuk pada pasien akan berbeda tergantung pada respon imun masing-
3
masing pasien. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh orang lain melalui udara
organ tubuh lainya di luar paru-paru melalui sistem peredaran darah, kelenjar
limfe, saluran nafas (bronchus), atau menyebar langsung ke organ tubuh lainya.
Masa inkubasi mulainya kuman masuk sampai timbulnya gejala atau tes
menjadi TB paru setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama
dan kedua. Nyeri dada merupakan tanda yang sering terjadi karena terlibatnya
berkembang biak dalam sito plasma makrofag. Kuman tersebut akan terbawa
masuk ke organ tubuh lainya. Kuman yang bersarang di jaringan organ paru
akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil yang di sebut dengan afek
primer. Afek primer terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai
ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui
secara berlebih. Sekret yang di hasilkan cukup banyak dan kental sehingga
ekspirasi, jalan nafas menjadi sempit dan aliran udara nafas akan terhalang.
yang pertama dengan memposisikan pasien dengan nyaman seperti semi fowler
area atelaktasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk
Ponorogo ?
1.4. Tujuan Masalah
1) Tujuan Umum
5
Ponorogo.
2) Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien TB paru di Ruang
Harjono Ponorogo.
resiko.
b. Bagi Perawat
6
profesional.
c. Bagi Institusi Akper
Hasil penulisan setudi kasus ini dapat digunakan atau
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Etiologi
8
9
terutama berasal dari manusia dan M. Bovis yang berasal dari sapi.
dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini
(Firdaus, 2012).
2.1.3. Patofisiologi
biasanya diinhalasi sebagai suatu unit terdiri dari satu sampai tiga
bawah lobus atas paru atau bagian atas lobus bawah, basil tuberkel
dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah
atau usus.
2.1.4. Pathway
M. Tubekulosis M. Bovis
PERUBAHAN PERFUSI
JARINGAN
(Wijaya, 2013)
14
b. Batuk berdahak
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
dan mungkin tidak akan pernah tampak apabila tidak terjadi infeksi
b. Malaise.
c. Keringat malam.
d. Hilangnya nafsu makan.
e. Batuk purulen produktif disertai nyeri dada pada infeksi aktif.
(Corwin, 2009).
2.1.6. Penatalaksanaan
15
(DOTS)
kambuh).
(-), Ro (+).
mg
Negatif Diteruskan ke
Akhir tahap intensif tahap lanjutan.
I Positif Terapkan sisipan
selama 1 bulan
jika dahak (+)
maka di haruskan
ke tahap lanjutan.
Sebulan sebelum Positif Sembuh
akhir pengobatan. Negatif Pengobatan
gagal, ganti ke
kategori II.
Akhir intensif Positif Teruskan ke tahap
lanjutan.
II Negatif Sembuh
Sebulan sebelum Positif Pengobatan
akhir pengobatan. gagal, pasien
kronis di rujuk ke
spesialis atau
mengonsumsi
INH seumur
hidup.
Negatif Teruskan ke tahap
lanjut.
Akhir intensif Positif Pengobatan dig
anti dengan
kategori II.
bulan ( 4H3R3 ) :
1. INH (H) : 600 mg – 2 tablet @300 mg
2. Rifamsipin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut di minum 3 kali dalam seminggu
2.1.8. Komplikasi
2009).
17
2.2.1. Pengkajian
Anamnesis
a. Biodata
b. Keluhan utama
2 golongan, yaitu:
a) Batuk
b) Batuk darah
bercak darah.
c) Sesak nafas
dan lain-lain.
d) Nyeri dada
terkena TB.
2) Keluhan sistemis
a) Demam
semakin pendek.
sistem kardiovaskuler.
melengkapi pengkajian.
pernapasan?
sehari-hari.
22
diabetes militus.
yang di alaminya.
24
yang kurang.
penyembuhan penyakitnya.
g) Pemeriksaan Fisik
1) B1 (breathing)
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
2) B2 (Blood)
dapat meliputi:
kelemahan fisik.
sisi barat.
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
6) B6 (Bone)
2012).
h) Pemeriksaan Diagnostik
thoraks biasa.
klinis.
Pada orang dewasa, orangtua, angka
tuberculosis berupa:
(a) Sputum klien. Sebaiknya sputum diambil pada
24 jam.
(b) Urine. Urine yang diambil adalah urine pertama
BTA (-)”.
2) Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang
sediaan ulangan.
3) Bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka
(Muttaqin,2012).
Untuk menegakkan diagnosis TB paru
publichealth.com/protap-pengumpulan-dahak-
2016).
dari normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
nutrien.
