Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa

Dosen Pengampu: Ns. Sri Supami, S. Kep., S. Pd., M. Kes

Disusun oleh: Kelompok 1

Aida Shopi Lutfia Nurafni (201030100055)

Indah Listiana (201030100039)

Jauhar Khairul (201030100463)

Zulfa Kaefiyatul Adzkiya (201030100038)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

TANGGERANG SELATAN

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun
orang lain (Yoseph, 2007).

B. Etiologi

1. Faktor Presisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.

a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan
dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat
memicu perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden, 2013).
C. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Yoseph, 2009):

1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Muka melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Postur tubuh kaku
e. Jalan mondar-mandir

2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
b. Mengancam secara verbal atau fisik
c. Mengumpat dengan kata-kata kotor
d. Suara keras
e. Ketus

3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/ orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/ orang lain
d. Merusak lingkungan
b. Mengamuk/ agresif

4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Blos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

D. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri sendiri, dan orang lain

Gangguan persepsi
Perilaku sensori: halusinasi
Kekerasan pendengaran

Regiment Harga diri rendah Isolasi sosial:


terapeutik inefektif kronis menarik diri

Koping keluarga Berduka


tidak efektif disfungsional

(Fitria, Nita 2010)

E. Penatalaksanaan Medis

Antianxiaty dan sedative-hypnotics, obat-obatan ini mengendalikan


agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam sering
digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk symptom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang
mengalami disinhibiting effect dari benzodiapzepines, dapat mengakibatkan
peningkatan perilaku agresif. Buspiron obat anxiety, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien
dengan cedera kepala, demensia, dan development disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsive dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
trazodone, efektif untuk menghilangkan agresitivitas yang berhubungan dengan
cedera kepala dan gangguan mental organic. Mood Stabilizer penelitian
menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif untuk agresif karena manic.
Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang
disebabkan oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skizofrenia,
gangguan kepribadian. Pada klien dengan epilepsy lobus temporal, bisa
meningkatkan perilaku agresif. Pemberian carbamazepines dapat
mengendalikan perilaku agresif pada klien dengan kelainan
(electroencephalograms).
Antipsyhoyic, obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi atau perilaku
psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan
hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan. Medikasi lainnya, banyak
kasus menunjukkan bahwa pemberian naltrexone (antagonis opiat) dapat
menurunkan perilaku mencederai diri. Betablockers seperti propanolol dapat
menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan gangguan
mental organic. (Muhith, Abdul, 2015).

F. Diagnosa Keperawatan

Adapun kemungkinan diagnose keperawatan pada klien marah dengan


masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Carpenito, 2000) :
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a) Data subjektif
 klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b) Data objektif
 Mata merah, wajah agak kusam.
 Nada suara tinggi dan keras, bisara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa keperawatan : perilaku kekerasan
3. Tujuan
a) Tujuan umum : klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
b) Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:

a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,


sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?".
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
Tindakan :
a) Diskuiskan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b) Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan
untuk mencegah perilaku kekerasan,yaitu : tarik nafas
dalam dan pukul kasur serta bantal
7. Klien dapat mendemostrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan
Tindakan :
a) Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
b) Beri contoh cara berbicara yang baik
c) Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
d) Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara
bicara yang dapat dilatih diruangan
8. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga,memukul bantal /
kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
9. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel
/ marah.
10. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
11. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
 Salam Teraupetik
Perawat : “Assalamualaikum Mba. Selamat pagi.”
Pasien : “Waalaikumsalam pagi”
Perawat : boleh ya saya duduk dsini?
Pasien : “boleh.”
Perawat : “Baik terima kasih Mba, Sebelumnya perkenalkan saya
perawat jauhar yang bertugas di rumah sakit jiwa STIKes widya
dharma husada tangerang yang sedang berdinas diruangan ini, saya
disini akan membantu menyelesaikan masalah yang Mba hadapi,
kalau boleh tau Mba namanya siapa ya? Senang dipanggil apa?”
Pasien : Nama saya Mita.
Perawat : “Oh iya Mba Mita ya”

