Disusun Oleh :
1. Sukma Catur Setyaningrum (23632459)
2. Novfaldina Eka Nabila( 236232434 )
3. Indria Setyaningrum ( 23632452)
4. Ahlis Bahauddin A (23632514)
Kelas/Semester : A/1
A. Pengertian
1
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai
bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri
atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau kebutuhan
yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007). Jadi dapat
disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.
B. Etiologi
Faktor Predisposisi
a) Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting,
pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting kematian
yang diekspresikan dengan agresifitas.
2
c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis,
penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman
tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama
sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun
eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap
bermakna dan adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa
gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap
penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang
mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
3
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
4
3. Tanda dan Gejala Sosial:
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai
4. Tanda dan Gejala Intelektual :
Mendominasi
Cerewet
Cenderung suka meremehkan
Berdebat
Kasar
5. Tanda dan Gejala Spiritual:
Merasa diri kuasa
Merasa diri benar
Keragu-raguan
Tak bermoral
Kreativitas terhambat
D. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau
respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon maladaptive,
yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi,
yaitu:
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega ·
Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
Pasif : diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami
Agresif : memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman, disertai
5
melukai pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien
tidak mampu mengendalikan diri.
E. Pohon Masalah
Efek Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain
↑
Masalah Resiko perilaku kekerasan
↑
Penyebab halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif
F. Pengobatan
1. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan gangguan jiwa dengan dengan perilaku kekerasan (Yosep, 2010) adalah sebagai
berikut:
a. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-hipnotics. Obat ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepinesseperti lorazepam dan clonazepam,
sering digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan pasien.
b. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun klonik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pasien, hirarki perilaku
agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek pasien yang
berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat dalam
membina hubungan terapeutik dengan pasien, mengkaji perilaku yang berpontensi kekerasan,
mengembangkan suatu perencanaan, mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah
perilaku kekerasan. (Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan mengelola
perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan.
1. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi komunikasinya
dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan
6
sulit baginya membuat pasien tertarik. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus
terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah pasien.
2. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara mengekpresikan marah
yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan mengekpresikan perasaan, kebutuhan,
hasrat, dan bahkan kesulitan mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi dengan
perawat berkomunikasi yang terapeutik diharapkan agar pasien mau mengekpresikan
perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan pasien adaptif atau
maladaptif.
3. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat yaitu mampu berkomunikasi
secara langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak
beralasan, sanggup melakukan komplain, dan mengekpresikan penghargaan dengan tepat.
4. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang, bicara lembut, bicara
tidak dengan menghakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit, tunjukkan sikap respek,
hindari kontak mata langsung, fasilitasi pembicaraan, dengarkan pembicaraan, jangan
terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan membuat janji yang tidak dapat ditepati.
5. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, kelompok
program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak sesuai dan meningkatkan
adaptasi sosialnya seperti terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien
yang mempunyai masalah yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi sedangkan
kelompok digunakan sebagai target sasaran (Keliat dan Akemat, 2005). TAK yang sesuai
dengan perilaku kekerasan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku
kekerasan.
6. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien mengenai perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak
dilanggar.
7
G. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji :
1. Perilaku kekerasan/ amuk
1) Data subjektif
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal/
marah.
Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya
2) Data Objektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjerit.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2. Gangguan konsep diri dan harga diri rendah
1) Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2) Data Objektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
3. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
1) Data subjektif
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jika sedang kesal/
marah.
Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
2) Data objektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai : berteriak, menjepit, memukul diri
sendiri/ orang lain.
8
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan memlempar barang-barang.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan/ amuk.
2. Gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
3. Risiko menceedarai diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan/ amuk.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Risiko menceedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
I. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Dx.
Perencanaan
Tgl No. Dx Keperaw
atan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Risiko TUM : 1. Setelah …x 1. Bina hubungan saling
perilaku Klien tidak pertemuan klien percaya dengan :
kekerasa melakukan menunjukkan Beri salam setiap
n tindakan tanda –tanda berinteraksi
kekerasan percaya pada Perkenalkan nama, nama
perawat : panggilan perawat, dan
9
TUK 1 : Wajah cerah, tujuan perawat
Klien dapat tersenyum berinteraksi.
membina Mau berkenalan Tanyakan dan panggil
hubungan Ada kontak mata nama kesukaan klien,
saling Bersedia tunjukkan sikap empati,
percaya jujur dan menepati janji
menceritakan
perasaan setiap kali berinteraksi.
Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
Buat kontrak interaksi
yang jelas
Dengarkan dengan
penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x 2. Bantu klien
Klien dapat pertemuan, klien Mengungkapkan perasaan
mengidentifi menceritakan marahnya:
k penyebab
asi perilaku kekerasan Motivasi klien untuk
penyebab yang dilakukannya menceritakan penyebab
perilaku : rasa kesal atau
kekerasan
Menceritakan jengkelnya
yang
penyebab Dengarkan tanpa
dilakukannya
. perasaan jengkel menyela atau memberi
atau kesal baik penilaian setiap
dari diri sendiri ungkapan perasaan klien
maupun
lingkungannya.
· Do ·Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan
sis klien
9.3 Anjurkan klien :
Minta dan
kan kedisiplinan
menggunakan obat
klien
13
kepad
anya
· W
aktu
pema
kaian
· Ca
ra
pema
kaian
· Ef
ek
yang
dirasa
kan
- Dosis yang
diberikan
14
kepadanya
- Waktu
pemakaian
- Cara pemakaian
- Efek yang
dirasakan
9.2 Setelah … x
pertemuan
klien
menggunakan
obat sesuai
program
16
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk
tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam,
menyerang orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu
lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat
secara teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu dan pernah dirawat atau baru pertama
kali mengalami gangguan jiwa (Parwati, Dewi &
Saputra 2018).
b) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya
kedukun sebagai alternative serta memasung dan bila
tidak berhasil baru di bawa kerumah sakit jiwa.
c) Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan,
dari lingkungan.
d) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, kalau ada hubungan dengan
keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan
ditolak, dihina, dianiaya, penolakan dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan
darah akan bertambah naik, nadi cepat, suhu,
pernapasan terlihat cepat.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan.
17
c) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku
kekerasan pada saat pemeriksaan fisik (mata melotot,
pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah)
d) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor,
berbicara kasar dan ketus).
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga.
Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah
diingat oleh klien maupun keluarga apa disaat
pengkajian.
b) Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai
klien yang mempengaruhi keadaan klien saat
berhubungan dengan orang lain sehingga klien
merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak
puas dengan pekerjaannya, tidak puas dengan
statusnya, baik disekolah, tempat kerja dan dalam
lingkungan tempat tinggal
d) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan
hubungan dengan orang lain akan terlihat baik,
harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa
tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan
keluarga maupun diluar lingkungan keluarga.
18
e) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau
tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok
atau masyarakat dan biasanya klien tidak mampu
melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
f) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi
terhadap tubuh, posisi dan perannya baik dalam
keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
6. Hubungan social
a) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan
apakah
klien berperan aktif dalam kelompok tersebut
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain/tingkat keterlibatan klien dalam hubungan
masyarakat.
7. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami
gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
c) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan
ibadah.
8. Status mental
a) Penampilan.
19
b) Biasanya penampilan klien kotor.
c) Pembicaraan.
d) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat
dilakukan pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada
tinggi dan mudah tersinggung.
e) Aktivitas motoric
f) Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku
kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot
muka berubah-ubah, gemetar, tangan mengepal, dan
rahang dengan kuat.
g) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang
telah dilakukan
h) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-
marah tanpa sebab
i) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan
terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau
menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
j) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas.
k) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-
baik saja.
l) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak
bingung,
m) Memori
20
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat
kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya
ingat jangka panjang.
n) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan
dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
21
berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau
tidak tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari
dan klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika
putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan
tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk
merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci
pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.
22
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah dari teori (Nursali,
Damaiyanti, 2018)) bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh halusinasi pendengaran, akan berakibat resiko
mencederai diri sendiri dan orang lain, dan lingkungan, dari
halusinasi dapat berakibat terjadi mencedarai orang lain.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
perilaku kekerasan, halusinasi pendengaran, isolasi sosial
dan harga diri rendah.
23
benar), SP 4 (Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan berdoa).
24
perawat sejati. Lingkungan: menyediakan berbagai
aktivitas. Tindakan perilaku: membuat kontrak dengan
klien mengenai perilaku yang dapat diterima.
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.RPK pendengaran
tidak terjadi perilaku kekerasan, klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien dapat mengenal RPKnya,
klien dapat mengontrol RPK dari jangka waktu 4x24 jam
didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang
karena sudah diajarkan teknik mengontrol RPK, keluarga
menyatakan pasien mampu melakukan beberapa teknik
mengontrol RPK. Data objektif pasien tampak berbicara
sendiri saat RPK itu datang, pasien dapat berbincang-
bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan
aktivitas terjadwal, dan minum obat secara teratur ( Aji,
2019 )
25
TINJAUAN KASUS
3.4 Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klien tidak memiliki keluhan, dan saat
dilakukan TTV didapatkan hasil :
TD:120/80 mmHg
HR: 84 x/menit
Temp: 36,7 0C
RR: 24x/menit
TB: 158 cm
26
BB: 67 K
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Keterangan :
: laki -laki
: prempuan
: keluarga laki-laki yang meninggal
: keluarga perempuan yang meninggal
27
3.5.2 Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
b) Identitas
Klien anak ke 5 dari 6 bersaudara, klien hanya lulusan SMP yang saat
ini tidak memiliki pekerjaan
c) Peran
Klien berperan sebagai anak dikeluarga, klien tinggal bersama
keluarganya
d) Ideal diri
Klien merasa malu karena klien dirawat di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera dan ingin cepat pulang ke rumah.
e) Harga diri
Klien merasa tidak berarti lagi di keluarga karena tidak menikah,
sehingga keluarga mengasingkan, klien mengatakan merasa bosan
berada di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
28
3.5.4 Spritual
1) Nilai dan Keyakinan : klien beragama islam dan yakin dengan agama
yang dianutnya.
2) Kegiatan Ibadah : Selama dirawat diyayasan pemenang jiwa klien
selalu mengikuti kegiatan beribadah terjadwal setiap harinya.
29
i) Memori
Klien mampu mengingat kejadian-kejadian saat melakukan pemukulan
kepada ibunya
Masalah Keperawata : Risiko Perilaku Kekerasan.
j) Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien mampu menjawab pertanyaan berupa hitungan sederhana
k) Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan tempat yang bersih dan kotor. Daya tilik diri
Pasien mengatakan sadar dirinya mengalami gangguan jiwa, namun
pasien menggikarinya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
30
3.8 Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien megatakan dukungan
psikososial dan lingkungan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera sangat baik
Terapi Medik :
1. Pemberian/minum obat kepada pasien secara teratur.
a. Resperidone(RSP) tablet 2 mg 2x1
31
DO:
Klien tampak memandang orang lain
dengan tatapan seperti bermusuhan dan
mengepalkan tangannya
2 DS: Halusinasi pendengaran
Klien mengatakan sering mendengan
suara bisikan yang menyuruhnya untuk
marah-marah
DO:
Klien tampak senyum-senyum dan
berbicara sendiri
3 DS: Harga diri rendah
Klien merasa minder dengan orang
lain yang memiliki pasangan,
DO:
Klien tampak sering menunduk
Gangguan Persepsi :
Halusinasi Pendengaran
32
3.13 Diagnosa Prioritas
Resiko Perilaku Kekerasan
Sp 4
Spritual
2 Halusinasi Sp 1
DS: Mengidentifikasi isi, frekuensi,
Klien mengatakan sering waktu terjadi, situasi pencetus,
mendengar bisik-bisikan yang perasaan dan respon halusinasi.
menyuruhnya untuk marah- Mengontrol halusinasi dengan cara
marah menghardik
DO: Sp 2
Pasien tampak senyum-senyum Mengontrol halusinasi dengan cara
33
dan berbicara sendiri meminum oabat secara teratur
Sp 3
Mengontrol halusinasi dengan cara
berbicara-bicara dengan orang lain
Sp 4
Mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan terjadwal
3 Harga Diri Redndah Sp 1
DS: Mengidentifikasi kemampuan dan
Pasien merasa minder dengan aspek positif yang dimiliki oleh
orang lain yang memiliki pasien
pasangan,
Sp 2
DO: Menilai kemampuan yang
Pasien tampak sering menunduk digunakan
Menetapkan/ memiliki
kegiatan sesuai kemampuan
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih
Sp 3
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Sp 4
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
34
3.15 implementasi dan evaluasi keperawatan
Hari / Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa, 1. Data : S : klien merasa
16 Tanda dan gejala : mudah marah, semangat dalam
maret tatapan sinis, mudah tersinggung , mengikuti intruksi dari
2021 suka menyendiri, dan merasa tidak perawat
10.00 dihargai
wib O:
2. Diagnosa Keperawatan : Klien mampu
risiko perilaku kekerasan melakukan tarik
halusinasi nafas dalam
harga diri rendah dengan mandiri
Klien mampu
3. Tindakan Keperawatan : melakukan
SP 1 Risiko Perilaku Kekerasan pukul kasur dan
mengidentifikasi penyebab risiko bantal secara
latihan fisik:
35
a) tarik nafas dalam
b) pukul kasur bantal
Membantu klien tarik nafas
dalam dan pukul kasur bantal
4. RTL
SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan
Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara minum obat secara
teratur
Kamis 1. Data S: klien merasa bahagia
18 Tanda dan gejala : mudah marah, dan bersemangat setelah
Septe tatapan sinis, mudah tersinggung , mengikuti yang
mber suka menyendiri, dan merasa tidak diajarkan oleh perawat
2023 dihargai
11.00 O:
Wib 2. Diagnosa Keperawatan Klien mampu
Risiko Perilaku Kekerasan melakukan
teknik relaksasi
3. Tindakan Keperawatan nafas dalam
SP 2 Risiko Perilaku Kekerasan Klien mampu
Mengevaluasi kemampuan klien pukul kasur/
untuk tarik nafas dalam dan bantal secara
pukul kasur bantal mandiri
Memberikan informasi Klien mampu
penggunaan obat secara teratur mengontrol
dengan cara
4. RTL minum obat
SP 3 Risiko perilaku kekerasan secara teratur
36
Komunikasi secara verbal :
asertif / berbicara baik-baik A : Risiko perilaku
kekerasan (+)
P:
Latihan tarik
nafas dalam dan
pukul kasur
bantal 1x/ hari
Minum obat
secara teratur
Klien mampu
melakukan
komunikasi
secara verbal :
asertif/ berbicara
baik-baik
Selasa 1. Data S : klien merasa senang
22 Tanda dan gejala : mudah marah, mudah dan bersemangat
Septe tersinggung, dan suka menyendiri
mber Kemampuan yang dimiliki : menyapu O : klien mampu
2023 halaman dan mencuci baju melaksanakan
10.00 beribadah dengan baik
Wib 2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan A : Resiko perilaku
kekerasan (+)
3. Tindakan Keperawatan
SP 4 Risiko Perilaku Kekerasan P:
Mengevaluasi kemampuan Latihan tarik
37
pasien dalam melakukan teknik nafas dalam dan
relaksasi nafas dalam, pukul pukul kasur
kasur / bantal , minum obat bantal
secara teratur , dan berbicara Minum obat
baik-baik secara teratur
Melatih pasien untuk Latihan
melaksanakan kegiatan spiritual melakukan
yang sudah diatur komunikasi
secara verbal :
4.RTL asertif /
Risiko perilaku kekerasan : follow up berbicara baik-
dan evaluasi SP 1-4 Resiko perilaku baik
kekerasan Latihan klien
untuk
melaksanakan
kegiatan
spiritual
38
39
DAFTAR PUSTAKA
4. Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of Risk of
Violence Behavior Decline after Given Prgressive Muscle Relaxation Therapy on
Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534
7. Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Risiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
8. Putri, M., Arif, Y., & Renidayati, R. (2020). Pengaruh Metode Student Team
Achivement Division Terhadap Pencegahan Perilaku Kekerasan. Media Bina
Ilmia,14(10), 3317-3326.
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/view/554/pdf
40
10. Hastuti, R. Y., Agustina, N., & Widiyatmoko, W. (2019). Pengaruh restrain
terhadap penurunan skore panss EC pada pasien skizofrenia dengan perilaku
kekerasan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 135-144.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/4907/pdf
11. Sujarwo, S., & Livana, P. H. (2019). Studi Fenomenologi: Strategi Pelaksanaan
Yang Efektif Untuk Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien Di Ruang
Rawat Inap Laki Laki. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 29-35.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.29-35
13. Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan jiwa : terapi Aktivitas kelompok.
Ed.2. EGC
14. Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan
Perilaku Kesehatan.
https://www.academia.edu/37678637/asuhan_keperawatan_perilaku_kekerasan
15. Nursaly, E., & Damaiyanti, M. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan
pada Tn. E Resiko Perilaku Kekerasan dengan Intervensi Inovasi Terapi
Berkebun dengan Polybag terhadap Tanda-Tanda Gejala Resiko Perilaku
Kekerasan di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/571
16. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980
41