Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA

GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKEKRASAN

Dosen Pembimbing : Dinda Nur Fajri H.B M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Adhe Dewanto (221560112001)

2. Khoiriyah (221560112011)

3. Asha Olivia Usman (221560112003)

4. Sarimawati Siallagan (221560112014)

5. Wandi Priyanto (221560112019 )

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEPERAWATAN (S1) DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKERS MEDISTRA INDONESIA
TAHUN 2022-2023
1. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1.1 Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal, di arahkan

pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku kekerasan

merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

(Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan

lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016)

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk

melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah

laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan

skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Simatupang, 2010)

1.2 Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku

kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:

6
7

1.2.1 Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan

adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural

1. Faktor Biologis

1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh

suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap

stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim

limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013)

2. Factor Psikologis

1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari

akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan

berkurang melalui perilaku kekerasan.


8

2) Behavior Theory (Teori Perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan

tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka

individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.

3. Faktor Sosiokultural

1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu

untuk merespon asertif atau agresif.

2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)

1.2.2 Faktor Presipitasi

Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat

unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,

kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang

berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu
9

lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada

penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan(Deden

dan Rusdin, 2013)

1.2.3 Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat

membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

kontstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang

umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti

“Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi, denial dan reaksi

formasi(Deden dan Rusdin, 2013)

1.2.4 Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf

otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD

meningkat, takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl

meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan

otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku disertai

reflek yang cepat.


10

2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekpresikan rasa marah tanpa

menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu

perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.

3. Memberontak (acting Out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku


“Acting

Out” untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilaku Kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri sendiri,

orang lain maupun lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013)

1.3 Pohon Masalah


effect Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

core Perilaku kekerasan


problem

Perubahan sensori persepsi : halusinasi


causa

Gambar 2.1

(yosep, 2009)
11

1.4 Rentang Respon Marah

Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:

Respon adaptif Respon maladaptive

I---------------I---------------I---------------I---------------I

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 2.2

Rentang Respon Kemarahan (Yosep, 2007)

1.4.1 Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan

atau menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu

1.4.2 Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang

tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

1.4.3 Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan

perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari

suatu tuntunan nyata.

1.4.4 Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /

panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk dengan

ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien

dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.


12

1.4.5 Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan

ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata

ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat. Klien

tidak mampu mengendalikan diri.

1.5 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

1.5.1 Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada

suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak

sengaja ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh

kaku. Verbal, mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat, 2013)

1.5.2 Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak

lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan

nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,

mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Intelektual,

mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan tidak jarang

mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual, merasa diri berkuasa,

merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas terhambat.

Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan


13

sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan

seksual (Keliat, 2013)

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang

dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian

yang ditimbulkan, pengangan klien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara

cepat dan tepat oleh tenaga yang professional (Akemat, 2009)

1.2.1 Pengkajian

Menurut Roman dan Walid (2012) pengkajian adalah tahap awal dan

dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah

pengumpulan data. Samber data terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer

yang berasal dari klien dan sumber data sekunder yang diperoleh selain klien

seperti keluarga, orang terdekat, teman, orang lain yang tahu tentang status

kesehatan klien dan tenaga kesehatan. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat

dikelompokkan menjadi factor predisposisi, factor presipitas, penilaian

terhadap stressor, sumber kopin, dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.

Data-data tersebut dikelompokkan menjadi factor predisposisi, presipitasi,


14

penilaian terhadap stressor sumber koping, dan kemampuan koping yang

dimiliki klien. Data-data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat

dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif (Deden dan Rusdi,

2013).

Menurut Keliat (2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan prilaku

kekerasan yaitu pada data subyektif klien mengancam, mengumpat dengan

kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan

menuntut. Pada data objektif klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan

pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan

tegang, postur tubuh kaku dan suara keras. (Handayani et al., 2017)

Table 2.1
Format pengkajian pada pasien perilaku kekerasan.
(Keliat, 2009)
Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan data pasien
No Pelaku / Usia Korban / Usia Saksi / Usia
1. Aniaya Fisik { } { } { } { } { } { }
2. Aniaya Seksual { } { } { } { } { } { }
3. Penolakan { } { } { } { } { } { }
4. Kekerasan dalam { } { } { } { } { } { }
keluarga
5. Tindakan kriminal { } { } { } { } { } { }

6. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
{ } { } { } { }
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
{ } { } { } { }
15

7. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan Kontak mata kurang


{ } { }
Tidak kooperatif Defensif
{ } { }
Mudah tersinggung Curiga
{ } { }

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam

mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.

(Muhith, 2015)

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola

respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart, 2016)

1.2.3 Intervensi

Menurut Yusuf (2015), rencana keperawatan pada pasien dengan perilaku

kekerasan dapat berupa rencana tindakan pada pasien, sebagai berikut:

1.2.3.1 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien

Tindakan keperawatan perilaku kekerasan mengacu pada SP pasien perilaku

kekerasan sebagai berikut :

1. Tujuan

1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan


16

2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

4) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya.

5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah / mengontrol perilaku

kekerasannya.