38
porulen.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
- Ortopnea
- Gelisah
- Mata terbuka lebar
2 Ketidakefektifan pola Tujuan : NIC :
napas berhungan Setelah dilakukan tindakan Respiratory monitoring
dengan hiperventilasi keperawatan × 24 jam, status 1. Monitor rata-rata
yang ditandai dengan pernapasan klien membaik kedalaman, irama dan
takipneau atau RR usaha respirasi
lebih dari normal Indikator : 2. Catat pergerakan dada,
- Menunjukan pola pernapasan amati kesimetrisan,
Definisi : efektif yang dibuktikan oleh penggunaan otot tambahan,
Pertukaran udara status pernafasan, status retraksi otot
inspirasi dan/atau ventilasi dan pernapasan tidak supraclavicular dan
ekspirasi tidak adekuat terganggu, kepatenan jalan intercotals
napas dan tidak ada 3. Monitor suara napas
Batasan karakteristik : penyimpangan tanda vital 4. Monitor pola napas :
- Perubahan - Menunjukan tidak terganggunya bradipneau, takipneau,
kedalaman status pernapasan yang kusmaul, hiperventilasi,
pernapasa dibuktikan oleh : cheyne stokes, biot
- Perubahan ekskursi 1. Gangguan eksterm 5. Catat lokasi trachea
dada 2. Berat 6. Monitor kelelahan otot
- Bradipnea 3. Sedang diafragma
- Penurunan tekanan 4. Ringan 7. Auskultasi suara napas,
ekspirasi dan 5. Tidak ada gangguan catat area penurunan napas
inspirasi dan suara tambahan
- Penurunan 8. Auskultasi suara paru
ventilasi semenit setelah tindakan untuk
- Penurunan mengetahui hasilnya
kapasitas vital
- Dispnea
- Pernapasan cuping
hidung
- Ortopnea
- Pernapasan bibir
- Takipnea
- Penggunaan otot
aksesorius
3 Gangguan Tujuan : NIC :
keseimbangan nutrisi,Setelah dilakaukan tindakan Nutrition management
kurang dari kebutuhankeperawatan × 24 jam, status 1. Kaji adanya alergi
berhungan dengan
nutrisi klien membaik makanan
kelelahan, batuk yang 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
sering adanya produksi
Indikator : untuk menentukan jumlah
sputum, dispneau,
- Memperlihatkan status gizi : kalori dan nutrisi yang
anoreksia asupan makanan dan cairan, dibutuhkan klien
yang dibuktikan oleh : 3. Anjurkan klien untuk
meningkatkan intake Fe
Definisi : 1. Tidak adekuat 4. Anjurkan klien untuk
Asupan nutrisi tidak 2. Sedikit adekuat meningkatkan protein dan
cukup untuk 3. Cukup adekuat vitamin c
memenuhi kebutuhan 4. Adekuat 5. Berikan subtansi gula
metabolic 5. Sangat adekuat 6. Yakinkan diet yang tinggi
40
2.2.5. Evaluasi
41
2.3.1. Definisi
(NANDA, 2012).
bronchial.
mencegah aspirasi.
kecuali kontraindukasi.
2012).
43
BAB 3
METODE PENELITIAN
Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun
besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah
jalan nafas di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo, maka penyusun
3.3. Partisipan
Partisipan pada studi kasus ini adalah klien dengan diagnose medis
44
45
masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana
responden.
e. Memancing jawaban bila jawaban macet.
Pada penelitian ini data yang dapat diperoleh dari klien
pengamatan meliputi :
a). Tingkat kesadaran
b). Keadaan umum
c). Koping stress
d). Personal hygiene dll.
3.5.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengkajian keperawatan
2002).
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengambil data
dokumentasi meliputi :
a). Hasil laboratorium
b). Photo rontgen
c). Hasil CT Scan
d). Radiologis TB paru
3.6. Uji keabsahan data
Menurut Swardi Endaswara (2006) menyatakan bahwadalam
laboratorium.
3.6.2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan
foto thoraks.
Dari segi etika penelitian ketentuan – ketentuan yang terkait dengan data,
baik data mentah maupun data yang sudah diolah dan dianalisis perlu
adalah analisis deret waktu. Analisis deret waktu adalah serangkaian nilai
membandingkan dua klien sesuai fakta dan studi literature dan dituangkan
tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan
a) Prinsip manfaat
determinated)
to full disclosure)
3) Informed consent
treatment)
dari penelitian.
4.1. Hasil
1. Letak
ruangan yaitu :
a. Ruang Perawatan
dan putra non TB, 1 ruang putri dan putra dengan TB.
53
54
shift selanjutnya.
Ponorogo.
pendidikan
Tabel 3.1 SDM dan Kualifikasi Pendidikan di Ruang Asoka RSUD Dr.Harjono
Ponorogo tahun 2017
No Profesi Klasifikasi Pendidikan Jumlah
1 Dokter spesialis Paru S2 Spesialis penyakit paru 1
2 Dokter umum S1 Kedokteran 1
2 Perawat S1 Keperawatan 3
3 Perawat DIII Keperawatan 9
4 Cleaning service SMA 3
Jumlah 17
Sumber: (Ruang Asoka RSUD Dr.Harjono, 2017)
4.1.2. Pengkajian
A. Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN
Nama Ny. M
Umur 58 tahun
Agama Islam
Pekerjaan Pedagang
Suku/bangsa Jawa
No. RM 0334228
Diagnosa Medis TB
1. Kesehatan Umum
a. Keluhan Utama - Saat MRS : Klien mengeluh
sesak
- Saat Pengkajian : Klien
mengatakan masih sesak
b. Riwayat Penyakit Klien mengatakan saat dirumah
Sekarang klien mengeluh sesak nafas
selama 10 hari, kemudian pada
hari ketiga klien mengalami sesak
yang sangat berat. Setelah itu oleh
keluarga klien langsung dibawa ke
RSUD Dr. Harjono Ponorogo dan
di rawat di ruang Asoka
c. Riwayat Penyakit Klien mengatakan dahulu kurang
Dahulu lebih setahun yang lalu, klien
mempunyai riwayat penyakit
sesak napas.
d. Riwayat Penyakit Klien mengatakan dalam
Keluarga keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit
menurun( seperti; Diabetes
Militus, Hipertensi dll) dan
penyakit menular ( seperti; TBC,
Hepatitis dll)
C. Pengkajian B6 (Breath-Bone)
58
1. Breath
2. B2 (Blood)
3. B3 (Brain)
59
4. B4 (Bladder)
1. B5 (Bowel)
6 . B6 (Bone)
61
9. Endokrin
e. Personal Hygiene
a. ADL
1. Mandi Klien mandi di RS 2 kali/hari
2. Keramas Klien membersihkan rambut 2 hari
sekali
3. Berpakaian Klien menganti pakaian setiap hari
4. Sikat gigi Klien sikat gigi 2 kali/hari
5. Memotong kuku Kuku klien tampak kotor
Masalah Keperawatan -
1. Data Laboratorium
62
2. Pemeriksaan USG/Radiologi
63
3. Pemeriksaan ECG
4. Penatalaksanaan Terapi
peradangan
4 Maret Furosemide IV 2x 10 mg Membuang
2017 cairan
berlebih
didalam tubuh
N : 88x/menit
S : 36,5 0C
RR : 28x/menit
2. DS: Ketidakseimbangan Intoleransi
1. Klien mengatakan lemah suplai dan aktivitas
2. Klien mengatakan sesak kebutuhan oksigen
bertambah saat di
gunakan aktivitas
DO :
1. Klien terlihat lemah
2. Klien tampak pucat
3. TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,5 0C
RR : 28x/menit
3. DS : Hospitalisasi Gangguan pola
1. Klien mengatakan tidur
kesulitan tidur karena
lingkungan kurang
nyaman
2. Klien mengatakan saat
tidur malam sering
terbangun
DO :
1. Jam tidur klien 4 jam
dalam sehari
2. Tidur siang 11.00 – 12.00
WIB
3. Tidur malam sering
terbangun
4. Klien tampak lesu
5. Klien terlihat cowong
4.1.5. Perencanaan
1.2. Pembahasan
1.2.1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. M ,
13.400 mg/dl.
nafsu makan menurun dan keringat pada malam hari. Dari gejala
yang disebutkan di atas, ada gejala yang dialami oleh Ny. M dan
adapula gejala yang tidak dialami oleh Ny. M. Gejala yang muncul
Jadi, demam disini tidak muncul pada Ny.M karena sistem daya
tahan tubuh pada Ny. M yang kuat dan infeksi yang belum terlalu
pada klien karena daya tahan tubuh klien masih mampu dan
terhadap kedua klien yang sudah muncul tanda dan gejala dari
kasus dengan teori yang ada pada klien TB Paru. Hal tersebut
factor lingkungan, factor keluarga dan tidak ada data keluhan untuk
dalam teori.
1.2.3. Perencanaan
Berdasarkan teori yang ada prosedure keperawatan pada klien
d. Vibrasi dada
75
sekresi paru.
e. Clapping dada
Prosedur pengeluaran secret dari dalam rongga paru
(Tamsuri, 2008).
Ny. M.
baik. Jika saluran nafas baik maka frekuensi batuk akan menurun.
1.2.4. Implementasi
Berdasarkan data yang didapat dari klien memiliki masalah
beberapa implementasi.
77
meletakkan pengalas pada klien dan sputum pot pada pangkuan klien
kali jika masih diperlukan, bersihkan mulut klien dan anjurkan klien
jaringan tubuh. Cara pemberian ialah per oral dan injeksi intra
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses dari perawatan yang
atau belum, masalah apa yang sudah terpecahkan dan apa yang
efektif dan drainase postural, sesak dan batuk baru mulai berkurang
dan di sertai dengan batuk dan mengeluh tidak bisa tidur. Peneliti
terdengar suara ronchi pada dada kanan dan klien masih terlihat
Dan melalui hasil tinjauan antara kasus dengan teori tidak ada
BAB 5
dokumentasi, dan studi pustaka tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
yaitu adanya suara nafas tambahan ronchi, Pola nafas tidak teratur,
adanya otot bantu pernafasan, adanya batuk, dan klien tidak mampu
selama 4 hari yaitu dimulai tanggal 6 Maret 2017 sampai 9 Maret 2017.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada dua klien Tb Paru di Ruang
b. Bagi perawat
Diharapkan untuk perawat memberikan Asuhan keperawatan yang