 Evaluasi/validasi
Perawat : ““kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini
? Apakah Mbak Mita masih ingat siapa yang membawa kesini ?
Pasien : “keluarga saya. sudah lama”
Perawat : “Saya lihat Mbak sering tampak marah dan kesal,
sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?”
Pasien : “Marah”

 Kontrak
1) Topik dan tujuan
Perawat : Kalau begitu bagaimana kita berbicara tentang
masalah yang mba alami saat ini, tujuannya supaya Mba tau
apa masalah Mba saat ini dan Mba bisa mengungkapkan
perasaan Mba. Apakah bersedia Mba?
Pasien : “Iya bersedia.”
2) Waktu
Perawat : Waktunya kurang lebih 15 menit saja Mba, Apakah
Mba bersedia?
Pasien : Iya
3) Tempat
Perawat : untuk tempatnya mau di ruangan ini atau mau diluar
Mba?
Pasien : Disini saja.
Perawat : Baiklah Mba
2. Tahap Kerja :
Perawat : “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat
Mbak Mita merasa marah?” Apakah sebelumnya mbak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa?
Pasien : “banyak orang lain mengusik diri saya”
Perawat : “Samakah dengan yang sekarang?”
Pasien : “iya”
Perawat : “Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak
rasakan? Apakah Mbak merasa sangat kesal, dada Mbak berdebar-
debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan
inginmengamuk?”
Pasien : “iya memang kenapa?”
Perawat : “oh begitu, lalu setelah iu apa yang mba lakukan?”
Pasien : “melukai diri saya sendiri”
Perawat : “Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat
terselesaikan? ”
Pasien : “ Ya tentu tidak”
Perawat : “Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Mbak Mita belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien : “mau.”
Perawat : ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan,
Mbak. Salah satunya adalah dengancara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkan rasa marah.”
Pasien : “bagaimana caranya?”
Perawat : “Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu? Namanya teknik napas dalam”
Pasien : “terus?
Perawat : ”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak
rasakan, maka Mbak berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan–lahan melalui
mulut. Ayo Mbak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan
tiup melalui mulut. Nah,lakukan 5 kali.”
Pasien : (mempraktikan)
Perawat : “Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya. Nah..Mbak
Mita tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam,
sebaiknya latihan ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Mbak sudah terbiasa
melakukannya”
Pasien : “iyaa.”
3. Terminasi :
 Evaluasi
 Evaluasi subjektif:
Perawat : “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-
bincang dan melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam
tadi?
Pasien : “ sedikit lebih lega”
Perawat : “Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah
lebih rileks”.
 Evaluasi objektif
Perawat : ”Coba Mbak sebutkan lagi apa cara untuk
mengontrol marah”
Pasien : “Tarik nafas dalam”
Perawat : “Wah...bagus, Mbak masih ingat”
 Tindak lanjut
Perawat : “Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam
jadwal kegiatan sehari-hari Mbak?”
Pasien : “iya terserah”

 Kontrak yang akan datang


Perawat : “ Nah, Mbak. Cara yang kita praktikkan tadi baru
salah satu dari teknik saja. Masih ada cara yang bisa digunakan
untuk mengatasi marah Mbak. Cara yang kedua yaitu dengan
teknik memukul bantal atau kasur. Bagaimana kalau kita
latihan cara yang kedua ini besok?”
Pasien : “iyaa”
Perawat : “Mbak maunya kita bertemu besok jam berapa?”
Pasien : “pagi aja”
Perawat : “Kita latihannya dimana, Mbak?
Pasien : “Disini aja”
“ok, Mbak. Kalau begitu saya pamit dulu ya, Mbak....
Assalamualaikum”
Perawat : “waalaikumsalam”
ROLEPLAY