6) Klien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya secara

fisik, spiritual, social, dan denga terapi psikofarmaka(kelliat, 2013)

2. Tindakan Keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling

percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman

saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat

lakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:

a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabatan tangan

c) Menjelaskan tujuan interaksi

d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

klien

2) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan

yang lalu.
17

a) Diskusikan apa penyebab perilaku kekerasan dari diri klien

b) Diskusikan bersama klien apa yang menyebabkan prilaku

kekerasan timbul

3) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.

c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social.

d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4) Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap:

a) Orang lain

b) Diri sendiri

c) Lingkungan

5) Diskusikan bersama klien akibat perilakunya.

6) Dilakukan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam.

b) Obat

c) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya.

d) Spiritual kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien

7) Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:


18

a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal

b) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur - bantal

8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal.

a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan

baik.

b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:

a) Dilakukan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien

b) Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang

biasa dilakukan klien.

c) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.(Keliat, 2013)

1.2.4 Implementasi

Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama

yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum

melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu

menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai

dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan

klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


19

Dermawan (2013) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan dengan pendekatan

strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari : SP 1 (pasien) : membina

hubungan saling percaya, membantu klien mengenal penyebab perilaku kekerasan,

membantu klien dalam mengenal tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. SP 2

(pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan memukul bantal

atau kasur. SP 3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan seacara

verbal seperti menolak dengan baik atau meminta dengan baik. SP 4 (pasien) :

memabantu klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan cara sholat

atau berdoa. SP 5 (pasien) : membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.

1.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau

pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).

S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di

laksanakan.
20

A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan

masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.

2. Obsevasi dan pemeriksaan fisik

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung kepada responden untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan

diteliti (Hidayat, 2008). Pada studi kasus ini obsevasi dan pemeriksaan fisik akan

dilakukan dengan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada semua

system tubuh klien.

3) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan keperawatan jiwa pada

pasien dan dilakukan dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa.

1.3 Tahapan Komunikasi Terapeutik

1.3.1. Tahap Pre-interaksi

Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi

dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang dimiliki.

Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri perawat akan dapat

memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika bertemu dan berkomunikasi dengan

pasien, jika dirasa dirinya belum siap untuk bertemu dengan pasien makan perawat perlu

belajar kembali dan berdiskusi dengan teman kelompok yang lebih berkompeten. Pada tahap

ini juga perawat mencari informasi dan mengumpulkan data, sebagai dasar atau bahan untuk

membuat rencana interaksi.


21

1.3.2. Tahap Orientasi/ Perkenalan

Tahap ini dimulai ketika perawat bertemu pasien untuk pertama kalinya. Pada tahap

ini digunakan oleh perawat untuk berkenalan dan langkah awal membina hubungan saling

percaya dengan pasien. Tugas-tugas perawat dalam tahap ini adalah mampu membina

hubungan saling percaya dengan pasien dan menunjukkan komunikasi terbuka dan sikap

penerimaan. Untuk dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien, perawat harus

bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien, menghargai pasien dan mampu menepati

janji kepada pasien. Selain itu perawat harus merumuskan suatu kontrak bersama dengan

pasien. Kontrak yang harus dirumuskan dan disetujui bersama adalah tempat, waktu dan

topik pertemuan. Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran pasien serta

dapat mengidentifikasi masalah 13 pasien. Teknik pertanyaan terbuka dapat mendorong

pasien mengekspresikan perasaannya. Pada tahap ini perawat juga bertugas untuk

merumuskan tujuan dengan pasien, tujuan dapat dirumuskan setelah masalah pasien

teridentifikasi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah, sebagai berikut : (1)

memberikan salam terapeutik disertai dengan jabat tangan, (2) memperkenalkan diri perawat

“ Nama saya Sulistiyawati, anda bisa memanggil saya perawat Wati”, (3) Menanyakan nama

pasien “ Nama Bapak/Ibu/Saudara siapa?”, (4) menyepakati kontrak yang terkait dengan

kesediaan pasien untuk bercakap-cakap (tempat bercakapcakap dan lama percakapan), (5)

menghadapi kontrak yang terkait dengan penjelasan identitas perawat untuk membina

hubungan saling percaya bersama pasien, (6) memulai percakapan awal yang berfokus pada

pengkajian keluhan utama dan alasan masuk rumah sakit/ faskes lainnya, pada pertemuan

lanjutan evaluasi/validasi dapat digunakan untuk mengetahui kondisi terkini dan kemajuan

pasien dari hasil interaksi sebelumnya, (7) menyepakasti masalah dari pasien.

1.3.3. Tahap Kerja


22

Tahap merupakan inti dari hubungan perawat dengan pasien dalam keseluruhan tahap

komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat bersama dengan pasien mengatasi masalah

yang dihadapi oleh pasien. Perawat dituntut untuk mampu membantu dan mendukung pasien

dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa pesan komuniksi

yang telah disampaikan pasien melalui komunikasi verbal maupun nonverbal. Tahap ini

berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.

1.3. 4. Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses komunikasi

terapeutik. Perawat bersama pasien diharapkan mampu meninjau kembali kembali proses

keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuannya.

Tahap terminasi dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Terminasi Sementara Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan

perawat dengan pasien, akan tetapi masih ada pertemuan lainnya yang akan dilakukan pada

waktu yang telah disepakati bersama.

b. Terminasi Akhir Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan proses

keperawatan secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai