Disusun oleh:
Kelompok 1
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
B. Etiologi
1. Faktor Presisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dariakumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui
berperilaku destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialitas.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
(serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam
(putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut
terhadap penyakit fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden,
2013).
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Yoseph, 2009):
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Muka melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Postur tubuh kaku
e. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
b. Mengancam secara verbal atau fisik
c. Mengumpat dengan kata-kata kotor
d. Suara keras
e. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/ orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/ orang lain
d. Merusak lingkungan
b. Mengamuk/ agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain,menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Blos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
D. Pohon Masalah
Gangguan
Perilaku persepsi
Kekerasan sensori:
E. Penatalaksanaan Medis
F. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
STRATEGI PELAKSANAAN
Kondisi Klien
Ny. M berusia 26 tahun, beragama islam, pendidikan SMA, dan pekerjaan sebelumnya sebagai
buruh pabrik. Masuk ruang perawatan tanggal 12 Agustus 2022 diantar oleh keluarganya dengan
alasan klien sering berbicara sendiri, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a) Data subjektif
klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknyajika
sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b) Data objektif
Mata merah, wajah agak kusam.
Nada suara tinggi dan keras, bisara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa keperawatan : perilaku kekerasan
3. Tujuan
a) Tujuan umum : klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
b) Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Evaluasi/validasi
Perawat : ““kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini
? Apakah Mbak Mita masih ingat siapa yang membawa kesini ?
Pasien : “keluarga saya. sudah lama”
Perawat : “Saya lihat Mbak sering tampak marah dan kesal,
sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?”
Pasien : “Marah”
Kontrak
1) Topik dan tujuan
Perawat : Kalau begitu bagaimana kita berbicara tentang masalah
yang mba alami saat ini, tujuannya supaya Mba tauapa masalah
Mba saat ini dan Mba bisa mengungkapkan perasaan Mba.
Apakah bersedia Mba?
Pasien : “Iya bersedia.”
2) Waktu
Perawat : Waktunya kurang lebih 15 menit saja Mba, Apakah
Mba bersedia?
Pasien : Iya
3) Tempat
Perawat : untuk tempatnya mau di ruangan ini atau mau diluar
Mba?
Pasien : Disini saja.
Perawat : Baiklah Mba
2. Tahap Kerja :
Perawat : “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak
Mita merasa marah?” Apakah sebelumnya mbak pernah marah?Terus,
penyebabnya apa?
Pasien : “banyak orang lain mengusik diri saya”
Perawat : “Samakah dengan yang sekarang?” Pasien
: “iya”
Perawat : “Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan?
Apakah Mbak merasa sangat kesal, dada Mbak berdebar-
debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan
inginmengamuk?”
Pasien : “iya memang kenapa?”
Perawat : “oh begitu, lalu setelah iu apa yang mba lakukan?”
Pasien : “melukai diri saya sendiri”
Perawat : “Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat
terselesaikan? ”
Pasien : “ Ya tentu tidak”
Perawat : “Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Mbak Mita belajar cara mengungkapkan kemarahan denganbaik
tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien : “mau.”
Perawat : ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak.
Salah satunya adalah dengancara fisik. Jadi melalui kegiatanfisik
disalurkan rasa marah.”
Pasien : “bagaimana caranya?”
Perawat : “Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu? Namanya teknik napas dalam”
Pasien : “terus?
Perawat : ”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan,
maka Mbak berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung,
tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan–lahan melaluimulut. Ayo Mbak
coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah,lakukan 5 kali.”
Pasien : (mempraktikan)
Perawat : “Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya. Nah..MbakMita
tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya
latihan ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Mbak sudah terbiasa
melakukannya”
Pasien : “iyaa.”
3. Terminasi :
Evaluasi
Evaluasi subjektif:
Perawat : “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-
bincang dan melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam
tadi?
Pasien : “ sedikit lebih lega”
Perawat : “Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah
lebih rileks”.
Evaluasi objektif
Perawat : ”Coba Mbak sebutkan lagi apa cara untuk
mengontrol marah”
Pasien : “Tarik nafas dalam”
Perawat : “Wah...bagus, Mbak masih ingat”
Tindak lanjut
Perawat : “Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam
jadwal kegiatan sehari-hari Mbak?”
Pasien : “iya terserah”
PERILAKU KEKERASAN
Fase orientasi
Perawat : “Assalamualaikum Mba. Selamat
pagi.”Pasien : “Waalaikumsalam pagi”
Perawat : “boleh ya saya duduk
dsini?Pasien : “boleh.”
Perawat : “Baik terima kasih Mba, Sebelumnya perkenalkan saya perawat
jauharyang bertugas di rumah sakit jiwa STIKes widya dharma husada
tangerang yangsedang berdinas diruangan ini, saya disini akan membantu
menyelesaikan masalah yang Mba hadapi, kalau boleh tau Mba namanya
siapa ya? Senang dipanggil apa?”
Pasien : Nama saya Mita.
Perawat : “Oh iya Mba Mita
ya”
Perawat : “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ?
ApakahMbak Mita masih ingat siapa yang membawa kesini ?
Pasien : “keluarga saya. sudah lama”
Perawat : “Saya lihat Mbak sering tampak marah dan kesal, sekarang Mbak
masihmerasa kesal atau marah ?”
Pasien : “(Marah)”
Perawat : Kalau begitu bagaimana kita berbicara tentang masalah yang mba
alamisaat ini, tujuannya supaya Mba tau apa masalah Mba saat ini dan Mba
bisa mengungkapkan perasaan Mba. Apakah bersedia Mba?
Pasien : “Iya bersedia.”
Perawat : Waktunya kurang lebih 15 menit saja Mba, Apakah Mba
bersedia?Pasien : Iya
Perawat : untuk tempatnya mau di ruangan ini atau mau diluar
Mba?Pasien : Disini saja.
Perawat : Baiklah Mba
Tahap Kerja :
Perawat : “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak
Mita merasa marah?” Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus,
penyebabnya apa?
Pasien : “banyak orang lain mengusik diri
saya”Perawat : “Samakah dengan yang
sekarang?”
Pasien : “iya”
Perawat : “Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah
Mbak merasa sangat kesal, dada Mbak berdebar-debar lebih kencang, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk?”
Pasien : “iya memang kenapa?”
Perawat : “oh begitu, lalu setelah iu apa yang mba
lakukan?”
Pasien : “melukai diri saya sendiri”
Perawat : “Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat
terselesaikan? ”Pasien : “ Ya tentu tidak”
Perawat : “Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah
MbakMita belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
Pasien : “mau.”
Perawat : ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak.
Salahsatunya adalah dengancara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasa
marah.”
Pasien : “bagaimana caranya?”
Perawat : “Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu?Namanya teknik napas dalam”
Pasien : “terus?
Perawat : ”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan,
maka Mbak berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung,
tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan–lahan melalui mulut. Ayo Mbak
coba
lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah,lakukan 5kali.”
Pasien : (mempraktikan)
Perawat : “Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya. Nah..Mbak Mita
tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya latihan
ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul Mbak sudah terbiasa melakukannya”
Pasien : “iyaa.”
Terminasi :
Perawat : “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang
danmelakukan latihan teknik relaksasi napas dalam tadi?
Pasien : “ sedikit lebih lega”
Perawat : “Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih
rileks”.Perawat : ”Coba Mbak sebutkan lagi apa cara untuk
mengontrol marah”
S:
DS :
- Klien mengatakan namanya Mita
klien mengatakan benci atau kesal pada - Klien mengatakan keinginan untuk
seseorang.
menyerang atau membentak jika ada yang
klien suka membentak dan menyerang mengusiknya
orang yang mengusiknya jika sedang - Klien mengatakan sedikit lebih lega setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam
kesal atau marah.
- Klien mengatakan mau mengikuti jadwal
Riwayat perilaku kekerasan atau kegiatan harian
gangguan jiwa lainnya.
DO : O:
Mata merah, wajah agak kusam.
- Klien mau diajak bersalaman
Nada suara tinggi dan keras, bisara
menguasai. - Klien mampu melakukan teknik relaksasi
Ekspresi marah saat membicarakan napas dalam
orang, pandangan tajam.
- Klien terlihat lebih rilek
Merusak dan melempar barang-barang.
- Klien mampu menyebutkan kembali cara untuk
Diagnosis Keperawatan : mengontrol marah
Perilaku Kekerasan tindakan keperawatan SP1P
Nama Jelas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan, (Alih Bahasa)
Monica Ester. Edisi 8. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung PT
Refrika Aditama
Fitria, Nita. 2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Budi Anna, dkk. 2005.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2. Jakarta : EGC