PERILAKU KEKERASAN

Fase orientasi
Perawat : “Assalamualaikum Mba. Selamat pagi.”
Pasien : “Waalaikumsalam pagi”
Perawat : “boleh ya saya duduk dsini?
Pasien : “boleh.”
Perawat : “Baik terima kasih Mba, Sebelumnya perkenalkan saya perawat jauhar
yang bertugas di rumah sakit jiwa STIKes widya dharma husada tangerang yang
sedang berdinas diruangan ini, saya disini akan membantu menyelesaikan
masalah yang Mba hadapi, kalau boleh tau Mba namanya siapa ya? Senang
dipanggil apa?”
Pasien : Nama saya Mita.
Perawat : “Oh iya Mba Mita ya”
Perawat : “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ? Apakah
Mbak Mita masih ingat siapa yang membawa kesini ?
Pasien : “keluarga saya. sudah lama”
Perawat : “Saya lihat Mbak sering tampak marah dan kesal, sekarang Mbak masih
merasa kesal atau marah ?”

Pasien : “Marah”

Perawat : Kalau begitu bagaimana kita berbicara tentang masalah yang mba alami
saat ini, tujuannya supaya Mba tau apa masalah Mba saat ini dan Mba bisa
mengungkapkan perasaan Mba. Apakah bersedia Mba?
Pasien : “Iya bersedia.”
Perawat : Waktunya kurang lebih 15 menit saja Mba, Apakah Mba bersedia?
Pasien : Iya
Perawat : untuk tempatnya mau di ruangan ini atau mau diluar Mba?
Pasien : Disini saja.
Perawat : Baiklah Mba
Tahap Kerja :
Perawat : “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak Mita
merasa marah?” Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus, penyebabnya
apa?
Pasien : “banyak orang lain mengusik diri saya”
Perawat : “Samakah dengan yang sekarang?”
Pasien : “iya”
Perawat : “Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah
Mbak merasa sangat kesal, dada Mbak berdebar-debar lebih kencang, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan inginmengamuk?”
Pasien : “iya memang kenapa?”
Perawat : “oh begitu, lalu setelah iu apa yang mba lakukan?”
Pasien : “melukai diri saya sendiri”
Perawat : “Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat terselesaikan? ”
Pasien : “ Ya tentu tidak”
Perawat : “Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mbak
Mita belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
Pasien : “mau.”
Perawat : ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak. Salah
satunya adalah dengancara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
Pasien : “bagaimana caranya?”
Perawat : “Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Namanya teknik napas dalam”
Pasien : “terus?
Perawat : ”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan, maka
Mbak berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan–lahan melalui mulut. Ayo Mbak coba
lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,lakukan 5
kali.”
Pasien : (mempraktikan)
Perawat : “Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya. Nah..Mbak Mita tadi
telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya latihan ini Mbak
lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Mbak
sudah terbiasa melakukannya”
Pasien : “iyaa.”

Terminasi :
Perawat : “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang dan
melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam tadi?
Pasien : “ sedikit lebih lega”
Perawat : “Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih rileks”.
Perawat : ”Coba Mbak sebutkan lagi apa cara untuk mengontrol marah”
Pasien : “Tarik nafas dalam”
Perawat : “Wah...bagus, Mbak masih ingat”
Perawat : “Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan
sehari-hari Mbak?”
Pasien : “iya terserah”
Perawat : “ Nah, Mbak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik
saja. Masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mbak. Cara
yang kedua yaitu dengan teknik memukul bantal atau kasur. Bagaimana kalau kita
latihan cara yang kedua ini besok?”
Pasien : “iyaa”
Perawat : “Mbak maunya kita bertemu besok jam berapa?”
Pasien : “pagi aja”
Perawat : “Kita latihannya dimana, Mbak?
Pasien : “Disini aja”
“ok, Mbak. Kalau begitu saya pamit dulu ya, Mbak.... Assalamualaikum”
Perawat : “waalaikumsalam”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan, (Alih Bahasa) Monica
Ester. Edisi 8. Jakarta : EGC

Dermawan, Deden,dkk, (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa; penerbit Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Fitria,Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) ; penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.
Purba, Jenny Marlindawani, et al. "Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial dan gangguan jiwa." (2008).

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung PT Refrika
Aditama

Fitria, Nita. 2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Budi Anna, dkk. 2005.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai