Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

OLEH :
VIYATA CHANIFIAH UTAMI
19.11.17

Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen


Program D-III Keperawatan
Malang
2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

VIYATA CHANIFIAH UTAMI


19.11.17
D-III KEPERAWATAN

TELAH DISETUJUI :

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING RUANGAN

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


A. Definisi

Perilaku kekerasan merupakan keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman.
Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaktif seseorang
dalam berespon terhadap marah. Tindakan kekerasan/perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau
menyerang orang lain/lingkungan. Tindak kekerasan merupakan suatu
agresi fisik dari seorang terhadap lainnya.

B. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan


dalam perilaku kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:

a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku
kekerasan adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
a) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
sangat kuat.
b) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah
(Deden dan Rusdin, 2013).
2. Factor Psikologis
a) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku
agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
b) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
c) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui
berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi
melalui berprilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
a) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
b) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi (Deden dan Rusdin,
2013).
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
(serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus
hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut
terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin,
2013)

C. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan


Effect
lingkungan

Core Problem Perilaku Kekerasan

Causa Perubahan sensori persepsi : halusinasi

(Yosep, 2009)

D. Rentang Respon Marah


Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:

Respon Adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :
a. Asertif: Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
b. Frustasi : Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai
tujuan, keputusan / rasa aman dan individu tidak menemukan
alternatif lain.
c. Pasif : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat.
d. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata – kata
ancaman tanpa niat melukai orang lain.
e. Kekerasan : Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah
dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya
membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Keliat (2009),

1. Prilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau

orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif.

2. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa

terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.

3. Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar berdebat,

meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-

kata bernada sarkasme.

4. Spiritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-

raguan, tidak bermoral dan kreativitas terhambat.

5. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,


ejekan, dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan
diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan
pada pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
a. Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi.
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan
perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi.
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol
impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan
perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan
agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan
gangguan mental organik.
d. Lithium efektif untuk agresif karena manik.
e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku
kekerasan.
2. Keperawatan
Menurut Yosep (2007) perawat dapat
mengimplementasikan berbagai cara untuk mencegah dan
mengelola perilaku agresif melaui rentang intervensi
keperawatan.

Strategi preventif Strategi antisiatif Strategi


pengurungan

- Kesadaran diri - Komunikasi - Managemen krisis


- Pendidikan - Perubahan - Seclusion
klien lingkungan - Restrains
- Latihan asertif - Tindakan perilaku - Psikofarmakologi

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa


a. Strategi preventif
1. Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran
dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan
antara masalah pribadi dan masalah klien.
2. Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi
dan cara mengekspresikan marah yang tepat.
3. Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki
meliputi:
a) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
b) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak
beralasan.
c) Sanggup melakukan komplain.
d) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

b. Strategi antisiatif
1. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara
mengahakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit,
tunjukkan rasa hormat, hindari intensitas kontak mata
langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi,
fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan
terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat janji
yang tidak bisa ditepati.
2. Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai
aktivitas seperti : membaca, grup program yang dapat
mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan
meningkatkan adaptasi sosialnya.
3. Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai
perilaku yang dapat diterina dan tidak dapat diterima
serta konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar.
c. Strategi pengurungan
1. Managemen krisis
2. Seclusion
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan
menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan
dipisahkan dengan pasien lain.
3. Restrains
Merupakan pengekangan fisik dengan menggunakan alat
manual untuk membatasi gerakan fisik pasien
menggunakan manset, sprei pengekang

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitas, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien.
Ds : Klien mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan
menuntut.
Do : Klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan
tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, postur tubuh kaku dan suara keras.

Format pengkajian pada pasien perilaku kekerasan (Keliat, 2009)

Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan data pasien
No Perilaku Pelaku / Usia Korban / Usia Saksi / Usia
1. Aniaya Fisik [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
2. Aniaya Seksual [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
3. Penolakan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

5. Tindakan kriminal [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
6.    
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
   
Interaksi selama wawancara
7.
Bermusuhan  Kontak mata kurang 
Tidak kooperatif  Defensif 
Mudah tersinggung  Curiga 

B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan

C. Intervensi
Menurut Yusuf (2015), rencana keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan dapat berupa rencana tindakan pada pasien,
sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Klien dapat menyebutkan cara mencegah / mengontrol
perilaku kekerasannya.
f. Klien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, social, dan denga terapi
psikofarmaka(kelliat, 2013)
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan
saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabatan tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu klien
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu.

1) Diskusikan apa penyebab perilaku kekerasan dari diri


klien
2) Diskusikan bersama klien apa yang menyebabkan prilaku
kekerasan timbul

c. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku


kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
social.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
d. Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap:
1) Orang lain
2) Diri sendiri
3) Lingkungan
e. Diskusikan bersama klien akibat perilakunya.
f. Dilakukan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
1) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam.
2) Obat
3) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya.
4) Spiritual kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
g. Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal
2) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur - bantal
h. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara
social/verbal.
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
i. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1) Dilakukan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien
2) Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan
ibadah yang biasa dilakukan klien
3) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.

D. Implementasi
Strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari:

a. SP 1 (pasien) : membina hubungan saling percaya, membantu

klien mengenal penyebab perilaku kekerasan, membantu klien

dalam mengenal tanda dan gejala dari perilaku kekerasan.

b. SP 2 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan

dengan memukul bantal atau kasur.


c. SP 3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan

seacara verbal seperti menolak dengan baik atau meminta

dengan baik.

d. SP 4 (pasien) : memabantu klien mengontrol perilaku kekerasan

secara spiritual dengan cara sholat atau berdoa. SP 5 (pasien) :

membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.

E. Evaluasi

Daftar Pustaka

Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Keliat dan akemat, (2009). Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : diagnosa keperawatan, Edisi 6, penerbit Jakarta.

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Revika Aditama.

__________ (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : PT. Revika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai