Oleh:
SUCI WULANDARI
NIM 16612839
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
2014). Kuman Tuberculosis Paru mempunyai kuman batang aerob yang dapat
bakteri ini menjadi tahan asam (Nizar, 2010). Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
mengobatinya, disamping rasa bosan karena harus minum obat dalam waktu
memahami bahwa obat harus diminum seluruhnya dalam waktu yang telah
besar telah dicapai sehubungan dengan target global di tahun 2015 yang telah
tahun 2000 sampai 2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10
penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan
WHO . Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
(CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China,
Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini (WHO,
2017)
jumlah 420.994 kasus pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan
perempuan, ini terjadi tahun 2017. Provinsi Jawa Barat peringkat pertama
jumlah kasus TBC pada tahun 2016, yaitu dengan total 52.328 orang dengan
rincian 29.429 laki-laki dan 22.899 perempuan. Peringkat kedua diisi oleh Jawa
Timur dengan jumlah (45.239), disusul Jawa Tengah dengan jumlah (28.842),
DKI Jakarta (24.775), dan Sumatera Utara (17.798). Kasus TB paling rendah
2016).
Pada tahun 2017 Jawa Timur masih menjadi provinsi dengan kasus TB
paru terbanyak kedua di Indonesia, dengan jumlah 48.323 orang dengan rincian
laki-laki 27.205 perempuan 21.118. Laporan Dinkes Jatim, pada tahun 2016
BTA positif mencapai 280, laki-laki 186 dan perempuan 94. Angka terbanyak
(Dinkes Kabupaten Ponorogo, 2016). Penderita TB paru tahun 2016 juga masih
ditemukan kasus MDR (Multi Drug Resistent), keadaan ini disebabkan oleh
pasien yang alergi dan tidak tahan dengan efek samping, mereka memeriksakan
ke Dokter Rumah Sakit, tetapi kebanyakan tidak kembali ke Puskesmas atau
2017).
dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Gejala tesebut dapat dijumpai pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker parudan lain-
lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
intensif, klien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
tersebut diberikan secara tetap, biasanya klien menular menjadi tidak menular
(konversi) dalam 2 bulan, b) tahap lanjutan, klien mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka panjang waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan
tidaknya upaya dari diri sendiri atau motivasi dan dukungan untuk berobat
Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti
minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat,
jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat
2009).
survailans dan monitoring yang efektif yang dapat menilai hasil pengobatan
(WHO, 2016).
teratur dalan waktu yang telah ditentukan. Obat TBC memang sebaiknya
diminum dalam keadaan perut kosong. Waktu yang paling baik pemberian obat
secara teratur sebaiknya perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang
tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan pasien untuk minum
obat. Selanjutnya setiap penderita juga harus diawasi dalam meminum obatnya
obat anti tuberkulosis yang tertata dengan baik, termasuk pemberian regimen
OAT (obat anti tuberkulosis) yang adekuat. Dengan demikian berhasil atau
keadaan sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari
diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan
berobat dan menjalani pengobatan harus mereka alami, selama waktu yang
tersebut dan dituangkan dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Ponorogo”.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
yang efektif, efisien dan sesuai dengan standart asuhan keperawatan yaitu
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk
4. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan ataupun